Anda di halaman 1dari 63

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

K DENGAN GANGGUAN
SISTEM ENDOKRIN: ULKUS DIABETES MELITUS
DI RUANG DAHLIA RSUD KABUPATEN CIAMIS
Tanggal 15-18 Juni 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan
Di Stikes Muhammadiyah Ciamis

Disusun Oleh :

RIZKA AMARULLOH
NIM. 13DP277044

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis ini telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan


Di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
STIKes Muhammadiyah Ciamis

Ciamis, Juni 2016

Penguji I Penguji II Penguji III

H.Rudi Kurniawan,S.Kep.,Ners.,M.Kep H.Deni Wahyudi, S.Kp H.DediSupriadi,Sos.,S,Kep.,M.M.Kes


NIK.197410232005011002 NIP.197511242005011007 NIK.0432777295008

Disahkan Oleh :

Ketua Ketua
STIKes Muhammadiyah Ciamis Program Studi DIII Keperawatan
STIKes Muhammadiyah Ciamis

H. Dedi Supriadi.,S.Sos.,S.Kep.,Ners,.M.M.Kes Suhanda., S.Ag.S.Kep, M.Kep


NIK. 0432777295008 NIK. 0432777195006
i

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. K DENGAN GANGGUAN SISTEM

ENDOKRIN : ULKUS DIABETES MELITUS DI RUANG DAHLIA RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS

Tanggal 17-20 juni 2016”

Rizka Amarulloh2Dedi Supriadi3

ABSTRAK

Karya tulis ini berjudul “ Asuhan keperawatan pada Tn. K dengan gangguan
sistem endokrin : Ulkus Diabetes Melitus di ruang dahlia RSUD Ciamis”. Tujuan
umum penulis Karya Tulis Ilmiah ini adalah mampu melaksanakan asuhan
keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial
dan spiritual pada klien dengan gangguan adalah metode deskriptif yang
berbentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan meliputi tahap
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Asuhan
keperawatan dilakukan pada tanggal 17-20 juni 2016. Masalah yang timbul
adalah Gangguan rasa nyaman :Nyeri berhubungan dengan adanya kerusakan
jaringan, Infeksi berhubungan dengan pertahanan jaringan setempat menurun,
Gangguan aktifitas berhubungan dengan keterbatasan gerak akibat luka di
ekstremitas bawah kanan, Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit dan perawatannya. Intervensi yang dilakukan adalah observasi
tanda-tanda vital, observasi keadaan luka observasi skal nyeri, lakukan
perawatan luka dan ganti balutan dengan tehnik septic dan aseptic, pemberian
therapi antibiotik, bantu klien dan libatkan keluarga dalam pemenuhan aktifitas
sehari-hari, anjurkn untuk mobilisasi, atur posisi senyaman mungkin. Asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin : Ulkus Diabetes
Melitus, harus mendapatkan perawatan dan perhatian untuk mencegah
komplikasi. Hal ini bisa tercapai dengn adanya kerjasama antar klien, keluarga
klien, perawat dan tim kesehatan lainnya. Pada umumnya ada masalah yang
teratasi sebagian dan ada yang belum tertasi.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Ulkus Diabetes Melitus

Kata kepustakan :

Keterangan : 1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembingbing


ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,

rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini dalam bentuk studi kasus ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWTAN

PADA KLIEN NY.K DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN AKIBAT

ULKUS DIABETES MELITUS DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH CIAMIS TANGGAL 17-20 JUNI 2016”.

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah
satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan
di STIKes Muhammadiyah Ciamis, penulis menyadari bahwa Karya Tulis
Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi penulis di
masa yang akan datang.

Penyusunan karya tulis ini penulis banyak mendapatkan bantuan, berupa


bimbingan baik moril maupun materil yang sangat berharga, untuk itu
izinkanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini, diantaranya:

1. Dr. H. Zulkarnaen, SH, MH., selaku Ketua Badan Pembina Harian


(BPH) STIKes Muhammadiyah Ciamis.
2. H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes, selaku Ketua
STIKes Muhammadiyah Ciamis.
3. Suhanda, S.Ag., S.Kep., M.Kes, selaku Ketua Prodi D III
Keperawatan STIKes Muhammadiyah Ciamis.
4. Yudi permana , SKM. selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah.
5. Kepala UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng beserta staf yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk bekerjasama
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
iii

6. Seluruh staf Dosen, dan karyawan/karyawati STIKes


Muhammadiyah Ciamis yang turut mendukung dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Tn. K beserta keluarga yang telah bersedia untuk bekerjasama
dengan penulis dalam melaksanakan laporan kasus ini..
8. Rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi Program Studi D-III
Keperawatan angkatan 15 BRANTAS atas kerjasamanya dalam
memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
9. Teman-teman asrama BARAK, yang selama tiga tahun ini
bersama-sama berjuang di akademi keperawatan susah senang di
lalui bersama.
10. Sahabat terbaik yang telah memberikan bantuan, motivasi,
menyemangati hingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Seseorang terkasih yang memberikan dukungan dan do’a nya.

