Anda di halaman 1dari 20

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap

Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

Ismalia Asward dan Lina


Fakultas Ekonomi, Universitas Pelita Harapan

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh mekanisme corporate
governance terhadap manajemen laba. Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan
konsentrasi kepemilikan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris dan
ukuran komite audit. Manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan conditional revenue model yang
dikembangkan oleh Stubben (2010). Penelitian ini menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling dan diperoleh 128 perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Metode analisis dalam penelitian
ini menggunakan multiple regression analysis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi
kepemilikan dan komposisi dewan komisaris berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba. Mekanisme
corporate governance yang lain tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Kata kunci: Corporate Governance, Manajemen Laba, Conditional Revenue Model, Purposive Sampling,
Multiple Regression Analysis.

Abstract. The purpose of this study is to get the empirical evidence regarding the influence of corporate governance
mechanisms on earnings management. This research uses the proxies of ownership concentration, institutional
ownership, managerial ownership, proportion of independent commissioner on the board, and audit committee size as
corporate governance mechanisms. Earnings management was measured conditional revenue model (Stubben 2010).
The research sample consists of 188 firm-year observations of listed manufacturing companies in Indonesia Stock
Exchange during 2010-2012. The analysis method used is multiple regression analysis.The result reveals that
ownership concentration and proportion of independent commissioner on the board have negative influence on earnings
management. The rest of corporate governance mechanisms have no influence on earnings management.

Keywords: Corporate Governance, Earnings Management, Conditional Revenue Model, Purposive Sampling,
Multiple Regression Analysis.

Received: 17 November 2014, Revision: 15 April 2015, Accepted: 28 April 2015


Print ISSN: 1412-1700; Online ISSN: 2089-7928. DOI: http://dx.doi.org/10.12695/jmt.2014.14.1.2
Copyright@2015. Published by Unit Research and Knowledge, School of Business and Management - Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB)

Jurnal
15 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

1. Pendahuluan dan dapat menilai kinerja perusahaan dengan laba, sedangkan komposisi dewan komisaris 2. Pengembangan Hipotesis
baik dari pelaporan keuangan yang bebas dari tidak berpengaruh terhadap manajemen laba,
Beberapa dekade terakhir ini, laporan manipulasi (Rahmayanti, 2012). serta kualitas audit dengan proksi spesialisasi 2.1. Agency Theory
keuangan sering kali disalahgunakan oleh industri KAP berpengaruh negatif tidak Perspektif agency theory merupakan teori dasar
manajemen dengan melakukan perubahan U-Thai (2006) melakukan studi komparatif signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian yang digunakan untuk memahami corporate
dalam penggunaan metode akuntansi yang internasional tentang manajemen laba dan yang dilakukan oleh Bayu (2010) dengan cara governance dan manajemen laba. Jensen dan
digunakan, sehingga akan mempengaruhi proteksi investor dengan sampel 33 negara, menguji pengaruh mekanisme cor porate Meckling (1976) mendefinisikan hubungan
jumlah laba yang ditampilkan dalam laporan Indonesia termasuk sebagai sampel, periode governance yang teridiri atas Kepemilikan keagenan sebagai kontrak dimana satu atau
keuangan. Hal ini sering dikenal dengan istilah pengamatan dari tahun 1993 sampai dengan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi lebih orang (principal, yaitu shareholders)
manajemen laba. Manajemen laba yang tahun 2003. Tujuan penelitiannya untuk dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan menunjuk orang lain (agent, yaitu manajer)
dilakukan perusahaan dapat bersifat efisien memberikan bukti empiris adanya perbedaan ukuran komite audit terhadap manajemen laba. untuk melakukan jasa untuk kepentingan
(meningkatkan keinformatifan laba dalam kualitas laba di berbagai negara, perbedaan Hasil dari peneltian tersebut mengatakan principal termasuk pendelegasian kekuasaan
mengkomunikasikan informasi privat) dan tersebut dikarenakan adanya perbedaan bahwa kepemilikan manajerial dan ukuran pengambilan keputusanan kepada agent.
dapat bersifat oportunis (manajemen proteksi terhadap investor. U-Thai (2006) komite audit berpengaruh signifikan terhadap Sebagai agent, manajer bertanggungjawab
melaporkan laba secara oportunis untuk menggunakan manajemen laba sebagai salah manajemen laba, sedangkan kepemilikan untuk memaksimalkan keuntungan para
memaksimumkan kepentingan pribadinya) satu proksi kualitas laba. Proteksi investor institusional, proporsi dewan komisaris, dan pemilik (principal) dan sebagai imbalannya
(Scott, 2011). Apabila pengelolaan laba bersifat menggunakan tiga skor indikator yaitu: ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh akan memperoleh fee sesuai kontrak. Konflik
oportunis, maka informasi laba tersebut dapat perlindungan terhadap pemegang saham signifikan terhadap manajemen laba. kepentingan antara pemilik dan agen terjadi
menyebabkan pengambilan keputusan minoritas; law enforcement; dan seberapa penting karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat
investasi yang salah bagi investor (Siregar dan pasar modal. Berdasarkan hasil penelitian ini, Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan kepentingan principal, sehingga
Utama, 2005). Indonesia berada pada kelompok negara dilakukan oleh beberapa peneliti masih memicu timbulnya agency cost. Pemilik sebagai
dengan rata-rata manajemen laba tinggi, dan terdapat adanya research gap atau inconsistency penyedia modal perusahaan mendelegasikan
Menurut Sulistyanto (2008), manajemen laba tingkat proteksi investor di Indonesia dinilai mengenai pengaruh mekanisme corporate kewenangan atas pengelolaan perusahaan
seolah-olah telah menjadi budaya perusahaan relatif rendah. (Nuryaman, 2008). governance dalam hal ini kepemilikan manajerial, kepada para manajer.
(corporate culture) yang dipraktikkan banyak kepemilikan institusional, komposisi dewan
perusahaan di dunia. Sebab aktivitas ini tidak Manajemen laba timbul sebagai dampak komisaris dan komite audit terhadap Para manajer tersebut dalam menjalankan
hanya di negara-negara dengan sistem bisnis persoalan keagenan yaitu adanya manajemen laba. Keunikan penelitian ini operasional tentu akan lebih banyak
yang belum tertata, tapi juga dilakukan oleh ketidakselarasan kepentingan antara pemilik dibandingkan dengan penelitian-penelitian mengetahui informasi internal dan prospek
perusahaan-perusahaan di negara yang dan manajemen (Beneish, 2001). Jensen dan terdahulu adalah penelitian ini menggunakan perusahaan baik jangka panjang maupun
bisnisnya telah tertata, seperti halnya Amerika Meckling (1976) menyatakan bahwa konflik conditional revenue model untuk mengukur jangka pendek dibandingkan pemilik.
Serikat. Contoh beberapa kasus skandal kepentingan tersebut dapat diminimumkan manajemen laba. Conditional revenue model Ketidakseimbangan penguasaan informasi
pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, melalui mekanisme monitoring yang bertujuan diperkenalkan oleh Stubben (2010) sebagai akan memicu munculnya suatu kondisi yang
antara lain Enron, Merck, World Com dan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai proksi untuk manajemen laba sebagai jawaban disebut sebagai asimetri informasi. Asimetri
mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat kepentingan tersebut. Mekanisme corporate atas ketidakpuasan terhadap model akrual yang informasi dapat menjadi pemicu bagi para
(Cornett, et al., 2008). governance dapat diartikan sebagai suatu aturan umumnya digunakan saat ini. manajer untuk melakukan tindakan
main, prosedur, dan hubungan yang jelas manajemen laba dalam rangka menyesatkan
Salah satu contoh kasus skandal pelaporan antara pihak yang mengambil keputusan Pertanyaan penelitian dirumuskan berikut ini, pemilik terkait dengan kinerja ekonomi
keuangan yang terjadi di Indonesia adalah PT. dengan pihak yang akan melakukan apakah mekanisme corporate governance yang perusahaan.
Kimia Farma Tbk. Perusahaan ini diperkirakan pengawasan terhadap keputusan tersebut atau diproksi dengan konsentrasi kepemilikan,
melakukan mark-up laba bersih dalam laporan disebut juga dengan mekanisme monitoring kepemilikan institusional, kepemilikan 2.2. Logika Konstruksi Teori
keuangan tahun 2001. Perusahaan tersebut (Rahmayanti, 2012). manajerial, komposisi dewan komisaris, dan Corporate governance merupakan konsep yang
merupakan salah satu perusahaan sektor komite audit memiliki pengaruh terhadap didasarkan pada agency theory. Pemilik akan
manufaktur di Indonesia. Industri manufaktur Penelitian yang dilakukan oleh Nuryaman manajemen laba. Tujuan penelitian ini adalah memberikan sejumlah kewenangan kepada
mer upakan penopang utama dalam (2008) tentang pengaruh konsentrasi untuk memberikan bukti empiris mengenai para manajer dalam menjalankan operasional
perkembangan industri di sebuah negara kepemilikan, ukuran per usahaan dan pengaruh mekanisme corporate governance perusahaan. Pada kenyataannya, manajer dapat
(BAPEPAM, 2002). Oleh karena itu mekanisme corporate governance terhadap terhadap manajemen laba. Mekanisme corporate melakukan sejumlah tindakan yang cenderung
diharapkan perusahaan-perusahaan manajemen laba. Penelitian ini governance dalam hal ini adalah konsentrasi mencari keuntungan diri sendiri. Sebagai
manufaktur tidak melakukan manajamen laba mengindikasikan bahwa konsentrasi kepemilikan, kepemilikan institusional, ilustrasi, pemilik perusahaan berjanji bahwa
agar masyarakat, negara dan pihak-pihak kepemilikan dan ukuran per usahaan kepemilikan manajerial, komposisi dewan manajer akan menerima sejumlah bonus jika
lainnya dapat menerima informasi yang sesuai berpengaruh negatif terhadap manajemen komisaris dan komite audit. kinerja perusahaan mencapai jumlah tertentu.

Jurnal Jurnal
16 Manajemen Teknologi 17 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

1. Pendahuluan dan dapat menilai kinerja perusahaan dengan laba, sedangkan komposisi dewan komisaris 2. Pengembangan Hipotesis
baik dari pelaporan keuangan yang bebas dari tidak berpengaruh terhadap manajemen laba,
Beberapa dekade terakhir ini, laporan manipulasi (Rahmayanti, 2012). serta kualitas audit dengan proksi spesialisasi 2.1. Agency Theory
keuangan sering kali disalahgunakan oleh industri KAP berpengaruh negatif tidak Perspektif agency theory merupakan teori dasar
manajemen dengan melakukan perubahan U-Thai (2006) melakukan studi komparatif signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian yang digunakan untuk memahami corporate
dalam penggunaan metode akuntansi yang internasional tentang manajemen laba dan yang dilakukan oleh Bayu (2010) dengan cara governance dan manajemen laba. Jensen dan
digunakan, sehingga akan mempengaruhi proteksi investor dengan sampel 33 negara, menguji pengaruh mekanisme cor porate Meckling (1976) mendefinisikan hubungan
jumlah laba yang ditampilkan dalam laporan Indonesia termasuk sebagai sampel, periode governance yang teridiri atas Kepemilikan keagenan sebagai kontrak dimana satu atau
keuangan. Hal ini sering dikenal dengan istilah pengamatan dari tahun 1993 sampai dengan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi lebih orang (principal, yaitu shareholders)
manajemen laba. Manajemen laba yang tahun 2003. Tujuan penelitiannya untuk dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan menunjuk orang lain (agent, yaitu manajer)
dilakukan perusahaan dapat bersifat efisien memberikan bukti empiris adanya perbedaan ukuran komite audit terhadap manajemen laba. untuk melakukan jasa untuk kepentingan
(meningkatkan keinformatifan laba dalam kualitas laba di berbagai negara, perbedaan Hasil dari peneltian tersebut mengatakan principal termasuk pendelegasian kekuasaan
mengkomunikasikan informasi privat) dan tersebut dikarenakan adanya perbedaan bahwa kepemilikan manajerial dan ukuran pengambilan keputusanan kepada agent.
dapat bersifat oportunis (manajemen proteksi terhadap investor. U-Thai (2006) komite audit berpengaruh signifikan terhadap Sebagai agent, manajer bertanggungjawab
melaporkan laba secara oportunis untuk menggunakan manajemen laba sebagai salah manajemen laba, sedangkan kepemilikan untuk memaksimalkan keuntungan para
memaksimumkan kepentingan pribadinya) satu proksi kualitas laba. Proteksi investor institusional, proporsi dewan komisaris, dan pemilik (principal) dan sebagai imbalannya
(Scott, 2011). Apabila pengelolaan laba bersifat menggunakan tiga skor indikator yaitu: ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh akan memperoleh fee sesuai kontrak. Konflik
oportunis, maka informasi laba tersebut dapat perlindungan terhadap pemegang saham signifikan terhadap manajemen laba. kepentingan antara pemilik dan agen terjadi
menyebabkan pengambilan keputusan minoritas; law enforcement; dan seberapa penting karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat
investasi yang salah bagi investor (Siregar dan pasar modal. Berdasarkan hasil penelitian ini, Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan kepentingan principal, sehingga
Utama, 2005). Indonesia berada pada kelompok negara dilakukan oleh beberapa peneliti masih memicu timbulnya agency cost. Pemilik sebagai
dengan rata-rata manajemen laba tinggi, dan terdapat adanya research gap atau inconsistency penyedia modal perusahaan mendelegasikan
Menurut Sulistyanto (2008), manajemen laba tingkat proteksi investor di Indonesia dinilai mengenai pengaruh mekanisme corporate kewenangan atas pengelolaan perusahaan
seolah-olah telah menjadi budaya perusahaan relatif rendah. (Nuryaman, 2008). governance dalam hal ini kepemilikan manajerial, kepada para manajer.
(corporate culture) yang dipraktikkan banyak kepemilikan institusional, komposisi dewan
perusahaan di dunia. Sebab aktivitas ini tidak Manajemen laba timbul sebagai dampak komisaris dan komite audit terhadap Para manajer tersebut dalam menjalankan
hanya di negara-negara dengan sistem bisnis persoalan keagenan yaitu adanya manajemen laba. Keunikan penelitian ini operasional tentu akan lebih banyak
yang belum tertata, tapi juga dilakukan oleh ketidakselarasan kepentingan antara pemilik dibandingkan dengan penelitian-penelitian mengetahui informasi internal dan prospek
perusahaan-perusahaan di negara yang dan manajemen (Beneish, 2001). Jensen dan terdahulu adalah penelitian ini menggunakan perusahaan baik jangka panjang maupun
bisnisnya telah tertata, seperti halnya Amerika Meckling (1976) menyatakan bahwa konflik conditional revenue model untuk mengukur jangka pendek dibandingkan pemilik.
Serikat. Contoh beberapa kasus skandal kepentingan tersebut dapat diminimumkan manajemen laba. Conditional revenue model Ketidakseimbangan penguasaan informasi
pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, melalui mekanisme monitoring yang bertujuan diperkenalkan oleh Stubben (2010) sebagai akan memicu munculnya suatu kondisi yang
antara lain Enron, Merck, World Com dan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai proksi untuk manajemen laba sebagai jawaban disebut sebagai asimetri informasi. Asimetri
mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat kepentingan tersebut. Mekanisme corporate atas ketidakpuasan terhadap model akrual yang informasi dapat menjadi pemicu bagi para
(Cornett, et al., 2008). governance dapat diartikan sebagai suatu aturan umumnya digunakan saat ini. manajer untuk melakukan tindakan
main, prosedur, dan hubungan yang jelas manajemen laba dalam rangka menyesatkan
Salah satu contoh kasus skandal pelaporan antara pihak yang mengambil keputusan Pertanyaan penelitian dirumuskan berikut ini, pemilik terkait dengan kinerja ekonomi
keuangan yang terjadi di Indonesia adalah PT. dengan pihak yang akan melakukan apakah mekanisme corporate governance yang perusahaan.
Kimia Farma Tbk. Perusahaan ini diperkirakan pengawasan terhadap keputusan tersebut atau diproksi dengan konsentrasi kepemilikan,
melakukan mark-up laba bersih dalam laporan disebut juga dengan mekanisme monitoring kepemilikan institusional, kepemilikan 2.2. Logika Konstruksi Teori
keuangan tahun 2001. Perusahaan tersebut (Rahmayanti, 2012). manajerial, komposisi dewan komisaris, dan Corporate governance merupakan konsep yang
merupakan salah satu perusahaan sektor komite audit memiliki pengaruh terhadap didasarkan pada agency theory. Pemilik akan
manufaktur di Indonesia. Industri manufaktur Penelitian yang dilakukan oleh Nuryaman manajemen laba. Tujuan penelitian ini adalah memberikan sejumlah kewenangan kepada
mer upakan penopang utama dalam (2008) tentang pengaruh konsentrasi untuk memberikan bukti empiris mengenai para manajer dalam menjalankan operasional
perkembangan industri di sebuah negara kepemilikan, ukuran per usahaan dan pengaruh mekanisme corporate governance perusahaan. Pada kenyataannya, manajer dapat
(BAPEPAM, 2002). Oleh karena itu mekanisme corporate governance terhadap terhadap manajemen laba. Mekanisme corporate melakukan sejumlah tindakan yang cenderung
diharapkan perusahaan-perusahaan manajemen laba. Penelitian ini governance dalam hal ini adalah konsentrasi mencari keuntungan diri sendiri. Sebagai
manufaktur tidak melakukan manajamen laba mengindikasikan bahwa konsentrasi kepemilikan, kepemilikan institusional, ilustrasi, pemilik perusahaan berjanji bahwa
agar masyarakat, negara dan pihak-pihak kepemilikan dan ukuran per usahaan kepemilikan manajerial, komposisi dewan manajer akan menerima sejumlah bonus jika
lainnya dapat menerima informasi yang sesuai berpengaruh negatif terhadap manajemen komisaris dan komite audit. kinerja perusahaan mencapai jumlah tertentu.

