Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Biodiversitas adalah kata yang belum lama ini diperkenalkan oleh pakar-pakar yang
bergerak dalam bidang biologi. Kata ini kemudian lebih makna setelah Edward O.
Wilson dari universitas Harvard memperkenalkn dalam sebuah buku berjudul
Biodiversity, kepanjangan dari biological diversity, pada 1989. Pada perkembangan
selanjutnya, kata ini menjadi sangat populer dan dipakai bukan saja oleh ahli biologi
oleh ahli lingkungan, melainkan juga oleh peneliti, pemerhat lingkungan, penyandang
dana, pendidik, ahli sosial, ekonomi, pengambil kebijakan, dan banyak lagi, walaupun
banyak juga yang tidak tahu artinya.
Definisi biodiversitas cukup banyak, tetapi salah satu definisi yang paling mudah
dipahami yaitu “kekayaan hidup di bumi, jutaan tumbuhan, hewan, dan
microorganisme, genetika yang dikandungnya, dan ekosistem yang dibangunnya
menjadi lingkungan hidup.” Definisi ini perlu dipertimbangkan dari tiga tingkatan.
Pada tingkatan spesies, definisi itu mencangkup seluruh organisme di bumi, termasuk
bakteria dan protista pada dunia tumbuhan, hewan, dan jamur. Kemudian, pada skala
yang lebih kecil, ia mencangkup variasi genetik didalam spesies, diantara populasi
yang terpisah secara geografis dan dan diantara individu ddalam suatu populasi.
Terakhir, biodiversitas juga meliputi variasi didalam komunitas biologi, dimana
spesie hidup, dan ekosistem, dmana komuntas berada, sekaligus interaksi antar
tingkatan tersebut (Primack 2004.)
Setiap tingkatan biolg mempunyai arti penting bagi keberlangsungan hidup spesie dan
komunitas alami, dan semua itu penting bagi manusia, keanekaragaman spesies
mewakili jangkaun adaptasi evolusi dan ekologi suatu spesies terhadap lingkungan
tertentu. Keanekaragaman iru menyediakan sumber daya dan alternatifnya, contohnya
hutan hujan tropis dengan banyak jenis biota, yang menghasilkan sejumlah besar
mikroba, tumbuhan, dan hewan yang bisa digunakan sebagai makanan, tempat
bernaung, rekreasi, industri, obat-obatan.
Smentara itu, keanekaragaman genetik diperlukan oleh setap speses untuk menjaga
vitalitas reproduksi, ketahanan terhadap penyakit, dan kemampuan beradaptasi
tehadap perubahan kondisi. Keanekaragaman genetik pada mikroba, hewan, dan

1
tumbuhan domestik memiliki nilai tertentu bagi program pengembangbiakan yang
bertujuan memelihara da memperbaiki spesies pertanian modern.
Terakhir, keanekaragaman tingkat komunitas mewakili tanggapan spesies secara
kolektif terhadap kondisi lingkungan yang berbeda. Komunitas biologi yang
ditemukan dipadang pasir, padang rumput, lahan basah, pegunungan, dan hutan secara
alami mendukung kelanjutan ekosistem yang menyediakan kontrol terhadap banjir,
perlindungan dari erosi tanah, serta penyaringan udara dan air.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Biodiversitas?
2. Apa saja komponen Biodiversitas?
3. Apa keanekaragaman komunikasi hayati?
4. Jelaskan Biodiversitas yang ada di Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Biodiversitas
2. Untuk mengetahui komponen-komponen Biodiversitas
3. Untuk mengetahui dan memahami keanekaragaman komunikasi hayati
4. Untuk mengetahui dan memahami Biodiversitas yang ada di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Biodiversitas
Biodiversitas adalah jumlah total dari seluruh makhluk hidup, kekayaan yang
luas, dan variasi dunia kehidupan-dari tingkat gen hingga bioma. Tak ada tingkat yang
paling benar dalam mengukur keanekaragaman karena tiap perseoalan ilmiah dan
persoalan praktis menemukan fokus yang bisa berbeda. Tingkatan keanekaragaman
yang berbeda paling baik dipahami dari perspektif hierarki dari gen dan spesies,
hingga komunitas ekosistem, dan lanskap. Definisi inilah yang paling banyak dikenali
dan pakai. Dari hierarki ini, masing-masing dapat dibagi lagi berdasarkan komposisi,
struktur, dan fungsi. Komposisi mencakup, misalnya, konstitusi genetik suatu
populasi, identitas dan kelimpahan relatif suatu spesies dalam sebuah komunitas
alami, dan jenis-jenis habitat serta komunikasi yang tersebar dalam lanskap. Struktur
misalnya sekuens pool, reaksungai, dibalik log dan rintanga-rintangan, lapisan
vertikal dan patch horizontal vegetasi. Sementara itu, fungsi mencakup iklim, geologi,
hidrologis, ekologis, dan proses evaluasi yang menghasilkan keanekaragaman.
Dua hal yang jelas mengenai biodiversitas adalah kekompleksannya, seperti
yang terlihat dari hierarki diatas, dan keadaanya yang selalu berubah. Perubahan
sesungguhnya hal yang biasa, tapi yang mengancam biodiversitas, seperti perubahan
iklim, perubahan gangguan alami, masuknya kimia asing ke suatu lingkungan,
intruduksi spesies, atau hilangnya spesies. Beberapa perubahan tersebut alami, tapi
terkadang menjadi lebih cepat dan lebih luas akibat aktivitas manusia.
Bagaimana menyelamatkannya biodiversitas, adalah subjek utama dari biologi
konservasi. Diperlukan pemantauan untuk melindungi keanekaragaman dari
perubahan-perubahan tersebut.

B. Komponen-komponen Biodiversitas
1. Keanekaragaman genetik
Gen adalah unit dasar biodiversita. Gen adalah materi genetik yang terdapat di
dalam kromosom makhluk hidup yang mengendalikan sifat/ciri dari organisme.
Perbedaan gen pada makhluk hidup (variasi gen) pada setiap makhluk hidup
menyebabkan sifat yang tidak tampak (sifat genotipe) dan sifat yang dapat diamati
(sifat fenotipe) pada setiap makhluk hidup menjadi berbeda. Variabilitas genetik

3
adalah sumber utama biodiversitas pada semua level. Gen tertentu atau kombinasi
gen memungkinkan individu untuk bertahan dari perubahan. Tak mengherankan
jika perlindungan keanekaragaman genetik adalah tujuan penting biologi
konservasi. Keanekaragaman genetik juga merupakan bahan penggerak evolusi.
Pengukuran jumlah perbedaan genetik di antara spesies dapat menunjukkan laju
evolusi dan membuat hubungan filogenik di antara makhluk hidup.

2. Keanekaragaman tingkat populasi


Populasi adalah sebuah kelompok individu-individu dari spesies tertentu yang
hidup di daerah tertentu pada waktu yang sama. Perbedaan genetik di antara
individu-individu sebuah populasi dan di antara populasi dalam sebuah spesies
merefleksikan sejarah evolusi populasi tersebut serta menentukan potensi adaptasi
ke depan. Tingkat potensi perubahan evolusi sebuah populasi sifatnya proposional
dengan jumlah variabilitas genetik yang tersedia. Variasi di antar populasi adalah
hasil dari adaptasi terhadap kondisi ekologi setempat.
Populasi tertentu dapat mempunyai nilai konservasi besar karena
kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan habitat tertentu yang bisa
memiliki berbagai jenis karakter (genetic based plasticity). Kehilangan suatu
populasi lokal mengurangi kemampuan ekosistem untuk menghasilkan barang dan
jasa terhadap manusia dan spesies lain yang hidup di sana. Itulah penurunan tajam
dari kelimpahan dan keberadaan dari banyak spesies yang menjadi perhatian
konservasi.
3. Keanekaragaman spesies
Spesies adalah unit dasar evolusi dan target utama undang-undang konservasi,
walaupun keragaman populasi kadang sama dan lebih penting untuk konservasi.
Spesies adalah sekelompok populasi alami yang nyata dan secara potensial dapat
berkembang biak dan berdasarkan reproduksinya terisolasi dari group lain.
Namun, kadang informasi tentang reproduksinya tidak tersedia baik karena

4
spesiesnya bereproduksi aseksual atau belum diketahui. Alhasil, banyak spesies
diidentifakasi dari morfolonginya.
Spesies yang berhubungan dekat akan mengembangkan dan mengumpulkan
perbedaan genetik. Jumlah gen yang unik dan ciri morfologis dan fisiologis yang
dikodekannya akan bertambah dalam garis keturunan seiring waktu. Filogeni
adalah hipotesis yang menjelaskan sejarah asal-muasal sekelompok organisme
dari nenek moyang bersamanya. Garis keturunan digambarkan sebagai cabang
pohon, di mana tiap simpang mewakili kejadian spesies. Sistem klasifikasi yang
dipakai saat ini pertama kali diusulkan oleh Carolus Linnaeus pada 1758, disebut
Sistem Linnean. Sistem ini memberikan nama yang unik pada spesies, yang
mudah diingat dan dikomunikasikan. Semampu mungkin taksonomi
mengklasifikasikan organisme secara hierarkis dengan menampilkan sejarah
evolusinya, di mana kategori klasifikasi yang atas merupakan nenek moyang
semua yang berada di bawahnya. Kategori tersebut dinamakan monofiletik.

