SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu
Pendidikan Agama Islam
Oleh :
MUALLIM
NIM: 093111403
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Nama : Muallim
NIM : 093111403
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya
saya sendiri,kecuali bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya.
Muallim
NIM: 093111403
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus (Kampus II) Ngaliyan Semarang
Telp.024- 7601295 Fax. 7615387
PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ketua, Sekretaris,
Dr.Musthofa,M.Ag
Amin
Farih,M.Ag
NIP.197104031996031002
NIP.197106142000031002
Penguji I,
Penguji II,
Mursid,M.Ag
Syamsul Ma’arif,M.Ag
NOTA PEMBIMBING
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing,
a ţ
b z·
t ٬
ś g
j f
ĥ q
kh k
D l
ż m
r n
z w
S h
sy ٫
ş y
Muallim
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 4
BAB II : PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM
MENINGKATKAN KEBERHASILAN KEGIATAN
PEMBELAJARAN DI MI NASHRIYAH SUMBEREJO
MRANGGEN DEMAK
A. Kajian Pustaka ...................................................................... 6
B. Kerangka Teoritik .................................................................. 7
1. Kepemimpinan Kepala Madrasah ................................... 7
2. Kegiatan Pembelajaran ................................................... 10
3. Proses Pembelajaran dan faktor-faktor yang Mempengaruhi-
nya ................................................................... 15
4. Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan .................................. 29
5. Menjadi Kepala Madrasah Yang Kompeten ........................ 31
BAB III : METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian........................................................................ 34
B.Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 35
C.Sumber Penelitian.................................................................... 35
D.Fokus Penelitian ...................................................................... 36
E.Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 36
F.Teknik Analisis Data................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Raja Grafindo 2002), hlm.82
1
Sesuai dengan ciri-ciri madrasah sebagai organisasi yang bersifat
kompleks dan unik; tugas dan fungsi kepala madrasah seharusnya dilihat
dari berbagai sudut pandang. Dari sisi tertentu kepala madrasah dapat
dipandang sebagai pejabat formal, sedang di sisi lain seorang kepala
madrasah dapat berperan sebagai manajer, sebagai pemimpin, sebagai
pendidik dan yang tidak kalah penting seorang kepala madrasah juga
berperan sebagai staf.
Madrasah, merupakan tempat umum yang memiliki ciri khas
keislaman, yang berkonsentrasi pada dua bidang keilmuan yaitu bidang
ilmu pengetahuan umum dan keagamaan. tidak tertutup kemungkinan untuk
mengembangkan pola pendidikan semacam ini jika saja personel madrasah,
khususnya kepala madrasah, mampu memaksimalkan potensi-potensi yang
a d a . Meskipun dengan mengembangkan pola pendidikan semacam ini,
madrasah juga akan dihadapkan pada permasalahan-permasalahan klasik
yang menyertainya, seperti: permasalahan fisik dan non-fisik madrasah.
Pada fisik, permasalahan yang dihadapi lembaga madrasah pada
umumnya berkaitan dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki,
seperti: gedung madrasah, perpustakaan laboratorium, media pembelajaran,
d a n buku-buku penunjang pelajaran lainnya. Sedangkan pada kategori non-
fisik, masalah yang banyak dihadapi madrasah adalah berkaitan dengan
penyesuaian tenaga-tenaga kependidikan yang kurang memenuhi standar
kualifikasi dan kurang terlatih, kurikulum yang overloaded bahkan dapat
dikatakan tidak terintegrasi dengan bidang studi, serta penerapan manajemen
pendidikan yang complicated dan kurang efektif.
Permasalahan-permasalahan ini sebenarnya tidak perlu dibesar-
besarkan, jika saja madrasah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki
seorang pemimpin yang mengerti dan memahami, serta mampu
melaksanakan kepemimpinan madrasah dengan baik. Hal ini dapat
dipahami karena kedudukan kepala madrasah pada lembaga pendidikan
yang begitu penting dalam menentukan segala arah kebijakan yang ada di
madrasah, sehingga menjadikan kepala madrasah sangat diharapkan peran
dan kemampuannya dalam memimpin segala urusan yang ada di madrasah.
2
Lebih lanjut kepemimipinan kepala madrasah merupakan kegiatan
yang tidak hanya menyangkut persoalan-persoalan ketatausahaan madrasah
saja, tetapi lebih dari itu. Kepemimipinan kepala madrasah merupakan
aktivitas kompleks yang memadukan sumber-sumber persoalan yang ada di
madrasah, baik yang mengenai materi, personel, perencanaan, kerjasama,
kepemimpinan, kurikulum dan sebagainya, yang kesemuannya itu perlu
diatur dan ditata sedemikian rupa sehingga dapat tercipta suasana yang
memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar mengajar yang baik.
Hal ini senada dengan konsep yang diutarakan oleh Atmodiwirio
yang menjelaskan bahwa madrasah merupakan "aktivitas kompleks yang
memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya". 2 Berdasarkan
pengertian tersebut dapat dipahami bahwa kepemimipinan kepala madrasah
merupakan suatu usaha memadukan unsur-unsur yang ada pada madrasah
dengan tujuan agar tercipta suasana kondusif yang memungkinkan
terselenggaranya proses belajar mengajar yang baik.
Unsur-unsur yang dimaksud adalah kepala madrasah, guru, dan
tenaga kependidikan lainnya yang terlibat secara langsung dalam upaya
merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinir serta
mengawasi kegiatan madrasah lembaga tempat mereka mengabdi mulai dari
pengorganisasian bidang tata usaha, sarana dan prasarana, tenaga
kependidikan, keuangan, serta supervisi dan evaluasi. Oleh karena itu, agar
pekerjaan yang sedemikian kompleks dan banyaknya ini dapat terselesaikan
dengan baik, maka diperlukan sosok kepala madrasah yang dapat
bertanggungjawab dalam mengatur, mengurus, dan memadukan semua
unsur madrasah agar menjadi sebuah tim kerja yang solid dalam
meningkatkan mutu pendidikan di madrasah.
Kepala M.I Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak adalah salah
satu contoh pemimpin madrasah yang telah berhasil menerapkan pola
kepemimpinan madrasah, sehingga menarik untuk diteliti lebih lanjut
2
Soebagio Atmodiwirjo, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardaditiya Jaya,
2000), hlm. 22
3
karena dengan kemampuannya memadukan semua unsur yang ada di
madrasah dan dengan dukungan sistem kepemimpinan yang baik
menjadikan M.I Nashriyah menjadi salah satu pilihan masyarakat
Sumberejo Kecamatan Mranggen dan sekitarnya dalam menyekolahkan
putra-putrinya. Keberhasilan yang telah dicapai tidak hanya itu saja
ternyata, masih ada keberhasilan lain yang mampu diraihnya setelah
diterapkan kepemimpinan kepala madrasah, yaitu adanya peningkatan
kinerja guru, kedisiplinan waktu kerja pegawai, tata usaha yang teratur,
sampai pada meningkatnya prestasi akademik dan non-akademik siswa,
sehingga dengan kemajuan-kemajuan inilah penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai kepemimpinan kepala
madrasah dalam meningkatkan keberhasilan kegiatan belajar mengajar di
M.I Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak.
B. Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang
muncul untuk mendapatkan jawaban pada penelitian ini adalah:
1) Apa upaya-upaya yang dilakukan oleh kepala madrasah dalam
meningkatkan keberhasilan kegiatan pembelajaran di M.I Nashriyah
Sumberejo Mranggen Demak?
4
1. Untuk mengetahui upaya- upaya apa yang dilakukan oleh kepala
madrasah dalam meningkatkan keberhasilan kegiatan pembelajaran di
M.I Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak
2. Secara Praktis
Hasil dari terselesaikannya penelitian ini diharapkan dapat
memberi sumbang pemikiran berupa informasi atau pengetahuan bagi
praktisi pendidikan pada umumnya, dan khususnya bagi pengelola
lembaga madrasah dalam menerapkan pola kegiatan belajar mengajar
yang efektif dan efisien.