Jurnal Jurnal
16 Manajemen Teknologi 17 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

Hal inilah yang mendorong manajer untuk perusahaan (stakeholders) seperti kreditor, (3). Responsibity (Responsibility). Perusahaan tujuan manajemen melakukan manajemen laba
mengelola dan mengatur labanya pada tingkat supplier, asosiasi usaha, konsumen, pekerja, harus mematuhi peraturan perundang- adalah untuk menyesatkan stakeholders
tertentu sesuai dengan yang disyaratkan agar pemerintah dan masyarakat luas. undangan serta melaksanakan tanggung jawab mengenai kinerja ekonomi perusahaan.
dapat menerima bonus. Melalui ilustrasi terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga Menurut Watt dan Zimmerman (1986) dalam
tersebut, jelas terlihat bahwa seorang manajer Forum For Corporate Governance in Indonesia dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam Sulistyanto (2008), terdapat tiga hipotesis yang
dapat melakukan tindakan manajemen laba (FCGI) mendefinisikan Corporate governance jangka panjang dan mendapat pengakuan mendorong terjadinya manajemen laba yaitu:
dengan tujuan untuk kepentingan pribadi. sebagai seperangkat aturan yang sebagai good corporate citizen. (4). Independensi (1). Bonus Plan Hypothesis. Manajemen akan
Penerapan corporate governance yang baik mendefinisikan hubungan antara pemegang (Independency). Untuk melancarkan pelaksanaan memilih metode akuntansi yang
diharapkan dapat berfungsi sebagai alat kendali saham, manajer, kreditor, pemerintah asas GCG, perusahaan harus dikelola secara memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang
yang dapat membantu meminimalkan karyawan, dan stakeholder internal maupun independen sehingga masing-masing organ tinggi. Dalam bonus atau kompensasi
terjadinya konflik kepentingan antara pemilik eksternal lain, mengenai hak dan kewajiban perusahaan tidak saling mendominasi dan manajerial, pemilik perusahaan berjanji bahwa
dan manajer. Manajer tidak lagi mementingkan mereka, atau sistem di mana perusahaan diatur tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. (5). manajer akan menerima sejumlah bonus jika
kepentingan pribadi namun manajer dapat (directed) dan dikendalikan (controlled), tujuan Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness). Dalam kinerja perusahaan mencapai jumlah tertentu.
menjalankan tanggung jawabnya sesuai dengan corporate governance adalah menciptakan nilai melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus Hal inilah yang merupakan alasan bagi manajer
kewenangan yang telah diberikan oleh pemilik. tambah bagi stakeholder. senantiasa memperhatikan kepentingan untuk mengelola dan mengatur labanya pada
Dengan kata lain corporate governance diharapkan pemegang saham dan stakeholder lainnya tingkat tertentu sesuai dengan yang disyaratkan
dapat berfungsi untuk menekan atau Komite Nasional Kebijakan Governance pada berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. agar dapat menerima bonus.
menurunkan agency cost dan meminimalkan tahun 2006 telah mengeluarkan Pedoman (2). Debt Covenant. Hypothesis Manajer
terjadinya tindakan manajemen laba. Umum Good Corporate Governance Indonesia 2.4. Manajemen Laba perusahaan yang melakukan pelanggaran
untuk merealisasikan sasaran tersebut. Ada beberapa definisi mengenai manajemen perjanjian kredit cenderung memilih metode
Corporate governance juga merupakan salah satu Pedoman GCG merupakan panduan bagi laba salah satunya yang dikemukakan oleh akuntansi yang memiliki dampak
mekanisme yang dapat digunakan oleh para perusahaan dalam membangun, melaksanakan Schipper (1989) dalam Rahmayanti (2012) meningkatkan laba. Dalam konteks perjanjian
investor untuk memperoleh keyakinan bahwa dan mengkomunikasikan praktik GCG kepada bahwa manajemen laba adalah campur tangan hutang, manajer akan mengelola dan mengatur
manajer akan memberikan keuntungan bagi pemangku kepentingan. Dalam pedoman dalam proses penyusunan pelaporan keuangan labanya agar kewajiban hutangnya yang
mereka. Para investor percaya bahwa manajer tersebut KNKG (Komite Nasional Kebijakan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh seharusnya diselesaikan pada tahun tertentu
tidak akan mencuri atau menggelapkan atau Governance) memaparkan azas-azas GCG keuntungan pribadi (pihak yang tidak setuju dapat ditunda untuk tahun berikutnya. Hal ini
menginvestasikan ke dalam proyek-proyek sebag ai berikut : (1). Transparansi mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya merupakan upaya manajer untuk mengelola
yang tidak menguntungkan berkaitan dengan (Transparency).Untuk menjaga obyektivitas untuk memfasilitasi operasi yang tidak dan mengatur jumlah laba yang merupakan
dana yang telah ditanamkan oleh investor. dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus memihak dari sebuah proses). Menurut indikator kemampuan perusahaan dalam
Dalam hal ini corporate governance berfungsi menyediakan informasi yang material dan Copeland (1968) dalam Rahmayanti (2012) menyelesaikan kewajiban hutangnya.
sebagai alat kendali bagi para manajer untuk relevan dengan cara yang mudah diakses dan mendefinisikan manajemen laba sebagai “some (3). Political Cost Hypothesis. Semakin besar
menjalankan tugasnya sesuai dengan yang telah dipahami oleh stakeholder. Perusahaan harus ability to increase or decrease reported net income at perusahaan, semakin besar pula kemungkinan
ditentukan. mengambil inisiatif untuk mengungkapkan will”. perusahaan tersebut memilih metode
tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut
2.3. Corporate Governance peraturan perundang-undangan tetapi juga hal Menurut Healy dan Wahlen dalam Sulistyanto dikarenakan besar kecilnya pajak yang akan
Corporate governance merupakan aspek penting yang penting untuk pengambilan keputusan (2008:50), manajemen laba muncul ketika ditarik oleh pemerintah sangat tergantung pada
dan dinamis dalam dunia bisnis disetiap negara. oleh pemegang saham, kreditur dan stakeholder manajer menggunakan keputusan tertentu besar kecilnya laba yang dicapai perusahaan.
Pemahaman praktik corporate governance terus lainnya. (2). Akuntabilitas (Accountability). dalam pelaporan keuangan untuk menyesatkan Kondisi inilah yang menyebabkan manajer
berevolusi dari waktu kewaktu. Istilah corporate stakeholders yang ingin mengetahui kinerja untuk mengelola dan mengatur labanya dalam
governance itu sendiri pertama kali diperkenalkan Per usa h a a n h a r us da p a t ekonomi yang diperoleh perusahaan atau jumlah tertentu agar pajak yang harus dibayar
oleh Cadburry Committee pada tahun 1992 mempertanggungjawabkan kinerjanya secara untuk mempengaruhi hasil kontrak yang menjadi tidak terlalu tinggi.
yang menggunakan istilah tersebut dalam transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan menggunakan angka-angka akuntansi yang
laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dilaporkan itu. Dari pengertian di atas, definisi 2.5. Conditional Revenue Model
Cadburry Report (Emirzon, 2006). dengan kepentingan perusahaan dengan tetap manajemen laba menurut Healy dan Wahlen Stubben (2010) memperkenalkan conditional
memperhitungkan kepentingan pemegang dalam Bayu (2010) mengandung beberapa revenue model sebagai proksi untuk
Menurut Tunggal (2013:149) corporate governance saham dan stakeholder lain. Akuntabilitas aspek. Pertama, manajemen laba terhadap manajemen laba atas dasar ketidakpuasan
adalah sistem dan struktur untuk mengelola merupakan persyaratan yang diperlukan untuk pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan terhadap model akrual yang umum digunakan
perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai mencapai kinerja yang berkesinambungan. penggunaan judgment (penilaian) seperti umur saat ini. Pertama, keterbatasan model akrual
pemegang saham serta mengakomodasi ekonomis dan nilai residu, pajak yang adalah bahwa estimasi cross-sectional secara
berbagai pihak yang berkepentingan dengan ditangguhkan, dan lain-lain. Kedua, adapun tidak langsung mengasumsikan bahwa

Jurnal Jurnal
18 Manajemen Teknologi 19 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

Hal inilah yang mendorong manajer untuk perusahaan (stakeholders) seperti kreditor, (3). Responsibity (Responsibility). Perusahaan tujuan manajemen melakukan manajemen laba
mengelola dan mengatur labanya pada tingkat supplier, asosiasi usaha, konsumen, pekerja, harus mematuhi peraturan perundang- adalah untuk menyesatkan stakeholders
tertentu sesuai dengan yang disyaratkan agar pemerintah dan masyarakat luas. undangan serta melaksanakan tanggung jawab mengenai kinerja ekonomi perusahaan.
dapat menerima bonus. Melalui ilustrasi terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga Menurut Watt dan Zimmerman (1986) dalam
tersebut, jelas terlihat bahwa seorang manajer Forum For Corporate Governance in Indonesia dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam Sulistyanto (2008), terdapat tiga hipotesis yang
dapat melakukan tindakan manajemen laba (FCGI) mendefinisikan Corporate governance jangka panjang dan mendapat pengakuan mendorong terjadinya manajemen laba yaitu:
dengan tujuan untuk kepentingan pribadi. sebagai seperangkat aturan yang sebagai good corporate citizen. (4). Independensi (1). Bonus Plan Hypothesis. Manajemen akan
Penerapan corporate governance yang baik mendefinisikan hubungan antara pemegang (Independency). Untuk melancarkan pelaksanaan memilih metode akuntansi yang
diharapkan dapat berfungsi sebagai alat kendali saham, manajer, kreditor, pemerintah asas GCG, perusahaan harus dikelola secara memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang
yang dapat membantu meminimalkan karyawan, dan stakeholder internal maupun independen sehingga masing-masing organ tinggi. Dalam bonus atau kompensasi
terjadinya konflik kepentingan antara pemilik eksternal lain, mengenai hak dan kewajiban perusahaan tidak saling mendominasi dan manajerial, pemilik perusahaan berjanji bahwa
dan manajer. Manajer tidak lagi mementingkan mereka, atau sistem di mana perusahaan diatur tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. (5). manajer akan menerima sejumlah bonus jika
kepentingan pribadi namun manajer dapat (directed) dan dikendalikan (controlled), tujuan Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness). Dalam kinerja perusahaan mencapai jumlah tertentu.
menjalankan tanggung jawabnya sesuai dengan corporate governance adalah menciptakan nilai melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus Hal inilah yang merupakan alasan bagi manajer
kewenangan yang telah diberikan oleh pemilik. tambah bagi stakeholder. senantiasa memperhatikan kepentingan untuk mengelola dan mengatur labanya pada
Dengan kata lain corporate governance diharapkan pemegang saham dan stakeholder lainnya tingkat tertentu sesuai dengan yang disyaratkan
dapat berfungsi untuk menekan atau Komite Nasional Kebijakan Governance pada berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. agar dapat menerima bonus.
menurunkan agency cost dan meminimalkan tahun 2006 telah mengeluarkan Pedoman (2). Debt Covenant. Hypothesis Manajer
terjadinya tindakan manajemen laba. Umum Good Corporate Governance Indonesia 2.4. Manajemen Laba perusahaan yang melakukan pelanggaran
untuk merealisasikan sasaran tersebut. Ada beberapa definisi mengenai manajemen perjanjian kredit cenderung memilih metode
Corporate governance juga merupakan salah satu Pedoman GCG merupakan panduan bagi laba salah satunya yang dikemukakan oleh akuntansi yang memiliki dampak
mekanisme yang dapat digunakan oleh para perusahaan dalam membangun, melaksanakan Schipper (1989) dalam Rahmayanti (2012) meningkatkan laba. Dalam konteks perjanjian
investor untuk memperoleh keyakinan bahwa dan mengkomunikasikan praktik GCG kepada bahwa manajemen laba adalah campur tangan hutang, manajer akan mengelola dan mengatur
manajer akan memberikan keuntungan bagi pemangku kepentingan. Dalam pedoman dalam proses penyusunan pelaporan keuangan labanya agar kewajiban hutangnya yang
mereka. Para investor percaya bahwa manajer tersebut KNKG (Komite Nasional Kebijakan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh seharusnya diselesaikan pada tahun tertentu
tidak akan mencuri atau menggelapkan atau Governance) memaparkan azas-azas GCG keuntungan pribadi (pihak yang tidak setuju dapat ditunda untuk tahun berikutnya. Hal ini
menginvestasikan ke dalam proyek-proyek sebag ai berikut : (1). Transparansi mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya merupakan upaya manajer untuk mengelola
yang tidak menguntungkan berkaitan dengan (Transparency).Untuk menjaga obyektivitas untuk memfasilitasi operasi yang tidak dan mengatur jumlah laba yang merupakan
dana yang telah ditanamkan oleh investor. dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus memihak dari sebuah proses). Menurut indikator kemampuan perusahaan dalam
Dalam hal ini corporate governance berfungsi menyediakan informasi yang material dan Copeland (1968) dalam Rahmayanti (2012) menyelesaikan kewajiban hutangnya.
sebagai alat kendali bagi para manajer untuk relevan dengan cara yang mudah diakses dan mendefinisikan manajemen laba sebagai “some (3). Political Cost Hypothesis. Semakin besar
menjalankan tugasnya sesuai dengan yang telah dipahami oleh stakeholder. Perusahaan harus ability to increase or decrease reported net income at perusahaan, semakin besar pula kemungkinan
ditentukan. mengambil inisiatif untuk mengungkapkan will”. perusahaan tersebut memilih metode
tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut
2.3. Corporate Governance peraturan perundang-undangan tetapi juga hal Menurut Healy dan Wahlen dalam Sulistyanto dikarenakan besar kecilnya pajak yang akan
Corporate governance merupakan aspek penting yang penting untuk pengambilan keputusan (2008:50), manajemen laba muncul ketika ditarik oleh pemerintah sangat tergantung pada
dan dinamis dalam dunia bisnis disetiap negara. oleh pemegang saham, kreditur dan stakeholder manajer menggunakan keputusan tertentu besar kecilnya laba yang dicapai perusahaan.
Pemahaman praktik corporate governance terus lainnya. (2). Akuntabilitas (Accountability). dalam pelaporan keuangan untuk menyesatkan Kondisi inilah yang menyebabkan manajer
berevolusi dari waktu kewaktu. Istilah corporate stakeholders yang ingin mengetahui kinerja untuk mengelola dan mengatur labanya dalam
governance itu sendiri pertama kali diperkenalkan Per usa h a a n h a r us da p a t ekonomi yang diperoleh perusahaan atau jumlah tertentu agar pajak yang harus dibayar
oleh Cadburry Committee pada tahun 1992 mempertanggungjawabkan kinerjanya secara untuk mempengaruhi hasil kontrak yang menjadi tidak terlalu tinggi.
yang menggunakan istilah tersebut dalam transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan menggunakan angka-angka akuntansi yang
laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai dilaporkan itu. Dari pengertian di atas, definisi 2.5. Conditional Revenue Model
Cadburry Report (Emirzon, 2006). dengan kepentingan perusahaan dengan tetap manajemen laba menurut Healy dan Wahlen Stubben (2010) memperkenalkan conditional
memperhitungkan kepentingan pemegang dalam Bayu (2010) mengandung beberapa revenue model sebagai proksi untuk
Menurut Tunggal (2013:149) corporate governance saham dan stakeholder lain. Akuntabilitas aspek. Pertama, manajemen laba terhadap manajemen laba atas dasar ketidakpuasan
adalah sistem dan struktur untuk mengelola merupakan persyaratan yang diperlukan untuk pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan terhadap model akrual yang umum digunakan
perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai mencapai kinerja yang berkesinambungan. penggunaan judgment (penilaian) seperti umur saat ini. Pertama, keterbatasan model akrual
pemegang saham serta mengakomodasi ekonomis dan nilai residu, pajak yang adalah bahwa estimasi cross-sectional secara
berbagai pihak yang berkepentingan dengan ditangguhkan, dan lain-lain. Kedua, adapun tidak langsung mengasumsikan bahwa