4. Keanekaragaman budaya manusia


Variasi budaya manusia adalah komponen dari level populasi. Perbedaan
budaya meliputi simpanan pengetahuan manusia, keahlian, serta nilai dan teknik
pengelolahan tradisional yang berkembang selama ribuan tahun. Variasi budaya
ini juga hasil interaksi antara suatu masyarakat dan alamnya. Keanekaragaman
budaya menunjukkan adanya banyak mekanisme yang memungkinkan manusia
beradaptasi dengan perubahan kondisi lingkungan.
Perbedaan budaya paling tidak dapat ditunjukkan dari perbedaan bahasa.
Keanekaragaman budaya juga dapat diukur dari menghitung jumlah populasi
masyarakat terpencil dan adat (indigenous). Keampuhan budaya lokal masyarakat
itu banyak terlihat pada sistem pertaniannya. Mereka nyatanya adalah masyarakat
yang sangat rumit dan memiliki pemahaman budaya yang luas dan nilai-nilai yang
penting. Ada sistem pengolahan alam masyarakat adat terasing yang telah teruji

5
selama ribuan tahun di suatu tempat sehingga kita dapat belajar teknik manajemen
dan adab lingkungan dari budaya seperti ini.

C. Keanekaragaman Komunitas Hayati


Perbedaan antar komunitas hayati dijelaskan oleh spesies yang ada di
dalamnya dan interaksi di antara mereka. Komposisi spesies dari suatu komunitas
ekologi berubah sesuai ruang karena tiap spesies beradaptasi secara unik terhadap
lingkungan biologi dan fisiknya. Jika bergerak memotong sebuah lanskap, spesies
akan hadir sesuai dengan toleransinya terhadap kondisi fisik yang berubah-ubah
(suhu, salinitas, cahaya, kimiawi tanah, dan lainnya).
Pengukuran keragaman komunitas yang bisa dipakai adalah jumlah,
kesamaan, dan perbedaan. Jumlah organisme spesies yang ada di satu daerah, habitat,
atau garis keturunan disebut kekayaan spesies (species richness). Pengukuran
keseragaman (evenness) atau indeks keanekaragaman spesies (species diversity index)
menimbang spesies sehubungan dengan tingkat kepentingannya seperti kelimpahan,
produktivitas, dan ukuran. Tingkat perbedaan di antara spesies atau populasi atau
biota diukur dari indeks kemiripan (similarity index). Ini digunakan untuk melihat
tingkat kemiripan genetik di antara garis keturunan evolusi.
Ahli ekologi menggunakan indeks keanekaragaman spesies untuk mengukur
efek lingkungan yang terganggu, contohnya oleh polusi. Lingkungan terganggu
mengalami hilangnya spesies dan peningkatan kelimpahan; ekosistem, didominasi
oleh sedikit spesies tapi dominan. Ahli konservasi lebih memilih kelimpahan spesies,
karena banyaknya spesies langka di suatu daerah menunjukkan nilai konservasi lebih
tinggi. Akan tetapi, kelimpahan spesies tidak menunjukkan interaksi. Perbandingan
antara jumlah spesies asli dan bukan asli, dan juga kadang ekosistem yang terganggu,
mempunyai kekayaan spesies yang tinggi akibat masuknya spesies yang bukan asli.
Komunitas hayati menjadi perhatian konservasi karena semua spesies dipengaruhi
oleh interaksi dengan spesies lainnya. Perubahan evolusi ada pada komunitas ekologi
sehingga perubahan ekosistem dapat jalannya evolusi. Perubahan kelimpahan dan
kehadiran satu spesies dapat mempengaruhi spesies lainnya dalam sebuah komunitas
sehingga konservasi komunitas hayati menjadi cara untuk mengkonservasi spesies
dan proses evolusi.
D. Kekayaan Biodiversitas Indonesia

