Anda di halaman 1dari 55

PARASITOLOGI –

PROTOZOA
Dr. apt. Dwintha Lestari S.Farm., M.Si.
PROTOZOA

• Berasal dari 2 kata :


Protos = pertama
Zoon = hewan
• Merupakan kelompok organisme hewan
bersel tunggal

Bedanya
dengan bakteri
dan virus?
KARAKTERISTIK UMUM PROTOZOA

• Ukuran mikroskopis (40 mikron – 70 mikron)


 Protozoa terbesar Balantidium coli berukuran 70 mikron
 Protozoa berukuran kecil seperti plasmodium
• Bentuk protozoa
 Bulat
 Simetris
 Lonjong
 Bilateral
 Tidak beraturan
• Alat pergerakan
 Flagella dan membran gelombang : contoh. Mastigophora
 Cilium : contoh. Ciliata
 Pseudopodium (kaki semu) : contoh. Rhizopoda
 Sporozoa (tidak memiliki alat gerak)
KARAKTERISTIK UMUM PROTOZOA

• Umumnya heterotrof (tidak dapat membuat makanan sendiri)


• Protozoa dapat Hidup bebas, saprofit atau parasit
• Protozoa merupakan Organisme bersel tunggal
• Protozoa adalah Eukariotik atau memiliki membran nukleus/
berinti sejati
• Protozoa dapat Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni
(kelompok)
• Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup. sista,
merupakan bentuk sel protozoa yang terdehidrasi dan
berdinding tebal mirip dengan endospora yang terjadi pada
bakteri
• Protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan kering
maupun basah.
• Protozoa tidak mempunyai dinding sel
• Protozoa merupakan organisme mikroskopis yang prokariot
MORFOLOGI PROTOZOA

• Struktur utama protozoa :


a. Inti : membran inti,
selaput inti, cairan inti,
karyosom
b. Kromatin  sitoplasma
 endoplasma dan
ektoplasma
c. Alat pergerakan
REPRODUKSI PROTOZOA

Seksual Yaitu bersatunya dua sel


(Syngami)permanen atau tidak
permanen

Aseksual 1 parasit membelah menjadi 2 parasit


yang sama
Contoh : amoeba, mastigophora, dan
ciliata
Pembiaka Contoh : pada sporozoa
n seksual
dan
aseksual
bergantia
n
KL ASIFIKASI PROTOZOA
1. RHIZOPODA

• Ciri :
a. Rhizopoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhizo =
akar, dan podos = kaki, atau Sarcodina (sarco =
daging).
b. Memiliki kaki semu  berasal dari sitoplasma yang
menjulur  fungsinya : alat gerak dan untuk
memangsa makanan
c. Pembelahan biner
d. Bentuk sel tidak tetap, bersifat heterotrof
e. Dapat berubah menjadi kista saat lingkungan tidak
memadai, namun dapat aktif kembali
f. Beberapa rhizopoda memiliki cangkang dari kalsium
karbonat dan silika
g. Reproduksi secara aseksual dengan pembelahan diri.
h. Hidup dengan bebas atau parasit.
i. Rhizopoda bernafas dengan cara difusi ke seluruh
permukaan tubuh.
j. Umumnya hidup di air tawar, namun ada sebagian
yang ditemukan di laut
k. Rhizopoda mempunyai bentuk yang dapat berubah-
ubah atau tidak tetap.
Contoh : Amoeba sp.
2. CILIATA

• Ciri :
a. Ciliata berasal dari bahasa Latin, yaitu
cilia = rambut kecil, atau ciliophora,
yaitu phora = gerakan, bergerak
dengan menggunakan silia (rambut
getar).
b. Memiliki silia (rambut getar) di seluruh
permukaan sel  sebagai alat gerak
dan untuk membantu menggerakan
makanan ke sitostoma
c. Memiliki 2 inti sel : makronukleus dan
mikronukleus
d. Reproduksi aseksual dengan
pembelahan biner
e. Reproduksi seksual dengan konjugasi
f. Memiliki trikosit, bersifat heterotrof
Contoh : Paramecium sp.
3. FL AGELL ATA