Jurnal Jurnal
18 Manajemen Teknologi 19 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

perusahaan dalam industri yang sama Tindakan ini memiliki banyak risiko seperti Ukuran perusahaan (firm size) merupakan kepemilikan sampai menemukan siapa yang
menghasilkan proses akrual yang sama. Kedua, pengembalian barang dagang oleh para proksi dari kekuatan finansial. Ukuran dan memiliki voting rights paling besar pada saat
model akrual juga tidak menyediakan distributor atau konsumen karena barang tidak umur perusahaan merupakan proksi untuk mereka meneliti struktur kepemilikan
informasi untuk komponen mengelola laba laku. Sedangkan bill and hold sales terjadi ketika tahap perusahaan dalam business cycle. Sebagai perusahaan-perusahaan di 27 negara maju (La
perusahaan dimana model akrual tidak hak kepemilikan sudah berpindah dan proksi kinerja operasional dari perbandingan Porta et al., 1999 dalam Nuryaman, 2008).
membedakan peningkatan diskresionari pada pembayaran telah diterima namun penjual perusahaan dengan perusahaan kompetitor, Konsentrasi kepemilikan dapat menjadi
laba melalui pendapatan atau komponen beban masih memiliki produk atau produk masih di digunakan industry-median-adjusted growth rate in mekanisme internal pendisiplinan manajemen,
(Stubben, 2010). tangan penjual (Nuraini, 2012). revenue dan industry-median-adjusted gross margin sebagai salah satu mekanisme yang dapat
(Stubben, 2010). digunakan untuk meningkatkan efektivitas
Conditional revenue model ini, menitikberatkan Menur ut Stubben (2010), pengakuan monitoring, karena dengan kepemilikan yang
pada pendapatan yang memiliki hubungan pendapatan lebih awal (premature revenue Berdasarkan keterangan di atas, maka kerangka besar menjadikan pemegang saham memiliki
secara langsung dengan piutang (Nuraini, recognition) adalah bentuk paling umum dari pemikiran teoritis penelitian ini dapat akses informasi yang cukup signifikan untuk
2012). Dechow and Schrand (2004) dalam manajemen pendapatan. Dengan adanya digambarkan dalam bagan sebagai berikut : mengimbangi keuntungan informasional yang
Stubben (2010), menemukan bahwa lebih dari pengakuan pendapatan secara prematur yang dimiliki manajemen. Jika ini dapat diwujudkan
70 persen kasus SEC Accounting and Auditing dilakukan oleh perusahaan akan berdampak Mekanisme corporate governance: Manajemen Laba maka tindakan moral hazard manajemen berupa
1. Konsentrasi Kepemilikan
Enforcement Release melibatkan salah saji pada pendapatan itu sendiri dan piutang. 2. Kepemilikan Institusional
manajemen laba dapat dikurangi (Hubert dan
pendapatan. Model conditional revenue dari Dengan mengakui dan mencatat pendapatan 3. Kepemilikan Manajerial Langhe, 2002 dalam Nuryaman, 2008).
4. Komposisi Dewan Komisaris
Stubben (2010) ini menggunakan piutang periode yang akan datang atau belum terealisasi
akrual daripada akrual agregat sebagai fungsi mengakibatkan pendapatan periode berjalan Perbedaan pola kepemilikan terkonsentrasi
dari per ubahan pendapatan. Sebagai lebih besar daripada pendapatan sesungguhnya 1. Ukuran Perusahaan dan kepemilikan menyebar ini memberi
komponen akrual utama, piutang memiliki (Nuraini, 2012). Seperti yang ditemukan Feroz 2. Leverage implikasi yang berbeda dalam penelitian.
3. Profitabilitas (Variabel Kontrol)
hubungan empiris yang kuat dan hubungan et al., (1991) dalam Stubben (2010) lebih dari Demsetz dan Villalonga (2001) melakukan
konseptual langsung pada pendapatan. Dalam setengah kasus hukum SEC antara 1982 penelitian dengan menggunakan sampel
penelitiannya terdahulu, Stubben (2010) sampai 1989 terlibat hasil piutang yang Gambar 1. Model Penelitian perusahaan di Amerika Serikat dan Inggris
menemukan bukti bahwa hubungan antara berlebihan dari pengakuan pendapatan lebih tidak menemukan hubungan yang signifikan
perubahan piutang dan perubahan pendapatan awal. Dopuch et.al., (2005) dalam Stubben 2.5. Konsentrasi Kepemilikan dan Manajemen Laba antara struktur kepemilikan dengan kinerja
yang lebih besar daripada hubungan antara (2010), menunjukkan bahwa hubungan antara Secara spesifik untuk Indonesia, La Porta et al., perusahaan. Chen (2005) dengan mengambil
current accrual dan perubahan piutang. perubahan akrual dan pendapatan bergantung (1998) dalam Nuryaman (2008) menemukan sampel perusahaan di negara berkembang
Conditional revenue model didasarkan pada pada faktor spesifik perusahaan seperti bahwa French origin countries group (termasuk menemukan hubungan positif antar struktur
discretionary revenue yang merupakan perbedaan kebijakan kredit dan perusahaan. Oleh karena Indonesia) memiliki konsentrasi kepemilikan kepemilikan dengan kinerja perusahaan.
antara perubahan aktual pada piutang dan itu Stubben (2010) membuat estimasi yang tertinggi dibandingkan dengan tiga origin Sedangkan Morck dan Shivdasani (1988) dalam
perubahan prediksi pada piutang berdasarkan memberikan koefisien pendapatan untuk countries group yang lain. Dalam kelompok Nuryaman (2008) menghasilkan kesimpulan
pada model. Piutang yang tidak normal, tinggi kebijakan kredit per usahaan. Berikut tersebut bahkan sampel perusahaan Indonesia bahwa hubungan konsentrasi kepemilikan
atau rendah, mengindikasikan adanya merupakan formula dari conditional revenue model: menunjukkan konsentrasi kepemilikan yang dengan kinerja bersifat nonmonotonic.
manajemen pendapatan. (Stubben, 2010). ÄARit = á + â1 ÄRit + â2 ÄRit×SIZEit + â3 lebih besar dari rata-rata kelompoknya yaitu
ÄRit×AGE it + â4 ÄRit×AGE_SQit + â5 pemegang saham tiga terbesar menguasai Alimehti dan Paletta (2012) melakukan
Discretionary revenue mengambil sejumlah ÄRit×GRR_Pit + â6 ÄRit×GRR_Nit + ke pemilikan rata-rata 58%. Mereka penelitian tentang konsentrasi kepemilikan
bentuk. Beberapa melibatkan manipulasi â7ÄRit×GRMit + â8 ÄRit×GRM_SQit + å it berpendapat bahwa lemahnya perlindungan sebagai mekanisme corporate governance dan
aktivitas riil seperti diskon penjualan, AR = piutang akrual hukum dan lingkungan institusional (law and pengaruhnya terhadap nilai perusahaan di
kelonggaran persyaratan kredit, channel stuffing, R = annual revenue enforcement) berkaitan sangat erat dengan negra Itali. Hasil penelitian menunjukkan
dan bill and hold sales dan yang lainnya tidak, SIZE = natural log dari total aset saat akhir kepemilikan yang terkonsentrasi (La Porta et hubungan positif antara konsentrasi
misalnya pengakuan pendapatan tahun al.,1998 dalam Nuryaman, 2008). Hasil inipun kepemilikan dan nilai perusahaan. Hal ini
menggunakan agresif atau aplikasi yang salah AGE = umur perusahaan(year) masih ada kemungkinan understated sebab membenarkan agency perspective bahwa
dari GAAP, pendapatan fiktif, dan GRR_P = industry median adjusted revenue growth mereka berdasarkan data kepemilikan konsentrasi yang lebih ting gi akan
penangguhan pendapatan (Stubben, 2010). (= 0 if negative) langsung, bukan kepemilikan akhir (ultimate meningkatkan kekuasaan shareholder dan
Channel stuffing merupakan cara manajemen GRR_N = industry median adjusted revenue growth ownership). Kemudian mereka berusaha kepentingan pemegang saham dan akibatnya
untuk menghindari pelaporan kerugian dengan (= 0 if positif) memperbaiki pengukuran variabel konsentrasi meningkatkan nilai perusahaan. Di negara-
melakukan kelonggaran terhadap kebijakan GRM = industry median adjusted gross margin at kepemilikan dengan menggunakan data negara dengan derajat perlindungan terhadap
kredit perusahaan. end of fiscal year kepemilikan akhir melalui penelusuran rantai investor rendah (seperti halnya Indonesia),
SQ = square of variable pemegang saham merasa khawatir akan
Ä = annual change

Jurnal Jurnal
20 Manajemen Teknologi 21 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

perusahaan dalam industri yang sama Tindakan ini memiliki banyak risiko seperti Ukuran perusahaan (firm size) merupakan kepemilikan sampai menemukan siapa yang
menghasilkan proses akrual yang sama. Kedua, pengembalian barang dagang oleh para proksi dari kekuatan finansial. Ukuran dan memiliki voting rights paling besar pada saat
model akrual juga tidak menyediakan distributor atau konsumen karena barang tidak umur perusahaan merupakan proksi untuk mereka meneliti struktur kepemilikan
informasi untuk komponen mengelola laba laku. Sedangkan bill and hold sales terjadi ketika tahap perusahaan dalam business cycle. Sebagai perusahaan-perusahaan di 27 negara maju (La
perusahaan dimana model akrual tidak hak kepemilikan sudah berpindah dan proksi kinerja operasional dari perbandingan Porta et al., 1999 dalam Nuryaman, 2008).
membedakan peningkatan diskresionari pada pembayaran telah diterima namun penjual perusahaan dengan perusahaan kompetitor, Konsentrasi kepemilikan dapat menjadi
laba melalui pendapatan atau komponen beban masih memiliki produk atau produk masih di digunakan industry-median-adjusted growth rate in mekanisme internal pendisiplinan manajemen,
(Stubben, 2010). tangan penjual (Nuraini, 2012). revenue dan industry-median-adjusted gross margin sebagai salah satu mekanisme yang dapat
(Stubben, 2010). digunakan untuk meningkatkan efektivitas
Conditional revenue model ini, menitikberatkan Menur ut Stubben (2010), pengakuan monitoring, karena dengan kepemilikan yang
pada pendapatan yang memiliki hubungan pendapatan lebih awal (premature revenue Berdasarkan keterangan di atas, maka kerangka besar menjadikan pemegang saham memiliki
secara langsung dengan piutang (Nuraini, recognition) adalah bentuk paling umum dari pemikiran teoritis penelitian ini dapat akses informasi yang cukup signifikan untuk
2012). Dechow and Schrand (2004) dalam manajemen pendapatan. Dengan adanya digambarkan dalam bagan sebagai berikut : mengimbangi keuntungan informasional yang
Stubben (2010), menemukan bahwa lebih dari pengakuan pendapatan secara prematur yang dimiliki manajemen. Jika ini dapat diwujudkan
70 persen kasus SEC Accounting and Auditing dilakukan oleh perusahaan akan berdampak Mekanisme corporate governance: Manajemen Laba maka tindakan moral hazard manajemen berupa
1. Konsentrasi Kepemilikan
Enforcement Release melibatkan salah saji pada pendapatan itu sendiri dan piutang. 2. Kepemilikan Institusional
manajemen laba dapat dikurangi (Hubert dan
pendapatan. Model conditional revenue dari Dengan mengakui dan mencatat pendapatan 3. Kepemilikan Manajerial Langhe, 2002 dalam Nuryaman, 2008).
4. Komposisi Dewan Komisaris
Stubben (2010) ini menggunakan piutang periode yang akan datang atau belum terealisasi
akrual daripada akrual agregat sebagai fungsi mengakibatkan pendapatan periode berjalan Perbedaan pola kepemilikan terkonsentrasi
dari per ubahan pendapatan. Sebagai lebih besar daripada pendapatan sesungguhnya 1. Ukuran Perusahaan dan kepemilikan menyebar ini memberi
komponen akrual utama, piutang memiliki (Nuraini, 2012). Seperti yang ditemukan Feroz 2. Leverage implikasi yang berbeda dalam penelitian.
3. Profitabilitas (Variabel Kontrol)
hubungan empiris yang kuat dan hubungan et al., (1991) dalam Stubben (2010) lebih dari Demsetz dan Villalonga (2001) melakukan
konseptual langsung pada pendapatan. Dalam setengah kasus hukum SEC antara 1982 penelitian dengan menggunakan sampel
penelitiannya terdahulu, Stubben (2010) sampai 1989 terlibat hasil piutang yang Gambar 1. Model Penelitian perusahaan di Amerika Serikat dan Inggris
menemukan bukti bahwa hubungan antara berlebihan dari pengakuan pendapatan lebih tidak menemukan hubungan yang signifikan
perubahan piutang dan perubahan pendapatan awal. Dopuch et.al., (2005) dalam Stubben 2.5. Konsentrasi Kepemilikan dan Manajemen Laba antara struktur kepemilikan dengan kinerja
yang lebih besar daripada hubungan antara (2010), menunjukkan bahwa hubungan antara Secara spesifik untuk Indonesia, La Porta et al., perusahaan. Chen (2005) dengan mengambil
current accrual dan perubahan piutang. perubahan akrual dan pendapatan bergantung (1998) dalam Nuryaman (2008) menemukan sampel perusahaan di negara berkembang
Conditional revenue model didasarkan pada pada faktor spesifik perusahaan seperti bahwa French origin countries group (termasuk menemukan hubungan positif antar struktur
discretionary revenue yang merupakan perbedaan kebijakan kredit dan perusahaan. Oleh karena Indonesia) memiliki konsentrasi kepemilikan kepemilikan dengan kinerja perusahaan.
antara perubahan aktual pada piutang dan itu Stubben (2010) membuat estimasi yang tertinggi dibandingkan dengan tiga origin Sedangkan Morck dan Shivdasani (1988) dalam
perubahan prediksi pada piutang berdasarkan memberikan koefisien pendapatan untuk countries group yang lain. Dalam kelompok Nuryaman (2008) menghasilkan kesimpulan
pada model. Piutang yang tidak normal, tinggi kebijakan kredit per usahaan. Berikut tersebut bahkan sampel perusahaan Indonesia bahwa hubungan konsentrasi kepemilikan
atau rendah, mengindikasikan adanya merupakan formula dari conditional revenue model: menunjukkan konsentrasi kepemilikan yang dengan kinerja bersifat nonmonotonic.
manajemen pendapatan. (Stubben, 2010). ÄARit = á + â1 ÄRit + â2 ÄRit×SIZEit + â3 lebih besar dari rata-rata kelompoknya yaitu
ÄRit×AGE it + â4 ÄRit×AGE_SQit + â5 pemegang saham tiga terbesar menguasai Alimehti dan Paletta (2012) melakukan
Discretionary revenue mengambil sejumlah ÄRit×GRR_Pit + â6 ÄRit×GRR_Nit + ke pemilikan rata-rata 58%. Mereka penelitian tentang konsentrasi kepemilikan
bentuk. Beberapa melibatkan manipulasi â7ÄRit×GRMit + â8 ÄRit×GRM_SQit + å it berpendapat bahwa lemahnya perlindungan sebagai mekanisme corporate governance dan
aktivitas riil seperti diskon penjualan, AR = piutang akrual hukum dan lingkungan institusional (law and pengaruhnya terhadap nilai perusahaan di
kelonggaran persyaratan kredit, channel stuffing, R = annual revenue enforcement) berkaitan sangat erat dengan negra Itali. Hasil penelitian menunjukkan
dan bill and hold sales dan yang lainnya tidak, SIZE = natural log dari total aset saat akhir kepemilikan yang terkonsentrasi (La Porta et hubungan positif antara konsentrasi
misalnya pengakuan pendapatan tahun al.,1998 dalam Nuryaman, 2008). Hasil inipun kepemilikan dan nilai perusahaan. Hal ini
menggunakan agresif atau aplikasi yang salah AGE = umur perusahaan(year) masih ada kemungkinan understated sebab membenarkan agency perspective bahwa
dari GAAP, pendapatan fiktif, dan GRR_P = industry median adjusted revenue growth mereka berdasarkan data kepemilikan konsentrasi yang lebih ting gi akan
penangguhan pendapatan (Stubben, 2010). (= 0 if negative) langsung, bukan kepemilikan akhir (ultimate meningkatkan kekuasaan shareholder dan
Channel stuffing merupakan cara manajemen GRR_N = industry median adjusted revenue growth ownership). Kemudian mereka berusaha kepentingan pemegang saham dan akibatnya
untuk menghindari pelaporan kerugian dengan (= 0 if positif) memperbaiki pengukuran variabel konsentrasi meningkatkan nilai perusahaan. Di negara-
melakukan kelonggaran terhadap kebijakan GRM = industry median adjusted gross margin at kepemilikan dengan menggunakan data negara dengan derajat perlindungan terhadap
kredit perusahaan. end of fiscal year kepemilikan akhir melalui penelusuran rantai investor rendah (seperti halnya Indonesia),
SQ = square of variable pemegang saham merasa khawatir akan
Ä = annual change

Jurnal Jurnal
20 Manajemen Teknologi 21 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

kemungkinan berbedanya pendapatan yang Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis institusional dan manajemen laba. Konsentrasi Dalam penelitian ini rumusan hipotesis yang
diperoleh dengan yang diekspektasikan. dalam penelitian ini adalah : kepemilikan institusional tidak berpengaruh diajukan sebagai berikut :
Akibatnya, mereka memperbesar persentase H1: Semakin tinggi konsentrasi kepemilikan terhadap tingkat laba akuntansi. Penelitian H3 : Semakin tinggi kepemilikan manajerial dalam
kepemilikan atas perusahaan sebagai salah satu pemegang saham dalam suatu perusahaan maka Suranta dan Midiastuty (2005) menunjukkan suatu perusahaan maka semakin rendah
cara untuk melindungi diri. Mereka dapat semakin rendah manajemen laba dalam bahwa kepemilikan institusional dapat manajemen laba dalam perusahaan tersebut.
mengendalikan perusahaan melalui voting power, perusahaan tersebut. berperan sebagai salah satu mekanisme
atau representasi mereka di manajemen corporate governance dalam mengurangi praktik 2.8. Komposisi Dewan Komisaris dan Manajemen
sehingga hak-hak mereka terlindungi (La Porta 2.6. Kepemilikan institusional dan Manajemen Laba manajemen laba. Investor institusional Laba
dan Silanez, 1999 dalam Nuryaman, 2008). Investor institusional dianggap memiliki d i a s u m s i k a n s e b a g a i i nve s t o r y a n g Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan
kemampuan untuk memonitor tindakan berpengalaman dan dapat melakukan analisa diberi tanggungjawab atas pengawasan kualitas
Penelitian dalam studi corporate governance, manajemen lebih baik dibandingkan dengan yang lebih baik sehingga tidak mudah informasi yang terkandung dalam laporan
memepertimbangkan mekanisme investor individual. Menurut Lee et al., (1992) diperdaya oleh manipulasi manajemen, oleh keuangan. Hal ini penting mengingat adanya
pengendalian yang dapat mendorong manajer dalam Rachmawati dan Triatmoko (2007) karena itu manajer akan mengindari tindakan kepentingan dari manajemen untuk melakukan
untuk bisa sejajar dengan kepentingan para menyebutkan dua pendapat mengenai investor manajemen laba sehingga laba yang dihasilkan manajemen laba yang berdampak pada
pemegang saham. Salah satu mekanisme institusional, yaitu investor institusional akan lebih berkualitas. berkurangnya kepercayaan investor. Untuk
peng endalian yang dimaksud adalah sebagai pemilik sementara dan sebagai investor Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis mengatasinya dewan komisaris diperbolehkan
konsentrasi kepemilikan karena melibatkan yang berpengalaman. Pendapat yang pertama, untuk penelitian ini adalah : untuk memiliki akses pada informasi
trade off antara risiko dan efisiensi insentif investor institusional sebagai pemilik H2 : Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif perusahaan. Dewan komisaris tidak memiliki
(Jensen & Meckling, 1976; Demsetz, 1983; sementara lebih memfokuskan pada laba terhadap manajemen laba otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi
Shleifer & Vishny, 1986). Pemegang saham sekarang yang dapat mempeng ar uhi bertanggung jawab untuk menyampaikan
yang lebih besar mungkin memiliki insentif pengambilan keputusan. Jika perubahan laba 2.7. Kepemilikan Manajerial dan Manajemen Laba informasi terkait dengan perusahaan kepada
yang kuat untuk memonitor kinerja manajer tidak menguntungkan investor, maka investor Jensen dan Meckling (1976) menemukan bukti dewan komisaris. Selain mensupervisi dan
agar sesuai dengan tujuan mereka untuk dapat melikuidasi sahamnya. Pada umumnya bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi memberi nasihat pada dewan direksi sesuai
meningkatkan nilai saham mereka (Alimehti investor institusional memiliki saham dengan mekanisme untuk mengurangi masalah dengan UU No. 1 tahun 1995, fungsi dewan
dan Paletta, 2012). jumlah yang besar, sehingga jika mereka keagenan dari manajer dengan menyelaraskan komisaris yang lain sesuai dengan yang
melikuidasi sahamnya akan mempengaruhi kepentingan-kepentingan manajer dengan dinyatakan dalam National Code Good Governance
Musnadi (2006) melakukan penelitian tentang nilai saham secara keseluruhan. Pendapat pemegang saham. Penelitian ini menemukan 2001 yang memastikan bahwa perusahaan
struktur kepemilikan sebagai mekanisme kedua memandang investor institusional bahwa kepentingan manajer dengan pemegang telah melakukan tanggung jawab sosial dan
corporate govenrnance, serta dampaknya terhadap sebagai investor yang berpengalaman saham eksternal dapat disatukan jika mempertimbangkan kepentingan berbagai
kinerja keuangan perusahaan, dengan (sophisticated). Menurut pendapat ini, investor kepemilikan saham oleh manajer diperbesar stakeholder perusahaan sebaik memonitor
menggunakan emiten non financial yang lebih terfokus pada laba masa datang yang sehingga manajer tidak akan memanipulasi efektifitas pelaksanaan good corporate governance.
berkapitalisasi menengah besar yang terdaftar relatif lebih besar dari laba sekarang. Investor laba untuk kepentingannya. (Utami dan Rahmawati, 2008).
di BEI. Hasilnya menunjukan bahwa institusional akan melakukan monitoring
kepemilikan terkonsentrasi terbesar memiliki secara efektif dan tidak akan mudah diperdaya Warfield et al., (1995) menemukan adanya Berdasarkan Keputusan Direktur Bursa Efek
pengaruh positif terhadap kinerja keuangan dengan tindakan manipulasi yang dilakukan hubung an neg atif signifikan antara Jakarta (Kep-339/BEJ/07-2001), bahwa setiap
perusahaan. Hasil ini bermakna bahwa manajer. kepemilikan manajerial dan discretionary accruals perusahaan publik wajib memiliki komisaris
kepemilikan saham terkonsentrasi dapat sebagai ukuran dari manajemen laba dan independen untuk menciptakan tata kelola
berperan sebagai mekanisme corporate governance Temuan Midiastuty dan Machfoedz (2003) berhubungan positif antara kepemilikan perusahaan yang baik. Komisaris independen
dalam mengurangi persoalan keagenan, sebab menunjukkan bahwa kepemilikan institusional manajerial dengan kandungan informasi dalam berjumlah sebanding dengan jumlah saham
konsentrasi kepemilikan dapat menjadikan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hasil yang sama juga diperoleh oleh yang dimiliki oleh pemegang saham pengendali
pemegang saham pada posisi yang kuat untuk laba. Dari temuan tersebut di atas Cornet et al., (2006). Berbeda dengan deng an ketentuan jumlah komisaris
dapat mengendalikan manajemen secara menunjukkan bahwa kepemilikan institusional penelitian sebelumnya, penelitian yang independen sekurang-kurangnya 30% (tiga
efektif, sehingga mendorong manajemen menjadi mekanisme yang efektif dalam dilakukan oleh Wedari (2004) dan Bayu (2010) puluh persen) dari seluruh anggota komisaris.
bertindak sesuai dengan kepentingan mengawasi kinerja manajer. Hasil penelitian menemukan bahwa kepemilikan manajerial Dechow, Sloan dan Sweeney (1995) dalam
pemegang saham. Penelitian yang dilakukan yang berlawanan dengan yang tersebut di atas berpengaruh positif signifikan terhadap penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan
Nuryaman (2008) pada perusahaan industri antara lain Demsetz and Lehn (1985), manajemen laba karena adanya keinginan yang melakukan manipulasi laba lebih besar
sektor manufaktur yang terdaftar di BEI tahun Darmawati (2004), dan Ujiyantho dan manajemen untuk memperoleh manfaat kemungkinannya memiliki dewan komisaris
2005 membuktikan bahwa konsentrasi Pramuka (2007). Mereka tidak menemukan sebesar-besar nya untuk ke penting an yang didominasi oleh manajemen dan lebih
kepemilikan berpengaruh negatif terhadap hubungan antara konsentrasi kepemilikan manajemen sendiri. besar kemungkinannya memiliki direksi utama
manajemen laba. yang merangkap menjadi komisaris utama.

Jurnal Jurnal
22 Manajemen Teknologi 23 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

kemungkinan berbedanya pendapatan yang Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis institusional dan manajemen laba. Konsentrasi Dalam penelitian ini rumusan hipotesis yang
diperoleh dengan yang diekspektasikan. dalam penelitian ini adalah : kepemilikan institusional tidak berpengaruh diajukan sebagai berikut :
Akibatnya, mereka memperbesar persentase H1: Semakin tinggi konsentrasi kepemilikan terhadap tingkat laba akuntansi. Penelitian H3 : Semakin tinggi kepemilikan manajerial dalam
kepemilikan atas perusahaan sebagai salah satu pemegang saham dalam suatu perusahaan maka Suranta dan Midiastuty (2005) menunjukkan suatu perusahaan maka semakin rendah
cara untuk melindungi diri. Mereka dapat semakin rendah manajemen laba dalam bahwa kepemilikan institusional dapat manajemen laba dalam perusahaan tersebut.
mengendalikan perusahaan melalui voting power, perusahaan tersebut. berperan sebagai salah satu mekanisme
atau representasi mereka di manajemen corporate governance dalam mengurangi praktik 2.8. Komposisi Dewan Komisaris dan Manajemen
sehingga hak-hak mereka terlindungi (La Porta 2.6. Kepemilikan institusional dan Manajemen Laba manajemen laba. Investor institusional Laba
dan Silanez, 1999 dalam Nuryaman, 2008). Investor institusional dianggap memiliki d i a s u m s i k a n s e b a g a i i nve s t o r y a n g Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan
kemampuan untuk memonitor tindakan berpengalaman dan dapat melakukan analisa diberi tanggungjawab atas pengawasan kualitas
Penelitian dalam studi corporate governance, manajemen lebih baik dibandingkan dengan yang lebih baik sehingga tidak mudah informasi yang terkandung dalam laporan
memepertimbangkan mekanisme investor individual. Menurut Lee et al., (1992) diperdaya oleh manipulasi manajemen, oleh keuangan. Hal ini penting mengingat adanya
pengendalian yang dapat mendorong manajer dalam Rachmawati dan Triatmoko (2007) karena itu manajer akan mengindari tindakan kepentingan dari manajemen untuk melakukan
untuk bisa sejajar dengan kepentingan para menyebutkan dua pendapat mengenai investor manajemen laba sehingga laba yang dihasilkan manajemen laba yang berdampak pada
pemegang saham. Salah satu mekanisme institusional, yaitu investor institusional akan lebih berkualitas. berkurangnya kepercayaan investor. Untuk
peng endalian yang dimaksud adalah sebagai pemilik sementara dan sebagai investor Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis mengatasinya dewan komisaris diperbolehkan
konsentrasi kepemilikan karena melibatkan yang berpengalaman. Pendapat yang pertama, untuk penelitian ini adalah : untuk memiliki akses pada informasi
trade off antara risiko dan efisiensi insentif investor institusional sebagai pemilik H2 : Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif perusahaan. Dewan komisaris tidak memiliki
(Jensen & Meckling, 1976; Demsetz, 1983; sementara lebih memfokuskan pada laba terhadap manajemen laba otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi
Shleifer & Vishny, 1986). Pemegang saham sekarang yang dapat mempeng ar uhi bertanggung jawab untuk menyampaikan
yang lebih besar mungkin memiliki insentif pengambilan keputusan. Jika perubahan laba 2.7. Kepemilikan Manajerial dan Manajemen Laba informasi terkait dengan perusahaan kepada
yang kuat untuk memonitor kinerja manajer tidak menguntungkan investor, maka investor Jensen dan Meckling (1976) menemukan bukti dewan komisaris. Selain mensupervisi dan
agar sesuai dengan tujuan mereka untuk dapat melikuidasi sahamnya. Pada umumnya bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi memberi nasihat pada dewan direksi sesuai
meningkatkan nilai saham mereka (Alimehti investor institusional memiliki saham dengan mekanisme untuk mengurangi masalah dengan UU No. 1 tahun 1995, fungsi dewan
dan Paletta, 2012). jumlah yang besar, sehingga jika mereka keagenan dari manajer dengan menyelaraskan komisaris yang lain sesuai dengan yang
melikuidasi sahamnya akan mempengaruhi kepentingan-kepentingan manajer dengan dinyatakan dalam National Code Good Governance
Musnadi (2006) melakukan penelitian tentang nilai saham secara keseluruhan. Pendapat pemegang saham. Penelitian ini menemukan 2001 yang memastikan bahwa perusahaan
struktur kepemilikan sebagai mekanisme kedua memandang investor institusional bahwa kepentingan manajer dengan pemegang telah melakukan tanggung jawab sosial dan
corporate govenrnance, serta dampaknya terhadap sebagai investor yang berpengalaman saham eksternal dapat disatukan jika mempertimbangkan kepentingan berbagai
kinerja keuangan perusahaan, dengan (sophisticated). Menurut pendapat ini, investor kepemilikan saham oleh manajer diperbesar stakeholder perusahaan sebaik memonitor
menggunakan emiten non financial yang lebih terfokus pada laba masa datang yang sehingga manajer tidak akan memanipulasi efektifitas pelaksanaan good corporate governance.
berkapitalisasi menengah besar yang terdaftar relatif lebih besar dari laba sekarang. Investor laba untuk kepentingannya. (Utami dan Rahmawati, 2008).
di BEI. Hasilnya menunjukan bahwa institusional akan melakukan monitoring
kepemilikan terkonsentrasi terbesar memiliki secara efektif dan tidak akan mudah diperdaya Warfield et al., (1995) menemukan adanya Berdasarkan Keputusan Direktur Bursa Efek
pengaruh positif terhadap kinerja keuangan dengan tindakan manipulasi yang dilakukan hubung an neg atif signifikan antara Jakarta (Kep-339/BEJ/07-2001), bahwa setiap
perusahaan. Hasil ini bermakna bahwa manajer. kepemilikan manajerial dan discretionary accruals perusahaan publik wajib memiliki komisaris
kepemilikan saham terkonsentrasi dapat sebagai ukuran dari manajemen laba dan independen untuk menciptakan tata kelola
berperan sebagai mekanisme corporate governance Temuan Midiastuty dan Machfoedz (2003) berhubungan positif antara kepemilikan perusahaan yang baik. Komisaris independen
dalam mengurangi persoalan keagenan, sebab menunjukkan bahwa kepemilikan institusional manajerial dengan kandungan informasi dalam berjumlah sebanding dengan jumlah saham
konsentrasi kepemilikan dapat menjadikan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hasil yang sama juga diperoleh oleh yang dimiliki oleh pemegang saham pengendali
pemegang saham pada posisi yang kuat untuk laba. Dari temuan tersebut di atas Cornet et al., (2006). Berbeda dengan deng an ketentuan jumlah komisaris
dapat mengendalikan manajemen secara menunjukkan bahwa kepemilikan institusional penelitian sebelumnya, penelitian yang independen sekurang-kurangnya 30% (tiga
efektif, sehingga mendorong manajemen menjadi mekanisme yang efektif dalam dilakukan oleh Wedari (2004) dan Bayu (2010) puluh persen) dari seluruh anggota komisaris.
bertindak sesuai dengan kepentingan mengawasi kinerja manajer. Hasil penelitian menemukan bahwa kepemilikan manajerial Dechow, Sloan dan Sweeney (1995) dalam
pemegang saham. Penelitian yang dilakukan yang berlawanan dengan yang tersebut di atas berpengaruh positif signifikan terhadap penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan
Nuryaman (2008) pada perusahaan industri antara lain Demsetz and Lehn (1985), manajemen laba karena adanya keinginan yang melakukan manipulasi laba lebih besar
sektor manufaktur yang terdaftar di BEI tahun Darmawati (2004), dan Ujiyantho dan manajemen untuk memperoleh manfaat kemungkinannya memiliki dewan komisaris
2005 membuktikan bahwa konsentrasi Pramuka (2007). Mereka tidak menemukan sebesar-besar nya untuk ke penting an yang didominasi oleh manajemen dan lebih
kepemilikan berpengaruh negatif terhadap hubungan antara konsentrasi kepemilikan manajemen sendiri. besar kemungkinannya memiliki direksi utama
manajemen laba. yang merangkap menjadi komisaris utama.

Jurnal Jurnal
22 Manajemen Teknologi 23 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis Untuk menguji hipotesis tentang pengaruh Berikut merupakan formula dari conditional
Rahmawati (2008) dan Septiyanto (2012) penelitian ini adalah: konsentrasi kepemilikan dan mekanisme revenue model :
menunjukkan bahwa komposisi dewan H5 : Ukuran komite audit berpengaruh negatif corporate governance terhadap manajemen laba ÄARit = á + â1 ÄRit + â2 ÄRit×SIZEit + â3
komisaris berpengaruh signifikan dengan arah terhadap manajemen laba perusahaan. digunakan alat analisis regresi berganda. Model ÄRit×AGE it + â4 ÄRit×AGE_SQit + â5
hubungan negatif terhadap manajemen laba. persamaan regresi berganda tersebut sebagai ÄRit×GRR_Pit + â6 ÄRit×GRR_Nit +
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis 3. Metodologi Penelitian berikut: â7ÄRit×GRMit + â8 ÄRit×GRM_SQit + å it
untuk penelitian ini adalah : EM it = á0 + á1 KS it + á2 Kep.Inst it + á3 Kep.Manj AR = piutang akrual
H4 : Komposisi dewan komisaris independen 3.1. Populasi dan Sampel it + á4 KDK it + á 5 UKA it + á 5 SIZE it + á 6 R = annual revenue
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba Populasi yang digunakan dalam penelitian ini LEV it + á 7 PROF it + e SIZE = natural log dari total aset saat akhir
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar EM = Earning management tahun
2.9. Komite Audit di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode KS = Konsentrasi Kepemilikan Saham, AGE = umur perusahaan(year)
Dalam rangka untuk membuat komite audit pengamatan adalah dari tahun 2010-2012. Kep.Inst= Kepemilikan Institusional GRR_P = industry median adjusted revenue growth
yang efektif dalam pengendalian dan Penentuan sampel per usahaan dalam Kep.Manj= Kepemilikan Manajerial (= 0 if negative)
pemantauan atas kegiatan pengelolaan penelitian ini menggunakan purposive sampling. KDK = Komposisi Dewan Komisaris GRR_N = industry median adjusted revenue
perusahaan, komite harus memiliki anggota UKA = Ukuran Komite audit growth (= 0 if positif)
yang cukup untuk melaksanakan Tabel 1. Data Hasil Pemilihan Sampel SIZE = Ukuran perusahaan GRM = industry median adjusted gross margin at
tanggungjawab. Di Indonesia, pedoman Uraian Jumlah LEV = Leverage end of fiscal year
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara konsisten selama
pembentukan komite audit yang efektif periode 2010-2012 128 PROF = Profitabilitas _SQ = square of variable
(KNKG, 2002) menjelaskan bahwa anggota Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan
lengkap yang berakhir pada tanggal 31 Desember (5) á0 = Konstanta ? =Annual change
komite audit yang dimiliki oleh perusahaan Perusahaan manufaktur yang tidak mempunyai laba bersih setelah
pajak berturut-turut selama periode 2010-2012 (17)
á 1,2,3,4 = koefisien regresi
sedikitnya terdiri dari 3 orang, diketuai oleh Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki kelengkapan data
e = error
mengenai konsentrasi kepemilikan, kepemilikan institusional,
komisaris independen perusahaan dengan dua kepemilikan manajerial, komisaris independen dan ukuran komite audit Subscript i, t = i d e n t i f i k a s i u n t u k 3.4.2.Variabel Independen
serta data yang diperlukan untuk mendeteksi manajemen laba (11)
orang eksternal yang independen terhadap Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan dalam
(24) perusahaan i, pada tahun t
mata uang asing
perusahaan serta menguasai dan memiliki latar Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini 71 3.4.2.1.Konsentrasi Kepemilikan
Jumlah data penelitian untuk 3 tahun (2010-2012) sebelum outlier 213
belakang akuntansi dan keuangan. Jumlah data yang dieliminasi karena outlier (25) 3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Konsentrasi kepemilikan merupakan jumlah
Jumlah data penelitian untuk 3 tahun (2010-2012) setelah outlier 188
kepemilkan saham oleh individu tertentu.
Jumlah anggota komite audit yang harus lebih 3.4.1.Variabel dependen Kepemilikan saham terkonsentasi (KS) adalah
dari satu orang ini dimaksudkan agar komite 3.2. Tehnik Pengumpulan data Variabel dependen dalam penelitian ini adalah suatu kondisi di mana sebagian besar saham
audit dapat mengadakan pertemuan dan Data-data yang dipakai dalam penelitian ini manajemen laba. Manajemen laba dapat dimiliki oleh sebagian kecil
bertukar pendapat satu sama lain. Hal ini merupakan data kuantitatif yang meliputi didefinisikan sebagai tindakan manajer untuk individu/kelompok, sehingga individu atau
dikarenakan masing-masing anggota komite laporan keuangan tahunan perusahaan menggunakan judgement dalam pelaporan kelompok tersebut memiliki jumlah saham
audit memiliki pengalaman tata kelola industri sektor manufaktur yang diperoleh dari keuangan dan strukturisasi transaksi-transaksi relatif dominan dibandingkan dengan
perusahaan dan pengetahuan keuangan yang Indonesian Capital Market Directory dan sistus dengan tujuan untuk menyesatkan beberapa pemegang saham lainnya (Nuryaman, 2008).
berbeda-beda. Penelitian Siallagan dan resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). stakeholder tentang kinerja perusahaan atau Pengukuran konsentrasi kepemilikan saham
Machfoedz (2006) menemukan bahwa dengan Periode pengamatan tahun 2010-2012. mempengaruhi kontraktual karena kontrak- pada penelitian ini diberi nilai 1 jika perusahaan
adanya komite audit dalam perusahaan, Penyajian data antara time series. kontrak ini dibatasi oleh angka-angka tersebut memiliki kepemilkan saham
discretionary accruals semakin rendah, yang akuntansi (Healy dan Wahlen, 1999 dalam terkonsentrasi yaitu kepemilikan lebih dari
berarti kualitas laba yang dihasilkan semakin 3.3. Model Empiris Penelitian Sanjaya, 2008). 50% saham perusahan, dan 0 jika lainnya
tinggi. Siallagan dan Machfoedz (2006) Penelitian yang dilakukan merupakan (variabel dummy).
menyatakan bahwa dengan adanya komite penelitian hubungan kausal (causal effect), yaitu Stubben (2010, 17) menyatakan bahwa model
audit akan memiliki konsekuensi pada laporan suatu penelitian yang dilakukan terhadap fakta- dengan menggunakan variabel pendapatan 3.4.2.2.Kepemilikan Institusional
keuangan, yaitu : (1) berkurangnya pengukuran fakta untuk membuktikkan secara empiris memiliki kemampuan yang lebih baik untuk Kepemilikan institusional mer upakan
akuntansi yang tidak tepat, (2) berkurangnya tentang pengaruh suatu variabel dengan mendeteksi manajemen laba dibandingkan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi
pengungkapan akuntansi yang tidak tepat, dan variabel lainnya, yaitu fakta empiris pengaruh model Healy, De Angelo, Jones, dan model keuangan seperti perusahaan asuransi, bank,
(3) berkurangnya tindakan kecurangan mekanisme corporate governance terhadap Dechow and Sloan. Lebih lanjut, Stuben dana pension, dan investment banking.
manajemen dan tindakan ilegal. Hasil manajemen laba. menyebutkan bahwa penggunaan conditional Kepemilikan institusional diukur dengan
penelitian Iqbal dan Fachriyah (2013) revenue model sebagai proksi manajemen laba persentase jumlah saham yang dimiliki institusi
menemukan bahwa ukuran komite audit yang dihitung dengan pendekatan penerimaan dari seluruh modal saham yang beredar.
memiliki pengaruh yang signifikan dengan arah dapat mengukur managemen laba lebih baik
hubungan yang positif terhadap manajemen dibanding menggunakan pendekatan akrual.
laba.

Jurnal Jurnal
24 Manajemen Teknologi 25 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis Untuk menguji hipotesis tentang pengaruh Berikut merupakan formula dari conditional
Rahmawati (2008) dan Septiyanto (2012) penelitian ini adalah: konsentrasi kepemilikan dan mekanisme revenue model :
menunjukkan bahwa komposisi dewan H5 : Ukuran komite audit berpengaruh negatif corporate governance terhadap manajemen laba ÄARit = á + â1 ÄRit + â2 ÄRit×SIZEit + â3
komisaris berpengaruh signifikan dengan arah terhadap manajemen laba perusahaan. digunakan alat analisis regresi berganda. Model ÄRit×AGE it + â4 ÄRit×AGE_SQit + â5
hubungan negatif terhadap manajemen laba. persamaan regresi berganda tersebut sebagai ÄRit×GRR_Pit + â6 ÄRit×GRR_Nit +
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis 3. Metodologi Penelitian berikut: â7ÄRit×GRMit + â8 ÄRit×GRM_SQit + å it
untuk penelitian ini adalah : EM it = á0 + á1 KS it + á2 Kep.Inst it + á3 Kep.Manj AR = piutang akrual
H4 : Komposisi dewan komisaris independen 3.1. Populasi dan Sampel it + á4 KDK it + á 5 UKA it + á 5 SIZE it + á 6 R = annual revenue
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba Populasi yang digunakan dalam penelitian ini LEV it + á 7 PROF it + e SIZE = natural log dari total aset saat akhir
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar EM = Earning management tahun
2.9. Komite Audit di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode KS = Konsentrasi Kepemilikan Saham, AGE = umur perusahaan(year)
Dalam rangka untuk membuat komite audit pengamatan adalah dari tahun 2010-2012. Kep.Inst= Kepemilikan Institusional GRR_P = industry median adjusted revenue growth
yang efektif dalam pengendalian dan Penentuan sampel per usahaan dalam Kep.Manj= Kepemilikan Manajerial (= 0 if negative)
pemantauan atas kegiatan pengelolaan penelitian ini menggunakan purposive sampling. KDK = Komposisi Dewan Komisaris GRR_N = industry median adjusted revenue
perusahaan, komite harus memiliki anggota UKA = Ukuran Komite audit growth (= 0 if positif)
yang cukup untuk melaksanakan Tabel 1. Data Hasil Pemilihan Sampel SIZE = Ukuran perusahaan GRM = industry median adjusted gross margin at
tanggungjawab. Di Indonesia, pedoman Uraian Jumlah LEV = Leverage end of fiscal year
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara konsisten selama
pembentukan komite audit yang efektif periode 2010-2012 128 PROF = Profitabilitas _SQ = square of variable
(KNKG, 2002) menjelaskan bahwa anggota Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan
lengkap yang berakhir pada tanggal 31 Desember (5) á0 = Konstanta ? =Annual change
komite audit yang dimiliki oleh perusahaan Perusahaan manufaktur yang tidak mempunyai laba bersih setelah
pajak berturut-turut selama periode 2010-2012 (17)
á 1,2,3,4 = koefisien regresi
sedikitnya terdiri dari 3 orang, diketuai oleh Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki kelengkapan data
e = error
mengenai konsentrasi kepemilikan, kepemilikan institusional,
komisaris independen perusahaan dengan dua kepemilikan manajerial, komisaris independen dan ukuran komite audit Subscript i, t = i d e n t i f i k a s i u n t u k 3.4.2.Variabel Independen
serta data yang diperlukan untuk mendeteksi manajemen laba (11)
orang eksternal yang independen terhadap Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan dalam
(24) perusahaan i, pada tahun t
mata uang asing
perusahaan serta menguasai dan memiliki latar Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini 71 3.4.2.1.Konsentrasi Kepemilikan
Jumlah data penelitian untuk 3 tahun (2010-2012) sebelum outlier 213
belakang akuntansi dan keuangan. Jumlah data yang dieliminasi karena outlier (25) 3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Konsentrasi kepemilikan merupakan jumlah
Jumlah data penelitian untuk 3 tahun (2010-2012) setelah outlier 188
kepemilkan saham oleh individu tertentu.
Jumlah anggota komite audit yang harus lebih 3.4.1.Variabel dependen Kepemilikan saham terkonsentasi (KS) adalah
dari satu orang ini dimaksudkan agar komite 3.2. Tehnik Pengumpulan data Variabel dependen dalam penelitian ini adalah suatu kondisi di mana sebagian besar saham
audit dapat mengadakan pertemuan dan Data-data yang dipakai dalam penelitian ini manajemen laba. Manajemen laba dapat dimiliki oleh sebagian kecil
bertukar pendapat satu sama lain. Hal ini merupakan data kuantitatif yang meliputi didefinisikan sebagai tindakan manajer untuk individu/kelompok, sehingga individu atau
dikarenakan masing-masing anggota komite laporan keuangan tahunan perusahaan menggunakan judgement dalam pelaporan kelompok tersebut memiliki jumlah saham
audit memiliki pengalaman tata kelola industri sektor manufaktur yang diperoleh dari keuangan dan strukturisasi transaksi-transaksi relatif dominan dibandingkan dengan
perusahaan dan pengetahuan keuangan yang Indonesian Capital Market Directory dan sistus dengan tujuan untuk menyesatkan beberapa pemegang saham lainnya (Nuryaman, 2008).
berbeda-beda. Penelitian Siallagan dan resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). stakeholder tentang kinerja perusahaan atau Pengukuran konsentrasi kepemilikan saham
Machfoedz (2006) menemukan bahwa dengan Periode pengamatan tahun 2010-2012. mempengaruhi kontraktual karena kontrak- pada penelitian ini diberi nilai 1 jika perusahaan
adanya komite audit dalam perusahaan, Penyajian data antara time series. kontrak ini dibatasi oleh angka-angka tersebut memiliki kepemilkan saham
discretionary accruals semakin rendah, yang akuntansi (Healy dan Wahlen, 1999 dalam terkonsentrasi yaitu kepemilikan lebih dari
berarti kualitas laba yang dihasilkan semakin 3.3. Model Empiris Penelitian Sanjaya, 2008). 50% saham perusahan, dan 0 jika lainnya
tinggi. Siallagan dan Machfoedz (2006) Penelitian yang dilakukan merupakan (variabel dummy).
menyatakan bahwa dengan adanya komite penelitian hubungan kausal (causal effect), yaitu Stubben (2010, 17) menyatakan bahwa model
audit akan memiliki konsekuensi pada laporan suatu penelitian yang dilakukan terhadap fakta- dengan menggunakan variabel pendapatan 3.4.2.2.Kepemilikan Institusional
keuangan, yaitu : (1) berkurangnya pengukuran fakta untuk membuktikkan secara empiris memiliki kemampuan yang lebih baik untuk Kepemilikan institusional mer upakan
akuntansi yang tidak tepat, (2) berkurangnya tentang pengaruh suatu variabel dengan mendeteksi manajemen laba dibandingkan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi
pengungkapan akuntansi yang tidak tepat, dan variabel lainnya, yaitu fakta empiris pengaruh model Healy, De Angelo, Jones, dan model keuangan seperti perusahaan asuransi, bank,
(3) berkurangnya tindakan kecurangan mekanisme corporate governance terhadap Dechow and Sloan. Lebih lanjut, Stuben dana pension, dan investment banking.
manajemen dan tindakan ilegal. Hasil manajemen laba. menyebutkan bahwa penggunaan conditional Kepemilikan institusional diukur dengan
penelitian Iqbal dan Fachriyah (2013) revenue model sebagai proksi manajemen laba persentase jumlah saham yang dimiliki institusi
menemukan bahwa ukuran komite audit yang dihitung dengan pendekatan penerimaan dari seluruh modal saham yang beredar.
memiliki pengaruh yang signifikan dengan arah dapat mengukur managemen laba lebih baik
hubungan yang positif terhadap manajemen dibanding menggunakan pendekatan akrual.
laba.

Jurnal Jurnal
24 Manajemen Teknologi 25 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

3.4.2.3.
Kepemilikan Manajerial 3.4.3.1.Ukuran Perusahaan 3.4.3.3.Profitabilitas
Mulai
Kepemilikan manajerial adalah jumlah Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana Rasio profitabilitas adalah rasio yang
kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari dapat diklasifikasikan besar kecilnya menghubungkan laba dari penjualan dan
selur uh modal saham yang dikelola. perusahaan. Pada dasarnya ukuran perusahaan investasi (Purwandari, 2011). Proksi yang
Kepemilikan manajerial diukur dengan hanya terbagi dalam tiga kategori, yaitu digunakan untuk menghitung profitabilitas Research gap
menggunakan variabel dummy, dimana perusahaan besar, perusahaan menengah dan adalah ROA (Return on Asset). ROA merupakan
kepemilikan manajerial diberi angka 1 jika perusahaan kecil. Ukuran perusahaan memiliki ukuran efektifitas perusahaan didalam
terdapat saham yang dimiliki oleh manajemen pengaruh terhadap tindakan manajemen laba. menghasilkan keuntungan dengan Perumusan masalah dan tujuan penelitian
perusahaan, dan angka 0 jika tidak terdapat Besar kecilnya per usahaan akan memanfaatkan aktiva yang dimiliki.
saham yang dimiliki oleh manajemen mempengaruhi keputusan manajemen dalam ROA dapat dihitung dengan menggunakan
perusahaan. membuat pelaporan keuangan dan prosedur rumus: Telaah literatur dan pengembangan hipotesis
akuntansi. Menurut Marachi (2001) dalam ROA = Laba bersih setelah pajak(EAT)
3.4.2.4.Komposisi Dewan Komisaris Nuryaman (2008) yang melakukan penelitian Total aktiva
Komposisi Dewan Komisaris (BOD) adalah di Amerika Serikat, perusahaan besar kurang
memiliki dorongan untuk melakukan 3.5. Metode analisis data Definisi operasional variabel dan pengukurannya
susunan keanggotaan yang terdiri dari
komisaris dari luar perusahaan (komisaris manajemen laba dibandingkan perusahaan
independen) dan komisaris dari dalam kecil. Hal ini disebabkan karena perusahaan 3.5.1. Uji Hipotesis
perusahaan. Variabel ini dihitung dengan besar memiliki basis pengguna laporan Pengumpulan data berdasarkan kriteria
membagi jumlah komisaris independen keuangan yang lebih luas sehingga dituntut 3.5.1.1. Uji Regresi Simultan (F)
terhadap jumlah total anggota komisaris. memiliki kredibilitas yang tinggi dalam Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan
(Nuryaman, 2008). menyajikan laporan keuangan. Dalam apakah semua variabel independen yang
Pengolahan data:
penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dimasukkan dalam model mempunyai
3.4.2.5.Ukuran Komite Audit dengan log natural total aset perusahaan pada pengaruh secara bersama-sama terhadap ·Uji kualitas data
Kep. 29/PM/2004 menyebutkan bahwa akhir tahun. variabel dependen (Ghozali, 2011: 98).
·Uji asumsi klasik
komite audit adalah komite yang dibentuk oleh Dengan kata lain Uji F digunakan untuk
·Uji hipotesis
dewan komisaris untuk melakukan tugas 3.4.3.2.Leverage menguji apakah model regresi yang digunakan
pengawasan pengelolaan. Ukuran komite audit Leverage merupakan rasio antara total sudah layak.
adalah salah satu kriteria dari penerapan good kewajiban dengan total asset. Variabel ini Analisis hasil pengolahan data
corporate governance. Dalam penelitian ini ukuran digunakan sebagai variabel kontrol karena
leverage terbukti merupakan salah satu 3.5.1.2. Uji Regresi Parsial (Uji-t)
komite audit diukur dengan membagi jumlah
mekanisme yang dapat mengurangi perilaku Uji t atau uji koefisien regresi secara parsial
anggota komite audit dengan jumlah minimum Kesimpulan dan saran
oportunistik manajemen. Perusahan yang digunakan untuk mengetahui apakah secara
komite audit (3). Berdasarkan peraturan
mempunyai rasio leverage tinggi akibat parsial variabel independen berpengaruh atau
BAPEPAM No. IX.I.5 / 2004, komite audit
besarnya jumlah utang dibandingkan dengan tidak terhadap variabel dependen. Pengujian
terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang
aktiva yang dimiliki perusahaan diduga menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (á = Selesai
dewan komisaris independen dan sekurang-
melakukan manajemen laba karena perusahaan 0.05). Jika tingkat signifikansi t < 0.05, berarti
kurangnya dua orang anggota lainnya dari luar
terancam default yaitu tidak dapat memenuhi bahwa variabel independen secara parsial
Emiten atau Perusahaan Publik.
kewajiban dalam pembayaran uang pada memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Gambar 2. Prosedur Penelitian
Ukuran Komite Audit = Jumlah komite audit
waktunya. Scott (2002) dalam Sulistyanto dependen. (Priyatno, 2012: 90).
3
3.4.3.Variabel Kontrol (2008) menyatakan bahwa praktik perataan
laba yang merupakan salah satu bentuk Dalam upaya untuk memperjelas prosedur 4. Hasil dan Pembahasan
Variabel kontrol digunakan untuk mengontrol
manajemen laba sering dilakukan oleh penelitian yang dilakukan, berikut ini disajikan
hubungan antara variabel dependen dengan
perusahaan ketika mereka menghadapi flowchart prosedur penelitian. 4.1. Uji Statistik Deskriptif
variabel independen, karena variabel kontrol
diduga ikut berpengaruh terhadap variabel paksaan dari kreditor dengan cara mengubah Hasil analisis dengan statistik deskrptif
dependen. Variabel kontrol yang digunakan metode akuntansinya. Semakin besarnya rasio menghasilkan data sebagai berikut:
dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, leverag e meng akibatkan risiko yang
leverage dan profitabilitas. ditanggung oleh pemilik modal juga akan
semakin meningkat. Rasio leverage dihitung
seperti di bawah ini:
Leverage = Total hutang
Total aktiva

Jurnal Jurnal
26 Manajemen Teknologi 27 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

