Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obat merupakan sediaan paduan bahan – bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menelidiki sistem fi siologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan
peningkatan kesehatan dan kontrsepsi. Obat didefi nisikan sebgai suatu zat
yang digunkaan dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau
mencegah penyakit pada manusia atau hewan (Ansel, 1989).

Berdasarkan cara pemberiannya, obat dapat diklasifi kasikan kedalam 5 jenis


yaitu oral, perektal, sublingual , perental serta langsung ke organ indrakrdial
(Anief, 2004) pemberian obat secara oral merupakan pilihan yang paling
banyak digunakan. Namun pemberian obat secara oral juga memiliki beberapa
kelemahan yaitu ti dak dapat diberikan pada pasien yang ti dak sadar dan efek
yang diberikan ti dak segera karena obat harus diabsorbsi terlebih dahulu
sebelum masuk sistem sistemik, sehingga jika diberikan pada pasien dengan
gawat darurat sediaa ini akan lebih efekti f.

Sediaan parenteral dapat diberikan secara intravena, subkutan,


intramuscular maupun intrakardial. Dalam prakti kum ini, dibuat sediaan
parenteral yang pemberiannya dilakukan secara intravena yaitu infus
intravena. Infus intravena menrupan sediaan steril berupa larutan atau emulsi,
bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah,
disunti kkan langsung kedalam vena dengan volume yang relati f banyak (Depkes
RI, 1979).

Penggunaan secara intravena merupakan salah satu metode yang sering


digunakan karena memiliki onset yang cepat, bioavailabilitas sempurna atau
hampir sempurna dan dapat diberikan pada penderita yang sakit keras atau
sedang dalam keadaan koma (Lukas, 2006)
BAB II

TINJAUAN PUSAKA

2.1 Teori Singkat Sediaan

Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan
melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan
elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah yang
relatif sama, rasionya dalam tubuh adalah air 57%; lemak 20,8%; protein 17,0%; serta
mineral dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan hemostatif, maka tubuh harus segera
mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit larutan untuk
infus intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel (Lukas 2006).

Adapun penggolongan sediaan infus berdasarkan komposisi dan kegunaannya adalah:

a. Infus Elektrolit

Pada cairan fisiologi tubuh manusia, tubuh manusia mengandung 60% air dan
terdiri atas cairan intraseluler (di dalam sel) 40% yang mengandung ion-ion K +, Mg2+,
sulfat, fosfat, protein, serta senyawa organik asam fosfat seperti ATP, heksosa
monofosfat, dan lain-lain. Air pun mengandung cairan ekstraseluler (di luar sel) 20%
yang kurang lebih mengandung 3 liter air dan terbagi atas cairan interstisial (di antara
kapiler dan sel) 15% dan plasma darah 5% dalam sistem peredaran darah serta
mengandung beberapa ion seperti Na+, klorida, dan bikarbonat.

b. Infus Karbohidrat

Infus karbohidrat adalah sediaan infus berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang
cocok untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan glikogen
otot kerangka, hipoglikemia, dan lain-lain.

c. Infus Plasma Expander atau Penambah Darah

Larutan plasma expander adalah suatu sediaan larutan steril yang digunakan untuk


menggantikan plasma darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, operasi, dan lain-
lain (Lukas, 2006).
Infus dapat diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau
nutrisi yang berat, syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum
transfusi darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu. Salah satu
infus yang sering digunakan adalah infus dekstrosa dimana infus ini
mengandung D – glukosa yang merupakan suatu metabolit yang penting bagi
kelangsungan hidup manusia. Ketika terjadi ganguan keseimbangan cairan tubuh
atau sering disebut dengan homeostasis, maka tubuh harus segera mendapat
terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan lektrolit (Lukas, 2006).

Larutan glukosa dengan konsentrasi 5% sering digunakan untuk deplesi


cairan, dan dapat diberikan melalui vena perifer. Larutan glukosa dengan
konsentrasi yang lebih besar dari 5% merupakan larutan yang bersifat
hiperosmotik dan umumnya digunakan sebagai sumber karbohidrat, serta larutan
glukosa 50% sering digunakan dalam pengobatan hipoglikemia berat. Dekstrosa
digunakan sebagai terapi parenteral untuk memenuhi kalori pada pasien yang
mengalami dehidrasi serta terapi pada pasien hipoglikemi yang mengalami
dehidrasi serta terapi pada psien hipoglikemi yang membutuhkan konsentrsi
glukosa dalam darah. Hal ini dipenuhi dengan cara menyimpan dekstrosa yang
ada sebagai cadangan gula dalam darah (Sweetman, 2009)

Sediaan infus harus memenuhi persayaratan steril yaitu steril, bebas pirogen,
jernih dan praktis bebas partikel. Oleh karen itu, sediaan ini lebih mahal jika
dibandingkan dengan sediaan nonsterilya karena ketatnya persyaratan yang
harus dipenuhi. Infus dapat berfungsi sebagai :

Dasar nurtisi, kebutuhan kalori untuk pasien rumah sakit harus suplai via
intravenous seperti protein dan karbohidrat.

Keseimbangan elektrolis digunakan pasien yang shock, diare, mual, muntah


menbutuhkan cairan intravenous, pengganti cairan tubuh, seperti dehidrasi,
pembawa obat contohnya sebagai antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Ansel, H.C.,Allen, L. V., and Popovich, N.G. 1989. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Form and Drug
Delivery systems, Eight Edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins a
WottersKluver Company

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III,. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia

Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Andi

Sweetman, S.C. 2009. Martindale, The Complete Drug Reference 36th ed. London: The
Pharmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai