Anda di halaman 1dari 20

Teori Perilaku: teori ini menekankan apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana

seorang manajer menjalankan fungsinya . teori ini dinamakan Gaya Kepemimpinan


seorang manajer dalam suatu organisasi ( Vestal, 1994 ).
Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan berdaarkan perilaku pemimpin itu sendiri
( Gillis,1970 ).

Gaya kepemimpinan menurut beberapa ahli:

Gaya Kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt


Bahwa kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan bawahan, yang
dipengaruhi oleh faktor manajer, karyawan, dn situasi.

Gaya Kepemimpinan menurut Likert :


Mengelompokkan menjadi empat sistem ;

Sistem Otoriter – Eksploitatif


Sistem Benevolent – Otoritatif
Sistem konsultatif
Sistem partisipatif
Gaya Kepemimpinan menurut Teori X dan Teori Y :
Gaya Kepemimpinan diktator
Gaya Kepemimpinan otokratis
Gaya Kepemimpinan santai

Gaya Kepemimpinan menurut Robert House :


Direktif
Suportif
Partisipatif
Berorientasi tujuan
Gaya Kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard :
Intruksi
Konsultasi
Partisipasi
Delegasi
Gaya Kepemimpinan menurut Lippits dan K. White:
Otoriter
Demokratis
Libera; / Laissez Faire
Gaya Kepemimpinan berdasarkan kekuasan dan wewenang ( Gillis,1996):
Direktif
Suportif
Partisipatif
Bebas bertindak
Teori Kontingensi dan situasional: menekankan bahwa manajer yang efektif adalah
manajer yang melaksanakan tugasnya dengan mengkombinasikan faktor bawaan,
perilaku dan situasi
Teori Kontemporer: menekankan pada empat kompoen penting dalam pengelolaan yaitu,
manajer/pemimpin, staf dan atasan, pekerjaan, serta lingkungan yang didukung oleh
teori motivasi, interaksi, dan teori transformasi.
Teori Motivasi:
Perbandingan beberapa teori motivasi berdasarkan isinya :

Teori Penjelasan

Hierarki kebutuhan (Maslow) Fisiologi = gaji pokok

Aman = perencanaan yang


regular (gaji)

Kasih sayang = kerja sama


secara tim

Harga diri = pencapaian


posisi

Aktualisasi = tantangan alam


bekerja

Teori ERG (Clayton Alderfer) E = Existence (fisiologis)


Teori Penjelasan

R = Relatedness ( kasih
sayang)

G = Growth (tantangan dalam


bekerja)

Teori Dua Faktor (Frederich Herzberg) Motivators = kepuasan kerja

Hyiene = lingkungan yang


kondusif

Teori Belajar (Mc Clelleand) Affiliation = bersahabat

Power = memerintah orang


lain

Achievement = suka
tantangan, kompetisi dan
menyelesaikan masalah
secara detail

Perbandingan beberapa teori motivasi berdasarkan Prosesnya :

Teori Penjelasan

Teori keadilan (Adams) Berdasarkan nilai-nilai dan


kadilan terhadap karyawan

Teori Harapan (Georgopoulos Moheny, M = Job Outcomes x


Jones dan Vroom) Valences x Expectancy x
Intrumentality

Teori Penguatan (B.F.Skinner) Stimulus-Respons-


Konsekuensi

Teori Belajar (Mc Clelleand) Tujuan yang harus dicapai


Teori Penjelasan

suatu organisasi

Teori Z
Teori Z dikemukakan oleh Ouchi (1981). Teori ini merupakan pengembangan teori
Y dari Mc. Gregor (1460) dan mendukung gaya kepemimpinan demokratis.
Komponen teori Z meliputi pengambilan keputusan dan kesepakatan, menempatkan
pegawai sesuai keahliannya, menekankan pada keamanan pekerjaan, promosi yang
lambat, dan pendekatan yang holistik terhadap staf.

Teori Interaktif
Teori ini dikemukakan oleh Schein (1970), menekankan bhawa staf atau pegawai
adalah manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan
sekitarnya dan berkembang secara dinamis.

Hollande (1978) menekankan bahwa antara peran pemimpin dan staf dipengaruhi
oleh peran lainnya. Pemimpin yang efektif memerlukan kemampuan unutk
menggunakan proses penyelesaian masalah, memepertahankan kelompok secara
efektif, mempunyai kemampuan komunikasi yang baik, kejujuran dalam memimpin,
kompeten, kreatif, dan kemampuan mengembangkan indentifikasi kelompok.

Teori Situasi
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi (situasional theory). Teori
ini muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang sekalipun bukan keturunan
pemimpin, ternyata dapat pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan
tersebut menyimpulkan bahwa orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena
adanya situasi yang menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk
muncul sebagai pemimpin.
Teori Ekologi
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah kepemimpinan
banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan
adanya seorang yang setelah berhasil dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak
memiliki kepemimpinan yang baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan
teori ekologi, yang menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk
menjadi pemimpin, tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat-
bakat tertentu yang terdapat pada diri seseorang yang di peroleh dari alam.

Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Covey)


sebagai berikut:

1. Seorang yang belajar seumur hidup

Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar
melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik
maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

2. Berorientasi pada pelayanan

Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip
melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin
seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
3. Membawa energi yang positif

Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif
didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu
dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat
dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena
itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;

a. Percaya pada orang lain

Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka
mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu,
kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.

b. Keseimbangan dalam kehidupan

Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip


kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi.
Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.

c. Melihat kehidupan sebagai tantangan

Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti
kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah
suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri.
Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian,
dinamisasi dan kebebasan.

d. Sinergi

Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka
selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan
memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International
Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari
pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap
orang atasan, staf, teman sekerja.

e. Latihan mengembangkan diri sendiri

Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan
yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan
diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: (1) pemahaman materi; (2)
memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; (3) mengajar materi kepada orang lain;
(4) mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil; (6) merefleksikan kepada hasil;
(7) menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi; (8) pemahaman baru; dan (9)
kembali menjadi diri sendiri lagi.

Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala


dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: (1) kemauan dan keinginan sepihak; (2)
kebanggaan dan penolakan; dan (3) ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut,
memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat
penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan.

. Peran Manajemen Keperawatan

Peran dan fungsi manajemen keperawatan terdiri dari:

1. Peran Interpersonal (Interpersonal Role)

Dalam peran interpersonal terdapat tiga peran pemimpin yang muncul secara langsung
dari otoritas formal yang dimiliki pemimpin dan mencakup hubungan interpersonal dasar,
yaitu:

a. Peran sebagai yang dituakan (Figurehead Role)


Karena posisinya sebagai pemimpin suatu unit organisasi, pemimpin harus melaksanakan
tugas-tugas seremonial seperti menyambut tamu penting, menghadiri pernikahan anak
buahnya, atau menjamu makan siang pelanggan atau kolega. Kegiatan yang terkait dengan
peran interpersonal sering bersifat rutin, tanpa adanya komunikasi ataupun keputusan
penting. Meskipun demikian, kegiatan itu penting untuk memperlancar fungsi organisasi dan
tidak dapat diabaikan oleh seorang pemimpin.

b. Peran sebagai pemimpin (Leader Role)

Seorang pemimpin bertanggungjawab atas hasil kerja orang-orang dalam unit organisasi
yang dipimpinnya. Kegiatan yang terkait dengan itu berhubungan dengan kepemimpinan
secara langsung dan tidak langsung. Yang berkaitan dengan kepemimpinan secara langsung
antara lain menyangkut rekrutmen dan training bagi stafnya. Sedang yang berkaitan secara
tidak langsung antara lain seorang pemimpin harus memberi motivasi dan mendorong anak
buahnya. Pengaruh seorang pemimpin jelas terlihat pada perannya dalam memimpin.
Otoritas formal memberi seorang pemimpin kekuasaan potensial yang besar; tetapi
kepemimpinanlah yang menentukan seberapa jauh potensi tersebut bisa direalisasikan.

c. Peran sebagai Penghubung (Liaison Role)


Literatur manajemen selalu mengakui peran sebagai pemimpin, terutama aspek yang
berkaitan dengan motivasi. Hanya baru-baru ini saja pengakuan mengenai peran sebagi
penghubung, di mana pemimpin menjalin kontak di luar rantai komando vertikal, mulai
muncul. Hal itu mengherankan, mengingat banyaktemuan studi mengenai pekerjaan
manajerial menunjukkan bahwa pemimpin menghabiskan waktunya bersama teman sejawat
dan orang lain dari luar unitnya sama banyak dengan waktu yang dihabiskan dengan anak
buahnya; sementara dengan atasannya justru kecil. Pemimpin menumbuhkan dan
memelihara kontak tersebut biasanya dalam rangka mencari informasi. Akibatnya, peran
sebagai penghubung sering secara khusus diperuntukkan bagi pengembangan sitem
informasi eksternalnya sendiri yang bersifat informal, privat, verbal, tetapi efektif.

2. Peran Informasional (Informational Role)

Dikarenakan kontak interpersonalnya, baik dengan anak buah maupun dengan jaringan
kontaknya yang lain, seorang pemimpin muncul sebagai pusat syaraf bagi unit organisasinya.
Pemimpin bisa saja tidak tahu segala hal, tetapi setidaknya tahu lebih banyak dari pada
stafnya. Pemrosesan informasi merupakan bagian utama (key part) dari tugas seorang
pemimpin.

Tiga peran pemimpin berikut ini mendiskripsikan aspek informasional

tersebut:

a. Peran sebagai monitor (Monitor Role)


Sebagai yang memonitor, seorang pemimpin secara terus menerus memonitor
lingkungannya untuk memperoleh informasi, dia juga seringkali

harus ’menginterogasi’ kontak serta anak buahnya, dan kadangkala menerima informasi
gratis, sebagian besar merupakan hasil jaringan kontak personal yang sudah
dikembangkannya. Perlu diingat, bahwa sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin
dalam perannya sebagai monitor datang dalam bentuk verbal, kadang berupa gosip, sassus,
dan spekulasi yang masih membutuhkan konfirmasi dan verifikasi lebih lanjut.

b. Peran sebagai disseminator (Disseminator role)

Sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin harus dimanfaatkan bersama (sharing)
dan didistribusikan kepada anak buah yang membutuhkan. Di samping itu ketika anak
buahnya tidak bisa saling kontak dengan mudah, pemimpinlah yang kadang-kadang harus
meneruskan informasi dari anak buah yang satu kepada yang lainnya.

c. Peran sebagai Juru bicara (Spokesman Role)

Sebagai juru bicara seorang pemimpin mempunyai hak untuk menyampaikan informasi
yang dimilikinya ke orang di luar unit organisasinya.
3. Peran Pengambilan Keputusan (Decisional Role)

Informasi yang diperoleh pemimpin bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan masukan
dasar bagi pengambilan keputusan. Sesuai otoritas formalnya, hanya pemimpinlah yang
dapat menetapkan komitmen organisasinya ke arah yang baru; dan sebagai pusat syaraf
organisasi, hanya dia yang memiliki informasi yang benar dan menyeluruh yang bisa dipakai
untuk memutuskan strategi organisasinya. Berkaitan dengan peran pemimpin sebagai
pengambil keputusan terdapat empat peran pemimpin, yaitu:

a. Peran sebagai wirausaha (Entrepreneur Role)

Sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus berupaya untuk selalu memperbaiki kinerja
unitnya dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan di mana organisasi tersebut eksis.
Dalam perannya sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus selalu mencari ide-ide baru dan
berupaya menerapkan ide tersebut jika dianggap baik bagi perkembangan organisasi yang
dipimpinnya.

b. Peran sebagai pengendali gangguan (Disturbance handler Role)


