Anda di halaman 1dari 11

PERBEDAAN KONSENTRASI KOTORAN SAPI DAN KOTORAN

KUDA TERHADAP VOLUME GAS METANA


PROJEK MIKROBIOLOGI TERAPAN
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi
Terapan
Dosen Pengampu :
Dr. Kusnadi, M.Si.
Dr. Peristiwati, M.Kes.

Oleh :
Kelompok 5
Biologi C 2017
Assyifa Nurul Adzmi (1705604)
Deri Anggara (1700038)
Nisa Sholihatul Ummah (1703301)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
A. Judul
Perbedaan Konsentrasi Kotoran Sapi dan Kotoran Kuda Terhadap Volume
Gas Metana

B. Tujuan Penyelidikan
Untuk menganalisis perbedaan konsentrasi kotoran sapi dan kotoran kuda
terhadap volume gas metana.

C. Alasan Pemilihan Judul


Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari aktivitas biologi dengan
menggunakan proses fermentasi dan memiliki peran sebagai energi
terbarukan. Kotoran yang berasal dari hewan ternak, seperi kotoran sapi dan
kotoran kuda biasanya hanya dibuang dan tidak ada proses pengolahan
limbah kotoran. Kotoran yang tidak diolah tersebut dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan. Kotoran ternak memiliki kandungan nitrogen yang
berperan sebagai nutrient utama untuk bahan pengisi biogas. Oleh karena itu,
penulis menganalisis perbedaan konsentrasi jenis kotoran ternak terhadap
karakteristik biogas pada proses fermentasi.

D. Produk yang Diharapkan


Produk yang diharapkan dari penelitian ini adalah biogas yang memiliki
produksi gas metana optimum.

E. Rumusan Masalah
Bagaimana perbedaan konsentrasi jenis kotoran ternak terhadap karakteristik
biogas pada proses fermentasi?

F. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana perbedaan konsentrasi kotoran sapi terhadap volume gas
metana?
2. Bagaimana perbedaan konsentrasi kotoran kuda terhadap volume gas
metana?
G. Variabel

Variabel Terikat : kualitas biogás (lama pembentukan gas, volume


gas yang terbentuk, nyala api)

Variabel Bebas : jenis dan konsentrasi bahan baku biogás (kotoran


sapi dan kotoran kuda)

Variabel Kontrol : lama fermentasi dan jumlah jerami

H. Hipothesis

“Konsentrasi bahan baku yang sesuai akan menghasilkan volume biogas


yang banyak dengan kualitas biogas yang baik”

I. Landasan Teori
Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-
bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh
bakteri anaerob ( bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen) (Wahyuni,
2013). Sifat-sifat komponen gas utama tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. CH4 gas yang dipertimbangkan sebagai bahan bakar yang berguna.
Gas ini tidak beracun, tidak berbau, dan lebih ringan dari udara.
b. CO2 adalah gas inert yang tidak berwarna, tidak berbau, dan lebih
berat dari udara. CO2 merupakan gas yang agak beracun. Konsentrasi
CO2 yang lebih tinggi dalam biogas menghasilkan biogas dengan nilai
kalori yang rendah.
c. H2S suatu gas yang tidak berwarna. Karena lebih berat dari udara H2S
ekstra berbahaya pada tempat-tempat rendah. Pada konsentrasi rendah
gas ini memiliki bau khusus seperti telur busuk. Pada konsentrasi
tinggi, akan lebih berbahaya karena tidak berbau. Selain itu H2S juga
bersifat korosif yang dapat menyebabkan problem dalam proses
pembakaran dari biogas.
d. Uap air, walaupun merupakan hasil tidak berbahaya, akan menjadi
korosif jika berkombinasi dengan NH3, CO2 dan khususnya H2S dari
biogas. Maksimum kandungan air dalam biogas dikembangkan karena
temperatur gas. Bila biogas berair jenuh meninggalkan digester,
dengan pendinginan akan menghasilkan kondensasi air (Arslan,
2008).
Nilai kalor pada biogas 4800 – 6200 kkal/m3 nilai ini sedikit lebih
rendah dari nilai kalor gas metana murni 8900 kkal/m3 (Surono, 2014).
Kandungan biogas didominasi oleh gas metana (CH4) yang merupakan
hasil sampingan dari proses degradasi bahan organik, seperti kotoran
ternak, manusia, sampah, dan sisa-sisa limbah lainnya. Pemanfaatan
kotoran ternak selain dapat menghasilkan biogas untuk bahan bakar, juga
membantu kelestarian lingkungan dan memperoleh manfaatmanfaat lain
seperti pupuk yang baik untuk tanaman, mencegah lalat, dan bau tidak
sedap yang berarti ikut mencegah sumber penyakit (Wibowo dkk., 2013).
Widodo (2006) menyatakan bahwa kandungan nutrien utama untuk
bahan pengisi biogas adalah nitrogen, fosfor dan kalium. Kandungan
nitrogen dalam bahan sebaiknya sebesar 1,45%, sedangkan fosfor dan
kalium masing-masing sebesar 1,10%. Nutrien utama tersebut dapat
diperoleh dari substrat kotoran ternak dan sampah daun yang dapat
meningkatkan rasio C/N dalam biogas. Feses sapi potong yang diberi
pakan konsentrat mempunyai rasio C/N rendah, sedangkan feses kuda
mengandung karbon yang tinggi dan nitrogen rendah sehingga
memungkinkan membuat biogas dari feses kuda(Hidayati et al., 2010).
J. Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat yang Digunakan dalam Kegiatan Pembuatan Biogas

