Disusun oleh:
Siti Antika Nurdin Yati
180106064
Farmasi 18-B
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah Teknologi Sediaan Semisolida dengan
tepat waktu serta tanpa halangan apapun.
Dengan adanya makalah ini, diharapakan dapat membantu proses pembelajaran dan
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak atas bantuan, dukungan dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini
dan dapat mengetahui tentang sejarah kesehatan dunia dan Indonesia. Makalah ini mungkin
kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk menyempurnakan
makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat
pembawa (ve-hikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan topikal
yang memiliki efek terapeutik, sedangkan zat pembawa adalah bagian inaktif dari
sediaan topikal dapat ber-bentuk cair atau padat yang membawa ba-han aktif
berkontak dengan kulit. Idealnya zat pembawa mudah dioleskan, mudah dibersih-
kan, tidak mengiritasi serta menyenangkan secara kosmetik. Selain itu, bahan aktif
harus berada di dalam zat pembawa dan kemudian mudah dilepaskan.1,2,9-11.
Untuk mendapatkan sifat zat pembawa yang demikian, maka ditambahkanlah bahan
atau unsur senyawa tertentu yang berperan dalam memaksimalkan fungsi dari zat
pembawa (yunhendri, 2012).
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
PEMBAHASAN
2.1. Perbedaan formulasi sediaan topikal steril dan sediaan non steril
steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Formulasi sediaan steril merupakan salah satu bentuk
sediaan farmasi yang banyak dipakai, terutama pada pasien yang dirawat dirumah
sakit. Sediaan steril sangat membantu pada saat pasien dioperasi, diinfus, disuntuk,
mempunyai luka terbuka yang harus diobati dan sebagainya (MGMP pati, 2012).
Pendekatan formula
Sistem Pemastian Mutu yang benar tepat bagi industri farmasi hendaklah
memastikan bahwa:
Evaluasi Fisik
Penafsiran hasil: warna, bau dan rasa memenuhi spesifikasi formulasi (sesuaikan
Spec. Sediaan yang dibuat)
Hasil: tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian
selesai. Abaikan bekas krim yang diperkirakan berasal dari bagian luar
dimana terdapat lipatan dari tube atau dari bagian ulir tutup tube. Jika
terdapat kebocoran pada 1 tube tetapi tidak lebih dari 1 tube, ulangi
pengujian dengan 20 tube tambahan. Uji memenuhi syarat jika: tidak ada
satu pun kebocoran diamati dari 10 tube uji pertama, atau kebocoran yang
diamati tidak lebih dari 1 dari 30 tube yang diuji.
Evaluasi Biologi
Prinsip : Menguji sterilitas suatu bahan dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan
mikroba pada inkubasi bahan uji menggunakan cara inokulasi langsung atau
filtrasi dalam medium Tioglikonat cair dan Soybean Casein Digest prosedur
uji dapat menggunakan teknik inokulasi langsung ke dalam media pada 30-
35oC selama tidak kurang dari 7 hari.
Hasil : Tahap Pertama: Memenuhi syarat uji jika pada interval waktu tertentu dan
pada akhir periode inkubasi, diamati tidak terdapat kekeruhan atau
pertumbuhan mikroba pada permukaan, kecuali teknik pengujian dinyatakan
tidak absah. Jika ternyata uji tidak absah, maka dilakukan pengujian Tahap
Kedua.
Syarat/penafsiran hasil:
Kemasan sediaan non steril terdiri dari kemasan primer dan kemasan sekunder.
Kemasan primer merupakan pengemasan yang berhubungan langsung dengan
produk. Proses ini dilakukan oleh sub bagian produksi dan dilakukan di grey area
atau white area. Sedangkan kemasan sekunder merupakan pengemasan yang tidak
berhubungan langsung dengan produk dan dilakukan di black area.
Kemasan sediaan steril harus steril, baik pada waktu pengisian maupun
penutupan dan wadah harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas
pada pemakaian pertama (Murtini,2016). Dalam tube logan dan dalam wadah
terlindung dari cahaya (Brithish Pharmacoppoeia, 2002).
BAB III
PENUTUP
.1 Kesimpulan
Dapat diketahui perbedaan antara sediaan steril dengan non steril. Dari formulasi,
uji evaluasi, cara pembuatan, dan kemasan. Tahap yang paling penting ialah proses
sterilisasi pada tiap sediaan yang dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang P. 2007. Manajemen Industri Farmasi. Yogyakarta: Global Pustaka
Utama.
MGMP pati. 2012. Ilmu resep teori jilid III. CV BUDI UTAMA. Yogyakarta.
Yunhendri, Dkk. Berbagai bentuk sediaan topikal dalam dermatologi. RS Dr. djamil.
Padang.