Ciamis, Juli 2016

Penulis
iv

DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL

LEMBARAN PERSETUJUAN

LEMBARAN PENGESAHAN

MOTTO

ABSTRAK .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. vII

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah ............................................................... 1


B. Tujuan penulis .............................................................................. 6
C. Metode penelaahan .................................................................... . 7
D. Sistematika penulisan .................................................................. 8

BAB II TINJAUN PUSAKA

A. Konsep dasar
1. Definisi .................................................................................... 9
2. Klasifikasi diabetes melitus .................................................... 10
3. Anatomi fisiologi ..................................................................... 12
4. Etiologi .................................................................................... 14
5. Patofisiologi ............................................................................. 18
6. Manifestasi klnik ...................................................................... 22
7. Manajemen medik ................................................................... 24
8. Pemeriksaan penunjang .......................................................... 27
v

B. Tinjauan teoritis tentang asuhan keperawatan


1. Pengkajian ............................................................................... 30
2. Analisa data ............................................................................. 35
3. Diagnosa keperawatan ............................................................ 35
4. Perencanaan ........................................................................... 36
5. pelaksanaan(implementasi) .................................................... 46
6. evaluasi ................................................................................... 47

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan kasus
1. Pengkajian ............................................................................... 48
2. Analisa data ............................................................................. 60
3. Diagnosa keperawatan ............................................................ 62
4. Rencana keperawtan .............................................................. 63
5. Implementasi keperawtan ...................................................... 67
6. Evaluasi ................................................................................... 70
7. Catatan perkembangan ........................................................... 71
B. Pembahasan ................................................................................. 77

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN .............................................................................. 82
B. SARAN ......................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA
vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Penyakit yang Sering di Rawat di Ruang Dahlia RSUD
Ciamis pada tahun 2015 ...........................................................3
Tabel 1.2 Daftar Penyakit yang Sering di Rawat di Ruang Dahlia RSUD
Ciamis Periode 2016 (januari-april 2016) .................................4
Tabel 2.1 Patokan penyaring dan diagnosis Diabetes Militus (mg/dl).....30
Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional...........................................................40
Tabel 2.3 Intervensi dan Rasional ...........................................................42
Tabel 2.4 Intervensi dan Rasional ..........................................................43
Tabel 2.5 Intervensi dan Rasional............................................................44
Tabel 2.6 Intervensi dan Rasional ...........................................................45
Tabel 2.7 Intervensi dan Rasional............................................................46
Tabel 2.8 Intervensi dan Rasional ...........................................................47
Tabel 2.9 Intervensi dan Rasional ...........................................................48

Tabel 2.10 Intervensi dan Rasional..........................................................49

Tabel 3.1 Aktivitas sehari-hari ............................................................60

Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 17 juni 2016 ........62

Tabel 3.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 17 juni 2016.......62

Tabel 3.4 Analisa Data ........................................................................63

Tabel 3.5 Rencana Keperawatan........................................................65

Tabel 3.6 Implementasi Keperawatan ................................................69

Tabel 3.7 Evaluasi ..............................................................................72

Tabel 3.8 Caatan Perkembangan .......................................................72


vii

DAFTAR GAMBAR

Tabel 1.1 ..................................................................................................15


viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : 1 Daftar Riwayat Hidup


Lampiran : 2 Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran : 3 leaflet
Lampiran : 4 lembar konsultasi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk

menyatakanbahwa sesuatu dapat bekerja dengan normal. Menurut undang-

undang kesehatan No. 36 tahun 2009, kesehatan mencakup 4 aspek yaitu:

fisik (badan), mental (jiwa),sosial dan ekonomi (Afandi 2009)

. Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan

masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM

yang menyita banyak perhatian adalah Diabetes Melitus (DM). Di Indonesia

DM merupakan ancaman serius bagi pembangunan kesehatankarena dapat

menimbulkan kebutaan, gagal ginjal, kaki diabetes (gangrene) sehingga

harus diamputasi, penyakit jantung dan stroke.

Global status report on NCD World Health Organization (WHO) tahun

2010 melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di

duniaadalah karena PTM. DM menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab

kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4

persenmeninggal sebelum usia 70 tahun. Pada Tahun 2030 diperkirakan DM

menempati urutan ke-7 penyebab kematian dunia. Sedangkan untuk di

Indonesia diperkirakan pada tahun 2030 akan memiliki penyandang DM

(diabetisi) sebanyak 21,3 juta jiwa.(kemenkes 2013)


Diabets militus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis

dan klilnis termasuk heterogen dengan manisfestasi berupa hilangnya

toleransi karbohidrat. Jikia sudah berkembang penuh secara klinis,maka

diabetes militus ditandai dengan hyperglikemia puasa dan post

prandial,aterosklerotik dan penyakit vaskuler mikroangiopati dan

neuropati.klien dengan diabets militus diharapkan bisa memproteksi diri dari

hal-hal kecil seperti trauma yang dapat menyebabkan luka,karena klien

dengan diabets militus rentan terhadap penyembuhan luka yang cepet. Jika

klien tidak bisa menjaga luka tersebut dengan baik atau di biarkan,bisa

menimbulkan ulkus atau gangren, bisa juga timbul infeksi pada luka tersebut

(Price S.A,Wilson 2006)

Ulkus kaki diabets militus adalah kerusakan sebagian atau

keseluruhan pada kulit yang dapat meluas ke jaringan di bawah

kulit,tendon,otot,tulang atau persendian yang terjadi pada seorang menderita

penyakit diabets militus, kondisi ini timbul sebagai akibat terjadinya

peningkatan kadar gula darah yang tinggi (tarwoto, dkk,2012)