No Nama Alat Jumlah

1. Biodigester 15 unit

2. Timbangan analitik 1 unit

3. Higrometer 2 unit

4. Rangkaian reactor anaerobik 1 unit

5. Gelas ukur 1 unit

6. Penggaris 1 unit

7. Termometer 1 unit

8. pH meter 1 unit

9. Oven 1 unit

Tabel 2. Bahan yang Digunakan dalam Kegiatan Pembuatan Biogas

No. Nama Bahan Jumlah

1. Kotoran sapi 700 gram


2. Kotoran kuda 700 gram
4. Air Secukupnya
5. Jerami 1400 gram
K. Prosedur Kegiatan

Bahan baku biogas

Jenis Kotoran (Kotoran


sapi dan kotoran kuda)

Volume biogas,
kadar gas metan,
dan produksi metan
Biogas

Bagan Alir 1. Prosedur kegiatan Pembuatan Biogas

L. Kelebihan dan Kekurangan


Keunggulan:
• Bahan mudah didapatkan
• Keuntungan yang menjanjikan
Kelemahan: Proses pembuatan memerlukan waktu yang lama, dan alat
yang sulit dibuat
M. Hasil Projek
1. Hasil Pengamatan
Tabel 3. Tabel Hasil Pengamatan berdasarkan Literatur (Ludfia et.al,
2012)

Data Kuantitatif (Rata-rata per 40 hari)


Perlakuan Volume Kadar Gas Produksi
Biogas Metan Metan
Kotoran sapi
dengan
84,01 ml 34,21 % 34,61 ml
konsentrasi
daun jati 0%
Kotoran sapi
dengan
76,20 ml 33,37 % 31,21 ml
konsentrasi
daun jati 5%
Kotoran sapi
dengan
62,25 ml 33,62 % 27,71 ml
konsentrasi
daun jati 10%
Kotoran kuda
dengan
136,23 ml 41,12 % 41,12 ml
konsentrasi
daun jati 0%
Kotoran kuda
dengan
126,25 ml 36,78 % 53,86 ml
konsentrasi
daun jati 5%
Kotoran kuda
dengan
103,09 ml 32,11 % 37,73 ml
konsentrasi
daun jati 10%
2. Grafik

160

140

120

100

80

60

40

20

0
Jati 0% Jati 5% Jati 10%

Volume Biogas Sapi Kadar Gas Metana dari Biogas Sapi


Produksi Gas Metana dari Biogas Sapi Volume Biogas Kuda
Kadar Gas Metana dari Biogas Kuda Produksi Gas Metana dari Biogas Kuda

Grafik 1. Hasil pengamatan projek industri berdasarkan hasil praktikum


berdasarkan literatur.