Peran sebagai pengendali gangguan memotret keharusan pemimpin untuk merespon
tekanan-tekanan yang dihadapi organisasinya. Di sini perubahan merupakan sesuatu di luar
kendali pemimpin. Dia harus bertindak karena adanya tekanan situasi yang kuat sehingga
tidak bisa diabaikan. Pemimpin seringkali harus menghabiskan sebagian besar waktunya
untuk merespon gangguan yang menekan tersebut. Tidak ada organisasi yang berfungsi
begitu mulus, begitu terstandardisasi, yaitu telah memperhitungkan sejak awal semua situasi
lingkungan yang penuh ketidakpastian. Gangguan timbul bukan saja karena pemimpin bodoh
mengabaikan situasi hingga situasi tersebut mencapai posisi kritis, tetapi juga karena
pemimpin yang baik tidak mungkin mengantisipasi semua konsekuensi dari setiap
tindakannya.

c. Peran sebagai yang mengalokasikan sumberdaya (Resource allocator Role)

Pada diri pemimpinlah terletak tanggung jawab memutuskan siapa akan menerima apa
dalam unit organisasinya. Mungkin, sumberdaya terpenting yang dialokasikan seorang
pemimpin adalah waktunya. Perlu

diingat bahwa bagi seseorang yang memiliki akses ke pemimpin berarti dia bersinggungan
dengan pusat syaraf unit organisasi dan pengambil keputusan. Pemimpin juga bertugas untuk
mendesain struktur organisasi, pola hubungan formal, pembagian kerja dan koordinasi dalam
unit yang dipimpinnya.

d. Peran sebagai negosiator (Negotiator Role)

Banyak studi mengenai kerja manajerial mengindikasikan bahwa pemimpin menghabiskan


cukup banyak waktunya dalam negosiasi. Sebagaimana dikemukakan Leonard Sayles,
negosiasi merupakan way of life dari seorang pemimpin yang canggih. Negosiasi merupakan
kewajiban seorang pemimpin, mungkin rutin, tetapi tidak boleh dihindari. Negosiasi
merupakan bagian integral dari tugas pemimpin, karena hanya dia yang memiliki otoritas
untuk bisa memberikan komitmen sumberdaya organisasi, dan hanya dia yang memiliki pusat
syaraf informasi yang dibutuhkan dalam melakukan negosiasi penting.

F. Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan


Manajemen oleh para penulis dibagi atas beberapa fungsi, pembangian fungsi-fungsi
manajemen ini tujuannya adalah:

1. Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur

2. Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam

3. Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen bagi manajer[3]

Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen


berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan-tahapan tertentu dalam
pelaksanaannya. Fungsi-fungsi manajemen, sebagaimana diterangkan oleh Nickels, McHug
and McHugh (1997), terdiri dari empat fungsi, yaitu:

· Perencanaan

Perencanaan atau Planning, yaitu proses yang menyangkut upaya yang dilaku-kan untuk
mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik
yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Di antara kecenderungan dunia
bisnis sekarang, misalnya, bagaimana merencanakan bisnis yang ramah lingkungan,
bagaimana merancang organisasi bisnis yang mampu bersaing dalam persaingan global, dan
lain sebagainya.

· Pengorganisasian

Pengorganisasian atau Organizing, yaitu proses yang menyangkut bagaimana strategi dan
taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi
yang cepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan bisa
memastikan bahwa semua pihak dalam orga¬nisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien
guna pencapaian tujuan organisasi.

· Pengimplementasian

Pengimplementasian atau Directing, yaitu proses implementasi program agar bisa


dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak
tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas
yang tinggi.
· Pengendalian

Pengendalian dan Pengawasan arau Controlling, yaitu proses yang dilakukan untuk
memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, di¬organisasikan, dan
diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai
perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.

