Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

Disusun Oleh :
ISTIFA AMALIA
(14.401.18.029)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan hidayah kepada kami,
sehingga kami dapat menyelsaikan makalah yang berjudul “Prosedur tindakan keperawatan
pada Lansia”. Makalah ini kami buat bertujuan untuk menjelaskan tentang Prosedur Tindakan
Keperawatan pada Lansia. Dengan adanya makalah ini harapkan mahasiswa lain dapat
memahami Prosedur Tindakan Keperawatan pada Lansia dengan baik. Makalah ini kami buat
dengan semaksimal mungkin, walaupun kami menyadari masih banyak kekurangan yang harus
kami perbaiki. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran atau kritik dan yang sifatnya
membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini
dapat berguna bagi pembaca maupun kami.

Banyuwangi, 16 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................................1
A. Latar belakang..........................................................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................................................3
A. Perubahan Kognitif pada Lansia............................................................................................................4
B. Demensia....................................................................................................................................................4
C. Pengenalan Dini Dimensia.......................................................................................................................5
D. Latihan Kognitif pada Lansia.................................................................................................................5
BAB III...................................................................................................................................................................6
PENUTUP..............................................................................................................................................................6
A. Kesimpulan................................................................................................................................................6
B. Saran..........................................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................7
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Lansia merupakan tahap
perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut
dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari (Notoadmojo dalam Siahaan, 2014).
Hurlock (dalam Pesik, 2015) mengatakan bahwa orang-orang yang dikatakan lansia
adalah orang-orang yang berusia lebih dari 60 tahun. Badan Pusat Statistik pada tahun
2010 melaporkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 17,303 juta
jiwa, meningkat sekitar 7,4% dari tahun 2000 yang sebanyak 15,882 juta jiwa dan
diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000
jiwa per tahun (Putra dkk, 2014). Jika dilihat sebaran penduduk lansia menurut provinsi,
persentase penduduk Lansia di atas 10% sekaligus paling tinggi ada di Provinsi DI
Yogyakarta (13,04%), Jawa Timur (10,40%) dan Jawa Tengah (10,34%) (Putra dkk,
2014).
Hidayati dkk (2013) mengatakan, lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan
(Sirait, 2015). Proses penuaan (aging process) merupakan suatu proses yang alami
ditandai dengan adanya penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun
sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses menua dapat menurunkan
kemampuan kognitif dan kepikunan, masalah kesehatan kronis dan penurunan fungsi
kognitif serta memori (Putra et a el.,2013). Zulsita (2010) mengatakan kognitif
merupakan suatu proses pekerjaan pikiran yang dengannya kita menjadi waspada akan
objek pikiran atau persepsi, mencakup semua aspek pengamatan, pemikiran dan ingatan.
Selanjutnya adalah demensia, demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan
intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognitif dan fungsional, sehingga
mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Demensia
memiliki gejala klinis berupa kemunduran dalam hal pemahaman seperti hilangnya
kemampuan untuk memahami pembicaraan yang cepat, percakapan yang kompleks atau
abstrak, humor yang sarkastis atau sindiran. Dalam kemampuan bahasa dan bicara terjadi
kemunduran pula yaitu kehilangan ide apa yang sedang dibicarakan, kehilangan
kemampuan pemrosesan bahasa secara cepat, kehilangan kemampuan penamaan
(naming) dengan cepat. Dalam bidang komunikasi sosial akan terjadi kehilangan
kemampuan untuk tetap berbicara dalam topik, mudah tersinggung, marah, pembicaraan
bisa menjadi kasar dan terkesan tidak sopan. Namun tidak disertai gangguan derajat
kesadaran (Legowo, 2015). World Health Organisation (WHO) melaporkan bahwa
prevalensi penurunan fungsi kognitif meningkat sejalan bertambahnya usia, kurang dari 3
% terjadi pada kelompok usia 65-75 dan lebih dari 25 % terjadi pada kelompok usia 85
tahun ke atas.
B. Tujuan
1. Untuk memahami tentang perubahan kognitif pada lansia
2. Untuk memahami tentang Demensia
3. Untuk memahami pengenalan dini demensia
4. Untuk memahami latihan kognitif pada lansia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perubahan Kognitif pada Lansia
Dalam arti yang luas cognitive (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi popular
sebagai salah satu domain psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental
yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.
Proses penuaan menyebabkan kemunduran kemampuan otak. Diantara kemampuan
yang menurun secara linier atau seiring dengan proses penuaan adalah:
Daya Ingat (memori), berupa penurunan kemampuan penamaan (naming) dan
kecepatan mencari kembali informasi yang telah tersimpan dalam pusat memori
(speed of information retrieval from memory).
Intelegensia Dasar (fluid intelligence) yang berarti penurunan fungsi otak bagian
kanan yang antara lain berupa kesulitan dalam komunikasi non verbal, pemecahan
masalah, mengenal wajah orang, kesulitan dalam pemusatan perhatian dan
konsentrasi
B. Demensia
Demensia adalah sindrom penurunan kognitif dan fungsional, biasanya terjadi di
kemudian hari sebagai akibat neurodegenarif dan proses serebrosvaskuler (Killin,
2016). Demensia merupakan penyakit degeneratif yang sering menyerang pada orang
yang berusia diatas 60 tahun. Demensia terjadi akibat kerusakan sel-sel otak dimana
sistem saraf tidak lagi bisa membawa informasi ke dalam otak, sehingga membuat
kemunduran pada daya ingat, keterampilan secara progresif, gangguan emosi, dan
perubahan perilaku, penderita demensia sering menunjukkan gangguan perilaku
harian (Pieter and Janiwarti, 2011). Demensia adalah kondisi dimana hilangnya
kemampuan intelektual yang menghalangi hubungan sosial dan fungsi dalam
kehidupan sehari-hari. Demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang
normal dan bukan sesuatu yang pasti akan terjadi dalam kehidupan mendatang,
demensia dapat juga di sebabkan pleh bermacam-macam kelainan otak. Hampir 55%
penderita demensia disebabkan oleh Alzheimer, 25-35% karena strokedan 10-15%
karena penyebab lain, banyak demensia yang diobati meskipun sangat sedikit darinya
yang dapat disembuhkan.
Menurut Asrori dan putri (2014), menyebutkan ada beberapa tanda dan gejala yang
dialami pada Demensia antara lain :
1. Kehilangan memori
Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia adalah lupa tentang
informasi yang baru di dapat atau di pelajari, itu merupakan hal biasa yang
diamali lansia yang menderita demensia seperti lupa dengan pentujuk yang
diberikan, nama maupun nomer telepon, dan penderita demensia akan sering lupa
dengan benda dan tidak mengingatnya.
2. Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan.
Lansia yang menderita Demensia akan sering kesulitan untuk menyelesaikan
rutinitas pekerjaan sehari-hari. Lansia yang mengadalami Demensia terutama
Alzheimer Disease mungkin tidak mengerti tentang langkah-langkah dari
mempersiapkan aktivitas sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunkan
perlatan rumah tangga dan melakukan hobi.
3. Masalah dengan bahasa
Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitam dalam mengelolah kata yang
tepat, mengeluarkan kat-kata yang tidak biasa dan sering kali membuat kalimat
yang sulit untuk di mengerti orang lain.
4. Disorientasi waktu dan tempat
Mungkin hal biasa ketika orang yang tidak mempunyai penyakit Demensia lupa
dengan hari atau diaman dia berada, namun dengan lansia yang
mengalami Demensia akan lupa dengan jalan, lupa dengan dimana mereka berada
dan baimana mereka bisa sampai ditempat itu, serta tidak mengetahui bagaimana
kebali kerumah.
5. Tidak dapat mengambil keputusan
Lansia yang mengalami Demensia tidak dapat mengambil keputusan yang
sempurna dalam setiap waktu seperti memakai pakaian tanpa melihat cuaca atau
salah memakai pakaian, tidak dapat mengelolah keuangan.
6. Perubahan suasana hati dan kepribadian
Setiap orang dapat mengalami perubahan suasan hati menjadi sedih maupun
senang atau mengalami perubahan perasaann dari waktu ke waktu, tetapi dengan
lansia yang mengalami demensia dapat menunjukan perubahan perasaan dengan
sangat cepat, misalnya menangis dan marah tanpa alasan yang jelas. Kepribadian
seseorang akan berubah sesuai dengan usia, namun dengan yang dialami lansia
dengan demensia dapat mengalami banyak perubahan kepribadian, misalnya
ketakutan, curiga yang berlebihan, menjadi sangat bingung, dan ketergantungan
pada anggota keluarga.
C. Pengenalan Dini Demensia
Pengenalan dini demensia berarti mengenali :
1. Kondisi normal (mengidentifikasi BSF dan AAMI): kondisi kognitif pada lanjut
usia yang terjadi dengan adanya penambahan usia dan bersifat wajar. Contoh:
keluhan mudah-lupa secara subyektif, tidak ada gangguan kognitif ataupun
demensia.
2. Kondisi pre-demensia (mengidentifikasi CIND dan MCI): kondisi gangguan
kognitif pada lanjut usia dengan cirri mudah lupa yang makin nyata dan dikenali
(diketahui dan diakui) oleh orang dekatnya. Mudah lupa subyektif dan obyektif
serta ditemukan performa kognitif yang rendah tetapi belum ada tanda-tanda
demensia.