N. Pembahasan dan Analisis Data


Berdasarkan hasil penelitian Ludfia (2012), diketahui bahwa volume
biogas dengan substrat kotoran kuda menghasilkan volume biogas yang
lebih tinggi dibandingkan volume biogas dengan substrat kotoran sapi.
Volume biogas tertinggi dihasilkan oleh biogas dengan substrat kotoran
kuda dengan penambahan serasah daun jati sebanyak 0%, yaitu sebesar
136,23 ml/ Volume biogas terendah dihasilkan oleh biogas dengan substrat
kotoran sapi dengan penambahan serasah daun jati sebanyak 10%, yaitu
sebesar 62,25 ml.
Lebih tingginya volume biogas yang dihasilkan dari substrat kotoran
kuda daripada substrat kotoran sapi dapat terjadi karena adanya perbedaan
sistem pencernaan antara sapi dan kuda. Kandungan bahan organik dalam
feses kuda lebih tingi daripaada bahan organik dalam feses sapi.
Berdasarkan hasil penelitian Ludfia (2012), diketahui bahwa kadar
metan pada biogas dengan substrat kotoran kuda menghasilkan lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar metan pada kotoran sapi. Kadar metan
tertinggi dihasilkan oleh biogas dengan substrat kotoran kuda dengan
penambahan serasah daun jati sebanyak 0%, yaitu sebesar 41,12 %. Kadar
metan terendah dihasilkan oleh biogas dengan substrat kotoran kuda
dengan penambahan serasah daun jati sebanyak 10%, yaitu sebesar
32,11%.
Lebih tingginya kadar metan yang dihasilkan dari substrat kotoran
kuda daripada substrat kotoran sapi dapat terjadi karena adanya perbedaan
sistem pencernaan antara sapi dan kuda. Kandungan bahan organik dalam
feses kuda lebih tingi daripaada bahan organik dalam feses sapi.
Berdasarkan hasil penelitian Ludfia (2012), diketahui bahwa produksi
metan pada biogas dengan substrat kotoran kuda lebih tinggi dibandingkan
dengan produksi metan pada biogas dengan substrat kotoran sapi. Produksi
metan tertinggi dihasilkan oleh biogas dengan substrat kotoran kuda
dengan penambahan serasah daun jati sebanyak 0%, yaitu sebesar 41,12
ml. Produksi metan terendah dihasilkan oleh biogas dengan substrat
kotoran sapi dengan penambahan serasah daun jati sebanyak 10%, yaitu
sebesar 27,71 ml.
Produksi metan pada biogas dengan substrat kotoran kuda memiliki
nilai yang lebih tinggi karena kotoran kuda memiliki kandungan C/N ratio
sebesar 25%. Kandungan tersebut lebih tinggi daripada C/N ratio kotoran
sapi, yaitu sebesar 18%. Kotoran kuda juga memiliki kadar nitrogen (N)
sebesar 2,8%. Kadar nitrogen tersebut lebih tinggi daripada kadar N
dalam kotoran sapi.

O. Pertanyaan
1) Adakah perbedaan pengaruh perlakuan terhadap hasil penyelidikan
projek Anda? Jelaskan! Jawab: Tidak ada perbedaan pengaruh
perlakuan terhadap hasil penyelidikan projek. Karena projek ini
dilakukan berdasarkan metode studi literatur.
2) Bagaimanakah strategi yang Anda lakukan untuk mengoptimalkan
hasil/produk yang diharapkan? Jawab: Strategi yang dilakukan untuk
mengoptimalkan hasil/produk yang diharapkan adalah dengan
memperbanyak studi literatur dan melakukan pengoptimalan sesuai
studi literatur yang dikaji
3) Apakah kesulitan dan kendala projek Mikrobiologi terapan kelompok
Anda? Jawab: Terdapat kesulitan dan kendala dalam pengerjaan projek
Mikrobiologi terapan bidang lingkungan ini yaitu kami tidak dapat
secara langsung melakukan projek.

P. Kesimpulan
Perbedaan konsentrasi dan jenis bahan baku biogas (kotoran sapi dan
kotoran kuda) memperlihatkan perbedaan kualitas biogas. Biogas
menggunakan jenis bahan baku biogas yaitu kotoran kuda menghasilkan
volume biogas, kadar gas metan, dan produksi metan yang lebih tinggi
dari pada biogas yang menggunakan kotoran sapi.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Y. A., E. T. Marlina, A. K. T. Benito, dan E. Harlia. 2010.
Pengaruh campuran feses sapi potong dan feses kuda pada proses
pengomposan terhadap kualitas kompos. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Peternakan 8: 299- 303.
Ludfia W., Ambar P., dan Lies M.Y. 2012. Pengaruh Jenis Kotoran Ternak
Sebagai Substrat dengan Penambahan Serasah Daun Jati (Tectona
grandis) terhadap Karakteristik Biogas pada Proses Fermentasi.
Buletin Peternakan. 36(1): 40-47.
Wahyuni, Sri. 2013. Biogas : Energi Alternatif pengganti BBM, Gas, dan
Listrik. Agro Media Pusaka : Jakarta.
Wibowo, T.S., A, Dharma, dan Refilda. 2013. Fermentasi Anaerob dari
Campuran Kotoran Ayam dan Kotoran Sapi dalam Proses
Pembuatan Biogas. Jurnal Kimia Unand. 2 (1): 113-118.
Widodo W, Teguh dkk. 2006. Rekayasa dan Pengujian Reaktor Biogas
Skala Kelompok Tani Ternak (Design and Development of Biogas
Reactor for Farmer Group Scale. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Anda mungkin juga menyukai