Anda di halaman 1dari 3

Kerabat dan Bukan Kerabat

Pada bab ini T.O Ihromi membahas hasil – hasil penelitiannya yang dilakukannya di
Tapanuli dan Sumatera Utara dalam hubungan dengan proses penyesuaian yang dialami oleh
seorang Batak Toba ketika bermigrasi dari daerah asalnya ke kota besar. Dalam situasi yang baru
di kota Medan, orang Batak Toba harus menempatkan dirinya pada tatanan yang baru. Di desa Ia
hanya berhubungan dengan orang asal atau sukunya. Dalam situasi kota suatu sistem kategorisasi
yang bermakna bagi orang Batak Toba perlu dibina dan yang terjadi adalah membedakan semua
orang dalam dua kelompok, yaitu “orang kita” dan “bukan orang kita”. Isitilah “orang kita”
artinya orang Batak Toba, secara potensial adalah kaum kerabat, sehingga istilah “bukan orang
kita” adalah orang yang tidak ada kaitan kerabat dengan orang Batak Toba.
Semua orang Batak Toba membutuhkan nama marga bapaknya di belakang nama
kecilnya. Marga adalah kelompok kekerabatan yang meliputi orang – orang yang mempunyai
kakek Bersama, atau yang percaya bahwa mereka adalah keturunan dari seseorang kakek
Bersama menurut perhitungan garis patrilineal.
Kerabat dan Bukan Kerabat
Masalahnya :
Latar Belakang Desa
Tempat pemukiman Batak Toba terletak di Sumatera Utara beberapa derajat sebelah
utara Katulistiwa dan wilayah itu dapat dibagi menjadi 2 daerah utama : pesisir timur dan dataran
tinggi Tapanuli yang berbeda secara ekologis dan historis. Daerah pesisir timur merupakan
dataran rendah yang berangsur-angsur menanjak menuju ke bukit Barisan. Pada abad 19 daerah
pesisir timur yang penduduk aslinya adalah suku Melayu. Sebaliknya, dataran tinggi Tapanuli
agak lebih padat penduduknya dan didiami oleh berbagai kelompok suku Batak yang berbeda-
beda. Kepadatan penduduk meningkat dengan adanya orang – orang Jawa dan Cina. Sultan-
sultan dari suku Melayu secara formal merupakan kepala pemerintahan “tidak langsung”.
Para pernyiar agama mengenalkan agama Kristen kepada suku Batak pada abad ke-19
dan orang Batak banyak memiliki pekerjaan yang beragam. Perpindahan penduduk dari dataran
tinggi Tapanuli mulai berlangsung pada permulaan abad ini. Ratusan ribu orang Batak
meninggalkan daerah asalnya, sehingga waktu itu lebih banyak orang Batak yang berada di luar
Tapanuli, mereka pindah ke Medan dan kedaerah lainnya di pesisir timur, dan daerah-daeerah
yang lebih modern. Kelompok inti dalam setiap desa Batak adalah sekelompok orang-orang
keturunan bapak dan yang tinggal Bersama di desa itu. Kelompok demikian merupakan sebuah
unit sosial dasar, yang dalam antropologi disebut localized patrilineage, yang artinya sebagai
bagian dari marga (submarga). Anggota-anggota dari kelompok submarga itu tentu ada yang
telah berpindah ke Medan atau ke kota kota lainnya di Sumatera Timur, akan tetapi mereka tetap
mempertahankan haknya di kampung asalnya dan tetap mempunyai hak untuk kembali setiap
saat.
Di Tapanuli pada umunya dapat dikatakan bahwa untuk kelompok keturunan tertentu,
dapat dipastikan daerah asalnya. Setiap satuan kerabat keturunan satu kakek (submarga) tidak
saja mendiami tempat yang telah tertentu, akan tetapi garis keturunan yang lebih besar seperti
marga-marga eksogam yang disebutkan juga memiliki daerah asal yang tertentu. Dalam pikiran
orang Batak keturunan orang dan kampung asal saling berkaitan dan menjadi komponen inti dari
sistem sosialnya. Komponen inti lainnya adalah hubungan – hubungan karena perkawinan.
Menurut orang Batak perkawinan dikatakan berhasil apabila banyaknya anak, kesehatan yang
baik, umur panjang serta kemakmuran ekonomis.
Kombinasi kelompok keturunan setempat (submarga) digabungkan dengan hubungan-
hubungan pemberi dan penerima istri menghasilkan suatu jaringan sistem kekerabatan yang
menjalin semua orang Batak Toba. Di dunia dewasa di Tapanuli, semua orang adalah orang
Batak dan anggota kerabat dan walaupun ada perbedaan adat di tempat – tempat yang berlainan,
namun gagasan dasarnya adalah sama dan cara penggolongan kerabat bersifat seragam. Upacara
memasukkan ke dalam marga juga dilaksanakan apabila seorang pria Batak yang pindah ke kota
kawin dengan wanita Jawa atau wanita Cina atau wanita dari kelompok etnis yang mana pun.
Penggolongan orang desa Tapanuli mengenai manusia adalah golongan utama ialah biasa
saja yaitu Halak kita artinya “orang kita”, maksudnya mencakup orang Batak Toba lainnya.
Biasanya orang-orang desa mengidentifikasikan dirinya dengan menyebut kelompok
kekerabatannya atau submarga setempat. Halak kita sering dipakai bila dirinya hendak
dibedakan dengan orang-orang Indonesia lainnya. Kategori terkahir dimana seorang yang bukan
Batak dimasukkan adalah tuan, yang dalam kamus ditulis sebagai terjemahan dari mister atau
you. Tapi oleh orang Batak istilah itu dipakai untuk memanggil orang Belanda atau Amerika
atau orang asing yang memiliki kedudukan tinggi. hal tersebut menunjukan bahwa mungkin saja
orang beralih dari satu sistem kategorisasi kepada sistem lainnya dan betapa rapuhnya
penerimaan orang luar itu ke dalam tatanan sosial orang Batak.

Anda mungkin juga menyukai