Di susun oleh:
JOMBANG
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr, wb
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T. karena atas berkat
rahmat serta kehendak-Nya lah kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Dalam
menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang kami hadapi. Namun berkat bimbingan
dari Dosen Managemen kami, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Alhamdulillah atas izin Allah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ Pengaruh manajemen pusat kesehatan masyarakat terhadap akses pelayanan kesehatan untuk
mewujudkan mutu pelayanan kesehatan ” yang dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
individu pada mata kuliah Managemen.
Kami berharap dengan adanya makalah ini bermanfaat bagi semuanya dan penulis
menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangannya, maka dari itu penulis
berharap adanya saran dan kritik yang membangun demi kebaikan kedepannya.
Akhir kata dari kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya, karena masih dalam proses belajar.
Wassalamualaikumwr.wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Dari latar belakang yang telah di uraikan diatas maka dapat diambil permasalahan
yaitu, “Bagaimana mutu pelayanan kesehatan yang terdapat di Puskesmas Tempuran?”
1.3 Tujuan
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Mutu adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan pasien ditingkatkan mendekati hasil
yang diharapkan dan mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan. Mutu juga dapat
diartikan sebagai kepatuhan terhadap suatu spesifikasi dan keadaan tanpa cacat.Mutu
pelayanan kesehatan atau pemeliharaan kesehatan diterima dan didefinisikan dalam
banyak pengertian. Menurut Djoko Wijono (1999:25) mutu pelayanan kesehatan dapat
semata-mata dimaksudkan adalah dari aspek teknis medis yang hanya berhubungan
langsung antara pelayanan medis dan pasien saja, atau mutu kesehatan dari sudut pandang
sosial dan sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk akibat-akibat
manajemen administrasi, keuangan, peralatan dan tenaga kesehatan lainnya.
Seiring dengan keadaan sosial masyarakat yang semakin meningkat dimana
masyarakat semakin sadar akan kualitas maka perlu peningkatan kualitas atau pelayanan
kesehatan yang lebih berorientasi pada kepuasan pasien. Artinya berusaha untuk
memberikan pelayanan yang terbaik dan mengevaluasi berdasarkan kaca mata pasien.
Mutu mencakup tentang atribut-atribut kualitas pelayanan seperti kehandalan, daya
tangkap, simpati, kenyamanan, kebersihan dan keramahan. Dari sudut pandang pasien,
kualitas pelayanan bisa berarti suatu empati dan tanggap akan kebutuhan pasien,
pelayanan harus selalu berusaha memenuhi kebutuhan pasien serta harapan mereka,
diberi dengan cara yang ramah pada waktu mereka berobat (Sampoerna, 1994).
2.1.1 Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai ( yang berhubungan
dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan
hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi (Milton I
Roemer dan CMontoya Aguilar, WHO, 1988). Mutu" adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan
pasien ditingkatkan mendekati hasil yang diharapkan dan mengurangi faktor-faktor yang tidak
diinginkan (JCAHO 1993). Definisi tersebut semula melahirkan faktor-faktor yang menentukan
mutu pelayanan kesehatan yaitu :
1. Kelayakan adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan yang dilakukan relevan terhadap
kebutuhan klinis pasien dan memperoleh pengetahuan yang berhubungan dengan
keadaannya.
2. Kesiapan adalah tingkat dimana kesiapan perawatan atau tindakan yang layak dapat
memenuhi kebutuhan pasien sesuai keperluannya.
3
3. Kesinambungan adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan bagi pasien terkoordinasi
dengan baik setiap saat, diantara tim kesehatan dalam organisasi .
4. Efektifitas adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan terhadap pasien dilakukan dengan
benar, serta mendapat penjelasan dan pengetahuan sesuai dengan keadaannya, dalam
rangka memenuhi harapan pasien.
5. Kemanjuran adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan yang diterima pasien dapat
diwujudkan atau ditunjukkan untuk menyempurnakan hasil sesuai harapan pasien.
6. Efisiensi adalah ratio hasil pelayanan atau tindakan bagi pasien terhadap sumber-sumber
yang dipergunakan dalam memberikan layanan bagi pasen.
7. Penghormatan dan perhatian adalah tingkat dimana pasien dilibatkan dalam pengambilan
keputusan tentang perawatan dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut perhatian terhadap
pemenuhan kebutuhan pasien serta harapan-harapannya dihargai.
9. Ketepatan waktu adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan diberikan kepada pasien
tepat waktu sangat penting dan bermanfaat.
Menurut Juran, mutu adalah Fitness for use”, atau kemampuan kecocokan
penggunaan. Trilogi Mutu Menurut Juran yaitu:
1. Perencanaan Mutu :
Suatu mutu seharusnya direncanakan atau dirancang, yang terdiri atas tahap-tahap sebagai
berikut :
Kontrol mutu adalah proses deteksi dan koreksi adanya penyimpangan atau perubahan
segera setelah terjadi, sehingga mutu dapat dipertahankan.
4
2.1.3 Peningkatan Mutu
e. Mendiagnose penyebab
f. Merangsang perbaikan
1. Meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya, tenaga, biaya, peralatan, perlengkapan
dan material
1. Struktur
Struktur = input
– Kewajaran.
2. Outcomes
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional
terhadap pasien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan
baik positif maupun negatif.
5
Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau
prosedur tertentu.
Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional pasien.
3. Proses
Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga
kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan pasien.
– Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya
Pelayanan yang
Diharapkan
Gap 5
Konsumen
Pelayanan yang
Diterima
Gap 3
Penterjemahan
persepsi menjadi
Gap 1
spesifikasi mutu
pelayanan
Gap 2
Persepsi
manajemen
mengenai harapan
konsumen
Zeithmalh, dkk (1990: 23) menyatakan bahwa dalam menilai kualitas jasa/ pelayanan, terdapat
sepuluh ukuran kualitas jasa/ pelayanan, yaitu :
1) Tangible (nyata/berwujud)
2) Reliability (keandalan)
7
3) Responsiveness (Cepat tanggap)
4) Competence (kompetensi)
5) Access (kemudahan)
6) Courtesy (keramahan)
7) Communication (komunikasi)
8) Credibility (kepercayaan)
9) Security (keamanan)
dimensi mutu pelayanan yang saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya yang dikaitkan dengan
kepuasan pelanggan. Selanjutnya oleh Parasuraman (1990) dimensi tersebut difokuskan menjadi 5
dimensi (ukuran) kualitas jasa/pelayanan, yaitu :
1) Tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan,karyawan dan alat-alat
komunikasi.
2) Realibility (keandalan); yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah dijanjikan secara
konsisten dan dapat diandalkan (akurat).
3) Responsiveness (cepat tanggap); yaitu kemauan untuk membantu pelanggan (konsumen) dan
menyediakan jasa/ pelayanan yang cepat dan tepat.
5) Empaty (empati); meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual kepada pelanggan,
kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan pelanggan..
Menurut, Philip B. Crosby, ada “empat hal yang mutlak (absolut)” menjadi bagian integral dari
manajemen mutu, yaitu bahwa :
Ø Definisi mutu adalah kesesuaian terhadap persyaratan (The definition of Quality is conformance to
requirements)
Ø Standar penampilan adalah tanpa cacat (The performance standard is Zero Defects)
Ø Ukuran mutu adalah harga ketidaksesuaian (The measurement of quality is the price of
nonconformance)
8
Ada 14 langkah yang diperlukan untuk pelaksanaan rencana Zero Defects, yaitu
_ Pengukuran-Pengukuran (Measurement)
_ Pengakuan (recognition)
1. Men: kemajuan teknologi, computer dan lain-lain memerlukan pekerja-pekerja spesialis yang
makin banyak.
2. Money: meningkatnya kompetisi disegala bidang memerlukan penyesuaian pembiayaan yang luar
biasa termasuk untuk mutu.
3. Materials: bahan-bahan yang semakin terbatas dan berbagai jenis material yang diperlukan.
4. Machines dan mechanization: selalu perlu penyesuaian – penyesuaian seiring dengan kebutuhan
kepuasan pelanggan.
5. Modern Information Methods: kecepatan kemajuan teknologi computer yang selalu harus diikuti.
8. Motivation: meningkatnya mutu yang kompleks perlu kesadaran mutu bagi pekerja-pekerja.
9. Mounting Product Requirement: persyaratan produk yang meningkat yang diminta pelanggan
perlu penyesuaian mutu terus menerus.
9
2.3 Manajemen Mutu Puskesmas
2.3.1 Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan keseatan di suatu wilayah kerta
(Depkes, 2003). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pusat
pengembangan, pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat yang sekaligus
merupakan pos terdepan dalam membangunan kesehatan masyarakat, maksudnya
adalah puskesmas berfungsi melaksanakan tugas teknis dan administrasi (Depkes,
2003).
Pengertian dari puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat
diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,
dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya tersebut
diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas
guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan
kepada perorangan (Depkes, 2003).Maksud dari pelayanan yang menyeluruh adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi promotif (peningkatan kesehatan), preventif
(pencegahan penyakit), kuratif (penyembuhan penyakit) maupun rehabilitative
(pemulihan penyakit) dan ditujukan untuk semua golongan umur dan jenis kelamin
(Depkes, 2003).
Menurut DepKes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kesehatan.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten / kota (UPTD), Puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan
merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia.
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
10
2.2.3 Pertanggung jawaban Penyelenggaraan
Secara Nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu Kecamatan, tetapi apabila di satu
Kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar
puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).Masing-
masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas
Kesehatan kabupaten/kota.
12
2. Kewajaran pelayanan kesehatan
Syarat yang lain harus dipenuhi untuk dapat menimbulkan kepuasan pasien terhadap
pelayanan kesehatan, adalah kewajaran pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan
ketersediaan, yang mengkaitkan aspek kepuasan dengan mutu, maka suatu pelayanan
kesehatan disebut bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat wajar, dalam arti
dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
3. Kesinambungan pelayanan kesehatan
Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan juga ditentukan oleh kesinambungan
pelayanan kesehatan. Karena kepuasan mempunyai hubungan erat dengan mutu
pelayanan, maka aspek kesinambungan ini juga turut diperhitungkan sebagai suatu
syarat pelayanan kesehatan yang bermutu.
4. Penerimaaan pelayanan kesehatan
Dapat diterima atau tidaknya pelayanan kesehatan sangat menentukan puas atau
tidaknya pasien terhadap pelayanan kesehatan. Dengan demikian untuk dapat
menjamin munculnya kepuasan pasien yang terkait dengan mutu pelayanan maka
pelayanan kesehatan tersebut dapat diupayakan sehingga dapat diterima oleh jasa
pemakai pelayanan.
13
BAB III
PEMBAHASAN
15
disini pasien menunggu lagi untuk pengambilan berkas dari loket tindakan setelah
mendapatkan berkas dari loket tindakan pasien, berkas tersebut di berikan kepada petugas
dan pasien dilakukan tindakan mendasar seperti pemeriksaan tensi. Kemudian, setelah
melakukan pemeriksaan tensi, pasien di tentukan akan menuju balai pelayanan mana.
Sebelum pasien ke balai pelayanan lain, pasti pasien akan di periksa lagi di balai pelayanan
umum. Sebelum pasien ke balai pelayanan, pasien menunggu lagi di ruang tunggu sesuai
dengan antrian. Setelah pasien di berikan layanan pemeriksaan pada balai pelayanan,
pasien mendapatkan resep dari dokter dan langsung menebusnya ke bagian apotek. Dalam
setiap rata-rata pasien mengantri selama 10 menit, tergantung pada jumlah kunjungan
pasien yang datang.
Pada saat di loket pendaftaran administrasi pasien, proses pencatatan yang dilakukan
oleh petugas ialah secara manual dan kemudian komputerisasi. Jadi pada saat awal pasien
datang, petugas loket mencatatnya secara manual dengan tujuan untuk menyingkat waktu,
mempercepat pekerjaan sehingga tidak terjadi penumpukan pasien. Kemudian setelah jam
loket tutup petugas loket baru melakukan pencatatan secara terkomputerisasi, data di
masukkan ke SIKDA dan P.Care. Memang menjadi dua kali kerja tetapi jika memakai
SIKDA dan P.Care pada awal pendaftaran memakan waktu banyak hanya untuk sekedar
mencari data pasien yang sudah pernah berobat ataupun belum.
Terkadang masyarakat yang datang untuk berobat seenaknya sendiri tetapi yang di
salahkan ialah petugas Puskesmas yang menggangap bahwa petugas tidak dapat melayani
dengan baik. Semisal, jika pasien yang datang ditanyakan apakah sudah pernah berobat
atau membawa kartu identitas berobat ataupun KTP yang mempermudah proses
pendaftaran ternyata tidak membawa dengan alasan belum pernah mendafatar. Justru ini
akan mempersulit diri sendiri dan juga petugas loket, karena petugas harus membuka
SIKDA dan P.care. Hal sepele ini juga dapat mengakibatkan terjadinya penumpukan
pasien.