Tabel 1.1

Daftar Penyakit yang Sering di Rawat di Ruang Dahlia RSUD Ciamis pada

tahun 2015

NO DIAGNOSA JUMLAH
1 SD 158
2 KATARAK 126
3 FEBRIS 74
4 HIL 73
5 CHF 68
6 GEA 66
7 TYPHID 58
8 ANEMIA 50
9 CKD 45
10 HT 45
11 BPH 44
12 COLIK ABDOMEN 35
13 TUMOR JARINGAN LUNAK 35
14 ULCUS DM 34
15 ASTHMA BR 34
16 Penyakit yang lainnya

Tabel 1.2

Daftar Penyakit yang Sering di Rawat di Ruang Dahlia RSUD Ciamis

Periode 2016 (januari-april 2016)

NO KDIAGNOSA JUMLAH
1 FEBRIS 69
2 SD 45
3 ANEMIA 26
4 GEA 25
5 KATARAK 25
6 CHF 20
7 DYSPNEU 20
8 HERNIA INGUINAL 18
9 TIPHOID 17
10 HT HIPERTENSI 17
11 RETENSIO URIN 13
12 TJL TO JARINGAN LUNAK 13
13 CKD 11
14 DHF 10
15 COLIC ABDOMEN 9
16 COLIC RENAL 9
17 ACITES 9
18 PTERIGIUM 8
19 ULCUS DM 7
20 APP ( APENDIK) 6
21 Penyakit yang lainnya

Berdasarkan data dari tabel diatas dapat diketahui pendertia Ulkus

Diabetes Mellitus di rawat di RSUD Ciamis ada di periode Januari s/d

Desember tahun 2015 sebanyak 34 orang termasuk urutan ke 14. Hal ini

menunjukan bahwa Ulkus Dieabitus Mellitus termasuk dalam penyakit

yang sering di rawat di ruang DAHLIA RSUD Ciamis, tetapi pada periode

2016 (januari s/d april) sebanyak 7 orang termasuk urutan ke 19 . Jadi

pada penyakit Ulkus Diabetes Mellitus dapat mempengaruhi pula pada

gangguan fungsi mata, bagi pria dapat menyebabkan impotensi dan

infertilitas (mandul), masalah bau badan tidak sedap bisa di picu oleh

komplikasi diabetes,menjadikan kurang terjaganya personal hygiene akibat

keterbatasan aktivitas
Hasil pengkajian tanggal 18 juni 2016 pada Tn. K di ruangan dahlia

RSUD ciamis, terhadap klien dengan Ulkus Diabetes Militus di temukan

masalah keperawatan diantaranya : Gangguan rasa nyaman dan nyeri

berhubungan dengan ulkus diabetes mellitus, infeksi luka berhubungan

dengan pertahanan jaringan setempat menurun, perubahan nutrisi kurang

dari kebutuhan berubungan ketidak mampuan insulin untuk metabolisme

glukosa, gangguan aktivitas berhubungan dengan ketergantungan pada

orang lain, personal hyigiene kurang berhubungan dengan gangguan

aktivitas dan keterbatasan gerak

Berdasarkan hal diatas maka penyusun merasa tertarik untuk

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

endokrin khususnya diabetes melitus untuk memcegah timbulnya komplikasi

lebih lanjut berupa studi kasus dalam bentuk karya tulis dengan judul

“ASUHAN KEPERAWTAN PADA KLIEN NY.K DENGAN GANGGUAN

SISTEM ENDOKRIN AKIBAT ULKUS DIABETES MELITUS DI RUANG

DAHLIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS TANGGAL 17-20 JUNI

2016”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Penulisan karya tulis ini bertujuan agar mahasiswa mampu

melaksanakan asuhan keperawatan secara komperhensif kepada

pasien dengan gangguan sistem endokrin akibat diabetes melitus

tipe II dan mendokumentasikannya dengan pendekatan ilmiah.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian yang meliputi pengumpulan data,

analisa data dan menetapkan masalah keperawatan

berdasarkan prioritas.

b. Membuat perencanaan untuk mengatasi masalah

keperawatan yang ada dan menetapkan tujuan intervensi.

c. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan

perencanaan.

d. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan yang telah

diberikan.
e. Mendokumentasikan tahapan proses keperawatan yang telah

diberikan.

f. Menganalisa dan membandingkan tinjauan teoritis dengan

tinjauan kasus yang didapat di lapangan.

C. MetodePenulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini penulis

menggunakan metode analitik deskriptif, dengan bentuk studi kasus,

dimana disusun berupa laporan penerapan asuhan keperawatan melalui

pendekatan proses keperawatan. Sedangkan teknik yang digunakan dalam

pengumpulan data adalah :

1. Wawancara

Merupakan pengumpulan data dengan menanyakan secara langsung

dan terarah kepada klien, keluarga dan tim kesehatan.

2. Observasi

Merupakan pengumpulan data dengan melihat secara langsung melalui

pengamatan perilaku, keadaan klien, masalah keperawatan pada klien.

3. Partisipasi aktif
Merupakan data dengan melakukan pemeriksaan fisik untuk

menemukan data dari masalah kesehatan klien, meliputi inspeksi,

palpasi, perkusi dan auskultasi.

4. Studi Dokumenter

Merupakan pengumpulan data dengan melihat status, catatan

keperawatan serta catatan kesehatan lainnya untuk dijadikan salah satu

dasar dalam melakukan asuhan keperawatan.