• Ciri :
a. Flagellata berasal dari flagell = cambuk,
atau dengan menggunakan bulu cambuk,
phora = gerakan yang bergerak dengan
menggunakan bulu cambuk atau flagellum.
b. Memiliki flagelum (bulu cambuk) sebagai
alat gerak  umumnya ada di bagian depan
dan belakang
c. Reproduksi aseksual dengan pembelahan
biner
d. Hidup di air dan bersimbiosis
e. Menjadi parasit di dalam tubuh hewan
f. Uniseluler (bersel satu) dan berkoloni
g. Flagellata digadang-gadang merupakan
nenek moyang dari tumbuhan dan hewan
4. SPOROZOA

• Ciri :
a. Sporozoa berasal dari bahasa
Yunani, spore = biji, zoa =
hewan
b. Tidak memiliki alat gerak
c. Semua sporozoa hidup sebagai
parasit di tubuh hewan dan
manusia
d. Pembelahan ganda
e. Memiliki daur hidup yang
kompleks
f. Memiliki spora
g. Dapat bereproduksi secara
seksual dan aseksual

Contoh : Plasmodium sp.


RHIZOPODA - AMEBIASIS
CONTOH PROTOZOA
RHIZOPODA

• Entamoeba histoliytica Patogen


• Entamoeba coli
• Endolimax nana
• Ioda moeba butschlii Non patogen
• Entamoeba hartmanni
• Entamoeba polecki
ENTAMOEBA HISTOLYTICA

• Menyebabkan penyakit amebiasis


• Bersifat patogen dibanding jenis
rhizopoda lainnya
• Umumnya asimptomatik, namun dapat
pula menyebabkan infeksi
intraintestinal maupun ekstraintestinal
seperti diare dan disentri  kasus
amebic invasive paling banyak :
Amebic liver abscess
WORLD HEALTH ORGANIZATION

• Infeksi parasit E.histolityca menyebabkan sekitar


50 juta kasus dan 100.000 kematian setiap
tahunnya
• Prevalensi tertinggi di daerah tropis dan negara
berkembang dengan kondisi :
Status
Sanitasi
Sosioekonomi
Buruk
rendah
Daerah
dengan Meksiko,
Status gizi virulensi India,
kurang baik strain Amerika
E.histolytica Utara, Afrika
tinggi
INDONESIA

Data Kemenkes (2017)  tahun 2016 sekitar


6,8 juta kasus diare di berbagai provinsi
indonesia

Akibat virus, bakteri, protozoa?

Ketidakjelasan diagnosa  pemeriksaan


berbasis klinis tdk didukung laboratorium
(Anorital, Andayasari, 2011)

Di berbagai daerah di Indonesia, prevalensi


parasit ini berkisar antara 10-18% (Arini
Junita, 2006)
DISTRIBUSI PENYAKIT

• Disentri amuba bersifat kosmopolit  bisa tersebar


di seluruh penjuru dunia dengan insidensi bervariasi
antara 3-10%
• Insidensi disentri amuba tertinggi ditemukan pada
kelompok usia 10-25 tahun (amebiasis jarang
terjadi pada usia < 5 th  umumnya disentri pada
anak disebabkan oleh shigella)
• Di negara beriklim tropis banyak diperoleh strain
patogen dibandingkan negara maju beriklim
subtropis  kemungkinan karena faktor diet rendah
protein di samping perbedaan strain amuba
MORFOLOGI
E.HISTOLYTICA

• Trofozoit :
- Ukuran 10-60 x 15-30 mikro
(rata2 20-25 mikro)
- Sitoplasma terbagi menjadi
endoplasma (berisi
granul,padat) dan ektoplasma
(tidak berwarna, pseudopodium)
- Nukleus : sferis (bola) berisi
karyosome
- Vakuola : kemungkinan berisi
eritrosit
• Prekista (Minuta) & Kista
- Prekista : 15-20 mikro, terdapat inti dan pseudopodium, vakuola
menghilang
- Kista : 10-20 mikro, memiliki 1-4 inti, kista dewasa memiliki 4
nuklei (kista kuadrinuklei), kista belum matang masih terdapat
badan kromatoid
MORFOLOGI E.HISTOLYTICA (2)
HOSPES

• Manusia (utama)

• Mamalia lain : kucing, anjing, kelinci (bisa terkena


infeksi parasit ini)
1. Kista ditemukan dalam tinja padat, sedangkan tropozoit
biasanya ditemukan dalam tinja cair (diare)

2. Infeksi terjadi setelah ingesti kista dewasa (matang)


dalam makanan, air atau muntahan terkontaminasi tinja

3. Ekskistasi (reproduksi aseksual) terjadi di usus halus dan


1 kista menghasilkan sekitar 8 tropozoit  tropozoit (bentuk
invasif parasit) bermigrasi ke usus besar (menyebabkan
kerusakan mukosa, ulserasi)
4. Tropozoit berproliferasi melalui pembelahan biner dan
memproduksi kista (enkistasi)  kedua stadium ini
ditemukan dalam tinja

5. Melalui vena porta, tropozoit memasuki liver 


menyebabkan abses

5. Kista dilindungi oleh dinding sel kista  sehingga lebih


tahan dalam lingkungan eksternal (hari hingga minggu) 
paling bertanggungjawab dalam transmisi infeksi

6. Tropozoit yang dikeluarkan lewat tinja  langsung


hancur dalam lingkungan eksternal, bila tertelan tidak akan
bertahan pada pH gastrik
TRANSMISI PENYAKIT

Populasi Inkubasi
beresiko : penyakit : 1-4
Transmisi : traveler/imigran minggu setelah
Oral atau fekal- dari daerah kista tertelan
oral endemik, (bisa lebih
homoseksual, cepat atau
imunodefisiensi lambat)
SPEKTRUM PENYAKIT

Intestinal Ekstraintestinal
• Infeksi asimptomatik • Liver abses
• Infeksi simptomatik • Penyakit
non invasif pleuropulmoner
• Disentri • Peritonitis
• Kolitis dengan • Perikarditis
perforasi • Abses otak
• Toxic megacolon • Penyakit terkait
• Kolitis non disentri genitourinari
kronik
• Ameboma
• Ulserasi perianal
MANIFESTASI KLINIK

• Mulanya seringkali asimptomatik


• Dapat menyebabkan gejala ringan seperti :

Diare
Nyeri perut
Kram perut Terkadang demam

Disentri
Amebiasis kolon akut / intestinal akut (<1 bulan)
• Diare (>10x sehari)  berlendir atau berdarah
• Demam tinggi
• Nyeri perut (terutama kuadran kanan bawah)
• Lab : Leukositosis
Amebiasis kolon kronik / intestinal kronik
• Diare dengan bercak darah
• Penurunan BB
• Nyeri abdomen samar-samar

Amebiasis hati
• Abdomen lunak pada kuadran kanan atas
• Berat badan menurun
• Lemas
• Demam
• Tidak nafsu makan
• Pembesaran hati disertai nyeri tekan
• Lab : leukositosis
ABSES LIVER AKIBAT AMOEBA
• Kematian akibat amebiasis  no 2 setelah malaria
(plasmodium)
• Angka kematian akibat amoeba ekstra intestinal
(hati) berkisar pada 1-3% namun jika komplikasi
menyebabkan angka kematian meningkat 2x lipat
menjadi 2-7%
• Kematian akibat amebiasis yang umum terjadi
adalah akibat dehidrasi berat  45,5% pasien
FAKTOR RESIKO INFEKSI

Kurang gizi

Iklim tropis

Imunodefisiensi/daya tahan tubuh kurang

Infeksi perut/Trauma mukosa kolon

Pecandu alkohol

Psikologis : stress
DIAGNOS A

• Pemeriksaan fisik  sejarah/riwayat perjalanan


pasien, manifestasi klinis pasien
• Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan feses
- Pemeriksaan liver
- Serologi (immunoassay)
• Pemeriksaan lainnya :
- CT scan
- USG
- MRI
PEMERIKS A AN FESES

• Sampel : feses
• Untuk melihat apakah terdapat kista
E.histolytica
SEROLOGI

• Immunoassay  reaksi antigen antibodi


• ELISA
• RIA
CT SCAN, USG, MRI

• Melihat apakah terjadi infeksi ekstraintestinal


 perbesaran organ2 seperti hati (utamanya),
paru-paru, otak, jantung, rongga perut
TERAPI FARMAKOLOGI