Cara Puskesmas Tempuran untuk mengukur tingkat kepuasan pasien ialah dengan 2
cara yaitu kotak saran dan seurvei mawas diri. Adanya pemasangan kotak saran yang di
harapkan masyarakat dapat menggunakannya sebagai wadah masukan ataupun komplain
dari masyarakat terkait pelayanan, sarana prasarana yang ada di Puskesmas, Pernah ada
pesan atau komplain yang masuk di kotak saran yang kemudian di tindaklanjuti pada saat
rapat evaluasi setiap bulannya. Selain pengunaan kotak saran sebagai salah satu cara untuk
mengetahui tingkat kepuasaan pasien. Puskesmas juga mengharapkan adanya survei
mawas diri,yaitu adanya saling koreksi satu sama lain antar tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas Tempuran.
16
Survei mawas diri ialah sebagai contoh adanya koreksi antar balai pelayanan umum dengan
balai pelayanan gigi, atau loket dengan balai pelayanan umum, dan lainnya. Tetapi cara ini
belum dilaksanakan, karena belum adanya model bagaimana cara pengaplikasikannya baru
hanya sebagai wacana saja. Diharapkan adanya 2 cara tersebut dapat meningkatkan mutu
pelayanan yang ada di Puskesmas.
Dari Dinas Kesehatan Kab.Karawang ada indikator kinerja Puskesmas namun untuk
sementara kinerja Puskesmas baru program saja. Jadi untuk pelayanan manajemen mutu
kita masih sekedar bagaimana meningkatkan untuk sumber daya manusianya saja.
Di setiap balai pelayanan, laboratorium dan apotek yang ada di Puskesmas Tempuran
tidak memiliki alat mutu untuk mengukur peningkatan mutu pelayanan. Beberapa alat yang
ada di balai-balai pelayanan dan juga laboratorium masa penggunaannya ada yang sudah
mencapai lebih dari 10 tahun dan belum mendapatkan pengganti. Lamanya waktu dalam
pemeriksaan di setiap balai pelayanan, laboratorium dan apotek tergantung pada kasus
yang ada.
Terkait alat-alat kesehatan yang ada di Puskesmas Tempuran, ada sebagian yang
membeli sendiri ada pula yang merupakan dropping dari Dinas Kesehatan, dari Dinas pun
merupakan usulan atau permintaan dari Puskesmas. Dinas memberikan apa yang
dibutuhkan oleh Puskesmas, apa yang di usulkan. Karena anggaran dana puskesmas tidak
mencukupi untuk pembelian alat kesehatan secara mandiri sedangkan harga alat kesehatan
sangat mahal dan dana anggaran Puskesmas setahun hanya sekitar Rp. 200.000.000.
Anggaran dana Puskesmas tersebut semuanya sudah untuk mengcover semua kebutuhkan
Puskesmas semuanya, mulai dari ATK Puskesmas, obat-obatan dan reagen. Dana anggaran
tersebut juga digunakan untuk mengcover masyarakat miskin di wilayah kerja Puskesmas
Tempuran untuk berobat gratis.
Jika ada alat kesehatan seperti tensi atau alat kesehatan lain yang dapat dibeli dengan
harga murah dan dalam keadaan darurat, Puskesmas membelinya dengan menggunakan
dana anggaran Puskesmas. Tentang keamanan dan uji coba alat kesehatan, otomatis jika
ingin membeli alat di sesuaikan dengan kebutuhkan Puskesmas, uji kompetensinya dari
CV/ toko alat kesehatan jelas sudah di uji, dan dibelinya juga pada CV atau toko alat
kesehatan yang sudah menjadi langganan. Jika alat keseehatan yang merupakan dropping
dari dinas kesehatan, Puskesmas tidak mengetahui apakah sudah di uji kelayanannnya atau
belum, tetapi otomatis jika pada saat pengadaan tentunya sudah di uji kompetensi dari
pihak rekanan.
17
Cepat atau lamanya pengadaan alat kesehatan dari dinas tergantung pada pengadaanya,
karena ada waktu sendiri untuk pengadaaan alat kesehatan dari dinas. Jika pengadaannya
cepat, maka Puskesmas akan mendapatkan alat kesehatan baru, jika tidak Puskesmas tidak
mendapatkan alat kesehatan baru. Bergantung apakah pengadaaan alat kesehatan
pembeliannya secara langsung atau lewat pelelangan. Jika lelang tentunya lama, karena
lewat lelang memang benar-benar transparan semuanya. Pernah dalam pengadaan alat
kesehatan waktunya lama bahkan bisa saja gagal, dikarenakan alat kesehatan sangat
spesifikiasi, barang murah belum tentu alat tersebut dapat digunakan secara maksimal.
Ototmatis dari pihak Puskesmas (user) tidak mau menerima.
Jika ada alat kesehatan yang rusak atau tidak dapat digunakan dan bertepatan dengan
dana anggaran Puskesmas yang tidak mencukupi untuk membeli alat kesehatan yang baru,
Puskesmas mengantisipasi dengan cara mengadakan pemeliharaan untuk perawatan kantor
yang kemudian di kalibrasi.
Jika alat rusak dan belum ada penggantinya maka dilakukan perbaikan. Tetapi jika
memang tidak dapat digunakan kembali, pihak puskesmas akan menghapusnya, dan
membeli yang baru. Cara pengahapusan alat kesehatan yang ada di Puskesmas tidak
sekedar kita membuanganya, harus memiliki ijin melalui Dinas Kesehatan, kemudian
Dinas Kesehatan akan membuat SK ke aset daerah untuk dihitung dan dibuat laporan ke
pemkot. Setelah itu maka pemkot akan datang ke Puskesmas kemudian dilakukan
pelelangan. Puskesmas tidak memiliki tindakan jika masyarakat sekitar memprotes dan
merasa terganggu akibat alat kesehatan yang hendak di hapus tersebut, karena menurut
pihak Puskesmas semuanya sudah ada aturannya dan Puskesmas tidak mempunya hak.
Upaya yang diperlukan dalam meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas Tempuran
ialah meningkatkan mutu sumber daya manusia dan sumber daya lainnya seperti sarana
dan prasarana. Karena untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat puskesmas harus
meningkatkan mutu sumber daya yang ada di puskesmas, terkait wawasan tenaga
kesehatan, bagaimana sikap dan perilaku dalam melayani pasien dan dalam melayani
masyrakat dengan melalui pelatihan-pelatihan dari Dinas Kesehatan Kota yang diadakan
satu tahun sekali untuk setiap petugas kesehatan, semisal petugas loket yang konotasinya
berhadapan langsung pertama kali dengan pasien.
Untuk pasien gawatdarurat terdapat IGD yang bisa langsung dilakukan tindakan serta
terdapat jalur TRIAGE untuk membedakan pasien gawat dan aman serta bad tempat rawat
inap pasien sudah sesuai standard karena untuk menguirangi resiko kecelakaan pasien atau
untuk keselamatan pasien
18
Dalam observasi lingkungan puskesmas tempuran karena bangunan lama dalam tata
ruangan masih kurang tepat loket pendaftaran dan ruang rekam medis menyatu sehingga
ruangan sempit, ruang farmasi dan gudang obat menyatu sehingga sempit, apalagi ruang
TB dan Kusta harusnya terpisah sendiri tettapi ini menyatu, dari kesersihan cukup bersih
karena setiap pagi sebelum pelayanan dan siang setelah pelayanan selalu dibersihkan dan
terdapat taman dan kolam dipinggir- pinggir bangunan guna memperindah penampilan
puskesmas.
4.1 Kesimpulan
Dalam memberikan pelayanannya puskesmas harus cepat tanggap terhadap kebutuhan
pasien baik itu dari segi pengobatan, administrasi maupun ketepatan dalam bertindak.
Tidak semua puskesmas akan kita dapatkan mutu pelayanan yang maksimal untuk
pasiennya. Puskesmas Tempuran merupakan Puskesmas yang berada di wilayah
Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang.Puskesmas Tempuran memiliki wilayah
kerja Sembilan (9) desa dengan luas wilayah886,791 Ha terletak di tepi jalan utama yang
menghubungkan beberapa kecamatan yaitu Cilebar - Pedes - Cilamaya Kulon –
Telagasari. Dari kantor kecamatan lokasi Puskesmas dapat di capai sejauh 1 KM.
Untukmencapai pusat kota Karawang 45 KM dapat di tempuh sekitar 60 menit dengan
kendaraan bermotor.Struktur organisasi yang ada di Puskesmas Tempuran menganut pada
peraturan.