3.4.2.3.
Kepemilikan Manajerial 3.4.3.1.Ukuran Perusahaan 3.4.3.3.Profitabilitas
Mulai
Kepemilikan manajerial adalah jumlah Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana Rasio profitabilitas adalah rasio yang
kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari dapat diklasifikasikan besar kecilnya menghubungkan laba dari penjualan dan
selur uh modal saham yang dikelola. perusahaan. Pada dasarnya ukuran perusahaan investasi (Purwandari, 2011). Proksi yang
Kepemilikan manajerial diukur dengan hanya terbagi dalam tiga kategori, yaitu digunakan untuk menghitung profitabilitas Research gap
menggunakan variabel dummy, dimana perusahaan besar, perusahaan menengah dan adalah ROA (Return on Asset). ROA merupakan
kepemilikan manajerial diberi angka 1 jika perusahaan kecil. Ukuran perusahaan memiliki ukuran efektifitas perusahaan didalam
terdapat saham yang dimiliki oleh manajemen pengaruh terhadap tindakan manajemen laba. menghasilkan keuntungan dengan Perumusan masalah dan tujuan penelitian
perusahaan, dan angka 0 jika tidak terdapat Besar kecilnya per usahaan akan memanfaatkan aktiva yang dimiliki.
saham yang dimiliki oleh manajemen mempengaruhi keputusan manajemen dalam ROA dapat dihitung dengan menggunakan
perusahaan. membuat pelaporan keuangan dan prosedur rumus: Telaah literatur dan pengembangan hipotesis
akuntansi. Menurut Marachi (2001) dalam ROA = Laba bersih setelah pajak(EAT)
3.4.2.4.Komposisi Dewan Komisaris Nuryaman (2008) yang melakukan penelitian Total aktiva
Komposisi Dewan Komisaris (BOD) adalah di Amerika Serikat, perusahaan besar kurang
memiliki dorongan untuk melakukan 3.5. Metode analisis data Definisi operasional variabel dan pengukurannya
susunan keanggotaan yang terdiri dari
komisaris dari luar perusahaan (komisaris manajemen laba dibandingkan perusahaan
independen) dan komisaris dari dalam kecil. Hal ini disebabkan karena perusahaan 3.5.1. Uji Hipotesis
perusahaan. Variabel ini dihitung dengan besar memiliki basis pengguna laporan Pengumpulan data berdasarkan kriteria
membagi jumlah komisaris independen keuangan yang lebih luas sehingga dituntut 3.5.1.1. Uji Regresi Simultan (F)
terhadap jumlah total anggota komisaris. memiliki kredibilitas yang tinggi dalam Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan
(Nuryaman, 2008). menyajikan laporan keuangan. Dalam apakah semua variabel independen yang
Pengolahan data:
penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dimasukkan dalam model mempunyai
3.4.2.5.Ukuran Komite Audit dengan log natural total aset perusahaan pada pengaruh secara bersama-sama terhadap ·Uji kualitas data
Kep. 29/PM/2004 menyebutkan bahwa akhir tahun. variabel dependen (Ghozali, 2011: 98).
·Uji asumsi klasik
komite audit adalah komite yang dibentuk oleh Dengan kata lain Uji F digunakan untuk
·Uji hipotesis
dewan komisaris untuk melakukan tugas 3.4.3.2.Leverage menguji apakah model regresi yang digunakan
pengawasan pengelolaan. Ukuran komite audit Leverage merupakan rasio antara total sudah layak.
adalah salah satu kriteria dari penerapan good kewajiban dengan total asset. Variabel ini Analisis hasil pengolahan data
corporate governance. Dalam penelitian ini ukuran digunakan sebagai variabel kontrol karena
leverage terbukti merupakan salah satu 3.5.1.2. Uji Regresi Parsial (Uji-t)
komite audit diukur dengan membagi jumlah
mekanisme yang dapat mengurangi perilaku Uji t atau uji koefisien regresi secara parsial
anggota komite audit dengan jumlah minimum Kesimpulan dan saran
oportunistik manajemen. Perusahan yang digunakan untuk mengetahui apakah secara
komite audit (3). Berdasarkan peraturan
mempunyai rasio leverage tinggi akibat parsial variabel independen berpengaruh atau
BAPEPAM No. IX.I.5 / 2004, komite audit
besarnya jumlah utang dibandingkan dengan tidak terhadap variabel dependen. Pengujian
terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang
aktiva yang dimiliki perusahaan diduga menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (á = Selesai
dewan komisaris independen dan sekurang-
melakukan manajemen laba karena perusahaan 0.05). Jika tingkat signifikansi t < 0.05, berarti
kurangnya dua orang anggota lainnya dari luar
terancam default yaitu tidak dapat memenuhi bahwa variabel independen secara parsial
Emiten atau Perusahaan Publik.
kewajiban dalam pembayaran uang pada memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Gambar 2. Prosedur Penelitian
Ukuran Komite Audit = Jumlah komite audit
waktunya. Scott (2002) dalam Sulistyanto dependen. (Priyatno, 2012: 90).
3
3.4.3.Variabel Kontrol (2008) menyatakan bahwa praktik perataan
laba yang merupakan salah satu bentuk Dalam upaya untuk memperjelas prosedur 4. Hasil dan Pembahasan
Variabel kontrol digunakan untuk mengontrol
manajemen laba sering dilakukan oleh penelitian yang dilakukan, berikut ini disajikan
hubungan antara variabel dependen dengan
perusahaan ketika mereka menghadapi flowchart prosedur penelitian. 4.1. Uji Statistik Deskriptif
variabel independen, karena variabel kontrol
diduga ikut berpengaruh terhadap variabel paksaan dari kreditor dengan cara mengubah Hasil analisis dengan statistik deskrptif
dependen. Variabel kontrol yang digunakan metode akuntansinya. Semakin besarnya rasio menghasilkan data sebagai berikut:
dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, leverag e meng akibatkan risiko yang
leverage dan profitabilitas. ditanggung oleh pemilik modal juga akan
semakin meningkat. Rasio leverage dihitung
seperti di bawah ini:
Leverage = Total hutang
Total aktiva

Jurnal Jurnal
26 Manajemen Teknologi 27 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

Tabel 2. Analisis Statistik Deskriptif Tabel 5. Hasil Uji t Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Hal ini dikarenakan manajer mempunyai
n Minimum Maximum Mean Std.Deviation Unstandardized Standardized Keputusan terhadap penelitian Boediono (2005) dan berlawanan kepentingan pribadi yaitu adanya return yang
Model Coefficients Coefficients t Sig. Ha
EM 188 -.09 .08 .0029 .03435 B Std. Error Beta dengan hasil penelitian Siregar dan Utama diperoleh dari kepemilikan sahamnya pada
KK 188 .00 1.00 .4734 .50063 (Constant) -.038 .008 -4.663 .000
KI 188 .30 1.00 .7104 .17543 KK -.005 .001 -.235 -4.169 .000 Diterima (2005), Tarjo (2008), Pradipta (2011), perusahaan tersebut. Dengan demikian,
KI .026 .003 .520 9.239 .000 Tidak dapat didukung
KM
KDK
188
188
.00
.20
1.00
1.00
.5213
.3908
.50088
.114112 KM .015 .001 .723 16.068 .000 Tidak dapat didukung Rahmayanti (2012) dan Kusumadevie (2013). manajer mempunyai kesempatan dalam
KDK -.024 .003 -.343 -7.628 .000 Diterima
UKA
SIZE
188
188
.67
25.08
1.67
32.84
1.0550
27.9340
.14190
1.65285
UKA .007 .003 .087 2.363 .019 Tidak dapat didukung Pengaruh positif ini berarti bahwa semakin melakukan manipulasi laba baik dalam bentuk
SIZE .001 .000 .087 1.835 .068 -
LEV 188 .06 3.21 .4453 .32008 LEV .012 .002 .291 6.311 .000 - tinggi kepemilikan institusional atau yang menaikkan laba maupun dengan menurunkan
PROF 188 .00 10.49 .1565 .76309 PROF -.009 .001 -.454 -9.969 .000 -
disebut juga pemegang saham mayoritas maka laba demi kepentingannya tersebut. Selain itu,
Berdasarkan tabel 5 hasil persamaan regresi semakin banyak pula kesempatan dan insentif dengan tingkat kepemilikan manajerial yang
Tabel 3.Frekuensi dari konsentrasi kepemilikan yang diperoleh pada penelitian ini adalah : untuk mengambil alih sumberdaya perusahaan tinggi, dapat berdampak buruk terhadap
Frekuensi Persentase Emit = -0.038 – 0.005 KKit+ 0.026 Kep.Instit+ dengan mengorbankan pemegang saham perusahaan karena dapat menimbulkan
Perusahaan yang memiliki kepemilikan saham terkonsentrasi 90 47.62%
Perusahaan yang memiliki kepemilikan saham menyebar 98 52.36% 0.015 Kep.Manjit – 0.024 KDK it+ minoritas. Manajer merasa terikat sehingga masalah pertahanan, yang berarti jika
Total 188 100%
0.007 UKA i t + 0.001 SIZE i t + untuk memenuhi target laba para investor, kepemilikan manajerial tinggi, para manajer
0.012LEVit - 0.009 PROFit manajer cenderung melakukan tindakan memiliki posisi yang kuat untuk melakukan
Tabel 4. Frekuensi kepemilikan manajerial manajemen laba. kontrol terhadap perusahaan karena manajer
Frekuensi Persentase Hasil uji hipotesis menghasilkan bahwa memiliki lebih banyak memiliki informasi
Perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial
Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial
98
90
52.13%
47.87% konsentrasi kepemilikan saham (KK) Selain itu, kepemilikan institusional adalah mengenai perusahaan sehing ga pihak
Total 188 100%
signifikan terhadap manajemen laba pada taraf pemilik yang lebih fokus pada laba jangka pemegang saham eksternal akan mengalami
alpha 5% (sig 0.00<alpha 5%) dengan pendek sehingga manajer terpaksa untuk kesulitan untuk mengendalikan tindakan
4.2. Uji Hipotesis koefisien regresi -0.005. Nilai negatif pada melakukan tindakan yang dapat meningkatkan manajer. Dengan kata lain berdasarkan hasil
koefisien reg resi berarti konsentrasi laba jangka pendek meskipun salah satunya penelitian ini, kepemilikan manajerial sama
4.2.1.Koefisien Korelasi (R) kepemilikan saham memiliki pengaruh yang dengan melakukan tindakan manipulasi laba. seperti kepemilikan institusional belum dapat
Nilai R yang dihasilkan adalah 0.895 yang negatif terhadap manajemen laba. Berdasakan Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian menjadi mekanisme corporate governance yang
artinya hubungan antara konsentrasi hasil uji dapat disimpulkan H1 diterima. ini, kepemilikan instititusional tidak dapat sehar usnya dapat menekan tindakan
kepemilikan, kepemilikan institusional, Konsentrasi kepemilikan memiliki arah menjadi mekanisme corporate governance yang manajemen laba. Hasil penelitian ini juga tidak
kepemilikan manajerial, komposisi dewan hubungan negatif terhadap manajemen laba. mampu menekan atau mengurangi manajemen sesuai dengan teori yang diprediksi.
komisaris, komite audit, ukuran perusahaan, Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian laba. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
leverage, dan profitabilitas terhadap manajemen yang dilakukan oleh Nuryaman (2008). teori yang diprediksi. Komposisi dewan komisaris (KDK) memiliki
laba adalah kuat karena angka koefisien korelasi koefisien regresi sebesar -0.024 yang
mendekati 1. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi Kepemilikan Manajerial (KM) memiliki menunjukkan bahwa komposisi dewan
konsentrasi kepemilikan pemegang saham koefisien regresi sebesar 0.015 yang komisaris memiliki pengaruh negatif terhadap
4.2.2. Koefisien Determinasi (Adjusted R2 ) dalam suatu perusahaan maka semakin rendah menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial manajemen laba. Nilai uji t untuk komposisi
Nilai adjusted R2 yang dihasilkan adalah 0.792 manajemen laba dalam perusahaan tersebut. memiliki peng ar uh positif terhadap dewan komisaris sebesar -7.628 dengan nilai sig
atau 79.2%, artinya variasi variabel dependen Dengan kata lain, konsentrasi kepemilikan manajemen laba. Nilai uji t untuk kepemilikan 0.000<alpha 5%, yang artinya komposisi
yakni manajemen laba yang dapat dijelaskan dapat menjadi mekanisme internal dalam manajerial sebesar 16.608 dengan sig 0.000 < dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap
oleh variasi variabel independen adalah sebesar rangka pengendalian terhadap tindakan alpha 5%. Hasil penelitian ini konsisten dengan manajemen laba. Penelitian ini berhasil
79.2% sedangkan sisanya 20.8% dijelaskan manajemen laba di perusahaan. Perusahaan hasil penelitian Boediono (2005), Bayu (2010), membuktikan H4 yang menyatakan bahwa
oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke yang terkonsentrasi berarti pemegang dan Kusumadevie (2013) dan berlawanan komposisi dewan komisaris berpengaruh
dalam model. sahamnya memiliki insentif yang kuat untuk dengan hasil penelitian Jensen dan Meckling negatif terhadap manajemen laba. Hasil
mengawasi tindakan manajer sehingga dapat (1983), dan Iqbal dan Fachriah (2007), penelitian ini mendukung hasil penelitian
4.2.3. Uji Simultan ( F-test) mengurangi kemungkinan manajer melakukan Ujiyantho dan Pramuka (2007), Pradipta Nasution dan Setiawan (2007), Utami dan
Nilai F hitung sebesar 90.164 dengan tingkat manajemen laba dalam perusahaan tersebut. (2011). Kepemilikan manajerial berpengaruh Rahmawati (2008), Septiyantho (2012).
probabilitas 0.000 (signifikan).Karena positif terhadap manajemen laba sehingga H3
probabilitas jauh lebih kecil dari alpha 5% maka Kepemilikan Institusional (KI) memiliki tidak dapat diterima. Pengaruh kepemilikan Sementara itu hasil penelitian ini bertentangan
model penelitian ini adalah layak untuk koefisien regresi sebesar 0.026 dan nilai manajerial terhadap manajemen laba dalam dengan hasil penelitian Siregar dan Utama
digunakan. signifikansi = 0.000 < alpha 5%. Kepemilikan penelitian ini adalah positif, yang berarti bahwa (2005), Nuryaman (2008), dan Kusumadevie
institusional berpengaruh positif terhadap semakin tinggi tingkat kepemilikan saham oleh (2013). Pengaruh komposisi dewan komisaris
4.2.4. Uji Parsial (t-Test) manajemen laba sehingga H2 tidak dapat pihak manajemen, semakin tinggi pula terhadap manajemen laba dalam penelitian ini
Berikut adalah hasil Uji t untuk penelitian ini. diterima. kemungkinan praktik manajemen laba dalam adalah negatif yang berarti bahwa semakin
perusahaan tersebut. banyak jumlah dewan komisaris independen

Jurnal Jurnal
28 Manajemen Teknologi 29 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

Tabel 2. Analisis Statistik Deskriptif Tabel 5. Hasil Uji t Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Hal ini dikarenakan manajer mempunyai
n Minimum Maximum Mean Std.Deviation Unstandardized Standardized Keputusan terhadap penelitian Boediono (2005) dan berlawanan kepentingan pribadi yaitu adanya return yang
Model Coefficients Coefficients t Sig. Ha
EM 188 -.09 .08 .0029 .03435 B Std. Error Beta dengan hasil penelitian Siregar dan Utama diperoleh dari kepemilikan sahamnya pada
KK 188 .00 1.00 .4734 .50063 (Constant) -.038 .008 -4.663 .000
KI 188 .30 1.00 .7104 .17543 KK -.005 .001 -.235 -4.169 .000 Diterima (2005), Tarjo (2008), Pradipta (2011), perusahaan tersebut. Dengan demikian,
KI .026 .003 .520 9.239 .000 Tidak dapat didukung
KM
KDK
188
188
.00
.20
1.00
1.00
.5213
.3908
.50088
.114112 KM .015 .001 .723 16.068 .000 Tidak dapat didukung Rahmayanti (2012) dan Kusumadevie (2013). manajer mempunyai kesempatan dalam
KDK -.024 .003 -.343 -7.628 .000 Diterima
UKA
SIZE
188
188
.67
25.08
1.67
32.84
1.0550
27.9340
.14190
1.65285
UKA .007 .003 .087 2.363 .019 Tidak dapat didukung Pengaruh positif ini berarti bahwa semakin melakukan manipulasi laba baik dalam bentuk
SIZE .001 .000 .087 1.835 .068 -
LEV 188 .06 3.21 .4453 .32008 LEV .012 .002 .291 6.311 .000 - tinggi kepemilikan institusional atau yang menaikkan laba maupun dengan menurunkan
PROF 188 .00 10.49 .1565 .76309 PROF -.009 .001 -.454 -9.969 .000 -
disebut juga pemegang saham mayoritas maka laba demi kepentingannya tersebut. Selain itu,
Berdasarkan tabel 5 hasil persamaan regresi semakin banyak pula kesempatan dan insentif dengan tingkat kepemilikan manajerial yang
Tabel 3.Frekuensi dari konsentrasi kepemilikan yang diperoleh pada penelitian ini adalah : untuk mengambil alih sumberdaya perusahaan tinggi, dapat berdampak buruk terhadap
Frekuensi Persentase Emit = -0.038 – 0.005 KKit+ 0.026 Kep.Instit+ dengan mengorbankan pemegang saham perusahaan karena dapat menimbulkan
Perusahaan yang memiliki kepemilikan saham terkonsentrasi 90 47.62%
Perusahaan yang memiliki kepemilikan saham menyebar 98 52.36% 0.015 Kep.Manjit – 0.024 KDK it+ minoritas. Manajer merasa terikat sehingga masalah pertahanan, yang berarti jika
Total 188 100%
0.007 UKA i t + 0.001 SIZE i t + untuk memenuhi target laba para investor, kepemilikan manajerial tinggi, para manajer
0.012LEVit - 0.009 PROFit manajer cenderung melakukan tindakan memiliki posisi yang kuat untuk melakukan
Tabel 4. Frekuensi kepemilikan manajerial manajemen laba. kontrol terhadap perusahaan karena manajer
Frekuensi Persentase Hasil uji hipotesis menghasilkan bahwa memiliki lebih banyak memiliki informasi
Perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial
Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial
98
90
52.13%
47.87% konsentrasi kepemilikan saham (KK) Selain itu, kepemilikan institusional adalah mengenai perusahaan sehing ga pihak
Total 188 100%
signifikan terhadap manajemen laba pada taraf pemilik yang lebih fokus pada laba jangka pemegang saham eksternal akan mengalami
alpha 5% (sig 0.00<alpha 5%) dengan pendek sehingga manajer terpaksa untuk kesulitan untuk mengendalikan tindakan
4.2. Uji Hipotesis koefisien regresi -0.005. Nilai negatif pada melakukan tindakan yang dapat meningkatkan manajer. Dengan kata lain berdasarkan hasil
koefisien reg resi berarti konsentrasi laba jangka pendek meskipun salah satunya penelitian ini, kepemilikan manajerial sama
4.2.1.Koefisien Korelasi (R) kepemilikan saham memiliki pengaruh yang dengan melakukan tindakan manipulasi laba. seperti kepemilikan institusional belum dapat
Nilai R yang dihasilkan adalah 0.895 yang negatif terhadap manajemen laba. Berdasakan Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian menjadi mekanisme corporate governance yang
artinya hubungan antara konsentrasi hasil uji dapat disimpulkan H1 diterima. ini, kepemilikan instititusional tidak dapat sehar usnya dapat menekan tindakan
kepemilikan, kepemilikan institusional, Konsentrasi kepemilikan memiliki arah menjadi mekanisme corporate governance yang manajemen laba. Hasil penelitian ini juga tidak
kepemilikan manajerial, komposisi dewan hubungan negatif terhadap manajemen laba. mampu menekan atau mengurangi manajemen sesuai dengan teori yang diprediksi.
komisaris, komite audit, ukuran perusahaan, Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian laba. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
leverage, dan profitabilitas terhadap manajemen yang dilakukan oleh Nuryaman (2008). teori yang diprediksi. Komposisi dewan komisaris (KDK) memiliki
laba adalah kuat karena angka koefisien korelasi koefisien regresi sebesar -0.024 yang
mendekati 1. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi Kepemilikan Manajerial (KM) memiliki menunjukkan bahwa komposisi dewan
konsentrasi kepemilikan pemegang saham koefisien regresi sebesar 0.015 yang komisaris memiliki pengaruh negatif terhadap
4.2.2. Koefisien Determinasi (Adjusted R2 ) dalam suatu perusahaan maka semakin rendah menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial manajemen laba. Nilai uji t untuk komposisi
Nilai adjusted R2 yang dihasilkan adalah 0.792 manajemen laba dalam perusahaan tersebut. memiliki peng ar uh positif terhadap dewan komisaris sebesar -7.628 dengan nilai sig
atau 79.2%, artinya variasi variabel dependen Dengan kata lain, konsentrasi kepemilikan manajemen laba. Nilai uji t untuk kepemilikan 0.000<alpha 5%, yang artinya komposisi
yakni manajemen laba yang dapat dijelaskan dapat menjadi mekanisme internal dalam manajerial sebesar 16.608 dengan sig 0.000 < dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap
oleh variasi variabel independen adalah sebesar rangka pengendalian terhadap tindakan alpha 5%. Hasil penelitian ini konsisten dengan manajemen laba. Penelitian ini berhasil
79.2% sedangkan sisanya 20.8% dijelaskan manajemen laba di perusahaan. Perusahaan hasil penelitian Boediono (2005), Bayu (2010), membuktikan H4 yang menyatakan bahwa
oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke yang terkonsentrasi berarti pemegang dan Kusumadevie (2013) dan berlawanan komposisi dewan komisaris berpengaruh
dalam model. sahamnya memiliki insentif yang kuat untuk dengan hasil penelitian Jensen dan Meckling negatif terhadap manajemen laba. Hasil
mengawasi tindakan manajer sehingga dapat (1983), dan Iqbal dan Fachriah (2007), penelitian ini mendukung hasil penelitian
4.2.3. Uji Simultan ( F-test) mengurangi kemungkinan manajer melakukan Ujiyantho dan Pramuka (2007), Pradipta Nasution dan Setiawan (2007), Utami dan
Nilai F hitung sebesar 90.164 dengan tingkat manajemen laba dalam perusahaan tersebut. (2011). Kepemilikan manajerial berpengaruh Rahmawati (2008), Septiyantho (2012).
probabilitas 0.000 (signifikan).Karena positif terhadap manajemen laba sehingga H3
probabilitas jauh lebih kecil dari alpha 5% maka Kepemilikan Institusional (KI) memiliki tidak dapat diterima. Pengaruh kepemilikan Sementara itu hasil penelitian ini bertentangan
model penelitian ini adalah layak untuk koefisien regresi sebesar 0.026 dan nilai manajerial terhadap manajemen laba dalam dengan hasil penelitian Siregar dan Utama
digunakan. signifikansi = 0.000 < alpha 5%. Kepemilikan penelitian ini adalah positif, yang berarti bahwa (2005), Nuryaman (2008), dan Kusumadevie
institusional berpengaruh positif terhadap semakin tinggi tingkat kepemilikan saham oleh (2013). Pengaruh komposisi dewan komisaris
4.2.4. Uji Parsial (t-Test) manajemen laba sehingga H2 tidak dapat pihak manajemen, semakin tinggi pula terhadap manajemen laba dalam penelitian ini
Berikut adalah hasil Uji t untuk penelitian ini. diterima. kemungkinan praktik manajemen laba dalam adalah negatif yang berarti bahwa semakin
perusahaan tersebut. banyak jumlah dewan komisaris independen