5. Studi kepustakaan

Merupakan metoda pengumpulan data dengan cara mengumpulkan

materi yang berhubungan dengan diabetes melitus melalui membaca

dan menganalisa beberapa literatur seperti yang tercantum dalam daftar

pustaka.

D. SistematikaPenulisan

Dalam penyusunan karya tulis ini penulis membaginya kedalam 4 bab

yaitu:

BAB I : Pendahuluan

Memuat latar belakang masalah , tujuan penulisan, metoda

penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis

Tinjauan teoritas terdiri dari ; pengertian, anatomi dan

fisiologi, etiologi, patofisiologi, penatalakasanaan, komplikasi

diabetes melitus dan dampak diabetes melitus terhadap sistem


tubuh dan asuhan keperawatan sistem endokrin akibat diabetes

melitus.

BAB III : Tinjauan Kasus Dan Pembahasan

Mengemukakan kasus pada klien Ny.K dengan gangguan

sistem endokrin akibat diabetes melitus dan permasalahannya

serta membahasnya dari mulai tahap pengkajian sampai dengan

tahap evaluasi dengan membandingkan kesenjangan data antara

teori dengan kenyataannya.

BAB IV : Kesimpulan Dan Rekomendasi

Mengemukakan kesimpulan dan rekomendasi dari seluruh

kegiatan asuhan keperawatan.


BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Diabetes melitus atau sering disebut dengan DM merupakan

kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabakan

oleh kadar glukosa darah akibatnya kekurangannya insulin pada

absolut maupun relatif. Diabetes melitus merupakan penyakit

dimana kadar glukosa meningkat dan lebih dari batas normalny.

(dr. Kristiana Fransisca, 2012)

Diabetes melitus adalah ganguuan metabilosme yang di tandai

dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas

metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang di sebabkan oleh

penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau

keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,

makrovaskular, dan neuropati (Yuliana elin,2009)

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir

dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasive

kuman saprofit. Adanya kuman saprofit menyebabkan ulkus menjadi bau,

ulkus diabeticum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan

penyakit Diabetes Mellitus dengan neuropati perifer

Ulkus diabetic merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Mellitus

sebagai sebab utama morbiditas, mortalisat serta kecacatan penderita

Diabetes Mellitus kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting


untuk terjadinya Ulkus Ulabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui

pembentukan plak atherosclerosis pada dinding pembuluh darah

(Corwin , 2009).

2. Klasifikasi Diabetes Militus

Klasifikasi Diabetes Militus menurut (yunan 2011)

a. Diabetes Tipe I

Terdapt ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena

sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.

Glukosa yang didapt dari makanan tidak dapat disimpan dalam

hati meskipun teteap berada dalam darah dan menimbulkan

hyperglikemia post prendial (sesudah mkan) (yulan,2011).

Jika glukosa dalam darah cukup tinggi,ginjal tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar

(glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan

dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis

osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih

(poliuria) dan rasa haus (polidipsi) (yulan 2011)

b. Diabetes Tipe II

Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan

insulin,yaitu: retensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada

permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor

tersebut, jadi saturangkaian dalam metabolisme glukosa dalam

sel. Resistensi insulin pada diabets tipe II disertai dengan

penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin tidak efektif


untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.(yulan

2011)

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya

glikosa dan darah harus terdapat peningkatan insulin yang

disekresikan.pada penderita toleransi glikosa terganggu, keadaan

ini terjadi akibat sekeresi insulin yang berlebihan dan kadar

glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau

sedikit meningkat. Namun dalam selsel tidak mampu menimbangi

peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glikosa akan

meningkat dan terjadi diabetes tipe II (Yulan,2011)

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin merupakan ciri khas

diabets tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk

mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh

karena itu ketoasidosis dibentuk tidak terjadi pada diabetes tipe II,

meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat

menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom

hiperglikemik hiperosmoler non ketotik. Akibat toleransi glukosa

yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes

tipe II dapt berjalan tanpa terdeteksi, gejala sering bersifat ringan

dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia,

luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan

pandangan yang kabur.(Yulan,2011)

c. Diabetes Gastasional

Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes

sebelum kehamilannya.hyperglikemia terjadi selama kehamilan


akibatsekresi hormon-hormon plasenta. Sesudah melahirkan

bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes

gastasionalakan kembali normal. (yulan,2011)

3. Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin

Menurut (lenyar Diani,2011) Pankres merupakan sekumpulan

kelenjar yang panjangnya kira-kira 15cn,lebar 5cm, mulai dari duodenum

sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada

vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.

Pankreas merupakan kelenjar terbesar yangf terdapat dalam tubuh

baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankres

terletak pada lekukan yang terbentuk oleh duodenumdan bagian pilorus

dari lambung.bagian badan yang merupakan bagian utama dari bagian ini

merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak

pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis,kelenjar pankreas

terbentuk dari lapisan epitel yang membentuk usus.(LenyerDiani, 2011)

Gambar 1.1
4. Anatomi dan fisiologi pankreas

Pankreas dibentuk dari dua sel dasar dengan fungsi berbeda, yaitu :

a. Seleksokrin berkelompok disebut asini, menghasilkan unsure getah

pancreas dan berfungsi untuk mensekresi enzim pencernaan ke

duodenum.