3. Kondisi demensia : kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia dengan berbagai
jenis gangguan seperti mudah lupa yang konsisten, disorientasi terutama dalam
hal waktu, gangguan pada kemampuan pendapat dan pemecahan masalah,
gangguan dalam hubungan dengan masyarakat, gangguan dalam aktivitas di
rumah dan minat intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri.
Dalam tahap pengenalan dini dimensia, sangatlah penting untuk mengenali
kemunduran kognitif seseorang pada fase awal daripada mengenalinya setelah
yang bersangkutan mengalami demensia. Pengenalan dini tentang kemunduran
kognitif pada lanjut usia menjadi fokus utama ilmu neuro/psiko geriatri masa kini.
Disini diperlukan kerjasama antara neurolog, psikiater dan psikolog yang
memiliki minat dan perhatian pada lansia.
D. Latihan Kognitif Pada Lansia
1. Strategi Latihan Kognitif
a) Menurunkan cemas
b) Tehnik relaksasi
c) Biofeedback, menggunakan alat untuk menurunkan cemas dan memodifikasi
respon perilaku.
d) Systematic desenzatization. Dirancang untuk menurunkan perilaku yang
berhubungan dengan stimulus spesifik misalnya karena ketinggian atau
perjalanan melalui pesawat. Tehnik ini meliputi relaksasi otot dengan
membayangkan situasi yang menyebabkan cemas.
e) Flooding. Klien segera diekspose pada stimuli yang paling memicu cemas
(tidak dilakukan secara berangsur – angsur) dengan menggunakan
bayangan/imajinasi
f) Pencegahan respon klien. Klien didukung untuk menghadapi situasi tanpa
melakukan respon yang biasanya dilakukan.
2. Terapi Kognitif
a) Latihan kemampuan social meliputi : menanyakan pertanyaan, memberikan
salam, berbicara dengan suara jelas, menghindari kiritik diri atau orang lain
b) Aversion therapy : therapy ini menolong menurunkan perilaku yang tidak
diinginkan tapi terus dilakukan. Terapi ini memberikan stimulasi yang
membuat cemas atau penolakan pada saat tingkah laku maladaptive dilakukan
klien.
c) Contingency therapy: Meliputi kontrak formal antara klien dan terapis tentang
apa definisi perilaku yang akan dirubah atau konsekuensi terhadap perilaku itu
jika dilakukan. Meliputi konsekuensi positif untuk perilaku yang diinginkan
dan konsekuensi negative untuk perilaku yang tidak diinginkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa tua, tidak dapat dipungkiri juga bahwa fungsi eksekutif
seseorang akan mengalami penurunan. Seseorang akan lebih sulit untuk
menciptakan hal-hal yang baru dan cenderung mengikuti ataupun
mengulang cara-cara yang telah diketahui sebelumnya. Aktivitas kognitif
juga tidak terbukti dapat meningkatkan fungsi eksekutif, khususnya
fleksibilitas dan kreativitas berpikir lansia. Akan tetapi, aktivitas kognitif
dapat berkontribusi pada fungsi memori dan atensi yang lebih baik pada
lansia.
Selain aktivitas kognitif, kehadiran partner yang tinggal bersama lansia,
status pernikahan, usia, pendidikan terakhir, jenis kelamin, dan riwayat
penyakit pada lansia juga menjadi faktor yang dapat
berpengaruh pada fungsi kognitif seseorang.
B. Saran
Pada kelompok lansia yang tidak melakukan aktivitas kognitif secara rutin
kemungkinan akan mengarah kepada hal-hal yang dikondisikan. Misalnya
melakukan latihan otak kepada kelompok lansia ini, agar dapat
menstimulasi kognitif lansia. Selain itu, pada penelitian ini kelompok
lansia yang tidak melakukan aktivitas kognitif secara rutin kebanyakkan
tinggal di panti wreda dan sudah tidak lagi tinggal bersama dengan
keluarganya. Aktivitas-aktivitas latihan otak yang dilakukan secara rutin,
seperti misalnya melakukan permainan yang berkaitan dengan memori
visual maupun verbal, diharapkan dapat merangsang lansia agar dapat
lebih produktif.

DAFTAR PUSTAKA
Coresa, T. (2014). Gambaran fungsi kognitif pada lansia di Unit Rehabilitas Social Pucang
Gading Semarang (Skripsi, Universitas Diponegoro). Diakses pada tanggal 12 Oktober 2017
pukul 13.25 dari http://eprints.undip.ac.id/44892/
Nugroho,W.(2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik.
Jakarta:EGC.http://perawatpedia.blogspot.co.id/2014/04/teori-keperawatan-dorothy-e-
jhonson.html. diakses tanggal 17 September 2015.
Wreksoatmaja, B. R. (2015). Aktivitas kognitif memengaruhi fungsi kognitif lanjut usia di
Jakarta. CDK, 42(1), 7–13.

Anda mungkin juga menyukai