Sikap inilah yang ditakutkan oleh pemerintah saat ini. Jika terjadi, sikap ini
akan menimbulkan penjarahan, dan kekacauan sosial karena manusia
mementingkan kepentingannya sendiri dan tidak lagi peduli dengan kesulitan
atau penderitaan orang lain. Meskipun pandangan Spencer ini banyak juga
dibantah oleh filsuf lain yang berpendapat bahwa manusia bertahan hidup
dengan azaz altruisme (mengutamakan kepentingan bersama), namun hemat
saya, dengan kondisi masyarakat yang sangat kapitalistik saat ini, dimana hak
kepemilikan pribadi sangat besar, pendapat Spencer lebih mungkin terjadi.
Untuk mengantisipasi hal ini terjadi pemerintah dapat membuat sejumlah
kebijakan dengan menjadikan kebudayaan sebagai ujung tombak. Kebijakan itu
antara lain :
Saya kira, pemerintah pusat maupun daerah mestinya segera menyusun rencana
dan tatalaksana penanganan covid-19 yang menjadikan aspek budaya sebagai
ujung tombak. Karena, jika keadaan makin memburuk dan pelampung ekonomi
warga sudah tenggelam, maka kekacauan sosial hanya akan dapat diredakan
lewat usaha-usaha represif yang beresiko memakan korban jiwa.
Wabah Covid 19 atau masyarakat familiar dengan sebutan Wabah Corona ini
banyak membawa dampak Sosial yang Luar biasa.Dimana tata sosial
masyarakat dengan budayanya yang luar biasa,sudah di obrak abrik oleh si
Corona ini.
Setidaknya yang saya tulis ini adalah pengalaman atau yang bisa saya lihat
langsung di kehidupan masyarakat.walau mungkin banyak yang tidak peduli
dan tidak mau tahu tapi saya yakin mereka telah sedikitnya merasakan
perubahan.
Tata sosial dan budaya masyarakat kita ini terkenal dengan ramah tamahnya,
bertemu bersalaman ,cipika cipiki senyum sapa hangat yang selalu terpancar.
Tapi apa sekarang yang terjadi,senyum itu seakan hilang tertutup masker yang
beraneka ragam bentuk dan warna,bisa bersalaman dan cipika cipiki? kita
sekarang harus jaga jarak akibat wabah ini.
Belum lagi dari segi kesehatan ,ya memang menggunakan masker untuk
mengantisipasi virus dan bakteri masuk, tapi bagaimana kalau kita sudah mulai
pengap atau jenuh dengan masker itu, tergantunglah ia di dagu di bawah
mulut,atau diletakan sembarang tempat lalu?
Pasti ini cara yang kurang benar ,karena bisa menimbulkan penyakit yang baru .
kita jadi semakin dekat dengan suami dan anak anak, ngobrol,bercanda
dan mengeluarkan hal hal yang selama ini terpendan,yang positif
tentunya supaya tidak merasa bosan.
kita jadi semakin kreatif di dapur,selalu berkreasi untuk seluruh anggota
keluarga supaya lebih nyaman dan betah di rumah.
kita jadi semakin sensitip dengan hal hal yang biasanya tidak kita
pedulikan ,contoh nya kita peduli dengan kebersihan rumah,peduli
dengan tata letak barang dan lain lain .
Jadi, apapun yang terjadi semoga wabah ini cepat berakhir dan kita akan
menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Menurut Yasonna Laoly, langkah ini diambil demi mencegah penularan yang
lebih masif di wilayah lapas yang diketahui kelebihan kapasitas.
Kepmen ini berlaku mulai akhir Maret 2020 dan dijalankan sekurangnya dalam
masa 7 hari ke depan dalam membebaskan sekurangnya 30 ribu orang
narapidana, terdiri atas wanita, lansia, dan anak-anak.
Narapidana dan anak yang tidak terkait dengan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
Binaan Pemasyarakatan, tidak sedang menjalani subsider dan bukan Warga
Negara Asing.
"Jadi tidak semua napi yang dibebaskan, berlaku hanya untuk tindak pidana
umum saja, jadi koruptor, teroris dan narkoba yang pidananya berat, dan ilegal
logging yang tindak pidana extraordinary dan tindak pidana khusus tidak
dibebaskan," kata Nugroho saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (1/4/2020).