b. Selendokrin ( pulau langerhans ) yang tersebar diseluruh pankreas

yang mempunyai berat 1-3 % dari berat total dengan jumlah

semuanya diperkirakan 100.000 sampai 2.500.000 (pada orang

dewasa), dan terdiri dari 4 jenis sel:

1) Sel A (Alfa) jumlahnya sekitar 20-40 % yang mensekresi

glukagon

2) Sel B (Betha) jumlahnya sekitar 60-80 % yang mensekresi insulin

3) Se D (Delta) jumlahnya sekitar 1-15 % yang mensekresi

somatostatin

Masing-nasing sel tersebut dapat dibedakan berdasarkan struktur

dan sifat pewrnaanya. Dibawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini

nampak berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah

kapiler. Pada penderita DM, sel beta sering ada tetapi berbeda dengan

sel beta yang normal diman sel beta tidak bereaksi pewarnaan insulin

sehingga dianggap tidak berfungsi.

Insulin merupakan protein kecil dengtan berat molekul 5808 untuk

insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang

tidak sama, yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua

jembatan (perangkai), yang terdiri dari bisulfida. Rantai A terdiri dari 21

asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat larut
pada pH 4-7 dengan titik isoelektrikpada 5,3. Sebelum insulin

dapatberfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di

dalam membran sel.

Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan disimpan

dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks gologi. Pengaturan

sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik glukosa darah pada

pankreas. Bila kadar gula darah meningkat 100mg/100ml darah, sekresi

insulin meningkat cepat. Bila kadar gula normal atau rendah, produksi

insulin menurun. (layardiani.blogspot.com)selain kadar glukosa ndarah,

faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina

meragsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi

metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transpot

glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama otot,fibroblas dan sel

lemak (LayarDiani,2011)

5. Etologi

Menurut (Yulan 2011) etiologi dibagi menjadi 2 tipe,yaitu:

a. Diabetes Tipe I

 Faktor genetik

Penderita diabetes militus tidak mewarisi diabetes tipe I itu

sendiri ;tapi mewarisi satu predisposisi atau kecenderungan

genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik

ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.

 Faktor-faktor imunologi

Adanya respon otoimun merupakan respon abnormal dimana

antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara


bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-

olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap nsel-

sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

 Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang

menimbulkan destruksi sel beta.

b. Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin pada diabetes tipeII masih belum diketahui.

Faktor genetik memang berperan dalam proses terjadinya retensi

insulin. Faktor-faktor resiko seperti:

 Usia (retensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65

tahun)

 Obesitas

 Riwayat keluarga

(yulanan. 2012)

c. Ulkus

Apabila pada seseorang penderita kencing manis kadar

glukosa darahnya tinggi dalam jangka waktu yang lama, maka akan

timbul komplikasi menahun (kronis yang mengenai mata

menyebabkan gangguan rasa dan gangguan bila mengenai ginjal

menyebabkan gangguan fungsi ginjal).

Adapun gambaran luka pada penderita kencing manis dapat

berupa : demopati (kelainan kulit berupa bercak-bercak hitam

didaerah tulang kering), selulitis (peradangan dan inveksi kulit),


nekrobiosisi lipiodika deabetik (infeksi pada tulang)dan gangren (luka

kehitaman dan berbau busuk).

Adapun beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya ulkus

diabetik yaitu :

1) Neuropati Diabetik

Neuropati diabetik adalah kelainan urat saraf akibat Diabete

Melitus karena tinggi kadar dalam darah yang bisa merusak urat

saraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa

nyeri pada kaki, sehingga apabila penderita mengalami trauma

kadang-kadang tidak terasa.

Gejala-gejala neuropati : kesemutan, rasa panas, rasa kebal

ditelapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari.

2) Angiopati Diabetik

Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita Diabetes

Melitus mudah menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah.

Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang atau besar

pada tungkai mata tungkai akan mudah mengalami gangren

diabetik yaitu luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau

busuk. Adapun angiopati menyebabkan asupan nutrisi, oksigen

serta antibiotik terganggu sehingga menyebabkan kulit sulit

sembuh.
3) Infeksi

Infeksi merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran

listrik (Neuropati)

(Aru W, 2006)

6. Tanda dan Gejala

Keluhan umum pasian diabetes melitus seperti poliuria,polidipsia,

polifagia pada diabetes militus umumnya tidak ada. Sebaliknya yang

sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratik

kronik pad pembuluh darah dan syaraf. Pada diabetes militus lansia

terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga

gangguan klinisnya berfariasi dari khusus tanpa gejala sampai khusus

dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah

adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada

tungkai serta keluhan otot (neuropati perifer ) dan luka pada tungkai yang

sukar sembuh dengan pengobatan lazim. Menurut Supartondo,gejal-

gejala diabetes militus yang sering ditemukan adalah :

1) Katarak

2) Glaukoma

3) Retinopati

4) Gatal seluruh badan

5) Pruritus vulvae

6) Infeksi bakteri kulit

7) Infeksi jamur kulit

8) Dermatopati

9) Neuropati perifer
10) Neuropati viseral

11) Amiotropi

12) Ulkus neurotropik

13) Penyakit ginjal

14) Penyakit pembuluh darah perifer

15) Penyakit koroner

16) Penyakit pembuluh darah otak

17) Hypertensi

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang gijal

yang tinggi dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur

atau bahkan inkontinesia urin. Perasaan haus pada pasien diabeters

melitus kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat

terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi

pada stadium lanjut.(yulan, 2011)