Jurnal Jurnal
28 Manajemen Teknologi 29 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

dalam perusahaan maka semakin rendah perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk Mekanisme corporate governance diproksikan Selain itu, bagi pihak perusahaan perlu
praktik manajemen laba dalam perusahaan pemenuhan regulasi atau formalitas saja tapi dengan konsentrasi kepemilikan, kepemilikan meningkatkan pemahaman akan pentingnya
tersebut. Dengan kata lain menunjukkan tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good institusional, kepemilikan manajerial, penerapan good coporate governance melalui
b a h wa ko m i s a r i s i n d e p e n d e n t e l a h Cor porate Governance dalam perusahaan komposisi dewan komisaris dan komite audit. penerapan mekanisme corporate governance
menjalankan tanggungjawabnya secara efektif sehingga peran komite audit kurang efektif dalam perusahaan yang tidak hanya sebatas
dalam mengawasi kualitas informasi yang dalam mengawasi kinerja manajemen. Kedua, Berikut adalah kesimpulan yang dapat formalitas semata. Mekanisme cor porate
terkandung dalam laporan keuangan demi terkait dengan pengetahuan dan kemampuan diperoleh dari penelitian ini: (1). Konsentrasi governance mampu mengendalikan pihak-pihak
meminimalkan manajemen laba di dalam dari komite audit. Apakah anggota komite kepemilikan berpengaruh negatif terhadap yang terlibat dalam pengelolaan perusahaan
perusahaan. Selain itu, dewan komisaris adalah audit yang dipilih tersebut benar-benar manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten sehingga dapat menekan manajemen laba.
pihak independen yang berdiri sendiri dan tidak menguasai masalah akuntansi dan keuangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Namun, tidak semua mekanisme corporate
memiliki kepentingan dengan manajemen terkini. Bagaimana seorang anggota komite Nur yaman (2008). (2). Kepemilikan governance dapat meminimalisir manajemen laba
sehingga terbebas dari intervensi dan tekanan audit yang tidak berasal dari jurusan akuntansi institusional berpengaruh positif terhadap untuk itu manajemen perusahaan perlu
manajerial. Semakin banyaknya komisaris yang dapat menguasai masalah-masalah akuntansi manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan m e n i n g k a t k a n ke s e r i u s a n n y a d a l a m
berasal dari luar per usahaan (pihak terkini. Masalah kemampuan dan kompetensi dengan hasil penelitian Boediono (2005) dan menerapkan mekanisme corporate governance
independen) maka fungsi pengawasan yang anggota komite audit ini akan mempengaruhi berlawanan dengan hasil penelitian Siregar dan sehing ga dapat menciptakan kondisi
dilakukan semakin berkualitas seiring dengan efektifitas komite audit dalam menjalankan Utama (2005), Tarjo (2008), Pradipta (2011), perusahaan yang baik atau good corporate
banyaknya tuntutan dari pihak independen pekerjaannya. Ketiga, hal ini juga dapat Rahmayanti (2012) dan Kusumadevie (2013). governance. Bagi para investor sebaiknya berhati-
yang menginginkan adanya transparansi. dikarenakan kurangnya komunikasi dan (3). Kepemilikan manajerial berpengaruh hati dalam menetapkan keputusan bisnis
Dengan demikian, komisaris independen koordinasi antara anggota komite audit. Ketiga positif terhadap manajemen laba. Hasil jangan hanya fokus pada informasi laba karena
mampu melaksanakan fungsi monitoring yang hal tersebut diduga dapat menjadi faktor penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian laba merupakan salah satu laporan keuangan
mendorong terciptanya good corporate governance. mengapa jumlah komite audit yang lebih Boediono (2005), Bayu (2010), dan yang tidak dapat dihindarkan dari tindakan
Hal ini sejalan dengan teori yang telah banyak justru tidak dapat mengurangi Kusumadevie (2013) dan berlawanan dengan manajemen laba. Investor har us
diprediksi sebelumnya. terjadinya manajemen laba. hasil penelitian Iqbal dan Fachriah (2007), mempertimbangkan juga informasi non
Ujiyantho dan Pramuka (2007), Pradipta keuangan, seperti keberadaan mekanisme
Ukuran komite audit (UKA) memiliki koefisien Ukuran perusahaan (SIZE) memiliki koefisien (2011). (4). Komposisi dewan komisaris internal perusahaan.
regresi sebesar 0.007 yang menunjukkan bahwa regresi sebesar 0.001 yang menunjukkan berpengaruh negatif terhadap manajemen
ukuran komite audit memiliki pengaruh positif ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif laba. Hasil penelitian ini mendukung hasil 5.3. Keterbatasan
terhadap manajemen laba. Nilai uji t untuk terhadap manajemen laba. Nilai signifikansi penelitian Nasution dan Setiawan (2007), Keterbatasan penelitian ini diuraikan berikut
ukuran komite audit adalah 2.363 dengan nilai 0.068, lebih besar dari tingkat alpha 5%, yang Utami dan Rahmawati (2008), Septiyantho ini: (1). Periode penelitian yang relatif pendek
sig 0.019<alpha 5%. Hasil penelitian ini sejalan artinya ukuran perusahaan tidak memiliki (2012). Sementara itu hasil penelitian ini yaitu 3 tahun (2010-2012), sehingga hasilnya
dengan penelitian Iqbal dan Fachriah (2007), pengaruh terhadap manajemen laba. Leverage bertentangan dengan hasil penelitian Siregar mungkin tidak menggambarkan kondisi yang
Kusumadevie (2013) dan bertentangan dengan (LEV) memiliki koefisien regresi sebesar 0.012 dan Utama (2005), Nuryaman (2008) dan sebenarnya dari praktik corporate governance di
hasil penelitian Siregar dan Utama (2005), yang menunjukkan leverage memiliki Kusumadevie (2013). (5). Ukuran komite audit I n d o n e s i a , ( 2 ) . Pe n e l i t i a n i n i h a n y a
Utami dan Rahmawati (2008), Bayu (2010) dan pengaruh positif terhadap manajemen laba. berpengaruh positif terhadap manajemen laba. mempertimbangkan komite audit secara fisik
Pradipta (2011). Ukuran komite audit Semakin tinggi tingkat leverage maka akan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian saja (jumlah anggota komite audit) tanpa
berpengaruh positif terhadap manajemen laba semakin tinggi pula manajemen laba dalam Iqbal dan Fachriah (2007), Kusumadevie mmepertimbangkan hasil kinerja komite audit
artinya penelitian ini belum berhasil perusahaan tersebut. Profitabilitas (PROF) (2013) dan bertentangan dengan hasil selama periode tertentu. Akibatnya, efektivitas
membuktikan H5. Dari hasil penelitian ini, memiliki koefisien regresi sebesar -0.009 yang penelitian Siregar dan Utama (2005), Utami komite audit sebagai salah satu mekanisme
praktek manajemen laba justru terjadi pada saat menunjukkan profitabilitas memiliki pengaruh dan Rahmawati (2008), Bayu (2010) dan corporate governance tidak dapat dinilai secara
perusahaan memiliki jumlah komite audit yang negatif terhadap manajemen laba. Nilai Pradipta (2011). utuh dan obyektif.
lebih banyak yang sesungguhnya diharapkan signifikansi 0.000 < alpha 5%, artinya
dapat meminimalisasi praktek manajemen laba. profitabilitas ber peng ar uh terhadap 5.2. Implikasi Hasil Penelitian 5.4. Rekomendasi
manajemen laba. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki Dengan mengacu pada keterbatasan yang ada,
Hal ini mengindikasikan bahwa fungsi komite beberapa implikasi untuk berbagai rekomendasi yang dapat diberikan adalah: (1).
audit dalam melakukan pengawasan terhadap 5. Kesimpulan kepentingan, ter utama kepada pihak Memperluas penelitian dengan
proses penyusunan laporan keuangan belum pemerintah terkait agar lebih memperketat memperpanjang periode penelitian hingga
berjalan dengan efektif. Ada beberapa alasan 5.1. Kesimpulan pengawasan dalam penegakan good corporate lebih dari 3 tahun untuk penelitian yang akan
mengapa hipotesis penelitian ini tidak dapat Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme governance sehingga mekanisme corporate datang, (2). Penelitian yang akan datang
diterima. Pertama, pengangkatan atau corporate governance terhadap manajemen laba governance dapat berfungsi sebagaimna mestinya disarankan untuk menganalisis karakteristik
penambahan jumlah komite audit oleh pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di dalam menekan manajemen laba disetiap lain komite audit selain jumlah komite audit,
BEI selama tahun 2010-2012. perusahaan. yaitu kinerja komite audit yang dapat dilihat
dari jumlah intensitas rapat komite audit.
Jurnal Jurnal
30 Manajemen Teknologi 31 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

dalam perusahaan maka semakin rendah perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk Mekanisme corporate governance diproksikan Selain itu, bagi pihak perusahaan perlu
praktik manajemen laba dalam perusahaan pemenuhan regulasi atau formalitas saja tapi dengan konsentrasi kepemilikan, kepemilikan meningkatkan pemahaman akan pentingnya
tersebut. Dengan kata lain menunjukkan tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good institusional, kepemilikan manajerial, penerapan good coporate governance melalui
b a h wa ko m i s a r i s i n d e p e n d e n t e l a h Cor porate Governance dalam perusahaan komposisi dewan komisaris dan komite audit. penerapan mekanisme corporate governance
menjalankan tanggungjawabnya secara efektif sehingga peran komite audit kurang efektif dalam perusahaan yang tidak hanya sebatas
dalam mengawasi kualitas informasi yang dalam mengawasi kinerja manajemen. Kedua, Berikut adalah kesimpulan yang dapat formalitas semata. Mekanisme cor porate
terkandung dalam laporan keuangan demi terkait dengan pengetahuan dan kemampuan diperoleh dari penelitian ini: (1). Konsentrasi governance mampu mengendalikan pihak-pihak
meminimalkan manajemen laba di dalam dari komite audit. Apakah anggota komite kepemilikan berpengaruh negatif terhadap yang terlibat dalam pengelolaan perusahaan
perusahaan. Selain itu, dewan komisaris adalah audit yang dipilih tersebut benar-benar manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten sehingga dapat menekan manajemen laba.
pihak independen yang berdiri sendiri dan tidak menguasai masalah akuntansi dan keuangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Namun, tidak semua mekanisme corporate
memiliki kepentingan dengan manajemen terkini. Bagaimana seorang anggota komite Nur yaman (2008). (2). Kepemilikan governance dapat meminimalisir manajemen laba
sehingga terbebas dari intervensi dan tekanan audit yang tidak berasal dari jurusan akuntansi institusional berpengaruh positif terhadap untuk itu manajemen perusahaan perlu
manajerial. Semakin banyaknya komisaris yang dapat menguasai masalah-masalah akuntansi manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan m e n i n g k a t k a n ke s e r i u s a n n y a d a l a m
berasal dari luar per usahaan (pihak terkini. Masalah kemampuan dan kompetensi dengan hasil penelitian Boediono (2005) dan menerapkan mekanisme corporate governance
independen) maka fungsi pengawasan yang anggota komite audit ini akan mempengaruhi berlawanan dengan hasil penelitian Siregar dan sehing ga dapat menciptakan kondisi
dilakukan semakin berkualitas seiring dengan efektifitas komite audit dalam menjalankan Utama (2005), Tarjo (2008), Pradipta (2011), perusahaan yang baik atau good corporate
banyaknya tuntutan dari pihak independen pekerjaannya. Ketiga, hal ini juga dapat Rahmayanti (2012) dan Kusumadevie (2013). governance. Bagi para investor sebaiknya berhati-
yang menginginkan adanya transparansi. dikarenakan kurangnya komunikasi dan (3). Kepemilikan manajerial berpengaruh hati dalam menetapkan keputusan bisnis
Dengan demikian, komisaris independen koordinasi antara anggota komite audit. Ketiga positif terhadap manajemen laba. Hasil jangan hanya fokus pada informasi laba karena
mampu melaksanakan fungsi monitoring yang hal tersebut diduga dapat menjadi faktor penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian laba merupakan salah satu laporan keuangan
mendorong terciptanya good corporate governance. mengapa jumlah komite audit yang lebih Boediono (2005), Bayu (2010), dan yang tidak dapat dihindarkan dari tindakan
Hal ini sejalan dengan teori yang telah banyak justru tidak dapat mengurangi Kusumadevie (2013) dan berlawanan dengan manajemen laba. Investor har us
diprediksi sebelumnya. terjadinya manajemen laba. hasil penelitian Iqbal dan Fachriah (2007), mempertimbangkan juga informasi non
Ujiyantho dan Pramuka (2007), Pradipta keuangan, seperti keberadaan mekanisme
Ukuran komite audit (UKA) memiliki koefisien Ukuran perusahaan (SIZE) memiliki koefisien (2011). (4). Komposisi dewan komisaris internal perusahaan.
regresi sebesar 0.007 yang menunjukkan bahwa regresi sebesar 0.001 yang menunjukkan berpengaruh negatif terhadap manajemen
ukuran komite audit memiliki pengaruh positif ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif laba. Hasil penelitian ini mendukung hasil 5.3. Keterbatasan
terhadap manajemen laba. Nilai uji t untuk terhadap manajemen laba. Nilai signifikansi penelitian Nasution dan Setiawan (2007), Keterbatasan penelitian ini diuraikan berikut
ukuran komite audit adalah 2.363 dengan nilai 0.068, lebih besar dari tingkat alpha 5%, yang Utami dan Rahmawati (2008), Septiyantho ini: (1). Periode penelitian yang relatif pendek
sig 0.019<alpha 5%. Hasil penelitian ini sejalan artinya ukuran perusahaan tidak memiliki (2012). Sementara itu hasil penelitian ini yaitu 3 tahun (2010-2012), sehingga hasilnya
dengan penelitian Iqbal dan Fachriah (2007), pengaruh terhadap manajemen laba. Leverage bertentangan dengan hasil penelitian Siregar mungkin tidak menggambarkan kondisi yang
Kusumadevie (2013) dan bertentangan dengan (LEV) memiliki koefisien regresi sebesar 0.012 dan Utama (2005), Nuryaman (2008) dan sebenarnya dari praktik corporate governance di
hasil penelitian Siregar dan Utama (2005), yang menunjukkan leverage memiliki Kusumadevie (2013). (5). Ukuran komite audit I n d o n e s i a , ( 2 ) . Pe n e l i t i a n i n i h a n y a
Utami dan Rahmawati (2008), Bayu (2010) dan pengaruh positif terhadap manajemen laba. berpengaruh positif terhadap manajemen laba. mempertimbangkan komite audit secara fisik
Pradipta (2011). Ukuran komite audit Semakin tinggi tingkat leverage maka akan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian saja (jumlah anggota komite audit) tanpa
berpengaruh positif terhadap manajemen laba semakin tinggi pula manajemen laba dalam Iqbal dan Fachriah (2007), Kusumadevie mmepertimbangkan hasil kinerja komite audit
artinya penelitian ini belum berhasil perusahaan tersebut. Profitabilitas (PROF) (2013) dan bertentangan dengan hasil selama periode tertentu. Akibatnya, efektivitas
membuktikan H5. Dari hasil penelitian ini, memiliki koefisien regresi sebesar -0.009 yang penelitian Siregar dan Utama (2005), Utami komite audit sebagai salah satu mekanisme
praktek manajemen laba justru terjadi pada saat menunjukkan profitabilitas memiliki pengaruh dan Rahmawati (2008), Bayu (2010) dan corporate governance tidak dapat dinilai secara
perusahaan memiliki jumlah komite audit yang negatif terhadap manajemen laba. Nilai Pradipta (2011). utuh dan obyektif.
lebih banyak yang sesungguhnya diharapkan signifikansi 0.000 < alpha 5%, artinya
dapat meminimalisasi praktek manajemen laba. profitabilitas ber peng ar uh terhadap 5.2. Implikasi Hasil Penelitian 5.4. Rekomendasi
manajemen laba. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki Dengan mengacu pada keterbatasan yang ada,
Hal ini mengindikasikan bahwa fungsi komite beberapa implikasi untuk berbagai rekomendasi yang dapat diberikan adalah: (1).
audit dalam melakukan pengawasan terhadap 5. Kesimpulan kepentingan, ter utama kepada pihak Memperluas penelitian dengan
proses penyusunan laporan keuangan belum pemerintah terkait agar lebih memperketat memperpanjang periode penelitian hingga
berjalan dengan efektif. Ada beberapa alasan 5.1. Kesimpulan pengawasan dalam penegakan good corporate lebih dari 3 tahun untuk penelitian yang akan
mengapa hipotesis penelitian ini tidak dapat Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme governance sehingga mekanisme corporate datang, (2). Penelitian yang akan datang
diterima. Pertama, pengangkatan atau corporate governance terhadap manajemen laba governance dapat berfungsi sebagaimna mestinya disarankan untuk menganalisis karakteristik
penambahan jumlah komite audit oleh pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di dalam menekan manajemen laba disetiap lain komite audit selain jumlah komite audit,
BEI selama tahun 2010-2012. perusahaan. yaitu kinerja komite audit yang dapat dilihat
dari jumlah intensitas rapat komite audit.
Jurnal Jurnal
30 Manajemen Teknologi 31 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

Selain itu, penelitian yang akan datang dapat Demsetz, H. & K. Lehn. (1985). The Structure Musnadi, Said. (2006). Kajian tentang Struktur Scott, W. R. (2011). Financial Accounting Theory.
mengevaluasi kinerja komite audit dari laporan of Corporate Ownership: Causes and K e p e m i l i k a n Te r ko n s e n t r a s i , T i p e 6th Edition. Scarborough, Ontario:
keuangan komite audit yang diserahkan kepada Consequences. Journal of Political Kepemilikan dan Tipe Pengendalian sebagai Prentice-Hall Canada, Inc.
dewan komisaris. Economy, 93, 1155- 1177. Mekanisme Corporate Governance, serta Septiyanto. (2012). Pengaruh Mekanisme
Demsetz, H. & B. Villalonga (2001). Dampaknya terhadap Kinerja Keuangan Coporate Gover nance terhadap
Daftar Pustaka Ownership Structure and Corporate Perusahaan. Disertasi. Universitas Manajemen Laba dan Pengaruhnya
Performance. Journal of Corporate Finance, Padjadjaran Bandung. terhadap Kinerja Perusahaan. Diponegoro
Aji, Bimo Bayu. (2010). Pengaruh Good Corporate 7, 209- 233. Nasution, M, & Setiawan, D. (2007). Pengaruh Journal of Accounting, 1(1), 1-15.
Governance terhadap Manajemen Laba pada Emirzon, J. (2006). Regulatory Driven dalam Corporate Governance Terhadap Manajemen Shleifer, A. & R. W. Vishny. (1986). Large
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Implementasi Prinsip-Prinsip Good Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Sim- Shareholders and Corporate Control.
Indonesia. Skripsi. Semarang : Universitas Corporate Governance pada Perusahaan posium Nasional Akuntansi X, Makasar. Journal of Political Economy, 94, 466- 488.
Diponegoro. di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Bisnis Nur'aini, M. (2012). Studi Perbandingan Model Siallagan, H. & Mahfoedz, M. (2006).
Alimehmeti, G., & Paletta, A. (2012). Sriwijaya, 4, 8. Revenue dan Model Accrual Dalam Mekanisme Corporate Governance, Kualitas
Ownership Concentration and Effects Forum for Corporate Governance in Mendeteksi Manajemen Laba (Studi pada Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium
over Firm Performance: Evidence from Indonesia. How is the Indonesian Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Nasional Akuntansi IX. Padang.
Italy. European Scientific Journal, 8(22), 39- Corporate Governance condition in Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010). Stuben, S. R. (2010). Discretionary Revenues as a
49. reality?. FCGI online. Home page on- S k r i p s i . S e m a r a n g : U n ive r s i t a s Measure of Ear nings Management,
Badan Pengawas Pasar Modal. Kep- l i n e . A v a i l a b l e a t Diponegoro. American Accounting Association : The
29/PM/2004: Pembentukan dan Pedoman http://www.fcgi.or.id/en/aboutgc3.shtml. Nuryaman. (2008). Pengaruh Konsentrasi University of North Carolina at Chapel
Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Bapepam (accessed 2 Oktober 2013). Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Hill.
online. Home page on-line. Availble at Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Mekanisme Corporate Governance terhadap Sulistyanto, H. S. (2008). Manajemen Laba: Teori
http://www.bapepam.go.id: Internet. dengan Program SPSS 19. Edisi 5. Manajemen Laba. Simposium Nasional dan Model Empiris. Jakarta: PT Gramedia
(accessed 26 Agustus 2013). Semarang: Badan Penerbit-Universitas Akuntansi XI, Pontianak. Widiasarana Indonesia.
Boediono, G. S. B. (2005). Kualitas Laba: Studi Diponegoro. Suranta, E., & Midiastuty, P. P. (2005). Pengaruh
Iqbal, S., & Fachriyah. N. (2007). Corporate Priyatno, D. (2012). Cara Kilat Belajar Analisis Good Cor porate GovernanceTerhadap
Pengaruh Mekanisme Corporate Governnace Data dengan SPSS 20. Yogyakarta :
dan Dampak Manajemen Laba Dengan Governance sebagai Alat Pereda Praktik Praktek Manajemen Laba. Konferensi
Manajemen Laba (Earnings Penerbit ANDI. Nasional Akuntansi.
Menggunakan Analisis Jalur. Simposium
Nasional Akuntansi VIII, Solo. Management). Ventura, 10(3). Pradipta, A. (2011). Analisis Pengaruh dari Tarjo. (2008). Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan
Chen, G., Firth, M., Gao, & D., Rui. (2005). Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Mekanisme Corporate Governance Institusional dan Leverage terhadap
Ownership Str ucture, Corporate Theory of the Firm: Managerial terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham
Governance, and Fraud: Evidence form Behavior, Agency Costs and Ownership dan Akuntansi, 13(2), 93-106. serta Cost of Equity Capital. Simposium
China. Journal of Corporate Finance, 12, Structure. Journal of Financial Economics, Rahmawati, Suparto, Y.,& Qomariah, N.. Nasional Akuntansi XI, Pontianak.
424–448. 3(4), 305-360. (2006). Pengaruh Asimetri Informasi Tunggal, H. S. (2013). Internal Audit &
Cornetta, M.M., Marcus, A.J., & Tehranian, H. Komite Nasional Kebijakan Governance. terhadap Praktik Manajemen Laba pada Corporate Governnace. Harvarindo.
(2008). Corporate Governance and Pay- (2002). Pedoman Umum Good Corporate Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar Ujiyantho & Pramuka. (2007). Mekanisme
for-Performance: The Impact of Governance. KNKG online. Home page di Bursa Efek Jakarta. Simposium Corporate Governance, Manajemen Laba dan
Earnings Management. Journal of on-line. Available at Nasional Akuntansi IX. Padang. Kinerja Keuangan”. Simposium Nasional
Financial Economics, 87, 357–373. http://www.governance- Rachmawati, A., & Triatmoko, H. (2007). Akuntansi X. Makasar.
Darmawati, D.,Khomsiyah, & Rahayu, R.G. indonesia.or.id/main.htm: Internet. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Utami, R. B., & Rahmawati. (2008). Prosiding
(2004). Hubungan Corporate (accessed 17 September 2013). Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Seminar Ketahanan Ekonomi Nasional
Governance Dan Kinerja perusahaan. Kusumadevie, S. (2013). Pengaruh Corporate Simposium Nasional Akuntansi X. (SKEN). UPN Veteran Yogyakarta, 24 –
Simposium Nasional Akuntansi VII, Governance terhadap Nilai Perusahaan Makasar. 25 Oktober.
Denpasar, 2-3 Desember. dengan Manajemen Laba sebagai Rahmayanti, E. (2012). Analisis Pengaruh U-Thai, Boonlert K., G.K. Meek, & S. Nabar.
Dechow, P. M., Sloan, R.G., & Sweeney, A.P. Variabel Intervening. Jurnal Universitas Mekanisme Coprorate Governance terhadap (2006). Earnings Attributes and
(1995). Detecting Earnings Bakrie, 1(2). Manajemen dan Kinerja Perusahaan. Skripsi. Investor-Protection: International
Management. The Accounting Review, Midiastuty, P. P & Machfoedz, M. (2003). Universitas Indonesia. Evidence. The International Journal of
70(2), 193 – 225. Analisis hHubungan Mekanisme Corporate Sugiartha, I. P. (2008). Audit Eksternal, Komite Accounting, 41, 327 – 357.
Demsetz, H. (1983). The Structure of Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Audit, dan Manajemen Laba. The
Ownership and the Theory of the Firm, Simposium Nasional Akuntansi VI, Indonesian Journal of Accounting Research,
Journal of Law and Economics, 26, 375 - Universitas Airlangga, Surabaya, 176- 11(1), 97-116.
390. 199.

Jurnal Jurnal
32 Manajemen Teknologi 33 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

Selain itu, penelitian yang akan datang dapat Demsetz, H. & K. Lehn. (1985). The Structure Musnadi, Said. (2006). Kajian tentang Struktur Scott, W. R. (2011). Financial Accounting Theory.
mengevaluasi kinerja komite audit dari laporan of Corporate Ownership: Causes and K e p e m i l i k a n Te r ko n s e n t r a s i , T i p e 6th Edition. Scarborough, Ontario:
keuangan komite audit yang diserahkan kepada Consequences. Journal of Political Kepemilikan dan Tipe Pengendalian sebagai Prentice-Hall Canada, Inc.
dewan komisaris. Economy, 93, 1155- 1177. Mekanisme Corporate Governance, serta Septiyanto. (2012). Pengaruh Mekanisme
Demsetz, H. & B. Villalonga (2001). Dampaknya terhadap Kinerja Keuangan Coporate Gover nance terhadap
Daftar Pustaka Ownership Structure and Corporate Perusahaan. Disertasi. Universitas Manajemen Laba dan Pengaruhnya
Performance. Journal of Corporate Finance, Padjadjaran Bandung. terhadap Kinerja Perusahaan. Diponegoro
Aji, Bimo Bayu. (2010). Pengaruh Good Corporate 7, 209- 233. Nasution, M, & Setiawan, D. (2007). Pengaruh Journal of Accounting, 1(1), 1-15.
Governance terhadap Manajemen Laba pada Emirzon, J. (2006). Regulatory Driven dalam Corporate Governance Terhadap Manajemen Shleifer, A. & R. W. Vishny. (1986). Large
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Implementasi Prinsip-Prinsip Good Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Sim- Shareholders and Corporate Control.
Indonesia. Skripsi. Semarang : Universitas Corporate Governance pada Perusahaan posium Nasional Akuntansi X, Makasar. Journal of Political Economy, 94, 466- 488.
Diponegoro. di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Bisnis Nur'aini, M. (2012). Studi Perbandingan Model Siallagan, H. & Mahfoedz, M. (2006).
Alimehmeti, G., & Paletta, A. (2012). Sriwijaya, 4, 8. Revenue dan Model Accrual Dalam Mekanisme Corporate Governance, Kualitas
Ownership Concentration and Effects Forum for Corporate Governance in Mendeteksi Manajemen Laba (Studi pada Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium
over Firm Performance: Evidence from Indonesia. How is the Indonesian Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Nasional Akuntansi IX. Padang.
Italy. European Scientific Journal, 8(22), 39- Corporate Governance condition in Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010). Stuben, S. R. (2010). Discretionary Revenues as a
49. reality?. FCGI online. Home page on- S k r i p s i . S e m a r a n g : U n ive r s i t a s Measure of Ear nings Management,
Badan Pengawas Pasar Modal. Kep- l i n e . A v a i l a b l e a t Diponegoro. American Accounting Association : The
29/PM/2004: Pembentukan dan Pedoman http://www.fcgi.or.id/en/aboutgc3.shtml. Nuryaman. (2008). Pengaruh Konsentrasi University of North Carolina at Chapel
Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Bapepam (accessed 2 Oktober 2013). Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Hill.
online. Home page on-line. Availble at Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Mekanisme Corporate Governance terhadap Sulistyanto, H. S. (2008). Manajemen Laba: Teori
http://www.bapepam.go.id: Internet. dengan Program SPSS 19. Edisi 5. Manajemen Laba. Simposium Nasional dan Model Empiris. Jakarta: PT Gramedia
(accessed 26 Agustus 2013). Semarang: Badan Penerbit-Universitas Akuntansi XI, Pontianak. Widiasarana Indonesia.
Boediono, G. S. B. (2005). Kualitas Laba: Studi Diponegoro. Suranta, E., & Midiastuty, P. P. (2005). Pengaruh
Iqbal, S., & Fachriyah. N. (2007). Corporate Priyatno, D. (2012). Cara Kilat Belajar Analisis Good Cor porate GovernanceTerhadap
Pengaruh Mekanisme Corporate Governnace Data dengan SPSS 20. Yogyakarta :
dan Dampak Manajemen Laba Dengan Governance sebagai Alat Pereda Praktik Praktek Manajemen Laba. Konferensi
Manajemen Laba (Earnings Penerbit ANDI. Nasional Akuntansi.
Menggunakan Analisis Jalur. Simposium
Nasional Akuntansi VIII, Solo. Management). Ventura, 10(3). Pradipta, A. (2011). Analisis Pengaruh dari Tarjo. (2008). Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan
Chen, G., Firth, M., Gao, & D., Rui. (2005). Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Mekanisme Corporate Governance Institusional dan Leverage terhadap
Ownership Str ucture, Corporate Theory of the Firm: Managerial terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham
Governance, and Fraud: Evidence form Behavior, Agency Costs and Ownership dan Akuntansi, 13(2), 93-106. serta Cost of Equity Capital. Simposium
China. Journal of Corporate Finance, 12, Structure. Journal of Financial Economics, Rahmawati, Suparto, Y.,& Qomariah, N.. Nasional Akuntansi XI, Pontianak.
424–448. 3(4), 305-360. (2006). Pengaruh Asimetri Informasi Tunggal, H. S. (2013). Internal Audit &
Cornetta, M.M., Marcus, A.J., & Tehranian, H. Komite Nasional Kebijakan Governance. terhadap Praktik Manajemen Laba pada Corporate Governnace. Harvarindo.
(2008). Corporate Governance and Pay- (2002). Pedoman Umum Good Corporate Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar Ujiyantho & Pramuka. (2007). Mekanisme
for-Performance: The Impact of Governance. KNKG online. Home page di Bursa Efek Jakarta. Simposium Corporate Governance, Manajemen Laba dan
Earnings Management. Journal of on-line. Available at Nasional Akuntansi IX. Padang. Kinerja Keuangan”. Simposium Nasional
Financial Economics, 87, 357–373. http://www.governance- Rachmawati, A., & Triatmoko, H. (2007). Akuntansi X. Makasar.
Darmawati, D.,Khomsiyah, & Rahayu, R.G. indonesia.or.id/main.htm: Internet. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Utami, R. B., & Rahmawati. (2008). Prosiding
(2004). Hubungan Corporate (accessed 17 September 2013). Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Seminar Ketahanan Ekonomi Nasional
Governance Dan Kinerja perusahaan. Kusumadevie, S. (2013). Pengaruh Corporate Simposium Nasional Akuntansi X. (SKEN). UPN Veteran Yogyakarta, 24 –
Simposium Nasional Akuntansi VII, Governance terhadap Nilai Perusahaan Makasar. 25 Oktober.
Denpasar, 2-3 Desember. dengan Manajemen Laba sebagai Rahmayanti, E. (2012). Analisis Pengaruh U-Thai, Boonlert K., G.K. Meek, & S. Nabar.
Dechow, P. M., Sloan, R.G., & Sweeney, A.P. Variabel Intervening. Jurnal Universitas Mekanisme Coprorate Governance terhadap (2006). Earnings Attributes and
(1995). Detecting Earnings Bakrie, 1(2). Manajemen dan Kinerja Perusahaan. Skripsi. Investor-Protection: International
Management. The Accounting Review, Midiastuty, P. P & Machfoedz, M. (2003). Universitas Indonesia. Evidence. The International Journal of
70(2), 193 – 225. Analisis hHubungan Mekanisme Corporate Sugiartha, I. P. (2008). Audit Eksternal, Komite Accounting, 41, 327 – 357.
Demsetz, H. (1983). The Structure of Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Audit, dan Manajemen Laba. The
Ownership and the Theory of the Firm, Simposium Nasional Akuntansi VI, Indonesian Journal of Accounting Research,
Journal of Law and Economics, 26, 375 - Universitas Airlangga, Surabaya, 176- 11(1), 97-116.
390. 199.

Jurnal Jurnal
32 Manajemen Teknologi 33 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015 Vol.14 | No.1 | 2015
Asward dan Lina /Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model

Siregar, S. V. N. P., & Utama, S. (2005). Pengaruh


Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan,
dan Praktik Corporate Governance terhadap
Pengelolaan Laba. Simposium Nasional
Akuntansi VIII.
Warfield, T. D., Wild, J. J., & Wild, K. L. (1995).
Managerial Ownership, Accounting
Choices, and Informativeness of
Earnings. Journal of Accounting and
Economics, 20, 61-91.
Wedari, L. K. (2004). Analisis Pengaruh Proporsi
Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite
Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba.
Simposium Nasional Akuntansi VII.
Denpasar, 963-974.

Jurnal
34 Manajemen Teknologi
Vol.14 | No.1 | 2015

Anda mungkin juga menyukai