Anda di halaman 1dari 6

Definisi  Kondisi anaerob ( O2 rendah)

spora(+)proliferasi menghasilkan
Gangguan neurologis, ditandai dengan peningkatan tonus
eksotoksin:
otot dan spasme, disebabkan oleh tetanospasmin.
 Tetanospasmin: neurotoksin yang sangat kuat
& menghasilkan sindroma klinis tetanus
Etiologi
o Target:
SSP, medula spinalis & otak
Syaraf perifer, autonom (stimulasi
kronis syaraf simpatis menyebabkan
hipertensi)
o Absorbsi ke dalam SSP :
Absorbsi ke dalam akson dan
ditranspor menyeberangi synaptic
 Habitat : tanah, kotoran hewan & manusia junctions menuju ke SSP 
 Transmisi: Luka yang terkontaminasi Ikut sirkulasi darah & limfe 
 Resisten: desinfektan, pendidihan 20 mnt Terikat dengan cepat ke gangliosides
 Pola: Sporadik. Puncaknya di musim di presynaptic junction dari inhibitory
panas/dingin motor nerve endings.
 Mortalitas: 40-78% o Cara Kerja

 Inkubasi: 7-10 hari  Mengeblok impuls inhibitor dengan

 Onset (Gx-spasme): 1-7 hari cara menghambat pelepasan


neurotransmiter (glycine & gamma-
amino butyric acid)
 Mencegah pelepasan
neurotransmiters dengan cara
membelah synaptobrevin II
(komponen vesikel synaptik)

Patogenesis  Menyebabkan kontraksi simultan


antara otot agonis & antagonis,
 C. tetani masuk lewat luka.
spasme otot, dan kejang
o Gejala muncul bila toksin berhasil
memblokade terminal presynaptik
yang menghambat sel-sel Renshaw
& serabut-serabut 1a motor neuron
alfa yang mengatur gama amino
butyric acid (GABA) & glycine.
o Terjadi penurunan inhibisi refleks
motorik batang otak & medula
 Tetanolisin: destruksi jaringan lokal,
spinalis  tonus otot &rigiditas ↑
mengoptimalkan kondisi untuk multiplikasi
 spasme.
bakteri
o Otot wajah terkena paling awal
o Tetanospasmin: polipeptida rantai
karena jalur axonalnya pendek.
ganda dengan berat 150 kd yang
o Ikatan toksin pada syaraf bersifat
dihubungkan dengan jembatan
irreversibel. Penyembuhan pasien
disulfida.
butuh waktu lama, tergantung pada
o Rantai berat (100 kd): ikatan
pembentukan syaraf yang baru.
spesifik dengan sel neuronal dan
GABA (gama amino butiric acid)
transport protein.
o Rantai ringan (50 kd): menghambat  Berasal dari dekarboksilasi glutamat oleh enzym
pelepasan neurotransmiter. glutamate decarboxylase (GAD).
o Toksin ikut dalam sirkulasi darah  GAD berada di sebagian besar nerve endings
tetapi tidak dapat menembus sawar otak seperti halnya di sel β pankreas.
darah otak, kecuali lewat ventrikel  Penghambat transmisi presynaptik di SSP dan
IV. retina.
o Toksin secara eksklusif diserap oleh  Neuron-neuron yang mensekresi GABA disebut
neuro muscular junction dan GABAergic. GABA bekerja dengan berikatan
diangkut lewat intraaksonal dengan pada 2 reseptor: GABA-A & GABA-B.
kecepatan 75-250 mm/hari. Dalam  Ikatan GABA ke reseptor GABA-A
2-14 hari akan mencapai susunan meningkatkan aktifitas kanal klorida neuron
syaraf pusat. presynaptik.
 Reseptor GABA-B berikatan dengan protein
G intrasel dan bekerja pada kanal kalium.

Mekanisme Aksi

 Transmisi neuromuskular tergantung


masuknya kalsium melalui voltage-gated
calcium channels (VGCCs) ke dalam terminal
syaraf motorik  terjadi pelepasan
acetylcholine (ACh).
 Acetylcholine terikat pada postsynaptic ACh
receptors (AChRs) dan membuka kanal-kanal
 Struktur 3 dimensi yang menunjukkan ada 2
ion depolarisasi mengaktifkan voltage-
binding sites toksin, yaitu: galactose-specific &
gated sodium channels  potensial aksi otot
sialic acid-specific. Nampak pula oligosaccharide
& kontraksi otot.
crosslinking protein.
 Acetylcholine akan segera dihancurkan oleh
 Tetanus toksin berikatan dengan gangliosida
acetylcholinesterase  repolarisasi terminal
yang paling tinggi afinitasnya, yaitu: disialo- and
syaraf motorik  pembukaan voltage-gated
trisialo- gangliosides (GD1b and GT1b,
potassium channels (VGKCs).
respectively)
Tetanus Generalisata
• Paling sering
• Trias: rigiditas, spasme, disfungsi otonomik
• Trismus, lockjaw, risus sardonicus, disfagia,
retraksi kepala, opistotonus, gangguan

Neurotoksin tetanus menghambat pelepasan respirasi.

neurotransmiter pada synaps SSP. Toksin yg • Stimulus: sentuhan,visual, auditori, emosi

terikat pada membran presynaptik Manifestasi Klinis


neuromuscular junction, masuk dan ditransport  Masa inkubasi 8 (3-21) hari
retroaksonal ke spinal cord.  Tiga bentuk klinis: Lokal (tidak umum), cephalic
1. Toksin diproduksi dari tempat jauh (jarang), umum (paling umum)
2 .Bergerak retrograde sepanjang serabut  Kejang berlanjut selama 3-4 minggu; pemulihan
syaraf perifer ke motor neurons. lengkap dalam beberapa bulan
3. Toksin eksositosis dari motor neuron  Penampilan wajah yang khas = 'risus
4. Endositosis ke inhibitory neuron . sardonicus'
5.P elepasan rantai pendek toksin ke  Kejang otot punggung ophisthotomous
sitoplasma.
6. Pembelahan VAMP/synaptobrevin (protein
membran yang penting untuk pengeluaran
vesikel intraseluler yang mengandung
neurotransmiter),  spastic paralysis
Perubahan fisiologi respirasi
 Spasme dinding dada, diafragma, abdomen 
defek restriktif
 Spasme faring + laryng  gagal napas,
obstruksi
 Tidak mampu batuk  atelektasis, pneumoni
 Tidak mampu menelan  aspirasi
 Badai Hiperventilasi: ketakutan, gangguan
otonomik + batang otak.
 Hipokarbia berat (PCO2 < 3,3 kPa)
 Berat: hipoventilasi, periode apneu
Perubahan fisiologi ginjal
 Tetanus Berat
 Laju filtrasi glomerulus ↓, gangguan fungsi
Perubahan fisiologi kardiovaskular
tubulus
 ‘Badai Otonomik’  Penyebab: dehidrasi, sepsis, rabdomyolisis,
 Sirkulasi hiperkinetik, takikardi, isi sekuncup ↑, perubahan mendadak aliran darah ke
hipertensi. ginjal, instabilitas otonomik
 Instabilitas kardiovaskuler: hiperstimulasi dengan  nekrosis tubular akut
hipertensi, takikardi & depresi dengan  Oliguri/poliuri
hipotensi,bradikardi
Komplikasi
 Cairan peningkatan sementara tekanan
 Laringospasme
pengisian jantung.
 Fraktur
 Penderita derajat IV  rentan hipotensi berat
 Hipertensi
& syok (‘badai vasodilatasi akut’)
 Infeksi Nosokomial
 Stimulasi katekolamin mendadak ↓
 Emboli Paru
 Efek langsung toksin pada myokardium
 Pneumonia Aspirasi
 Kematian
Treatment
 Supportive :
– Benzodiazepine
– Diazepam
 Autonomic dysfunction :
– α & β adrenergic blocking agents
 Antibiotik :
– PPC 2 X 1,5 juta
 Atau Penicillin G, 10 – 24
juta continous infusion
atau interval dose /4-6
jam
– Metronidanidazole 500 mg/6 jam

Anda mungkin juga menyukai