Penyakit yang mula-mula ringan atau sedang saja dapt terdapat pada

pasien diabetes melitus usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila

pasien mengalami infeksi akut,defisiensi insulin yang tadinya bersifat

relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis

dengan gejala khas hyperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun

dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketomania. (Yulan, 2011)

7. Patofisiologi

Menurut (yulan,2011) patofisiologi dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:

a. Diabetes Tipe I

Terdapt ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-

sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang


didapt dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun

teteap berada dalam darah dan menimbulkan hyperglikemia post

prendial (sesudah mkan)

Jika glukosa dalam darah cukup tinggi,ginjal tidak dapat menyerap

kembali semua glukosa yang tersaring keluar (glukosuria). Ekskresi

ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang

berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien

mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus

(polidipsi)

b. Diabetes Tipe II

Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan

insulin,yaitu: retensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya

insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.

Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, jadi

saturangkaian dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi

insulin pada diabets tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel,

dengan demikian insulin tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan

glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya

glikosa dan darah harus terdapat peningkatan insulin yang

disekresikan.pada penderita toleransi glikosa terganggu, keadaan ini

terjadi akibat sekeresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa

akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.

Namun dalam selsel tidak mampu menimbangi peningkatan


kebutuhan akan insulin maka kadar glikosa akan meningkat dan

terjadi diabetes tipe II

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin merupakan ciri khas

diabets tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk

mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena

itu ketoasidosis dibentuk tidak terjadi pada diabetes tipe II, meskipun

demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan

masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik

hiperosmoler non ketotik. Akibat toleransi glukosa yang berlangsung

lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapt berjalan tanpa

terdeteksi, gejala sering bersifat ringan dan dapat mencakup

kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang tidak

sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.

c. Diabetes Gastasional

Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum

kehamilannya.hyperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi

hormon-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa

darah pada wanita yang menderita diabetes gastasionalakan kembali

normal.
Skema pathway

8. Manisfestasi klinik

Manisfestasi klinik yang sering di jumpai pada pasien diabetes militus

yaitu:

a. Polyuria (peningkatan pengeluaran urine)

b. Polydipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat

besar dan keluar nya air yang menyebabkan dehidrasi eksternal.

Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi eksternal karena air intrasel

akan berdifusi keluar sel mengikuti dehidrasi ekternal karena ait

intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien

konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi


intrasel merangsang pengeluaran ADH (AntiDiuretikHormon) dan

menimbulkan rasa haus.

c. Rasa lelah dan kelelahan otot akibat gangguan darah pada pasien

diabetes lama, katabolisme protein di otot dan ketidak mampuan

sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.

d. Pilofagia (peningkatan rasa lapar)

e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan

pembentukan anti body, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi

mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah, pada

penderita diabetes kronik.

f. Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul

Kelainan kulit berupa gatal – gatal, bisanya terjadi di daerah ginjal.

Lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara. Biasanya akibat

tumbuhnya jamur

g. Kelainan genekologis

Keputihan dengan penyebab tersering trauma candida

h. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati

Pada penderita diabetes militus regenerasi sel pernafasan mengalami

gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari

unsur protein. Akibatnya banyak sel persarafan terutama perifer

mengalami kerusakan.

i. Kelemahan tubuh

Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi enrgi metabolik

yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tdak dapat

berlangsung secara optimal.


j. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh

Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari

protein dan unsur makanan lain. Pada penderita diabetes militus

bahan protein banyak di formulasikan untuk kebutuhan energi sel

sehingga bahan yang di pergunakan untuk mengganti jaringan yang

rusak mengalami gangguan selain itu luka yang sulit sungguh juga

dapat diakibat kan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat

pada penderita diabetes militus.

k. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi

Ejakulasi dan dorongan seksual laki-laki banyak di pengaruhi oleh

peningkatan hormon testosteron. Pada kondisi optimal (periodik hari

ke-3) maka secara otomatis akan menghasilkan dorongan seksual.

Penderita diabetes militus mengalami penutunan produksi hormon

seksual akibat penurunan testosteron dan sistem persarafan.

l. Mata kabur yang disebabkan katrak atau gangguan retraksi akibat

perubahan pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin juga di sebab kan

kelainan pada korpus vitreum.

9. Manajemen medik

a. Perencanaan makan

Pada konsensus perkumpulan endokrinologi indonesia (PERKENI)

telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan

dengan kompisisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), perotein

(10-15%), dan lemak (20-25%). Apabila diperlukan santapan dengan

komposisi karbohidrat sampai 70-75% juga memberikan hasil yang

baik terutama untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah di sesuaikan


dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan

jasmani untuk mencapai berat badan ideal.

Jumlah kandungan kolesterol <300 mg/hari. Jumlah kandungan serat

±25 gr/hari, dituamakan jenis serat laut. Kombinasi garam dibatasi

apabila terdapat hipertensi, pemanis dapat digunakn secukupnya.

(Mansjoer, 2008)

b. Pelatihan jasmani

Dianjurkan latihan jasmani 3-4 kali setiap munggu selama ±1/2 jam

yang sifatnya sesuai CRIPET (continous rhythmical interval

progresive edurance training), latihan dilakukan terus menerus.