Pelayanan yang tersedia di Puskesmas Tempuran adalah Balai Pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak, Balai Pelayanan Umum, Balai Pelayanan Gigi, Pelayanan MTBS,
Persalinan, gawat darurat serta persalinan dengan pelayanan penunjang berupa laboratorum
dan apotek. Dalam alur pendaftaran Puskesmas Tempuran sebenarnya sudah menetapkan
Standart Operasional Prosedur (SOP) tetapi karena kurangnya SDM sehingga lama untuk
mengantri pada masing-masing pasien berbeda. Proses pencatatan yang dilakukan oleh
petugas ialah secara manual dan kemudian komputerisasi. Cara Puskesmas Tempuran
untuk mengukur tingkat kepuasan pasien ialah dengan 2 cara yaitu kotak saran dan seurvei
mawas diri.
Upaya yang diperlukan dalam meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas Tempuran
ialah meningkatkan mutu sumber daya manusia dan sumber daya lainnya seperti sarana
dan prasarana. Perbaikan yang pernah dilakukan ialah evaluasi melalui rapat perbulan,
tetapi aplikasinya melalui individu, antar individu tidak secara resmi dan tidak tertulis.
Setiap senin pagi pada saat apel, juga kepala Puskesmas menyampaikan agar semua tenaga
kesehatan dapat meningkatkan mutu pelayanan untuk lebih santu, ramah dan sabar, karena
puskesmas sebagai pelayan masyarakat. Selain itu peningkatan mutu pelayanan yang ada di
Puskesmas Tempuran juga di monitoring oleh Dinas Kesehatan Kota Karawang.
Mayoritas pasien yang berkunjung ke Puskesmas Tempuran berpendapat dokter dan
perawat yang memeriksanya sangat ramah, sopan dan berpenampilan bersih, rapi dan
ruangannya lumayan bersih.
21
Pelayanan di loket pendaftaran dan loket tindakan memuaskan karena cepat dan
petugasnya sangat ramah. Tetapi tempat antrian yang sempit sehingga apabila pasien
banyak dan tempat duduknya tidak mencukupi, sehingga kurang nyaman.
4.2 Saran
Sebaiknya Puskesmas Tempuran mempunyai tim mutu khusus yang bertugas untuk
menangani permasalahan dan meningkatkan tentang manajemen mutu pelayanan kesehatan
ada di puskesmas tersebut. Perlunya ada survei pengunjung untuk mengukur pelayanan
tidak hanya saja secara sepihak dari petugas Puskesmas saja, tetapi juga diperlukan survei
langsung kepada masyarakat semisal ada masyarakat yang enggan memasukkan saran ke
kotak saran, sehingga jika ada komplain dari masyarakat dapat cepat di tindak lanjuti dan
di perbaiki.
Meningkatkan kesadaran masyarakat dengan cara selalu mengingatkan atau dibuat
aturan baru supaya masyarakat mengikuti prosedur yang telah ditetapkan Puskesmas agar
dalam pelayanannya tidak terhambat. Pemerintah sebaiknya memberikan dana untuk
memperlebar Puskesmas Bugangan supaya pasien yang datang dan ngantri ada tempat
untuk menunggunya. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM sangat diperlukan untuk
mewujudkan mutu pelayanan kesehatan yang baik. Harus menetapkan Standart
Operasional Prosedur (SOP) sehingga lama untuk mengantri pada masing-masing pasien
berbeda.
22
DAFTAR PUSTAKA
Munijaya, A.Gde.2004. “Manajemen Kesehatan Edisi 2”. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Wijono, Djoko. 1999. “Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan”. Surabaya: Airlangga University
Perri,Potter.(2010).Foundamental Of Nursing.Edisi 7.Jakarta:Salemba Medika
Arsi Murti, 2013, “Pelayanan Prima dalam Konteks Pelayanan Publik”, dalam blog UGM.ac.idAzrul
Azwar, 1996, Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan
Anonim.http://unmuhpnk.ac.id/wp-content/uploads/2011/06/Kepuasan
Pasien.pdf.(2011).”Kepuasan Pasien”.diakses dari 7 September 2012
Press.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33568/4/Chapter%20II.pdf.
http://digilib.ump.ac.id/download.php?id=343.
http://eprints.uny.ac.id/7902/3/BAB%202-05412144074.pdf.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23853/4/Chapter%20II.pdf
23