Banyak ahli yang berbeda pandangan mengenai fungsi manajemen akan tetapi esensinya
tetap sama, bahwa:

1. Manajemen terdiri dari berbagai proses yang terdiri dari tahapan-tahapan tertentu
yang berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Setiap tahapan memiliki keterkaitan satu sama lain dalam pencapaian tujuan organisasi

Secara diagramatis, jika kita kaitkan antara tujuan organisasi (yang harus dicapai secara
efektif dan efisien) dan sumber-sumber daya organsaisi dengan fungsi-fungsi manajemen
yang baru saja diterangkan, maka dapat dilihat pada Gambar berikut ini:

Gambar tersebut menerangkan bahwa fungsi-fungsi manajemen diperlukan agar


keseluruhan sumber daya organisasi dapat dikelola dan dipergunakan secara efektif dan
efisien sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

Kegiatan-kegiatna dalam fungsi menajamen

- Fungsi Perencanaan (Planning)

a. Menetapkan tujuan dan target bisnis

b. Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut

c. Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan

d. Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis

- Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

a. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan amenetapkan tugas, dan menetapkan


rposedur yang diperlukan
b. Menetapkan struktur ornganisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan
tanggung jawab

c. Kegiatna perekrutan, penyeleksian, pelatihan, dan pengembangan sumber daya


mansuia/tenaga kerja

d. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat

- Fungsi pengimplementasian (Directing)

a. Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi


kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan

b. Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan menjelaskan kebijakan


yagn ditetapkan

- Fungsi Pengawasan (Controlling)

a. Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan
indikator yang telah ditetapkan

b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan

c. Melakukan berbagai alternatif solusi atas bnerbagai masalah yang terkait dengan
pencapaian tujuan dan target bisnis.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Manajemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan pelayanan keperawatan


melaluiupaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan
bantuanterhadap para pasien, dan tugas manajer keperawatan adalah
merencanakan,mengorganisir, memimpin serta mengontrol keuangan, material, dan sumber
daya manusiayang ada untuk memberikan pelayanan keperawatan seefektif mungkin bagi
setiapkelompok pasien dan keluarga mereka. Dengan mengetahui proses, peran,
fungsimanajemen pelayanan keperawatan dan prinsip-prinsip yang mendasari,
penerapanmanajemen keperawatan oleh para pengelola pelayanan keperawatan yang sesuai
denganyang diharapkan akan dapat mengoptimalkan mutu pelayanan keperawatan yang
diterimaoleh masyarakat sebagai komsumen.

B. Saran

Sebagai calon perawat hendaklah menerapkan atau mengaplikasikan manajemen


keperawatan dengan efektif dalam setiap melakukan proses keperawatan, sehingga dalam
memberikan pelayanan bisa dilakukan secara optimal. Manajemen keperawatan dikatakan
baik apabila dalam satu tim bisa berpatisipasi secara aktif.
DAFTAR PUSTAKA

Kontoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan.Yogyakarta: Nuha

Medika.

Gillies, D. A. 1994. Nursing management : A system approach ,Third edition .Philadelphia:


WB. Saunders Company.

Marguis & Huston. 2000. Leadership role and management in nursing: theory
andapplication. Philadelphia: Lippincott.

S. Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Erlangga Medical Series.

Swamburg. 2000. Management and leadership for nurse manager. Boston: Jones
andBarlett Publishers

Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004,

Rahmat, Definisi Manajemen, disalin dari website: http://blog.re.or.id/definisi-


manajemen.htm

Hasibuan, Malayu, Manajemen= Dasar, Pengertian dan Masalah, (PT Bumi Aksara:
Jakarta), 2005
Trisnawati Sule, Ernie, Pengantar Manajemen, (KEncana: Jakarta), hal. 8

http://www.datafilecom.blogspot.com

Penerapan Kepemimpinan Dalam Keperawatan

Menurut Kron (1981), ruang lingkup kegiatan kepemimpinan keperawatan meliputi :


Perencanaan dan pengorganisasian
Membuat penugasan dan memberi pengarahan
Pemberian bimbingan
Mendorong kerjasama dan partisipatif
Kegiatan koordinasi
Evaluasi hasil kerja

Proses manajemen yang mendukung proses keperwatan (Gillies,1996:2)

Pengkajian Diagnosis Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

PROSES KEPERAWATAN

Pengumpulan
Perencanaan Pengelolaan Kepegawaian Kepemimpinan Pengawasan
data

Anda mungkin juga menyukai