(Mansjoer 2008)

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM,

adalah :

1. Meningkatkan kepekaan insulit apabila dikerjakan setiap 1 ½ jam

sesudah makan berarti pula mengurangi insulin resisten pada

penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor

insulin dan meningkatkan sensitifitas insulin dengan responnya.

2. Mencegah kegemukan bila ditambah dengan latihan sore.

3. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen.

4. Meningkatkan kadar kolesterol-high densiti lipoprotein.

5. Kadar glukosa oto dan hati menjadi berkurang maka latihan akan

di rangsang pembentukan likogen baru.

6. Menurunkan kolesterol (total dan trigliserida dalam darah karena

pembakan asam lemak menjadi lebih baik).


c. Penyuluhan

Penyuluhan merupakan salahsatu bentuk penyuluhan kesehatan

pada penderita DM, melalui bermacam-macam atau media misalnya:

leaflet, poster,TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

(Mansjoer 2008).

d. Obat

Tablet OAD (Oral AntiDiabetes) /obat hipoglikemik oral (OHO).

1. Mekanisme kerja sulfanilurea

obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang

tersimpan, menurunkan ambang srekresi insulin dalam

meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.

Obat golongan ini biasanya diberikan kepada penderita dengan

berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien berat

badannya sedikit lebih. (Mansjor. 2008).

2. Meknisme kerja biguanida

Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai

efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:

a) Biguanida pada tingkat presereptor ekstra pankreatik

- Menghambat absorpsi akibat karbohidrat

- Menghambat glukoneogenesis dihati

- Meningkatkan aktifitas pada reseptor insulin

b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah

reseptor insulin

c) Biguanida pada tingkat pasca reseptor : mempunyai efek intra

seluler
3. Insulin

Indikasi penggunaan insulin

a) Dm Tipe I

b) DM Tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan

OAD.

c) DM kehamilan

d) DM gangguan Faalhati yang berat

e) DM gangguan infeksi akut (selulitis, ganggren)

f) DM dan TBC paru akut

g) DM dan Koma lain pada DM

h) DM operasi

i) DM patah tulang

j) DM dan underweight

k) DM dan penyakit grafes

4. Beberapa cara pemberian insulin

a) Suntikan insulin subcutan

Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam,

sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat

suntikan tergantung pada beberapa faktor antaralain :

(aninom. 2005)

10. Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium.

1. Gula darah sewaktu

2. Kadar glukosa darah puasa


Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode

enzimatik sebagai patokan prnyaring dan diagnosi Diabetes

Militus (mg/dl)

Tabel 2.1

Patokan penyaring dan diagnosis Diabetes Militus (mg/dl)

Pemeriksaan Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu :

Plasma <110 110-199 >200

Darah kapiler <90 90-199 >200

Kadar glokosa darah puasa

Plasenta vena <110 110-125 >126

Darah kapiler <90 90-109 >110

(Manjoer. 2008)

Cara pemeriksaan TTGO, adalah :

1) Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.

2) Kegiatan jasmani sementara cukup.

3) Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.

4) Periksa glukosa darah puasa

5) Periksa glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum

dalam waktu 5 menit.

6) priksa guladarah 1 jam sesudah beban glukosa.

7) Selama pemeriksaan, pasien diperiksa tetap dan tidak merokok.

8) Foto rongen bila perlu. (mansjoer, 2008)


b) Pemeriksaan hemoglobin glikosinasai

Hemoglobin glikosinasi merupakan pemeriksaan darah yang

mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata selam periode waktu 2

hingga 3 bulan. Ketika terjadi kenaikan kadar

guladarah,molekulglukosa akan menempel pada hemoglobin dan sel

darah merah. (mansjoer, 2008)

Ada berbagai tes yang mengukur hal yang sama tetapi memiliki

nama yang berbeda, termasuk hemoglobin A 1cdan hemoglobin A1.

Nilai normal antara yang satu dengan yang lainnya, memiliki sedikit

perbedaan dan biasanya berkisar sekitar 4% hingga 8%. (mansjoer,

2008)

c) Pemeriksaan urine untuk glukosa

Pad saat ini, pemeriksaan glukosa urine hanya terbatas pada

pasien tang tidak berrsedia atau tidak mampu melakukan

pemeriksaan glukosa darah. Prosedur yang umum dilakukan meliputi

aplikasi urine pada strip atau tablet pereaksi dan mencocokan warna

pada strip dengan peta warna. (Mansjoer, 2008)

d) Pemeriksaan urine dan keton

Senyawa senyawa keton (atau badan keton) dalam urine

merupakan sinyal yang memberitahukan pada pengendalian kadar

glukosa darah pada diabetes tiipe I sedang mengalami kemunduran.