"Jadi yang mendapat ini adalah mereka yang sudah menjalani 2/3 masa pidana
pada tindak pidana yang tidak terkait dengan PP 99," jelas dia.
"Jadi bisa dikatakan ya hari ini mereka bebas, tapi bebas bersyarat," kata Kadiv
Pas Kanwil Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta Andika Dwi Prasetya,
Kamis (2/4/2020).
"Untuk lapas/rutan lain juga Lembaga Pembinaan Khusus Anak Jakarta sedang
berproses juga," jelas Andika
Virus Corona juga sangat berdampak pada sektor pariwisata. Data Badan Pusat
Statistik (BPS) menunjukkan bahwa wisatawan asal China mencapai 2.07 juta
orang pada tahun 2019 yang mencakup 12.8 persen dari total wisatawan asing
sepanjang 2019. Penyebaran virus Corona menyebabkan wisatawan yang
berkunjung ke Indonesia akan berkurang. Sektor-sektor penunjang pariwisata
seperti hotel, restoran maupun pengusaha retail pun juga akan terpengaruh
dengan adanya virus Corona. Okupansi hotel mengalami penurunan sampai 40
persen yang berdampak pada kelangsungan bisnis hotel. Sepinya wisatawan
juga berdampak pada restoran atau rumah makan yang sebagian besar
konsumennya adalah para wisatawan. Melemahnya pariwisata juga berdampak
pada industri retail. Adapun daerah yang sektor retailnya paling terdampak
adalah Manado, Bali, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Medan dan Jakarta.
Penyebaran virus Corona juga berdampak pada sektor usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) karena para wisatawan yang datang ke suatu destinasi
biasanya akan membeli oleh-oleh. Jika wisatawan yang berkunjung berkurang,
maka omset UMKM juga akan menurun. Berdasarkan data Bank Indonesia,
pada tahun 2016 sektor UMKM mendominasi unit bisnis di Indonesia dan jenis
usaha mikro banyak menyerap tenaga kerja.
Di lain sisi, virus Corona tidak hanya berdampak negatif, namun juga dapat
memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah
terbukanya peluang pasar ekspor baru selain China. Selain itu, peluang
memperkuat ekonomi dalam negeri juga dapat terlaksana karena pemerintah
akan lebih memprioritaskan dan memperkuat daya beli dalam negeri daripada
menarik keuntungan dari luar negeri. Kondisi ini juga dapat dimanfaatkan
sebagai koreksi agar investasi bisa stabil meskipun perekonomian global sedang
terguncang.
Dampak yang disebabkan oleh virus Corona bukan hanya di Indonesia saja
melainkan di beberapa negara di belahan dunia. Pada tanggal 22-23 Februari
2020 telah berlangsung pertemuan G20 yang diadakan di Arab Saudi. Anggota
G20 ini terdiri dari Amerika Serikat, Argentina, Australia, Brasil, Kanada,
China, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab
Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris dan Uni Eropa. Wabah
virus Corona menjadi topik diskusi pada pertemuan tersebut. Dalam pertemuan
G20, negara-negara G20 menyampaikan simpati kepada masyarakat dan negara
yang terdampak virus Corona, khususnya China. Munculnya berbagai tekanan
global, salah satunya adalah Covid-19 mendorong negara-negara G20 untuk
meningkatkan kerja sama dengan mempererat kerja sama internasional. Negara-
negara G20 juga sepakat memperkuat pemantauan terhadap risiko global
khususnya yang berasal dari Covid-19, serta meningkatkan kewaspadaan
terhadap berbagai potensi risiko dan sepakat untuk mengimplementasikan
kebijakan yang efektif baik dari sisi moneter, fiskal, maupun struktural
(www.bi.go.id).
