Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makhluk hidup di alam ini menempati tempat-tempat tertentu sesuai dengan
habitatnya. Ada yang hidup di air, di tanah/darat, maupun di udara. Hubungan antara
makhluk hidup dengan lingkungannya akan membentuk ekosistem. Dalam ekologi
dikenal istilah ekologi terestrial, studi yang memfokuskan pada interaksi yang terjadi
di ekosistem terestrial atau daratan. Ekosistem terrestrial mencakup berbagai macam
tipe ekosistem di daratan seperti hutan, padang rumput, sawah dan lain sebagainya.
Ekologi ekosistem juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi dan
mengontrol komponen dan aliran materi dan energi pada suatu sistem ekologi. Materi
ini meliputi karbon, air, nitrogen, mineral bebatuan dan bahan kimia baru seperti
pestisida dan radionuklida yang dimasukkan ke lingkungan. Materi ini dijumpai pada
dua komponen, yaitu komponen biotik dan komponen abiotik.Komponen abiotik
meliputi tanah, bebatuan, air serta atmosfer. Seluruh proses yang berlangsung dalam
suatu ekosistem melibatkan transfer energi dan materi dari satu komponen ke
komponen lainnya. Sedangkan komponen biotik meliputi tumbuhan, hewan, dan
makhluk hidup lainnya (Asdak, 2002).
Pada suatu ekosistem hutan, tumbuh-tumbuhan berhubungan erat dengan
lingkungannya satu sama lain. Hubungan ini terlihat dengan adanya variasi dalam
jumlah pada masing-masing jenis tumbuhan dan terbentuknya struktur komunitas
tumbuh-tumbuhan tersebut. Terbentuknya pola keanekaragaman dan struktur spesies
vegetasi hutan merupakan proses yang dinamis, dan erat hubungannya dengan kondisi
lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Tumbuhan bawah merupakan suatu tipe
vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan yang bukan merupakan juvenile
(tumbuhan muda) dari pohon hutan tersebut, yang meliputi rerumputan, herba dan
semak belukar. (Soerianegara dan Indrawan 2008).
Sebagai salah satu komponen biotik aves dan serangga pun memiliki peran di
dalam ekosistem, khususnya dalam ekosistem hutan. Serangga terdiri dari ratusan ribu
jenis, dengan bentuk yang sangat bervariasi dan ukuran yang bermacam-macam mulai
dari mikroskopis hingga yang makroskopis. Serangga merupakan hewan yang
dominan dan tersebar di muka bumi meliputi daratan maupun perairan. Dominasi
serangga ini disebabkan karena kemampuan adaptasi serangga terhadap
lingkungannya sangat tinggi (Christian & Gotisberger, 2000; Borror dkk., 1996).
Aves memiliki kemampuan mobilitas yang tinggi sehingga penyebarannya sangat
luas. Penyebaran itu didukung oleh kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
berbagai faktor-faktor lingkungan dimana mereka dapat hidup dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang mereka tempati (Bufallo, 1968).
Kawasan perkemahan dan hutan yang terdapat di Rancaupas terdiri dari berbagai
ekosistem yang menarik, yang terdiri dari rawa, sungai, hutan homogen, dan hutan
heterogen. Berbagai macam habitat ini memberikan peluang bagi berbagai jenis
hewan dan tumbuhan untuk menempati daerah tersebut. Oleh karena itu, pada
pengamatan ini dilakukan identifikasi serangga, aves, dan vegetasi pada beberapa titik
di Gunung Cadas Panjang dan Kampung Cai Rancaupas.

B. Rumusan Masalah

C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian: Wilayah Hutan Gunung Cadas Panjang Ranca Upas Desa
Patengan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
2. Waktu penelitian:
3. Parameter yang diukur: a) Data utama: analisis vegetasi tumbuhan yang diukur
dengan menghitung kerapatan, dominansi, frekuensi dan nilai penting. b) Data
pendukung: faktor klimatik yang diukur adalah, suhu udara, suhu tanah, kelembaban
udara, intensitas cahaya, suhu tanah, pH tanah, dan kelembaban tanah.

D. Tujuan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengantar Kawasan
Gunung Cadas Panjang Ranca Upas merupakan kawasan pengungan yang
ditutupi hutan dan berada pada ketinggian 800-2066 mdpl. Wilayah ini termasuk ke
dalam kawasan hutan lindung yang merupakan tempat konservasi berbagai flora dan
fauna. Lokasi gunung ini berada di dekat Kampung Cai Rancaupas yang terletak di
antara 7°10’ - 7°15’ LS dan 107°21’2" BT (Anonim, 2017). Kawasan objek wisata
Kampung Cai Ranca Upas terletak di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung yang
dikelola oleh KBM Perum Perhutani III Jawa Barat dan Banten. Kampung Cai Ranca
Upas juga merupakan area yang diperuntukan sebagai lahan perkemahan.
Kawasan objek wisata Kampung Cai Ranca Upas memiliki Pemandangan hutan
alam dan hutan tanaman serta penangkaran rusa dengan kegiatan wisata yang
dapat dilakukan diantaranya berkemah, lintas alam, outbond, dan pemandian air
panas. Ranca Upas dengan pemandangan khasnya berupa rusa-rusa jinak hanya
merupakan salah satu kekayaan alam milik KPH Bandung selatan yang dikelola
sejak tahun 1991. Tujuh ekor rusa pertama yang diambil dari ragunan untuk
ditangkarkan di Ranca Upas di atas areal seluas 4 –5 hektar, tapi setelah
populasinya bertambah, hewan-hewan itu tumbuh menjadi daya pikat bumi
perkemahan. Hutan alam disekitar kawasan ranca Upas ditumbuhi antara lain pohon
Puspa, Jamuju, Huru, Kitambang, Kihujan, Hamirung, Kurai dan pasang. Sedangkan
fauna yang dapat ditemukan di kawasan ini antara lain burung tekukur, gagak,
elang serta surili, monyet dan macan-macam hewan lainnya.
Agar area kawasan objek wisata Kampung Cai Ranca Upas di lestari, maka perlu
dilakukan evaluasi terhadap nilai daya dukung kawasan tersebut, khususnya daya
dukung ekologi untuk dilakukan pemecahan masalah dan usulan perbaikan, yang
dimaksud daya dukung ekologi adalah identifikasi dari aspek abiotik dan aspek biotik
seperti vegetasi yang substansi sebagai unsur ekosistem (Ichwan, 2009).

Daftar pustaka

Anonim. (2017). Gunung di Jawa Barat [Online] Tersedia: http://infopendaki.com/364-total-


gunung-di-jawa-barat-lengkap/

Asdak, C. (2002). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: UGM Press

Buffalo, N.P. (1968). Animal and Plant Diversity. Prentice-Hall. Eglewoo Cliffs: New Jersey

Christian, W. dan Gottsberger, G. (2000). Diversity preys in crop pollination. Crop Science
40 (5): 1209-1222p.

Ichwan, M. (2009). PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS


BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI . Bogor: INSTITUT
PERTANIAN BOGOR .

Soerianegara, I. dan A, Indrawan. (2008). Ekologi Hutan Indonesia. Bogor. Laboratorium


Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai