OLEH :
Rifqi Albanna Ula Magda
K 4404040
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini, banyak berhutang
budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode
klasik. Memang banyak saluran peradaban Islam yang mempengaruhi Eropa,
seperti lewat jalur perdagangan di Sicilia dan Perang Salib, tetapi saluran yang
terpenting adalah daulah Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol Islam).
Bani Umayyah merupakan penguasa islam setelah khulafaur Rasidin yang
berhasil melebarkan kekuasaannya sampai benua Eropa. Di Tahun 771 M,
pasukan Islam di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad berhasil menguasai Gibraltar
(Jabal Tariq) dan berhasil menaklukkan kota-kota penting seperti, Cordoba,
Granada dan Toledo kemudian secara berangsur-angsur wilayah Andalusia dapat
dikuasai oleh pasukan Islam. Sejak itulah dimulai babak baru kekuasaan Islam di
Andalusia.
Daulah Bani Umayyah Andalusia berakhir setelah tiga setengah abad
berkuasa di Andalusia yaitu pada tahun 1031 M. Sewaktu wibawa daulat
Umayyah mulai lumpuh, maka gubenur-gubenur setempat telah membebaskan
dirinya dan membentuk kerajaan-kerajaan setempat di wilayah masing-masing.
Inilah yang dipanggilkan dengan Muluk-al-Thawaif didalam sejarah Islam di
Andalusia, yakni raja-raja setempat. Para Muluk-at-Thawaif ini masih sempat
2
berkuasa 461 tahun lamanya di Andalusia, yakni sampai tahun 1492 M (Yoesoef
Sou’yb. 1984 : 14).
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Andalusia hingga jatuhnya
kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar.
Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. (Badri yatim, 2006 : 93). Di
masa ini gerakan-gerakan ilmiah telah berkembang pula, seperti dalam bidang
keagamaan, sejarah dan filsafat (Ensiklopedia Islam, 1997 : 133).
Spanyol (salah satu bagian wilayah Andalusia) merupakan tempat yang
paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan
politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar negara. Orang-orang
Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam
jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang
pemikiran dan sains di samping bangunan fisik (Badri Yatim, 2006 : 108).
Di negeri inilah lahir tokoh-tokoh muslim ternama yang menguasai
berbagai ilmu pengetahuan, seperti Ilmu Agama Islam, Kedokteran, Filsafat, Ilmu
Hayat, Ilmu Hisab, Ilmu Hukum, Sastra, Ilmu Alam, Astronomi, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu dengan segala kemajuan dalam berbagai ilmu
pengetahuan, kebudayaan serta aspek-aspek ke-Islaman, Andalusia kala itu boleh
dikatakan sebagai pusat kebudayaan Islam dan ilmu pengetahuan yang tiada
tandingannya setelah Konstantinopel dan Bagdad. Tak heran, waktu itu pula
bangsa-bangsa Eropa lainnya mulai berdatangan ke negeri Andalusia ini untuk
mempelajari berbagai Ilmu pengetahuan dari orang-orang Muslim Spanyol,
dengan mempelejari buku-buku buah karya cendekiawan Andalusia baik secara
sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan.
Pada periode 912-1013 M, umat Islam di Andalusia mencapai puncak
kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan Daulah Abbasiyah di Bagdad. ( badri
yatim, 2006 : 97). Ketika jayanya kebudayaan Islam, di Andalusia didirikan
Universitas-universitas Islam. Tidak sedikit dari mahasiswa-mahasiswa Eropa
Barat yang menuntut ilmu di sana. Pengaruh peradaban Islam, termasuk di
dalamnya pemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-
pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol,
3
dunia lainnya, tetapi terutama dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan
kemajuan dalam bidang Ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan
politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan
Islam di Andalusia, dari universitas-universitas di Andalusia ini Eropa banyak
menimba ilmu.
Sumbangan daulat Islam di Andalusia terhadap Renaissance di Eropa ini
sangat menarik untuk diteliti karena kontribusi daulat Islam di Andalusia dalam
mempertahankan dan menggembangkan warisan pengetahuan dari Yunani sangat
nyata. Umat Islam bukan hanya menjaga, akan tetapi juga mengembangkan Ilmu
warisan Yunani tersebut. Banyak buku-buku peninggalan dari Aristiteles, Plato,
Sokrates yang diterjemahkan dan dikembangkan oleh ilmuwan Islam. Akulturasi
antara budaya Islam dan Yunani ini melahirkan pengetahuan Greco-Muslim.
Keadaan perkembangan filsafat Yunani, ketika pertemuan awal dengan
umat Islam sedang berada pada titik yang terendah, bahkan hampir punah karena
ditekan dan diabaikan oleh penguasa saat itu. Wacana keilmuan Yunani
menemukan penyelamatnya yang mampu membangkitkan kembali semangat lama
beserta substansi dengan uraian original pada orang Islam, seperti yang dilakukan
Ibn Rusyd. Kaum Muslimin juga mengkonsolidasikan antara agama dan filsafat
dengan cara yang adil, seimbang dan rasional pada saat itu.
Pengetahuan Greco-Muslim ini pada akhirnya sampai ketangan bangsa
Eropa melalui universitas-universitas serta perpustakaan-perpustakaan yang
didirikan dinasti Umayyah di Andalusia. Walaupun Islam akhirnya terusir dari
negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam tetapi pengetahuan yang di dapat
dari umat muslim itu menyadarkan bangsa Eropa dan pada akhirnya
membangkitkan gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah
kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (raenaissence) pada abad ke-14
M yang bermula dari Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme
pada abad ke-17, dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18 M.
Berdasarkan pada latar belakang didepan, akan ditarik kajian lebih dalam
tentang permasalahan tersebut menjadi sebuah karya ilmiah yang berjudul “
Sumbangan Daulah Islam di Andalusia terhadap Renaissance di Eropa”
5
B. Pembatasan Masalah
C. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
5. Manfaat Penelitian
c. Bagi penulis skripsi ini akan menjadi tolak ukur kemampuan diri penulis
dalam mempersembahkan karya ilmiah sejarah sebagai syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana.
DAFTAR PUSTAKA
Hoeve, Van. 1997. Ensiklopedi Islam jilid 14. Jakarta : PT. Ichtiar Baru
Pembimbing I Pembimbing II
9
Mengetahui
Ketua Program Pendidikan Sejarah