Arab Saudi yang menjadi Presidensi G20 pada tahun 2020 mengusung tema
“Realizing The Opportunity of The 21st Century”. Hal ini dilatarbelakangi
perkembangan teknologi yang sangat pesat sehingga mengubah tatanan
perekonomian global menuju ekonomi dan keuangan digital. Namun, partisipasi
masyarakat dalam perekonomian khususnya kelompok muda, perempuan dan
UMKM dipandang belum optimal, sehingga membutuhkan upaya untuk
membuka akses kepada mereka dalam kegiatan perekonomian melalui
pemanfaatan teknologi. Selain itu, agenda Presidensi G20 adalah
pengembangan pasar modal domestik dan penguatan pengaturan dan
pengawasan sektor keuangan.
TERHADAP POLITIK
Penanganan virus Corona (Covid-19) cenderung dipusatkan di bawah
kendali pemerintah pusat. Apakah pemerintah khawatir wabah ini
menjadi ajang pertarungan politik?
Akhir-akhir ini, publik tengah diramaikan oleh persoalan penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Corona baru, yakni Covid-19. Virus yang bermula di
Wuhan, Tiongkok, ini telah menjangkit banyak negara di berbagai benua.
Penyebarannya pun hingga sekarang diprediksi masih jauh dari kata berhenti.
Pasalnya, jumlah kasus penyakit menular ini terus meningkat – khususnya di
negara-negara yang menjadi pusat penularan baru seperti Italia dan Iran.
Menghadapi wabah global virus korona, kita perlu menyesuaikan diri dengan
kebiasaan-kebiasaan baru. Misalnya, tetap saling menyapa tanpa harus berjabat
tangan, rajin mencuci tangan dengan sabun, mengenakan masker bagi yang
sakit.
Di sisi lain, pemerintah pusat juga dinilai cenderung membatasi ruang gerak
pemerintah daerah dalam menangani Covid-19. Menteri Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD misalnya,
menyatakan bahwa pemerintah daerah tidak dianjurkan untuk berbicara
mengenai penyakit ini karena informasi penanganannya dianggap terpusat di
Kemenkes.
Hal ini tentunya menyisakan pertanyaan baru. Mengapa pemerintah pusat lantas
berupaya memusatkan penanganan Covid-19? Bagaimana hal ini dapat
dipahami dari dimensi politik?
Apa yang dilakukan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) ini mungkin dapat
dipahami melalui hubungan konseptual akan pengetahuan (knowledge) dan
kekuatan (power). Hubungan konseptual di antara keduanya ini pernah dikupas
oleh beberapa ahli dan pemikir.
Bila kita berkaca pada Tiongkok, bukan tidak mungkin pemerintah pusat di
Indonesia juga ingin menjaga citra pemerintahannya melalui pemusatan dan
pembatasan knowledge layaknya Xi. Namun, asumsi ini juga menyisakan
beberapa pertanyaan.
Pasalnya, publik dan media Indonesia sendiri semakin ragu dengan kapabiltas
pemerintah pusat. Apalagi, pemerintah dinilai tidak melakukan koordinasi yang
efektif atas penanganan virus ini.
Belum lagi, dugaan-dugaan kapabilitas dari dunia internasional bisa juga
membuat pemerintah malah dianggap tidak memiliki knowledge atas
penyebaran virus Covid-19. Beberapa pihak di Australia misalnya, sempat
menganggap pemerintah Indonesia tidak memiliki peralatan yang cukup untuk
mendeteksi penularan.
Bila benar pemerintah justru tak memiliki pengetahuan yang lengkap atas virus
ini, mengapa pemerintah malah terkesan membatasi informasi?
Kecemasan yang dirasakan publik Indonesia kini bisa jadi berakar dari adanya
ancaman keamanan dari Covid-19. Pasalnya, berdasarkan buku milik Barry
Buzan, Ole Wæver, dan Jaap De Wilde yang berjudul Security, keamanan di era
sekarang bukan lagi hanya meliputi keamanan tradisional seperti militer.
Bisa jadi, ancaman kesehatan yang disebabkan oleh Covid-19 turut menghantui
negara-negara. Ancaman kesehatan seperti ini digolongkan oleh Buzan dan tim
penulisnya ke dalam ancaman sektor lingkungan (environmental).
Buzan dan tim penulisnya mengenalkan sebuah konsep yang disebut sebagai
sekuritisasi (securitization) – upaya untuk memunculkan isu keamanan di
masyarakat. Konsep ini sebenarnya lebih banyak berbicara soal keamanan
dalam hubungan internasional.