6
Dari pendapat beberapa ahli ekologi dan biogeografi, ada beberapa alasan
mengapa sebuah kawasan mempunyai biodiversitas tinggi, yaitu :keadaan iklim,
sejarah geologi, bentuk pulau, unit biogeografi, jumlah ekosistem, proses evolusi dan
proses spesiasi. Factor iklim menjadi salah satu factor yang sangat dominan, dengan
letak kawasan Indonesia di lingkungan tropis, sehingga tidak terdapat perbedaan
ekstem cuaca sepanjang tahun. Akibatnya, banyak relung sempit yang ditinggali jenis
biota dengan mikro ekosistem lebih banyak.
Berikut ini beberapa alasan mengapa biodiversitas di daerah tropis lebih tinggi, yaitu
sebagai berikut :
 Umur bioma hutan tropis. Bioma hutan tropis dianggap sebagai bioma tertua di
dunia, jadi tidak heran jika memiliki jumlah spesies yang lebih banyak.
 Daerahnya luas. Luasan daerah tropis sangat besar, melingkari dunia. Daerah
yang luas inipun memiliki suhu dan kelembapan konstan sehingga menyediakan
habitat yang sesuai bagi banyak organisme.
 Isolasi geografi akibat perubahan permukaan air laut, glasiasi dan lain-lain.
Isolasi ini mengakibatkan spesies yang lebih besar dan kompleks dibandingkan
bagian lain di dunia.
 Sifat lingkungan fisik yang stabil. Karena iklim yang relative seragam (Suhu,
curah hujan, kelembapan, dll), habitat tropis menyediakan persediaan makanan
yang konstan bagi berbagai spesies untuk bertahan hidup.
 Tingkat energi/produktivitas yang tinggi. Paparan sinar matahari sepanjang tahun
menghasilkan biomassa yang tinggi, sehingga ada banyak individu/spesies yang
mampu hidup di sini.
 Keberadaan pathogen memunculkan serangan pathogen yang lebih intensif
sehingga ada banyak spesies yang mampu berevolusi lebih baik.
 Gangguan alami seperti badai dan angin kencang di daerah tropis. Khususnya di
hutan, dapat menimbulkan celah pada hutan. Pada celah ini sinar matahari akan
dan memungkinkan spesies baru terbentuk. Di daerah celah ini biasanya
keanekaragamannya lebih tinggi dibandingkan dengan hutan yang tidak
terganggu.
 Keberadaan gunung api di satu sisi dapat menghancurkan biodiversias, tapi disisi
lain dapat menghasilkan abu vulkanik yang sangat kaya unsur hara yang
bermanfaat bagi tumbuhan.

7
Selain terletak di kawasan tropis, Indonesia juga secara geografis berada di antara 2
kawasan distribusi biogeografi dunia, yaitu Australasian dan Indo-Malaya, dari 6
kawasan biogeografi terpenting di dunia. Negara yang posisinya diantara 2 benua
biogeografi hanya Indonesia dan Meksiko. Kelebihan Indonesia adalah, selain berada
di Kawasan 2 benua, yaitu Asia dan Australia tetapi ada Kawasan peralihan yang
dinamakan Wallacea, yaitu pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara dan
Kepulauan Maluku.
Hal lain yang juga menarik, di Indonesia terdapat wilayah pertemuan 2 kawasan
di atas, yaitu Wallacea, yang di dalamnya terkandung endemisitas dengan tangka
keanekaragaman yang sangat tinggi.dari segi habitat, selain mempunyai lebih dari 50
tipe ekosistem, Indonesia juga memiliki sebaran gunung berapi sangat banyak yaitu
126, sebagian diantaranya sangat aktif, misalnya gunung berapi di jawa tengah,
Merapi di Sumatra tengah, soptran di Sulawesi utara. Sejak 2010 saja, sudah ada
ribuan gempa di beberapa daerah sesar gempa di Indonesia (Mashurdkk., 2017).
Kawasan biogeografi Indonesia dan sebarannya yang meliputi 17.000 pulau, termasuk
pulau terbesar kedua dan ketiga di dunia (Kalimantan dan Papua), biasanya dikatakan
telah berhasil menandingi Brazil dalam hal kekayaan jenis. Namun, sayangnya,
keterbatasan pengetahuan tentang hal itu menjadi pemicu munculnya keraguan.
Table 1. Perbandinganjumlah dan keragamanjenis fauna di Indonesia dengan
dunia

8
Jika dilihat dari data statistic yang berkaitan dengan jumlah keanekaragaman
jenis, Indonesia selalu menempati urutan papan atas (Mittermeier dkk., 1997 dan
Bappenas, 2004), yakni :
 Indonesia merupakan urutan kedua setelah Brazil untuk keanekaragaman
mamalia, dengan 515 jenis, yang 39% di antaranya merupakan endemic.
Sebenarnya dari hasil kajian terbaru oleh ahli mamalia di Museum Zoologi Bogor,
Dr. Ibnu Maryanto, Indonesia mempunyai lebih dari 700 mamalia, data untuk
jumlah mamalia 515 adalah data WCMC (World Conversation Monitoring Centre
milik PBB) pada tahun 1980-an.
 Indonesia menempati urutan keempat dalam keanekaragaman reptile (511 jenis,
150 endemik). Saat ini, dari informasi terakhir yang dikumpulkan oleh peneliti
LIPI, sudah lebih banyak spesies baru yang ditemukan.
 Indonesia menempati urutan kelima untuk keanekragaman burung (1.531 jenis,
397 endemik). Khusus untuk keanekaragaman burung paruh bengkok, Indonesia
menempati urutan pertama (75 jenis, 38 endemik)
 Indonesia menempati urutan keenam untuk keanekaragaman amfibi (270 jenis,
100 endemik). Sampai saat ini sebenarnya lebih banyak jumlah keanekaragaman