5
BAB II
PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM
MENINGKATKAN KEBERHASILAN KEGIATAN
PEMBELAJARAN DI MI NASHRIYAH SUMBEREJO MRANGGEN
DEMAK
A. Kajian Pustaka
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber
data sekunder yaitu penelitian yang ada relevansinya dengan judul
penelitian ini, adapun data penelitian yang diambil peneliti adalah:
Analisis Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Pelaksanaan
Kegiatan Belajar Mengajar Di MTs Taqwiyatul Wathon Sumberejo
Mranggen Kabupaten Demak”, Skripsi (Wonosobo: Fakultas Tarbiyah
Universitas Sains Al-Qur’an,2010),dengan penemuan kepala madrasah
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di MTs. Taqwiyatul Wathon
Sumberejo adalah; a) sebagai penanggungjawab sukses dan tidaknya
kegiatan belajar mengajar, b) sebagai konseptor terhadap pengembangan
madrasah dan mutu kualitas siswa1.
Secara umum penelitian tersebut mempunyai kesamaan dengan
penelitian yang hendak dilakukan ini, yaitu; dari objek kajiannya yang
sama-sama membidik figur pimpinan dalam menerapkan perannya sebagai
pemimpin lembaga pendidikan, tetapi dari segi sasaran terdapat perbedaan.
Jika pada penelitian-penelitian terdahulu lebih banyak memfokuskan
kajiannya pada peran kepala madrasah pada manajemen madrasah,
sedangkan pada penelitian yang akan dilaksanakan di MI Nashriyah ini
nantinya lebih akan difokuskan kajiannya pada peran kepemimipinan kepala
madrasah dalam mengatur, mengurus, dan menata sumber-sumber
pendidikan mulai dari perencanaan proses belajar mengajar, organisasi,
1
Nuriyatul Badriyah, 1326308, Skripsi (Wonosobo: Fakultas Tarbiyah Universitas Sains
Al-Qur’an,2010), hlm.76
6
bimbingan dan pengarahan, koordinasi, pengawasan serta komunikasi
pendidikan, sampai pada masalah operasional pendidikan seperti tata usaha,
sarana dan prasarana, keuangan, tenaga kependidikan, dan hubungan
masyarakat.
B. Kerangka Teoritik.
2
Andreas Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar (Jakarta: Kompas, 2000), hlm. 150
3
Ahmad Rofiq, Fiqih Kontekstual, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 102.
7
Kepemimpinan adalah kemampuan menetapkan suatu arah yang
dapat dirasakan (asensible direction), membuat orang-orang
menyelaraskan diri ke arah itu, memberi dan memberi mereka kekuatan
(energizing them) untuk memcapainya dengan cara apapun,menurut
John P. Kotter.
Kepemimpinan adalah proses membujuk (inducing) orang-orang
lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama-sama. Hal
ini menurut Ewin Alocke.
Dari berbagai definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu
kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok itu,
yang mana tujuan tersebut merupakan tujuan bersama.
8
e) Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada setiap anggota
untuk melahirkan perasaan dan pikirannya serta memilih buah
pikiran yang baik dan berguna dalam pemecahan masalah yang
dihadapi anggotanya
f) Pemimpin berfungsi memberi kepercayaan menyerahkan
tanggungjawab kepada anggota dalam melaksanakan tugas,
sesuai dengan kemampuan masing-masing demi kepentingan
bersama.
2. Fungsi kepemimpinan yang bertalian dengan penciptaan suasana
pekerjaan yang sehat dan menyenangkan.
a) Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan
dalam kelompok. Seperti adanya gotong royong dalam anggota
supaya berjalan lancar dan mempermudah pencapaian tujuan
yang ditetapkan
b) Pemimpin berfungsi mengusahakan suatu tempat bekerja yang
menyenangkan, sehingga dapat dipupuk kegembiraan dan
semangat bekerja dalam pelaksanaan tugas. Kepuasan akan
terpenuhi jika ada ruangan yang menarik, terdapat fasilitas yang
cukup memadahi
c) Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan pada
anggaota bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan
merupakan bagian dari kelompok. Semangat kelompok dapat
dibentuk melalui penghargaan terhadap usaha setiap anggota
demi kepentingan kelompok
d) Pemimpin dapat menggunakan kelebihan yang terdapat pada
dirinya, bukan untuk berkuasa atau mendominasi melainkan
untuk memberikan sumbangan kepada anggota menuju
pencapaian tujuan bersama. Ia harus mengakui anggotanya secra
9
wajar, dengan berbuat demikian itu pemimpin akan diterima dan
diakui secara wajar.4
2. Kegiatan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar Mengajar
Belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu yang
berguna untuk hidup. Akan tetapi menurut konsep Eropa, arti belajar itu
agak sempit, hanya mencakup menghafal, mengingat dan memproduksi
sesuatu yang dipelajari.5
Menurut Skinner sebagaimana dikutip oleh Notoatmojo dan
Mujiono belajar adalah suatu perilaku.6 Pada saat orang belajar maka
responnya lebih baik, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon
pembelajar
2. Responsi pembelajar
3. Kosekwensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Pemerkuat
terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekwensi tersebut.
Perilaku responsi pembelajar yang baik diberi hadiah, perilaku
respon yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.
Gagne berpendapat sebagaimana yang dikutip dalam bukunya
Dymyati dan Mujiono, bahwa belajar adalah seperangkat proses
kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, meliwati
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.7 Menurut Gagne
belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal,
kondisi internal dan hasil belajar. Gagne berpendapat bahwa dalam
4
Suekarto Indrafahrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, (Jakarta: Galia
Indonesia, 1993),Hlm. 13-17
5
Notoatmojo, Soekijo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2003), hlm. 36
6
Dymyati, Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.9
7
Dymyati, Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, Hlm. 10
10
belajar terdiri dari tiga tahap yang meliputi sembilan fase. Tahapan itu
adalah persiapan untuk belajar, pemerolehan dan unjuk perbuatan, alih
belajar.
Aliran Behafiorisme memandang bahwa belajar adalah
mengubah perilaku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak
mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah mngontrol stimulus
dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang
diinginkan.8
Sedangkan aliran psikologi kognitif memandang bahwa belajar
adalah mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan
memperoleh berbagai informasi.9
Aliran ini mengembangkan pandangan bahwa belajar
menekankan empat komponen yaitu:
1. Siswa membangun pemahamannya sendiri dari hasil mereka belajar
2. Pelajaran baru sangat tergantung pada pelajaran sebelumnya
3. Belajar dapat ditingkatkan dengan interaksi sosial
4. Penugasan-penugasan dalam belajar dapat meningkatkan
kebermaknaan proses pembelajaran
Bagi Hilgard sebagaimana yang kutip oleh Wina Sanjaya belajar
adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman
dan latihan.10 Belajar menurut ini bukanlah sekedar mengumpulkan
pengetahuan tapi belajar adalah proses mental yang terjadi pada diri
seorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku.
Aktifitas itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan
yang disadari.
Morgan sebagaimana dikutip oleh Ngalim Purwanto
mendefinisikan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
8
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2007) hlm. 93
9
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Hlm. 94
10
Wina sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasisi Kompetensi,
(Bandung, 2005), hlm.89
11
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.11
Mengajar atau mendidik yang dalam bahasa Arab tarbiyah, Syeh
Musthofa Al-gholayani mendefinisikan sebagai berikut:
11
Ngalim Purwanto, Mp, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997),
hlm. 84
. ١٨٩ , ص,)١٩١٣ , رجب مُراي: (فكبلُعبن, عظة الىبشئيه, الشيح مصطفى الغاليىى12
13
Noto Atmojo Suekijo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2003),.hlm. 36
12
proses mentransfer ilmu. Dalam konteks ini, mentransfer tidak
diartikan dengan memindahkan, seperti misalnya mentransfer uang.
Sebab kalau kita analogikan dengan mentransfer uang, maka jumlah
uang yang dimiliki oleh seseorang akan menjadi berkurang bahkan
hilang setelah ditransfer kepada orang lain. Kata transfer dalam kontek
ini sebagai proses menyebarluaskan. Untuk proses mengajar, sebagai
proses menyampaikan pengetahuan akan lebih tepat jika diartikan
dengan menanamkan ilmu pengetahuan seperti yang dikemukakan
Smith bahwa mengajar adalah menanamkan ilmu pengetahuan atau
ketrampilan (teaching is imparting knowledge or skill).14
Mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
sehingga terjadi proses belajar.15 Belajar berarti membimbing aktivitas
anak, membimbing pengalaman anak, membantu anak berkembang dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Kenneth D. Moore mengartikan bahwa mengajar adalah sebuah
tindakan dari seseorang yang mencoba untuk membantu orang lain
mencapai tujuan dalam berbagai aspek seoptimal mungkin sesuai
dengan potensinya.16
Menurut pandangan ini bahwa keberhasilan mengajar bukan
seberapa banyak ilmu yang disampaikan pada siswa, tetapi seberapa
besar guru memberi peluang pada siswa untuk memperoleh segala
sesuatu yang ingin diketahuinya, guru hanya menfasilitasi untuk
meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan.
Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa kegiatan
belajar mengajar adalah interaksi antara guru dan siswa baik secara
individu maupun kelompok atau juga antara siswa dan ligkungannya
14
Wina, Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasisi Kompetensi,
(Bandung, 2005), hlm. 73
15
Nasution, Didaktif Azaz Azaz Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 4
16
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2007). Hlm. 93
13
dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap
supaya terjadi perubahan perilaku yang lebih baik.
b. Hakikat Belajar
Pada dasarnya bahwa di dunia ini tidak ada mahluk hidup yang
sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti bayi
manusi. Sebaliknya tak ada mahluk lain di dunia ini yang setelah
dewasa mampu menciptakan apa yang telah diciptakan manusia
dewasa. Jika manusia dilahirkan tidak mendapat bantuan orang dewasa
dan tidak dididik atau diajar maka sirnalah ia. Benar bahwa bayi yang
sudah membawa potensi-potensi yang diperlukan untuk kelangsungan
hidupnya, tapi jumlahnya terbatas sekali. Potensi bawaan tidak
mungkin berkembang baik tanpa pengaruh dari luar maka hakikat dari
belajar adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada
organisme bilogis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia
dengan luar dan hidup bermasyarakat sebagaimana firman Allah Qs.
An-Nahl ayat 78.
17
Depag RI, Alqur’an dan Terjemahannya,Yayasan Penyelenggara Penterjamah/
Pentafsir Al-Qur’an: Jakarta 1971, Hlm.413
14
18
18
Ali Hamdi Mudaim, Ramalan Rasulullah Saw Tentang Akhir Zaman, (Kertasana:CV
Bintang Pelajar, 1987), hlm. 91.
19
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Malang: t. p.
2007), hlm. 16
20
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Hlm. 17
15
Tahap mengolah: siswa menahan informasi yag diterima dari
guru dalam tempat penyimpanan ingatan jangka pendek kemudian
mengolah informasi-informasi untuk diberi makna yang berupa
sandi-sandi sesuai dengan penangkapan masing-masing.
Tahap menyimpan: siswa menyimpan simbul-simbul hasil
olahan yang telah diberi makna ke dalam bidang ingatan dalam
jangka panjang. Pada tahapan ini hasil belajar sudah diperoleh, baik
sebagian maupun seluruhnya.
Tahap menggali: yaitu siswa menggali informasi yang telah
disimpan dalam LTM (long term memory) ke STM (short term
memory) untuk dikaitkan dengan informasi baru yang diterima.
Tahap prestasi: informasi yang telah tergali pada tahap
sebelumnya digunakan untuk menunjukkan prestasi yang merupakan
hasil belajar. Misalnya berupa ketrampilan mengerjakan sesuatu,
kemampuan menjawab soal, atau menyelesaikan tugas.
Tahap umpan balik; siswa memperoleh penguatan
(konfirmasi) saat perasaan puas atas prestasi yang ditunjukkan. Hal
ini terjadi jika prestasinya tepat. Tapi sebaliknya, jika prestasinya
jelek, perasaan tidak puas maupun tidak senang itu bisa saja
diperoleh dari guru (eksternal) atau dari sendiri (internal).21
21
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,, hlm. 18
22
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,, hlm. 19
16
macam pertama keadaan tonus jasmani contoh kondisi fisik
orang yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh
positif terhadap kegiatan belajar individu, kondisi fisik yang
lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar
yang maksimal. Kedua fungsi jasmani: selama proses belajar
berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia
sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indra.
Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah
aktifitas belajar baik pula.23
b) Faktor psikologis: adalah keadaan psikologis seseorang yang
dapat mempengaruhi proses belajar. Faktor psikologis
meliputi kecerdasan siswa, motovasi, minat, sikap dan bakat
2. Faktor eksternal: faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari
luar dirinya. Faktor internal ini meliputi: lingkungan sosial dan
non sosial.24
a) Lingkungan sosial meliputi:
1) lingkungan sosial madrasah, seperti guru, administrasi
dan teman-teman sekelas. Hubungan yang harmonis
antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk
belajar lebih baik di madrasah
2) lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi
belajar siswa
3) lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat
mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,
sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah),
23
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, , hlm. 20
24
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,, hlm. 26
17
pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak
aktivitas belajar siswa.25
b) Lingkungan non Sosial
Lingkungan non sosial meliputi:
1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar,
sinar matahari yang tidak terlalu silau, suasana yang sejuk
dan tenang. Faktor ini dapat mempengaruhi aktivitas
belajar siswa
2) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan menjadi dua macam. Pertama hardware
seperti gedung madrasah, alat-alat belajar, fasilitas
belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua
softwere seperti kurikulum madrasah, peraturan-peraturan
madrasah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
3) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor
ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan
siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru,
disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.
18
qur’an Allah berjanji akan meningkatkan derajat orang yang belajar
dari pada yang tidak, firman Allah dalam Al-Qur’an QS Al-
Mujadalah ayat 11.
26
Depag RI, Alqur’an dan Terjemahannya,Yayasan Penyelenggara Penterjamah/
Pentafsir Al-Qur’an: Jakarta 1971, hlm. 911
19
eksplisit maupun implisit, telah menyinggung bahwa belajar adalah
aktivitas yang dapat memberikan kebaikan kepada manusia.27
)٥-١ : (العلق
27
Baharuddin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: AR-
RUZZ MEDIA, 2008), hlm. 30
28
Depag RI, Alqur’an dan Terjemahannya,Yayasan Penyelenggara Penterjamah/
Pentafsir Al-Qur’an: Jakarta 1971, hlm.1079
29
Syaikh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’lim Muta’alim, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995),
hlm.3
20
Banyak tokoh Islam yang memiliki kepedulian dan
menyumbangkan pemikirannya tentang aktivitas belajar, diantanya
adalah Al-Ghozali dan Az-Zarnuji. Kedua tokoh ini banyak
mewarnai pendidikan masyarakat Islam Indonesia, terutama
pendidikan di kalangan pesantren.
a) Al-Ghozali
Menurut Al-Ghozali, pendekatan belajar dalam mencari
ilmu dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan,
yaitu pendekatan ta’lim insani dan ta’lim rabbani. Ta’lim insani
adalah belajar dengan bimbingan manusia. 30 Pendekatan ini
merupakan cara umum yang dilakukan orang, dan biasanya
dilakukan dengan alat-alat indriawi yang diakui oleh orang yang
berakal. Proses ta’lim insani ini dibagi menjadi dua.
1) Proses eksternal melalui belajar mengajar (ta’lim)
Menurut Al-Ghozali, dalam proses belajar mengajar
sebenarnya terjadi aktivitas ekplorasi pengetahuan sehingga
menghasilkan perubahan-perubahan perilaku. Seorang guru
mengekplorasi ilmu yang dimilikinya untuk diberikan kepada
muridnya, sedangkan murid menggali ilmudari gurunya agar ia
mendapatkan ilmu.
2) Proses internal melalui proses tafakkur
Tafakur diartikan dengan membaca realitas dalam
berbagai dimensinya wawasan spritual dan penguasaan
pengetahuan hikmah. Proses tafaakur dapat dilakukan apabila
jiwa dalam keadaan suci. Dengan membersihkan qolb dan
mengosongkan egoisme dan keakuannya ketitik nol, maka ia
berdiri di hadapan Tuhan, seperti seorang murid berhadapan
dengan seorang guru. Menuntut ilmu harus melalui proses
30
Baharuddin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,, hlm. 44
21
berfikir terhadap alam semesta, karena ilmu itu sendiri
merupakan hasil dari proses berfikir.
Pendekatan ta’lim rabbani adalah merupakan belajar
dengan bimbingan Tuhan. Dalam pendekatan ini, Allah
menjadi guru bagi seseorang yang ingin mendapatkan ilmu,
dengan membimbing manusia untuk menjadi orang yang suci,
tulus, dan mau berfikir untuk mencari kebenaran dan memiliki
ilmu pengetahuan. Menurut Al-Ghozali, seseorang harus
melakukan tazkiyatun Nafs, pembersihan hati dari dosa dan
kesalahan. Dan ketika jiwa seseorang sudah bersih dan suci,
maka Allah menganugrahinya dengan suatu ilmu pengetahuan
yang belum ia ketahui.31
b) Al-Zarnuji
Konsep pendidikan beliau tertuang dalam kitab Ta’lim al-
Muta’alim Thuruq al-Ta’allum, beliau mengemukakan antara
lain:
1) Pengertian ilmu dan keutamaannya
2) Niat belajar
3) Memilih guru, ilmu, teman dan ketabahan dalam belajar
4) Menghormati ilmu dan ulamak
5) Ketekunan, kontinuitas, dan cita-cita luhur
6) Permulaan dan insensitas belajar serta tata tertibnya
7) Tawakkal pada allah
8) Masa belajar
9) Kasih sayang dan memberi nasihat
10) Mengambil pelajaran
11) Wara’ (menjaga diri dari yang subhat dan haram) pada masa
belajar
31
Baharuddin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,, hlm. 48
22
12) Penyebab hafal dan lupa
13) Masalah rizki dan umur
Al-Zarnuji membagi ilmu pengetahuan dalam empat
kategori. Pertama, ilmu fardlu ain yaitu ilmu yang wajib
dipelajari oleh setiap muslim secara individual, contoh ilmu
tauhid, fiqih dan lain sebagainya yang berkaitan dengan tata cara
beribadah kepada Allah.
Kedua, ilmu fardlu kifayah, yaitu ilmu yang
kebutuhannya hanya dalam saat-saat tertentu saja seperti ilmu
sholat janazah
Ketiga, ilmu haram, yaitu ilmu yang haram untuk dipelajari
seperti ilmu nujum (ilmu perbintangan yang biasanya
dipergunakan untuk meramal). Sebab dapat membawa
marabahaya, karena lari dari kenyataan takdir Allah.
Keempat, ilmu jawas, yaitu ilmu ilmu yang hukum
mempelajarinya boleh karena bermanfaat bagi manusia, contoh
ilmu kedokteran.32
Dengan demikian, pemikiran Al-Zarnuji berupaya
membawa lingkungan belajar pada tingkat ketekunan dan
kewibawaan guru dalam ilmu dan pengajarannya. Sedangkan
murid sebagai individu yang belajar, menunjukkan keseriusan
dan kesungguhan dalam belajar sebagai menifestasi daya juang
dalam pencapaian ilmu yang diajarkan oleh guru dalam rangka
mencari ridho Allah Swt. dan untuk menuai kemanfaatannya.
Kontekstualisasi hubungan guru dan murid saat sekarang
adalah pemahaman terhadap pemikiran Al-Zarnuji yang
signifikan yang bernafas religious ethis. Dengan mengambil
nilai-nilai dan pesan yang terkandung dalam pemikiran Al-
Zarnuji tersebut, berarti kita telah menggali dan menghidupkan
32
Baharuddin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,, hlm. 53.
23
kembali nilai-nilai dalam proses pendidikan dan sekaligus
menjadikannya sebagai dasar pembentukan akhlak dan landasan
dalam membina hubungan yang harmonis antara guru dengan
murid yang berorientasi pada hubungan yang etis-humanis.
d. Karakteristik Guru
Berkaitan hal belajar mengajar, tak khayal lagi kita
membicarakan tentang guru. Siapakah yang disebut dengan guru dan
bagaimanakah profil seorang guru?
Menurut Zakiyah Darojat, guru adalah pendidik profesioanal,
karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan
memikul sebagian tanggungjawab pendidikan yang terpikul di
pundak orang tua.33
Menurut Purwadarminta, guru adalah orang yang kerjanya
mengajar. Dilihat dari pengertian ini, mengajar merupakan tugas
pokok seorang yang akan mendidik muridnya. Sehubungan dengan
hal ini Mukhibin Syah, mengemukakan guru adalah yang dalam
bahasa Arab disebut Mu’alim, dalam bahasa Inggris disebut teacher,
yakni seorang yang pekerjaannya mengajar.
Menurut Sayyid Muhammad dalam bukunya”tarbiyah
wattahdib” mengatakan:
33
Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Arruz Media goup,
2008), hlm. 127
٦ , ص, بّدَن تبريح,)سُرابيب: (فزبيت المفتبح, التربيً َالتٍّديب, سيّد محمّد34
24
Artinya: sesungguhnya gurumu adalah orang yang menyelamatkanmu
dari musibah kebodohan, menebarkan sesuatu di hatimu yang
menjadikanmu manusia sempurna, utama, mengetahui apa
yang ada padamu dan apa yang terjadi padamu dari beberapa
hak dan kewajiban yang bermanfaat pada dirimu dan orang
selain dirimu, menyingkirkan dari kehinaan kepada keutamaan
dicintai terhadap semua manusia dipandang dengan
pandangan yang tenang dan sebagai i’tibar.
35
Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, hlm.128
36
Depag RI, Alqur’an dan Terjemahannya,Yayasan Penyelenggara Penterjamah/
Pentafsir Al-Qur’an: Jakarta 1971, hlm. 104
25
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas guru adalah
bukan hanya mengajar di kelas, tetapi juga sebagai norem drager
(pembawa norma) agama di tengah-tengah masyarakat.
Berikut ini adalah karakteristik guru
1. Sang guru adalah pendamping utama kaum pembelajar, orang-
orang muda dan benih-benih kehidupan masa depan, dalam
proses menjadi pemimpin
2. Sang guru memainkan peran sebagai aktor atau aktris
pendamping atau pembantu yang membuat pemimpin tampak
bercahaya sebagai aktor atau aktris pemeran utama, dan sekaligus
membesarkan hati para pembelajar yang sementara menjadi
figuran
3. Sang guru adalah aktor intelektual yang selalu ada di belakang
layar sebagai tut wuri handayani
4. Sang guru dirasakan kehadirannya, ia dikenal luas justru karena
tidak menganggap penting lagi popularitas, kedudukan, dan
kekuasaan (politik)
5. Sang guru melalui proses-proses yang bersifat transformasi total
mulai transformasi kultural, meskipun tidak berhenti di situ
6. Sang guru adalah tidak lagi menaruh minat pada hal-hal yang
berkaitan langsung dengan kehidupan di dunia ini, sebab ia
mengarahkan hidupnya kepada kehidupan di akhirat yang akan
datang.
7. Sang guru menaruh minat lebih pada penyelarasan spiritualitas –
hati nurani dengan rasionalitas – akal budi (pemimpin) dan
aktivitas-otot (pembelajar)
8. Kebutuhan utama sang guru adalah aktualisasi, orientasi-devosi
diri, bukan lagi memiliki rasa berharga, keterikatan –identitas
kolektif (pemimpin), apalagi kebutuhan fisiologis – rasa aman,
dan keterkaitan- transendensi diri (pembelajar)
26
9. Sang guru belajar dari dirinya sendiri, ketika pemimpin belajar
pada semua orang dan terinspirasi oleh matahari, air, api atau
alam semesta, sedangkan pembelajar belajar pada idolanya,
tokoh-tokoh yang dikaguminya.37
37
Andreas Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, (Jakarta: Kompas, 2000), hlm. 76
38
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2007). hlm.
112
27
Guru yang baik bisa menerima berbagai masukan, resiko
dan tantangan, selalu memberikan dukungan pada siswanya,
konsisten dalam kesepakatan-kesepakatan dengan siswa,
bijaksana terhadap kritik siswa, cepat dalam memberikan
feedback bagi siswa dalam membantu mereka belajar
6. Manajemen.
Guru yang baik harus mampu menunjukkan keahlian dalam
perencanaan, memiliki kemampuan mengorganisasi kelas,
memiliki kemampuan dalam mengatasi dua atau lebih aktifitas
kelas dalam satu waktu yang sama, dapat meminimalisasi
gangguan, memiliki teknik untuk mengontrol kelas, dapat
memelihara siswa kondusif dalam belajar, dan tetap dapat
menjaga siswa untuk tetap belajar menuju sukses
7. Apa yang disampaikan.
Guru yang baik juga mampu memberikan jaminan bahwa
materi yang disampaikannya mencakup semua unit bahasan yang
diharapkan secara maksimal.39
39
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, hlm. 113
28
Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan
efektifitas proses pembelajaran tidak bisa dilakukan dengan parsial,
tetapi harus holistis. Menurut teori Hunt ada lima bagian penting
dalam peningkatan efektifitas pembelajaran, yaitu perencanaan,
komunikasi, pengajaran, pengaturan dan evaluasi. Namun Kinneth D
Moore mengembangkannya menjadi tujuh langkah peningkatan
pembelajaran efektif, yakni dari mulai perencanaan, perumusan
berbagai tujuan, pemaparan perencanaan pembelajaran pada siswa ,
proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi,
penutupan proses pembelajaran denga evaluasi yang akan menjadi
feedback untuk perancangan berikutnya.
29
10. Pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka
patuh.
b. Kepemimpinan pseudo-demokratis
Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi
diplomatic,dengan ciri-ciri:
1. Pemimpin hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal
sebenarnya dia bersikap otokratis.
2. Pemimpin mendesak bawahan agar menerima ide atau pikiran
sebagai keputusan bersama.
c. Kepemimpinan laissez-faire
Kepemimpinan laissez-faire memiliki ciri-ciri antara lain:
1. Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia
membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya
sendiri.
2. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan
kelompoknya.
3. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh
bawahannya sendiri.
4. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki
keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa
mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi
kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif.
5. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara
penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme.
d. Kepemimpinan demokratis.40
Kepemimpinan demokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
1. Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.
Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan
40
Suekarto Indrafahrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, Hlm. 23
30
penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri)
dan kerjasama yang baik.
2. Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap
warga kelompok.
3. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu,
mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan.
4. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya
masing-masing.
5. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Tipe-tipe kepemimpinan ini sangat berkaitan dengan sifat dan
watak pribadi seorang pemimpin. Di dalam prakteknya ternyata tipe-
tipe itu bervariasi adanya, tergantung pada situasi kematangan
bawahannya yang akan dibinanya.
41
Muhamad Saroni, Manajemen Madrasah, (Yogyakarta: Ar Russ, 2006), hlm. 47
31
Hal ini berkaitan dengan posisinya sebagai pemimpin madrasah dan
manajemen dan organisasi madrasah. Jika kepala madrasah tidak
memiliki kemampuan untuk memimpin dan mengelola organisasi
madrasah, visi dan misi madrasah tidak mungkin tercapai secara
maksimal.
Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu dipahami dan
diupayakan untuk dikuasai secara maksimal agar menjadi kepala
madrasah yang baik yaitu;
a. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Seorang kepala harus dapat mempunyai kompetensi untuk
mengelola segala sumber daya yang dimiliki oleh madrasah secara
maksimal agar dapat mencapai tujuan madrasah, karena sumber daya
yang dimiliki madrasah merupakan modal dasar dan penentu
keberhasilan mencapai tujuan madrasah.42
Sumber daya manusia di madrasah meliputi guru, karyawan,
siswa, masyarakat sekitar. Mereka inilah yang dapat diarahkan untuk
menjadi penentu keberhasilan program madrasah. Karena itu, kepala
madrasah harus mempunyai kemampuan untuk memanajemeni atau
mengelola mereka agar efektif dan efisien. Untuk tujuan tersebut
kepala madrasah harus mampu menciptakan kondisi kerja yang
kondusif di semua unsur. Dengan kondisi yang kondusif dapat
meningkatkan kinerja seluruh sumber daya yang ada dan semua
unsur dapat melaksanakan tugas sesuai dengan proporsinya masing-
masing tanpa ada rasa tertekan antar sesama atau terhadap kepala
madrasah.
Kepala madrasah harus mampu membagi tugas dan fungsi
personil secara efektif dan efisien, tidak bolah ada pertimbangan like
and dislike pada saat membagi tugas keorganisasian kepada anak
buahnya karena akan menyebabkan kondisi kerja yang kurang
42
Muhamad Saroni, Manajemen Madrasah, hlm. 48
32
kondusif dan dapat menimbulkan prasangka yang jelas merugikan
organisasi secara umum dan menimbulkan juga kecemburuan sosial.
Oleh karena itulah sebagai kepala madrasah harus dapat
mengelola SDM yang ada semaksimal mungkin, dengan
mengkondisikan kerja dan pola kerja yang tersistem, tersruktur dan
terbagi rata pada beban yang sesuai dengan tingkatan kemampuan,
proposional pada setiap personil.
b. Hubungan Madrasah dengan Masyarakat
Eksistensi madrasah di masyarakat sebenarnya tergantung
bagaimana madrasah itu membina hubungan dengan masyarakat.
Manajemen hubungan madrasah dengan masyarakat secara luas
meliputi hubungan dengan orang tua siswa, hubungan dengan
seluruh aspek kehidupan yang ada di sekitar madrasah.43
Madrasah perlu membina dengan instansi- instansi di sekitar
madrasah yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
menunjang kegiatan pembelajaran misalnya puskesmas, pasar,
pabrik dan lain-lain. Hal ini terkait dengan kurikulum yang berbasis
kompetensi yang dalam proses pembelajarannya tidak hanya
memakai sarana madrasah tapi mempergunakan semua yang ada di
sekitar madrasah sebagai obyek belajar.
Untuk semua itu, sayogyanya kepala madrasah
mengembangkan sikap hidup sosial yang seluas-luasnya dan
mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan semua unsur
masyarakat dan mampu memberikan gambaran seluas-luasnya
tentang profil madrasah yang dipimpinnya.44
43
Muhamad Saroni, Manajemen Madrasah, hlm. 49
44
Muhamad Saroni, Manajemen Madrasah, hlm. 50-51
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu
penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian
yang terjadi pada saat sekarang,1 sehingga penelitian ini mempunyai
kekhasan yang terletak pada tujuannya, yakni mendeskripsikan tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan seluruh kegiatan,
Pemilihan pendekatan kualitatif deskriptif ini karena pada penelitian
ini berusaha meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu system
pemikiran, atau suatu peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Pada umumnya penelitian kualititif deskriptif merupakan penelitian
non-hipotesis/ non-statistik, sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu
merumuskan hipotesis. Penelitian ini mempunyai ciri khas yang terletak pada
tujuannya, yakni mendiskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan seluruh kegiatan objek penelitian. Adapun yang dimaksud kegiatan di
sini adalah kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan
keberhasilan kegiatan pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen
Demak.
Adapun proses pelaksanaan penelitian kualititif deskriptif adalah
sebagai berikut:
a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang
ada;
b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek- praktek
yang ada;
c. Membuat perbandingan atau evaluasi; dan
1
Nana Sujana dan Ibrahim, Penelitian dan Penelitian pendidikan (Bandung: Sinar baru,
1984), hlm. 64
34
d. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah
yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana
dan keputusan pada waktu yang akan datang.
C. Sumber Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh
atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan
penelitian atau yang bersangkutan karena memerlukannya. Data primer ini
disebut juga data asli atau data baru. Artinya, data yang diperoleh memang
asli dari lapangan dan baru, bukan data yang sudah usang/lama atau yang
telah diolah. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang
telah ada.2
Sumber data primer, peneliti secara khusus peroleh dari kajian
langsung ke objek penelitian berupa hasil data observasi, dokumentasi,dan
interview dengan :
1. Bapak Supriyadi selaku ketua yayasan Taqwiyatul Wathon
2. Bapak Sairul Anwar,S.Pd selaku kepala MI Nashriyah
3. Bapak Ali Ashadi selaku komite MI Nashriyah
4. Bapak Ngabidun selaku wakil kepala bagian kurikulum
2
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok materi metodologi Penelitian dan Aplikasinya(Jakarta:
Jfilia Indonesia, 2002), hlm. 82
35
5. Bapak Nur Halimi,S.Pd selaku perwakilan guru
Sedangkan sebagai data sekunder adalah semua karya atau buku-buku
yang ada relevansinya dengan judul penelitian ini, diantaranya adalah:
1. Nuriyatul Badriyah, 1326308, Analisis Kepemimpinan Kepala Madrasah
Dalam Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Di MTs Taqwiyatul
Wathon Sumberejo Mranggen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2009/
2010, Wonosobo:Universitas Sains Al-Qur’an (Unsiq)
2. Wahjosumidjo, 2002, Kepemimpinan Kepala Sekolah : PT Raja Grafindo,
persada, Jakarta
3. Dr. Wina Sanjaya, M.Pd,2008, Pembelajaran dalam Implementasi
Kurikulum berbasis kompetensi, Jakarta Kencana
4. DR. Thariq M. As-Suwaidan dan Ir. Faishal Umar Basyarahil, 2005,
Pemimpin Masa Depan, Jakarta. Gema Insani.
5. E. Mulyasa, 2002, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan
implementasi, Bandung: Remaja Rosdakaya
6. Manullang, 1986, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia
7. Ngalim Purwanto, 1998, Administrasi dan Supevisi Pendidikan,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
8. Soebagio Atmodiwirio, 2000, Manajemen Pendidikan Indonesia,Jakarta:
Ardadizya Jaya
D. Fokus Penelitian
Dalam penelitian kualitatif deskriptif ini difokuskan pada peran
kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan keberhasilan kegiatan
pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak.
1. Observasi
36
Teknik observasi adalah pengamatan data dengan mencatat secara
3
sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Teknik ini digunakan
untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan situasi dan kondisi MI
Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak yang meliputi: wawancara, letak
geografis, proses pembelajaran,struktur organisasi, sarana dan prasarana
pendidikan.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah pencarian data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, struktur organisasi, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan lain sebagainya. 4
Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang struktu
organisasi,sarana-prasarana, dan data kualifikasi pendidikan MI Nashriyah
Sumberejo Mranggen Demak.
3. Interview
Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula. Atau
secara sederhana interview diartikan sebagai alat pengumpul data dengan
mempergunakan tanya jawab antara pencari informasi dan kepala
madrasah. 5
Untuk memperoleh informasi tentang:
a. Apa upaya- upaya yang dilakukan oleh kepala madrasah dalam
meningkatkan keberhasilan kegiatan pembelajaran di MI Nashriyah
Sumberejo Mranggen Demak.
b. Apa faktor-faktor yang menghambat dan menunjang kepemimpinan
kepala madrasah dalam meningkatkan keberhasilan kegiatan
pembelajaran di MI Nashriyah sumberejo Mranggen Demak.
3
Hadi Sutrisno, Metodologi Research Jilid 1, (Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM,
1983), hlm. 136.
4
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian atau Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
un. 2006), hlm. 206.
5
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2002), hlm. 111.
37
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dapat diartikan sebagai proses yang menghubung-
hubungkan, memisah-misahkan dan mengelompokkan data yang ada
sehingga dapat ditarik kesimpulan yang benar.Analisis data yang digunakan
adalah analisis non-statistik, yaitu menggunakan analisis deskriptif analitis,
analisis yang diwujudkan bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk
laporan dan uraian deskriptif.
Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data pada penelitian
kualitatif deskriptif mengacu pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh
Mohammad Ali, yaitu:
1. Reduksi data
Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan,
memfokuskan, mengabstraksikan dan mengubah data kasar ke dalam
catatan lapangan.
2. Display atau sajian data
Sajian data merupakan suatu cara merangkai data dalam suatu
organisasi-organisasi yang memudahkan untuk pembuatan kesimpulan
dan/atau tindakan yang diusulkan.
3. Verifikasi dan/atau penyimpulan data". 6
Adapun verifikasi data adalah penjelasan tentang makna data
dalam suatu konfigurasi yang secara khas menunjukan alur kausalnya
sehingga dapat diajukan proposisi-proposisi yang terkait dengannya. 7
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka teknik analisis
data dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu mendeskripsikan
peran kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan keberhasilan
kegiatan pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak.
Dengan menggunakan pendekatan penelitian yang demikian akan
diketahui bentuk dan model KBM yang telah diterapkan oleh kepala MI
6
Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung : Angkasa, 1993), hlm. 167
7
Kafemad, Dadang, dan Maman Abd. Djaliel, Metodologi Penelitian Agama (Perspektif tkm
Ftrhandingan Agama), (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 103
38
Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak. Serta dapat diketahui faktor-faktor
yang mendukung atau menghambat keberhasilan kepala madrasah dalam
menerapkan KBM.
39
BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
1
Ali Ashadi, Ketua Komite MI Nashriyah Sumberejo, 16 Juni 2011, 16.17WIB.
40
b) Mengupayakan anak didik untuk dapat menerima pelajaran
dengan baik dan menyenangkan agar berprestasi di tingkat
kabupaten.
c) Memiliki keterampilan dan pengalaman dasar beragama islam
untuk diamalkan dalam kehidupan sehari – hari.
4. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
a) Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga pendidik dan
kependidikan.
b) Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadahi.
c) Meningkatkan prestasi madrasah.
d) Meningkatkan peran masyarakat dalam pendidikan.
e) Meningkatkan disiplin dan tanggung jawab warga madrasah.
f) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kekomputeran (
Teknologi Informasi )
5. Kebijakan Dan Program
a) Kebijakan
Adapun kebijakan – kebijakan yang digunakan untuk
mewujudkan sasaran,tujuan misi dan visi adalah ketentuan /
peraturan perundangan yang berlaku di indonesia serta
kebijakan – kebijakan pemerintah c.q.Kementerian Agama.
b) Program
Adapun program – program yang akan dilaksanakan dalam
rangka mencapai sasaran,tujuan,misi dan visi tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia
(SDM )
2) Pengadaan kebutuhan barang – barang operasional.
3) Peningkatan pelaksanaan evaluasi hasil belajar dan kualitas
kelulusan madrasah.
4) Peningkatan partisipasi masyarakat.
41
5) Meningkatan disiplin dan tanggungjawab.
6) Peningkatan skill out put SDM.
2
Sairul Anwar, S.Pd, Kepala MI. Nashriyah Sumberejo, wawancara,1 5 Juni 2011,
09.47WIB.
42
b) Mengadakan pembelian peralatan pembelajaran berupa buku-
buku mata pelajaran serta kebutuhan barang – barang operasional
lain
c) Mengadakan bimbingan les dan penyelenggaraan ujian madrasah.
d) Renovasi gedung kelas
e) Mengadakan rapat wali murid, Pengadaan sarana prasarana
penunjang pembelajaran
f) Pembelian Printer komputer dan pembelajaran komputer
b. Factor Penghambat
1. Kurangnya kesadaran masyarakat yang ada di sekitar madrasah
tentang Pendidikan yang bermutu setelah adanya iklan BOS.mereka
43
menganggap sekolah atau madrasah itu gratis,padahal untuk
mencapai pendidikan yang bermutu diperlukan biaya yang tidak
murah.
2. Jumlah penduduk sekitar sangat minim ,sehingga berdampak pada
minimnya anak usia sekolah apalagi program pemerintah untuk KB
berhasil,sehingga berdampak pada jumlah siswa masuk madrasah.
3. Sarana prasarana yang jauh dari ideal.
4. Kemampuan guru dan tenaga kependidikan dalam hal tehnologi
informasi.
5. Perpustakaan yang kurang memadahi dan jauh dari ideal.
6. Masih minimnya kemampuan guru dalam hal mengembangkan
kreatifitas, bakat dan minat siswa3.
3
Sairul Anwar, S.Pd, Kepala MI. Nashriyah Sumberejo, wawancara,1 5 Juni 2011,
09.47WIB.
44
belajar siswa serta melaporkannya kepada semua pihak yang
merupakan rangkaian dari kegiatan yang saling berurutan dan tidak
dapat terpisahkan satu sama lainnya. Pada kegiatan ini kepala madrasah
mengupayakan diantaranya adalah:
1. Tahapan Perencanaan Pengajaran
Pada kegiatan perencanaan pengajaran atau desain
instruksional, kepala madrasah membantu guru dalam mengambil
langkah dan aktivitas serta kinerja yang akan ditampilkan dalam
proses belajar mengajar, diantaranya mengarahkan guru dalam
penyusunan satuan pembelajaran agar mencakup unsur-unsur tujuan
mengajar yang diharapkan, materi/bahan pelajaran yang akan
diberikan, strategi/metode mengajar yang akan ditetapkan dan
prosedur evaluasi yang dilakukan dalam menilai hasil belajar siswa.
Dengan kegiatan ini, diperoleh hasil guru madrasah semakin
meningkat keberhasil pengajarannya, karena dengan pengarahan
kepala madrasah yang baik guru dala proses belajar mengajar telah
berpegangan pada perangkat pembelajaran yang memuat: rencana
program tahunan, rencana program semesteran, rencana satuan
pelajaran yang telah disetujui oleh kepala madrasah yang berisi
sekurang-kurangnya memuat standart kompetensi, indikator
ketuntasan hasil belajar, materi/bahan pelajaran yang akan diberikan,
strategi/metode mengajar yang akan ditetapkan dan prosedur
evaluasi akhir dari setiap pokok bahasan.
2. Tahapan Proses Belajar Mengajar
Kegiatan proses belajar mengajar adalah inti dari kegiatan
pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan
dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar, dengan melibatkan
semua komponen pengajaran tentunya. Hasil dari kegiatan belajar
mengajar akan menentukan sejauhmana tujuan yang ditetapkan telah
tercapai.
45
Pada proses belajar mengajar, kinerja guru dapat dikatakan
profesional jika dalam melaksanakan tanggung jawab mendidik,
guru memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam melakukan
kegiatan di bidang keguruan untuk memberi ilmu pengetahuan,
kecakapan dan ketrampilan kepada si terdidik yang bertujuan untuk
mengembangkan seluruh pribadinya. Oleh sebab itu, guru dalam
proses belajar mengajar harus memiliki kualitas personal dan
professional, memiliki persiapan pengajaran yang matang,
merumuskan tujuan pengajaran, berpenampilan menarik dalam
mengajar di kelas, dan dapat mengelola PBM serta dapat
menghidupkan suasana belajar yang menyenangkan.
Kinerja guru dapat dikatakan berkualitas jika dalam
melaksanakan tanggung jawab mendidik, guru memiliki kemampuan
dan keahlian khusus dalam melakukan kegiatan di bidang keguruan
untuk memberi ilmu pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan
kepada si terdidik yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh
pribadinya.
Pada kegiatan ini upaya kepala madrasah dalam meningkatkan
kinerja guru adalah dengan melakukan supervisi kunjungan kelas
dengan meneliti kesiapan guru dalam mengajar, apakah telah
berjalan sesuai dengan rencana pengajaran yang disusun guru apakah
belum, selanjutnya kepala madrasah melakukan penilaian terhadap
guru yang bersangkutan4.
Hal ini dibuktikan dengan adanya penilaian supervisi terhadap
guru,sebagaimana tabel berikut:
4
Sairul Anwar, S.Pd, Kepala MI. Nashriyah Sumberejo, wawancara,1 5 Juni 2011,
09.47WIB.
46
Tabel.1
Rekapan Instrumen
Supervisi Akademik Mi Nashriyah Sumberejo
1 Abu Tholib,S.Pd 90 SB
2 Amarodin,A.Ma. 90 SB
3 Khoirul Hadi,S.Pd 90 SB
4 Kholifah 90 SB
5 Muallim,A,Ma 90 SB
6 Mubin 85 B
7 Mudlofir 86 B
8 Mudrikah 80 B
9 Muhlisin,S.Pd.I 90 SB
10 Mujiati, S.Pd 93 SB
11 Ngabidun 80 B
12 Nur Halimi,S.Pd 96 SB
13 Rumanah 86 SB
14 Syafi’uddin 75 B
15 Zumiroh,S.Pd.I 90 SB
47
Jumat dimulai dari jam 07.00 sampai dengan 11.15 WIB. Dan hari
Sabtu dimulai dari jam 07.00 sampai dengan 11.55 WIB. Jam efektif
tersebut masih ada penambahan jam ekstra bagi kelas VI untuk
persiapan menghadapi ujian nasional yang dilaksanakan setiap Senin
sampai dengan Kamis dimulai pukul 12.30 sampai dengan 13.30.
Untuk menunjang hal tersebut kepala madrasah mengupayakan
peningkatan kesejahteraan para guru yang lebih layak, sehingga
aktivitas belajar mengajar di madrasah ini dapat berjalan sesuai
dengan rencana yang ada.
Disamping hal itu kepala madrasah juga mengembangkan
buku kredit point sebagai alat untuk menilai dan mengevaluasi atas
kinerja setiap personal, yang berisi tentang catatan presensi
kehadiran, loyalitas kepada lembaga serta aktivitas-aktivitas lain
yang berhubungan dengan peningkatan kinerja guru, dengan
memakai sistem yang demikian setiap personil dapat dipantau
persiapan mengajarnya sudah baik atau masih perlu ditingkatan lagi.
Sehingga tujuan madrasah dapat terlaksana dengan baik yaitu
terciptanya disiplin waktu.
5
Sairul Anwar, S.Pd, Kepala MI. Nashriyah Sumberejo, wawancara,1 5 Juni 2011,
09.47WIB.
48
Tabel.2
Kondisi Guru Tiga Tahun Terakhir
Tahun 2008-20011
2008 2009 2010 2011
N Deskripsi
o S S D D S S D D S D D S
D D S S
L L L 3 L
T T 2 T 2 T 2 3 I
2 3 I 3 I I
A A A A
1 Sekolah / Madrasah
6
MI Nashriyah , Dokumentasi 2010/ 2011.
49
Tabel. 3
Sarana Dan Prasarana Tiga Tahun Terakhir
2 Meja
1) Ruang kelas
a. Peserta 51 51 55
didik
b. Guru 6 6 6
2) Kantor 8 8 8
3) Perpustakaan 6 6 6
3 Almari
1) Ruang kelas
a. Peserta 6 6 6
didik
b. Guru 6 6 6
2) Kantor 2 2 2
3) Perpustakaan 1 1 1
4) Rak 1 1 1
4 Perlengkapan lain
1) Jam dinding 8 8 8
2) Tempat 8 8 8
sampah
3) Sapu 16 16 16
4) Engkrak 8 8 8
50
2. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Keberhasilan
kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kualitas
Kegiatan Pembelajaran di MI Nashriyah sumberejo Mranggen
Demak
Kepala madrasah dalam melaksanakan program madrasah juga
mengalami faktor – faktor pendukung dan penghambat ,yaitu :
a. Faktor Pendukung
1. Adanya pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada kepala
madrasah dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar di
madrasah .
2. Kepemimpinan madrasah yang profesional
3. Yayasan yang membawahi madrasah sangat antusias sekali.
4. Adanya Program Madrasah untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dari pendidik ( kualifikasi Pendidikan S1 bagi
guru,ikut kegiatan KKM , KKG dan kursus komputer bagi tenaga
kependidikan.
5. Semangat guru karena adanya model pembelajaran yang bervariasi.
6. Antusias karyawan secara bersama untuk lebih memajukan madrasah
7. Adanya kedisiplinan yang dilakukan oleh para karyawan
8. Letak geografis madrasah yang berada di pedesaan dan jauh dari
keramaian serta hiruk pikuk perkotaan.
b. Faktor Penghambat
1. Kurangnya kesadaran masyarakat yang ada di sekitar Madrasah
tentang Pendidikan yang bermutu setelah adanya iklan BOS.mereka
menganggap sekolah atau madrasah itu gratis.padahal untuk
mencapai pendidikan yang bermutu diperlukan biaya yang tidak
murah.
2. Jumlah penduduk sekitar sangat minim ,sehingga berdampak pada
minimnya anak usia sekolah apalagi program pemerintah untuk KB
berhasil,sehingga berdampak pada jumlah siswa masuk sekolah.
51
3. Sarana prasarana yang jauh dari ideal.
4. Kemampuan guru dan tenaga kependidikan dalam hal tehnologi
informasi.
5. Perpustakaan yang kurang memadahi dan jauh dari ideal.
6. Masih minimnya kemampuan guru dalam hal mengembangkan
kreatifitas, bakat dan minat siswa.
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang berangkat dari pokok permasalahan,
maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Upaya-upaya yang dilakukan oleh kepala madrasah dalam meningkatkan
keberhasilan kegiatan pembelajaran di MI Nashriyah Sumberejo
Mranggen Demak adalah :
a. Peningkatan kinerja guru,hal ini meliputi; tahapan perencanaan
pengajaran,tahapan proses belajar mengajar, persiapan mengajar guru
Mi Nashriyah.
b. Peningkatan kualifikasi akademik guru,dari tahu ketahun guru MI
Nashriyah semakin banyak yang memenuhi standart kualifikasi
pendidikan.
c. Pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan, dilihat dari segi sarana
dan prasarana yang ada, MI Nashriyah dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan perabot baik jumlah maupun perbaikan.
2. Faktor pendukung dan penghambat Peran kepemimpinan kepala madrasah
dalam meningkatkan keberhasilan kegiatan pembelajaran di MI Nashriyah
Sumberejo Mranggen Demak adalah:
a. Faktor pendukung
1) Adanya pemberian otonomi kepada lembaga pendidikan.
2) Kepemimpinan madrasah yang profesional.
3) Kesempatan orang tua untuk ikut berpartisipasi dalam proses
pendidikan.
b. Faktor penghambat
1) Rendahnya tingkat kemampuan SDM
2) Kesederhanaan dan terbatasnya sarana dan prasaran
3) Rendahnya kedisiplinan para pendidik dan tenaga kependidikan
53
4) Kurangnya keterlibatan wali murid atau masyarakat sekitar dalam
ikut serta menentukan dan merumuskan program kerja pendidikan .
B. Saran
Setelah melewati proses yang cukup panjang, dan berdasarkan dari hasil
kesimpulan tersebut di atas, maka peneliti dapat memberi saran yang berkaitan
dengan hasil analisis peran kepemimpinan kepala madrasah dalam
meningkatkan keberhasilan kegiatan pembelajaran di MI Nashriyah
Sumberejo Mranggen Demak , yaitu sebagai berikut:
Kepada kepala madrasah sebaiknya lebih meningkatkan kinerjanya
karena tugas dan posisi kepala madrasah sebagai penerima amanah dari
masyarakat akan selalu dinilai oleh masyarakat.
Kepada masyarakat, sebaiknya lebih meningkatkan kepeduliannya
terhadap lembaga pendidikan dengan selalu berperan aktif memantau lembaga
pendidikan.
54
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, Edisi
ke 3
Dymyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Nana Sujana dan Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan ,Bandung: Sinar
Baru, 1984.
Zainuddin, Imam Ahmad ibn Abdil Az Zubaidi, Mukhtar Shahih Bukhari, juz 1,
Beirut: Darrul Kutub, 1994.
DAFTAR TABEL
Tabel.1
Rekapan Instrumen
Supervisi Akademik Mi Nashriyah Sumberejo
1 Abu Tholib,S.Pd 90 SB
2 Amarodin,A.Ma. 90 SB
3 Khoirul Hadi,S.Pd 90 SB
4 Kholifah 90 SB
5 Muallim,A,Ma 90 SB
6 Mubin 85 B
7 Mudlofir 86 B
8 Mudrikah 80 B
9 Muhlisin,S.Pd.I 90 SB
10 Mujiati, S.Pd 93 SB
11 Ngabidun 80 B
12 Nur Halimi,S.Pd 96 SB
13 Rumanah 86 SB
14 Syafi’uddin 75 B
15 Zumiroh,S.Pd.I 90 SB
Tabel. 2
Kondisi Guru MI Nashriyah Sumberejo Mranggen Demak Tiga Tahun
Terakhir
Tahun 2008-20011
2008 2009 2010 2011
Deskripsi
No S S D S D S D D S
D D S D S D S
L L L 3 L
T T 2 T 2 T 2 3 I
2 3 I 3 I I
A A A A
1 Sekolah / Madrasah
Guru Honorer
Guru Bantu
Guru Kontrak
Lain-lain ……….
Jumlah 8 2 2 7 3 3 6 2 5 7 2 6
2 Rata-rata sekolah / Madrasah
Dalam Gugus
Dalam Kecamatan
Dalam Kabupaten
Tabel. 3
Sarana Dan Prasarana Tiga Tahun Terakhir
b. Guru 6 6 6
2) Kantor 10 10 10
3) Perpustakaan - - -
2 Meja
1) Ruang kelas
a. Peserta didik 51 51 55
b. Guru 6 6 6
2) Kantor 8 8 8
3) Perpustakaan 6 6 6
3 Almari
1) Ruang kelas
a. Peserta didik 6 6 6
b. Guru 6 6 6
2) Kantor 2 2 2
3) Perpustakaan 1 1 1
4) Rak 1 1 1
4 Perlengkapan lain
1) Jam dinding 8 8 8
2) Tempat sampah 8 8 8
3) Sapu 16 16 16
4) Engkrak 8 8 8
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lampiran Wawancara
Lampiran 2 : Lampiran Observasi
Lampiran 3 : Lampiran Supervisi kepala madrasah
Lampiran 4 : Lampiran Kepala madrasah mengupayakan guru dalam
pengiriman diklat
Lampiran 5 : Lampiran Seringnya kepala madrasah berkomunikasi dengan
masyarakat
PEDOMAN OBSERVASI
SURAT KETERANGAN
Nomor :MI N.11.33/07/PP.01.1/75/IV/2011
Nama : Muallim
Nomor Pokok : 093111403
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Sairul Anwar,S.Pd
NIP.197909042007011014
LAMPIRAN WAWANCARA
SURAT KETERANGAN
Nomor :MI N.11.33/07/PP.01.1/145/X/2009
Nama :Muallim
Alamat :Tambakrejo RT 01 / 16 Tanjungmas Semarang
Utara
Tempat Tugas :MI Nashriyah Sumberejo Kec.Mranggen
Kab.Demak
Sairul Anwar,S.Pd
NIP.197909042007011014
TEMBUSAN Kepada :
Yth.Ketua Yayasan ( Sebagai Laporan )
YAYASAN ISLAM TAQWIYATUL WATHON
MI NASHRIYAH
TERAKREDITASI B
Kantor : Sumberejo Sendang Delik Kec.Mranggen Kab.Demak 02470396705
NO : 11.21.477/MI.N/K.P/ 69 /V/2011
Hal : Undangan
Kepada
Yth Bpk / Ibu
1. Ketua Yayasan
2. Wakamad
3. Tokoh Masyarakat
4. Wali Murid
5. Guru MI Nashriyah
Di tempat
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Salam sejahtera semoga tercurahkan kepada kita semua,dan selalu
mendapatkan rahmat dan bimbingan Nya Amin!
Berdasarkan Kalender Pendidikan Madrasah tahun pelajaran
2010/2011 bahwa Ulangan akhir Semester KelaS 6 akan mulai
dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2011.
Oleh karena itu kami bermaksud mengundang bapak / Ibu besok pada:
Hari : Rabu malam Kamis
Tanggal : 16 Maret 2011
Jam : 19.00 tepat
Tempat : Kampus MI Nashriyah
Keperluan : Mujahadah
Demikian surat undangan ini kami sampaikan atas perhatiannya kami
ucapkan terimakasih.
Wasssalamu’alaikum Wr.Wb.
Sumberejo,16 Maret 2011
Kepala Madrasah,
Sairul Anwar,S.Pd
NIP.197909042007011014
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Muallim
NIM : 093111403
Alamat : Sumberejo, RT.04 RW. 08 Mranggen Demak
Tempat/ tanggal lahir : Demak, 05 Junil 1982
Telpon/ HP : 089667979913
Riwayat Pendidikan :
- Madrasah Ibtida’iyah Nashriyah Sumberejo Mranggen
Demak lulus tahun 1993/ 1994
- Madrasah Tsanawiyah Taqwiyatul Wathon Sumberejo
Mranggen Demal lulus tahun 1996/ 1997
- Madrasah Aliyah Futuhiyyah I Mranggen Demak lulus
tahun 1999/ 2000
- Sekolah Tinggi Ilmu Agama Walisembilan Semarang
lulus tahun 2002/ 2003