Namun, Buzan dan tim penulisnya tidak memungkiri bahwa sekuritisasi juga
dapat meliputi politik domestik. Apalagi, konsep ini dapat melibatkan sintesis
antarsektor yang disebutkan dalam tulisan itu – militer, lingkungan,
ekonomi, societal, dan politik.
Dari lima sektor tersebut, sekuritisasi yang terjadi terkait Covid-19 di Indonesia
mungkin adalah sekuritisasi di sektor politik. Pasalnya, sekuritisasi di sektor ini
bisa menjadi ancaman bagi entitas politiknya seperti pemerintah.
Bila berkaca pada apa yang terjadi di AS, bukan tidak mungkin hal serupa dapat
terpikirkan di benak pemerintah pusat. Maka dari itu, pemusatan penanganan
dan informasi terkait Covid-19 bisa menjadi jawaban bagi pemerintahan
Jokowi.
permasalahan sosial covid 19 ini menurut teori intraksi simbolis, yaitu teori
labelling theory suatu kondisi sosial didalam masyarakat dikatakan
bermasalah/adanya pelabelan. kondisi pandemi wabah covid-19 saat ini sebagai
suatu masalah internasional. dan pada faktanya memang permasalahan virus
corona membuat suatu kondisi masyarakat menjadi sangat menghawatirkan.
masyarakat melabel permasalahan covid-19 ini adalah permasalahan yang
sangat serius karena keadaan covid-19 berstatus darurat bencana non-alam oleh
BNPB diperpanjang hingga tanggal 29 Mei 2020.
Tujuan belajar dirumah tidak berjalan dengan baik, maka timbulah berbagai
masalah, seperti Banyak para siswa yang menyalahgunakan belajar dirumah
untuk bermain game online di warnet, berbelanja, dan bermaen ketempat-
tempat keramaian, yang berdampak pada munculnya masalah sosial baru akibat
dari penyalahgunaan belajar dirumah untuk melakukan hal-hal yang tidak taat
akan sosial distancing. Untuk mengupayakan keefektifan belajar dirumah,
terkait hal itu pemerintah bersosialisasi dan menindak tegas bagi siswa yang
ketauan tidak belajar dirumah, seperti siswa bermaen game online di warnet,
remaja belanja di mall dan membuat kerumunan. pemerintah meminta untuk
penutupan warnet, hingga mengatur pengoperasian jam buka tempat-tempat
keramaian seperti tempat perbelanjaan, dan hiburan. Proses Interaksi yang
melibatkan anak dan remaja dalam kajian Sosiologi disebut proses sosialisasi.
Sosialisasi lembaga pemerintah melalui kegiatan yang bertujuan pelajar dan
remaja mematuhi himbauan pemerintah yaitu harus mematuhi kaidah social
distancing yang berlaku didalam masyarakat ditengah wabah virus corona
seperti ini. Tujuan pokok adanya sosialisasi itu bukanlah semata-mata agar
social distancing itu dapat dimengerti tetapi lebih dari itu agar bersikap dan
bertindak sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. harus dipatuhi
oleh seluruh masyarakat dalam semua kalangan masyarakat agar menghargai
aturan social distancing.
Menurut masyarakat dalam lingkungan sekolah yaitu para siswa, guru dan
seluruh individu dalam instansi dengan ditiadakannya UN dirasa memiliki keluh
kesah tersendiri yang dirasakan. seperti perspektif siswa, disatu sisi siswa
merasa sedih karena siswa telah melakukan banyak persiapan-persiapan terkait
akan dilaksanakannya UN dan ternyata ditiadakan. Di sisi lain, siswa merasa
senang karena UN ditiadakan. walaupun UN ditiadakan, opsi pengganti UN
yaitu USBN online, sebagian sisiwa kurang setuju karena setiap siswa memiliki
kendala tersendiri untuk USBN online seperti jaringan dirumah masing-masing
yang kurang bagus, teknologi yang tidak memadai seperti siswa tidak memiliki
laptop, hingga tidak memiliki kuota internet.