9
amfibi yang dikumpulkan dari papua. Hasil penelitian Rapid Assesment
Conversation International pada awal 2000 menemukan 40 jenis batu kodok di
papua.
 Indonesia menempati urutan keempat untuk keanekaragaman primate, dengan 35
jenis. Supriatna dan Rmadhan (2016) menerbitkan buku Wisata Primata dan
Indonesia pun naik keurutan ketiga, setelah Madagaskar dan Brazil, dengan 60
jenis primate.
 Indonesia menempati 5 besar untuk keanekaragaman dunia tumbuhan dengan
38.000 jenis.
 Indonesia menempati urutan pertama untuk keanekaragaman tumbuhan Palmae
(477 jenis, 225 endemik), dan memiliki setengah dari 350 jenis Dipterocarpaceae
yang bernilai tinggi, dengan 155 jenis endemic dari Kalimantan.
 Indonesia menempati urutan ketiga untuk keanekaragaman ikan tawar dengan
1.400 jenis setelah Brazil dan Kolombia.

Dengan luas daratan sekitar 1.916.600 km2, Indonesia menempati urutan ke-15,
antara Libya dan Mexico. Namun, bila digabungkan dengan luas daratan yang
tertutup laut, angka itu menjadi jauh lebih besar. Lagipula meskipun luas daratan
Indonesia hanya 1,3% dari total luas daratan di dunia, di dalamnya terkandung 12%
jenis mamalia, 7,3% jenis reptile dan amfibi dan 17% jenis burung. Hanya beberapa
negara seperti Brazil, yang mampu menandingi jumlah itu. Bahkan menurut
WWF/IUCN, dalam hal pusat keanekaragaman dan endemisitas tumbuhan, Indonesia
masuk kedalam urutan keempat bersama denganCina, Papua Nugini dan Amerika
Serikat. Seiring dengan banyaknya informasi baru tentang biodiversitas, jumlah jenis
tumbuhan, ikan, reptile, amfibi dan avertebrata pun akan terus bertambah, begitu juga
dengan jenis-jenis mamlia dan burung.

Tabel 2. Peringkat negara berdasarkan keanekaragaman dan tumbuhan


endemic di dunia (Mittermeier dkk., 1998)
Presentase
Negara Mega Total keanekaragaman Jumlah spesies
endemic global
biodiversitas tumbuhan tinggi endemik
tumbuhan tinggi
Brazilia 50.000-56.000 16.500-18500 6,6-7,4
Indonesia 37.000 14.800-18.500 5,9-7,4

10
Kolombia 45.000-51.000 15-17.000 6-6,8
Meksiko 18.000-30.000 10.000-15.000 4-6
Australia 15.638 14.458 5,8
Madagaskar 11.000-12.000 8.800-9.600 3,5-3,8
Cina 27.100-30.000 10.000 4
Filipina 8.000-12.000 3.800-6.000 1,5-2,4
India 17.000+ 7.025-7.875 2,8-3,2
Peru 18.000-20.000 5.356 2,1
PNG 15.000-21.000 10.500-16.000 4,2-6,4
Ekuador 17.600-21.100 4.000-5.000 1,6-2
USA 18.956 4.036 1,6
Venezuela 21.030 5.000-8.800 2-3,2
Malaysia 15.000 6.500-8.000 2,6-3,2
Afrika Selatan 23.420 16.500 6,6
Kongo 11.000 3.200 1,3
Perbedaan unik antara fauna di barat (antara Kalimantan dan Sulawesi) dan di
timur Indonesia (antar Bali dan Lombok) itulah yang menjadi titik tolah lahirnya
Garis Wallace. Garis itu memisahkan fauna di barat (Kawasan Sunda mulai
Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan) yang diwakili oleh
burung merak, barbet, kucing besar, badak, kijang, kera, bajing pohon dan fauna
Kawasan Australia di timur yang diwakili oleh Kakatua, Canderawasih dan hewan
berkantung.
Tabel 3. Peringkat endemic Biodiversitas Indonesia (Mittermeier dkk., 1998)
Tumbuhan
Negara Tinggi Mamalia Burung Reptilia Amfibia
Endemik
Brazilia 1 4 3 5 2
Indonesia 2 2 1 6 11
Afrika 3 14 17 14 17
Selatan
Kolombia 4 12 5 11 1
Australia 5 1 2 1 5
PNG 6 9 10 13 8