Agen luminal
Amebisida
Jaringan
1. AGEN LUMINAL

• Target kerja obat : lumen usus


• Sifat kerja obat : cenderung lokal (konsentrasi
obat di usus tinggi namun absorpsi sistemik
sedikit)
• Contoh obat :
- Diiodohidroksikuin atau iodokuinol
- Diloxanid furoat
- Paromomisin
PAROMOMISIN

• Antibiotik aminoglikosida
• Efektif pada amebiasis akut maupun kronik (namun tidak pada
ekstraintestinal)
• Mekanisme kerja : mengganggu sintesis protein bakteri dengan
cara berikatan dengan subunit ribosom 30S, memiliki aktivitas
antibakteri melawan parasit patogen dalam saluran GI
• Dosis :
- Oral : 25-35 mg/kg/hari PO setiap 6 jam selama 5-10 hari
• ES : diare, kram perut, mual,muntah, heartburn (1-10%)
• Kategori kehamilan : C, tidak terdistribusi dalam ASI
• KI : hipersensitif, obstruksi usus
• P : penggunaan jangka panjang, gangguan ginjal dan ulserasi
usus
2. AMEBISIDA JARINGAN

• Target kerja : dinding usus, hati/liver, dan jaringan


ekstraintestinal lainnya
• Sifat kerja obat : diabsorpsi baik secara sistemik 
ekstraintestinal
• Contoh obat :
- Metronidazol
- Tinidazol
- Klorokuin fosfat
- Emetin
- Dehidroemetin
METRONIDAZOL

• Mekanisme kerja : amebisida  menghambat sintesis


asam nukleat
• Dosis
- Intravena : 15 mg/kg IV selama 1 jam, diikuti dosis
pemeliharaan 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
- Oral : 500-750 mg PO setiap 8 jam selama 5-10 hari
• ES : mual, muntah, kemungkinan diare, pusing, sakit
kepala, urin gelap, dsb
• KI : kehamilan trimester pertama, hipersensitif
• P : pasien dengan gangguan ginjal dan hati berat,
penggunaan jangka panjang
KLOROKUIN

• Hanya efektif sebagai amebisida hati (ekstraintestinal)


• Mekanisme kerja : belum terlalu jelas
• Dosis :
- Oral : 1 g (600 mg base) PO sekali sehari selama 2 hari ,
dilanjutkan
- 500 mg (300 mg base) sekali sehari selama 14-21 hari
• ES : EKG abnormal, diare, mual, kram perut, pruritus, hilang
nafsu makan dsb
• KI : hipersesitif, psoriasis, perubahan /gangguan penglihatan
DRUG OF CHOICE

• Invasive  metronidazol
• Non invasive  paromomisin
• Kombinasi keduanya untuk mengatasi amoeba
ekstraintestinal dan mengatasi infeksi pada
usus
• Kedua obat tidak dapat diberikan secara
bersama-sama  paromomisin memiliki efek
samping diare  ketidakjelasan antara diare
karena ES atau karena parasit
KOMPLIKASI

• Jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan


komplikasi seperti :
a. Peritonitis amebik
b. Amebic perikarditis
c. Abses otak
d. Striktur akibat disentri
e. Kutaneus amebiasis
UPAYA PREVENTIF

Higiene
individual/perorangan

Sanitasi Lingkungan
HIGIENE PERORANGAN

Hindari makanan
Selalu menjaga mentah (terutama Mencuci peralatan
kebersihan tangan daging) makan minum
dengan baik

Mencuci sayur dan


buah dengan air Memperhatikan
Tidak meminum
mengalir sebelum kebersihan diri (kuku,
sembarang air
dikonsumsi rambut, dsb)
HIGIENE PERORANGAN (2)

Membuang sampah Jika terasa gejala-gejala


padatan, cairan dsb mengganggu seperti
dengan baik sesuai nyeri abdomen, diare >
aturan 10x sehari, segera
periksakan diri
SANITASI LINGKUNGAN

Pembuatan instalasi Penggunaan pupuk


air bersih kandang harus benar-
benar dalam kondisi
kering
Membuang sampah
dan kotoran manusia
sesuai aturan

Tutup tempat penyimpanan


makanan dan minuman agar
tidak dihinggapi serangga
TERIMAKASIH 
Semoga bermanfaat.. 

Anda mungkin juga menyukai