11
Meksiko 7 3 6 2 5
Cina 8 7 9 7 4
Madagaskar 9 7 8 3 3
India 10 11 12 4 10
Malaysia 11 14 16 15 14
Venezuela 12 17 13 16 13
Peru 13 10 7 10 12
Filipina 14 5 4 8 16
Ekuador 15 16 14 9 7
USA 16 6 11 12 9
Kongo 17 12 15 17 15
Daerah transisi, yang kemudian disebut Wallacea dan terletak diantara garis
Wallace dan Papua (Meliputi Maluku, Sulawesi dan pulau-pulau kecil dari
Kepulauan Nusa Tenggara), merupakan kawasan yang unik. Dikawasan itu, monyet,
hewan berkantung, burung kaka tua dan burung rangkong hidup dalam satu pohon.
Kawasan itu memang laboratorium zoogeografi yang luar biasa di dunia.
Table 4. keanekaragamanhayati dan tingkatendemisitassetiap wilayah di
Indonesia
Burung Mamalia Reptil Tumbuhan
No Ende
Wilayah Endemik Endemik Endemik
. Sp. Sp. mik Sp. Sp.
(%) (%) (%)
(%)
1 Papua 602 52 125 58 223 35 1030 55
2 Maluku 210 33 69 17 98 18 380 6
3 Sulawesi 242 30 41 12 77 22 150 3
4 Kalimant 289 32 114 60 117 26 520 7
an
5 Jawa- 362 7 33 12 173 8 630 5
Bali
6 Sumatra 465 2 194 10 217 11 820 11
Indonesi 3222 676 905 3530
a 4
(sumber: Mackinnon, 1982)

12
Table 5. Perbandinganjumlah dan keragamanjenis flora di Indonesia dengan
dunia

Beragam tipe habitat ada di Indonesia, seperti hutan dataran rendah yang ada di
setiap Kawasan, hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar (Sumatra, Kalimantan dan
Papua), hutan karangas dll.

Table 6. Sebaranekosistem terrestrial pada bioregion di Indonesia

Daratan Indonesia pada umumnya berupa pegunungan dan perbukitan, yang


lerengnya tertutup rapat oleh berbagai tipe vegetasi yang bervariasi di setiap level
ketinggian. Berikut ini habitat-habitat yang terdapat di Indonesia sebagai berikut :
a. Hutan dataran rendah

13
Dari aspek tipe vegetasi alam, Indonesia didominasi oleh hutan hujan dataran
rendah yang selalu hijau, dengan luas sekitar 500.000 km2 atau seluas 26% dari
total seluruh wilayahnya. Jumlah itu merupakan 10% dari luas hutan hujan
dataran rendah yang ada di dunia. Lebih dari 80% hutan hujan dataran rendah
tropis di Indonesia tersebar di Sumatra, Kalimantan dan Papua. Vegetasi rapat,
biomassa tinggi dan pohon-pohon berukuran besar berakar papan yang tertutup
vegetasi perambat merupakan ciri utama dari tipe hutan tersebut.
Di Indonesia, vegetasi penyusun hutan hujan dataran rendah sangat bervariasi.
Jenis-jenis dari family Dipterocarpaceae yang berukuran besar mendominasi
tipe hutan di Kawasan barat. for a dengan family ini merupakan flora terbesar di
dunia. Di Kalimantan setidaknya terdapat 267 jenis (155 endemik) sedangkan di
Sumatra terdapat 106 jenis (11 endemik), sedangkan untuk Indonesia bagian
tengah dan timur jauh lebih sedikit (di Jawa 10 jenis, di Sulawesi 7 jenis, di
Maluku 6 jenis, dan di Papua 15 jenis).
Pohon dengan family diatas juga bernilai tinggi, dari sudut ekologi, pohon-
pohon jenis ini merupakan penghasil buah dan sumber makanan.
b. Hutan batu kapur
Hutan kapur letaknya menutupi pegunungan dengan lapisan tanah subur yang
sangat tipis sehingga keragaman pohon di hutan batu kapur sangat rendah
mengingat vegetasi sangat sulit beradaptasi di tanah dengan kandungan kapur
(kalsium) yang sangat tinggi. Akibatnya, hutan batu kapur tertutup oleh
komunitas yang spesifik dengan komposisi yang unik. Contohnya, vegetasi
herba di lereng yang curam dan terbuka.
c. Kerangas
Menurut suku Iban di Kalimantan, Kerangas berarti hutan yang tanahnya tidak
dapat ditanami padi. Tipe hutan ini di dominasi oleh jenis pohon yang berukuran
pendek dengan kanopi yang hanya memiliki 1 lapisan saja. Kerangas dapat di
temukan di Kalimantan dan sedikit di Sumatera. Tipe tanah karangas
mengandung silika, batu pasir, miskin unsur hara, mudah erosi dan tertutup oleh
lapisan tipis serasah.

14
d. Rawadaratan
Ada 2 tipe rawa daratan yaitu rawa air tawar dan gambut dengan luas total
150.000 km2. Rawa daratan banyak ditemui di pesisir timur Sumatera, barat
Kalimantan, selatan Kalimantan dan barat daya Papua.
Pada rawa air tawar mengandung mineral karena selalu tergenang air.
Adaptasi vegetasi pohon yang khas dan palem yang umum dijumpai namun
vegetasi rumput dan semak sangat jarang dijumpai di Kawasan ini.
Pada rawa gambut, mengandung banyak senyawa organic hasil pembusukan
pohon. Vegetasi dominannya berupa palem dengan beberapa semak dan pohon
kecil. Ekosistem gambut seperti yang ada di Sumatera dan Kalimantan.
e. Hutan bakau
Hutan bakau (Mangrove) di Indonesi saat ini memiliki luas mencapai 24.000
km2 atau 1,3% dari luas Indonesia. Vegetasi yang tumbuh di hutan ini harus
mampu beradaptasi dengan salinitas tinggi dan oksigen yang rendah. Vegetasi
bakau didominasi oleh family Rhizophoraciae dengan ciri utama menghasilkan
buah berbentuk kapal selam agar dapat mengapung di laut dan menancap di
pesisir.

15
f. Padang sabana
Pada Kawasan ini di dominasi oleh vegetasi rumput. Pohon besar jarang
dijumpai dan tingkat keanekaragamannya rendah. Dalam kontek sini, fungsi
ekologi sapi adalah sebagai pendukung germinansi dengan cara memecahkan
kulit biji yang keras.

g. Hutan gugur daun


Ada dua jenis palem besar yang merupakan indikator iklim hutan gugur daun.
Pertama, palem jenis Borassusflabellifer dan yang kedua adalah palem jenis
Coryphautan.
Perubahan musim sangat jelas terlihat pada vegetasi gugur daun, terutama
pada akhir musim kering. Setelah masa dorman, pohon jenis acacia akan
menghasilkan daun sebagai akibat dari peningkatan kandungan air tanah di
daerah perbukitan. Setelah itu, kumbangpun akan aktif mencari madu di tangkai
bunga. Kemudian setelah hujan turun, daun akan segera tumbuh dengan bunga
yang beraneka warna.
h. Hutan pegunungan: Bawah, atas, subalpine dan alpin
Perubahan signifikan juga terlihat di hutan pegunungan bawah pada
ketinggian di atas 1.000 m. di Kawasan ini, pohon-pohonnya berukuran lebih
pendek dan kecil. Selain itu juga, dikawasan ini banyak dijumpai epifit dan
anggrek. Di hutan pegunungan atas akan dijumpai lumut. Dihutan subalpine,
terdapat vegetasi dengan daun dan batang pohon yang berukuran kecil, pohon
tertutup rapat oleh lumut kerak dan anggrek sudah mulai sangat jarang terlihat
serta pohon-pohon sudah mulai jarang dijumpai di lembah-lembah hutan

16
subalpine, hal ini dikarenakan kandungan air yang dapat membeku
menghambat adaptasi vegetasi.

Selain itu, pemburuan satwa liar dan penambang juga turut mengurangi tutupan
pohon di lereng hutan subalpine. Di Kawasan hutan alpin tertinggi di Indonesia
adalah di Papua, vegetasinya terdiri dari tanaman herba, perdu dan semak.

i. Spesies khas (Flagship)


Sebagian flora dan fauna Indonesia datang dari benua Asia. Mereka dating
dengan menyeberangi Lempeng Sunda yang selama zaman es masih berupa
daratan. Ketika masih banyak hutan, jenis-jenis flora dan fauna pada masa-masa
awal itu sangat mudah ditemui, baik di Sumatera, Kalimantan, Jawa maupun
Bali.
Keanekaragaman flora Sumatera, yang meiliki 12% dari total jenis dan 17
marga di antaranya endemic, memang masih rendah jika dibandingkan dengan

17
yang ada di Kalimantan, tapi masih jauh lebih tinggi jika di bandingkan dengan
Jawa dan Bali, yang bahkan tidak memiliki jenis endemic. Misalnya bunga
rafflesia (Rafflesiaarnoldi) merupakan satu-satunya jenis flora Flagship yang
distribusinya terbatas di bagian selatan Sumatera dan Kalimantan.
Spesies primate yang hidup di Kepulauan Sunda Besar dan benua Asia relative
sama. Selain beruk, primate lain yang dapat dijumpai di Sumatera dan
Kalimantan adalah tarsius (Tarsiusbancanus), sejenis primate terkecil di dunia
dengan berat jantan dewasanya hanya75-120 gram saja. Tarsius terkenal sebagai
primate nocturnal dengan mata dan kupingnya yang besar. Karakteristik fisik
semacam ini sangat efektif untuk berburu serangga dan hewan vertebrata kecil
seperti kadal, kodok dan bahkan burung.
j. Kekayaan hayati laut Indonesia
Di wilayah hutan hujan tropis, tingkat keanekaragaman yang tinggi sangat
dipengaruhi oleh banyaknya hewan dari kelas tunggal, misalnya serangga yang
hidup didaerah itu. Di laut tropis, keanekaragaman ini tersebar pada kelas-kelas
dan filum yang jangkauannya lebih luas, terutama pada habitat yang dihuni oleh
terumbu karang dan spesies-spesies lautan dalam. Pola keanekaragaman spesies
terrestrial mempunyai hubungan yang parallel dengan pola keanekaragaman
spesies laut, dengan peningkatan keanekaragaman spesies sewaktu mendekati
daerah tropis. Contohnya, Great Barrier Reef di Australia. Dikawasan sebelah
utaranya, yang dekat dengan Kawasan tropis di dapati 50 genera karang.

18
k. Pusat kekayaan ikan dan terumbu karang
Koloni terumbu karang terdiri atas hewan kecil yang membentuk ekosistem
terumbu karang yang sama jumlah spesiesnya dengan yang ada di hutan tropis.
Terumbu karang terbesar adalah Great Barrier Reef di pantai timur Australia,
luasnya 349.000 km2. Terumbu karang ini memiliki lebih dari 300 spesies
karang, 1.500 spesiesikan, 4.000 moluska, 5 jenis penyu dan merupakan tempat
berkembangbiak bagi 252 jenis burung. Di tempat itu juga terdapat 8% dari
spesiesikan di dunia, walaupun luasnya hanya 0,1% dari total luas permukaan
lautan.
Dukungan untuk teori tentang konsentrasi terumbu karang berupa “Coral
triangle” ini terus bertambah dari berbagai hasil penelitian yang dilakukan.
Penyebaran jenis-jenis ikan laut tampaknya mirip dengan penyebaran terumbu
karang. Hanya saja distribusiikan lebih banyak berada di daerah Wallace atau
Kawasan laut Indonesia bagian timur. Dalam makalah yang dimuat dalam
Zoological Studies volume 42 tahun 2003 itu, jelas sekali disebutkan bahwa ikan
karang Indonesia sangat kaya akan jenis, bahkan kekayaannya melebihi negara-
negara manapun di dunia. Diperkirakan bahwa dikawasan segitiga terumbu
karang atau Indo West Pasific terdapat hampir 39% dari jumlah ikan karang
dunia atau setara dengan 2.057 spesies. Paling tidak, ada beberapa pusat
endimisitas di wilayah ini, yaitu di Nusa Tenggara, Selawesi bagian timur laut
dan Papua. Di daerah ini, jumlah jenis yang endemic atau tidak di temukan di
negara lain mencapai 76 jenis.
Tabel 7. Jumlah fauna laut yang ditemukan di perairan Indonesia

Tabel 8. Jumlah suku dan jenis dari 5 Echinodermata dan jenis Krustasea
laut di Indonesia

19
Tabel 9. Jumlah Algae dan Flora laut yang ditemukan di perairan
Indonesia

Tabel 10. Beberapa fauna laut dalam di Indonesia

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat di simpulkan bahwa pengertian Biodiversitas
adalah jumlah total dari seluruh makhluk hidup, kekayaan yang luas, dan variasi dunia
kehidupan-dari tingkat gen hingga bioma. Tak ada tingkat yang paling benar dalam
mengukur keanekaragaman karena tiap perseoalan ilmiah dan persoalan praktis
menemukan fokus yang bisa berbeda.
Ada 4 komponen dalam biodiversitas yaitu keanekaragaman genetic,
keanekaragaman tingkat populasi, keanekaragaman spesies dan keanekaragaman
budaya manusia. Pebedaan antar komunitas hayati dapat dijelaskan oleh spesies yang
ada didalamnya dan interaksi di antara mereka. Komposisi spesies dari suatu
komunitas ekologi berubah sesuai ruang karena setiap spesies beradaptasi secara unik
terhadap lingkungan biologi dan fisiknya. Jika bergerak memotong sebuah lanskap,
spesies akan hadir sesuai dengan toleransinya terhadap kondisi fisik yang berubah-
ubah (suhu, salinitas, cahaya, kimiawi tanah dan lain sebagainya)
Selain terletak di kawasan tropis, Indonesia juga secara geografis berada di antara
2 kawasan distribusi biogeografi dunia, yaitu Australasian dan Indo-Malaya, dari 6
kawasan biogeografi terpenting di dunia. Negara yang posisinya diantara 2 benua
biogeografi hanya Indonesia dan meksiko. Kelebihan Indonesia adalah, selain berada
di Kawasan 2 benua, yaitu Asia dan Australia tetapi ada Kawasan peralihan yang
dinamakan Wallacea, yaitu pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara dan
Kepulauan Maluku.
B. Saran
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari adanya kekurangan, oleh karena itu
kami mengharapkan kepada teman mahasiswa ataupun para dosen pengampu untuk
membeikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini dapat lebih
sempurna dibandingkan dengan sebelumnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Supriatna, Jatna. 2018. Konservasi Biodiversitas :Teori dan Praktik di Indonesia.


Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta
Ningtyas, Endah Murni dkk. 2016. Indonesia Biodiversitas: Strategi and Action Plan
2015-2020. Penerbit: Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional

22

Anda mungkin juga menyukai