Apabila insulin dengan jumlah yang efektif mulai berkurang, tubuh

akan mulai memecah simpanan lemaknya untuk menghasilkan

energi. Badan keton merupakan produk sampingan proses pemecah


lemak ini, dan senyawa-senyawa keton tersebut berbentuk dalam

darah serta urin. (mansjoer, 2008)

e) Dampak Ulkus DM terhadap KDM

Cairan dan elektrolit Hiperglikemia meningkatkan osmolalitas

darah sehingga menimbulkan dehidrasidengan melalui 2 mekanisme:

a) Glukosa dan diuresis osmotik menjadi kosentrasi fluktosa melebihi

ambang ginjal. Adanya zat-zat yang terlarut dalam ginjal besar yang

tidak diabsorpsi dan tubulus ginjal sehingga meningkatkan

peningkatan volume urine (poliuria). Terjadi haus testimulasi dan

pasien akan minum air dalam jumlah banyak (polipepsida)

b) Perpindahan cairan dari ruang intraseluler ke ruang dekstra seluler

yang memiliki konsentrasi lebih tinggi mengakibatkan defisit cairan

intraseluler.

c) Kebutuhan nutrisi

Penurunan insulin menyebabkan glukosa tidak dapat melewati

membran sel yang menyebabkan konstarvasi seluler sehingga

merangsang pusat lapar terus menerus,menimbulkan gagngguan

mobilitas gaster, sehingga pengosongan lambung menjadi lambat.

d) Eliminasi nutrisi

Eliminasi mengalami perubahan eleiminasi urine atau konstipasi.

Perubahan eliminasi urine berkaitan dengan adanya glikosuria yang

menyebabkan diuresi osmotik sehingga timbul poliuri,sedang

perubahan eliminasi konstipasi berhubungan dengan kurangnya

mobilisasi.
e) Kebutuhan aktivitas terganggu

Defisit insulin menyebabkan penurunan pemasukan glukosa ke

dalam berbagai macam jaringan perifer. Penurunan asam-asam

amino ke dalam otot, glukogen otot menurun sehingga ATP tidak

terbentuk maka energi berkurang sehingga menyebabkan

kelemahan.

f) Rasa aman terganggu

Adanya peningkatan kadar glukosa dalm tubuh akan

mengakibatkanmata kabur. Hal tersebut akan menyebabkan

ketergantuingan pada orang lain. (Yulan, 2011)

B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan

Menuerut Yura dan Walsh yang disebut prosedur Keperawatan adalah

satu tahapan satu disiplin tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan

keperawatan yang meliputi : mempertahankan keadaan kesehatan klien

yang optimal,apabila keadaan berubah membuat suatu jumlah dan kualitas

keperawatan terhadap kondisinya guna kembali ke keadaan yang normal.

Menurut standar praktik keperawatan propesional indonesia proses

keperawatan terdiri dari 5 standar : (1) pengkajian, (2) Diagnosis

keperawatan, (3)perencanaan, (4) implementasi,(5)evaluasi. (Nursalam,

2008)

1. Pengkajian

Pengkajian adalah adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses pengumpilan data yang sistemis dari

berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien. (Nursalem 2008)


a. Pengumpulan Data

1) Identitas

a) Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin,

suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal

pengkajian, nomor register, diagnosa, dan alamat.

b) Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur,

pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien.

2) Riwayat penyakit

a) Keluhan utama

Menanyakan apa yang dirasakan atau keluhan yang

mengganggu klien. Keluhan utama ini biasanya

mengeluh lemas, nafsu makan minum meningkat.

b) Riwayat penyakit sekarang

Merupakan pengembangan dari pengaruh utama yang

terdiri dari paliatif (P) yaitu faktor penyebab keluhan,

quality (Q) yaitu kualitas/ kuantitas dari sejauh mana

keluhan itu dirasakan, region (R) yaitu dimana keluahan

itu dirasakan, skala (S) berapa parah dirasakan.

c) Riwayat penyakit dahulu

Kaji penyakit yang pernah diderita klien terutama yang

berhubungan dengan diabetes mellitus

d) Riwayat penyakit keluarga

Menerangkan keadaan keluarga apakah ditemukan

penyakit yang sama seperti yang dialami oleh klien dan


catan riwayat adanya keluarga dengan kondisi/masalah

penyakit Diabetes Mellitus.

3) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melakukan

inspeksi,auskultasi, perkusi dan palfasi. Adapun pengkajian

fisik tersebut dilakukan denganmsecara sistematis mulai

kepala sampai dengan ujung kaki.

a) Penampilan umum

Pada klien diabetes biasanya klien tampak lemah,

mengalami penurunan berat badan. Namun tinggi

badan tetap.

b) Tanda-tanda vital

Pada klien diabetes melitus tekanan darah

meningkat,nadi normal, respirasi normal, suhu normal.

c) Sistem syaraf/neurogikal

Meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran fungsi cranial

dan keluhan yang dirasakan klien berhubungan dengan

fungsi persyarafan. Pada klien diabetes mellitus sering

di temukan adanya kesemutan, baal/mati rasa pada

tangan dan kaki.

d) Tes fungsi nurvus cranial

 Olfaktorius : untuk penciuman

 Optikus : untuk penglihatan

 Okulomotorus : pergerakan bola mata dan

mengangkat bola mata


 Troklearis : memutar bola mata dan pergerakan

bola mata

 Trigeminus : menutup dan membukanya rahang

atas dan rahang bawah.

 Abdusen : penggoyang sisi mata/menggerakan

bola mata ke atas dan ke bawah

 Fasialis : muka, pergerakan mata dan alis

 Akustiku : rangsangan pendengaran

 Glossofatingeus : rangsangan cita rasa

 Vagus : reflek menelan

 Assesorius : leher, otot leher (dapat menoleh ke

kiri dan ke kanan)

 Hipoglosus : lidah dan cita rasa lidah

e) Sistem pernafasan

Bentuk hidung simetris, penciuman baik, pernafasan

melalui hidung, tidak terdapat cuping hidung. Dada

bentuk simetris, biasanya pada klien diabetes mellitus

adanya pernafasan kusmaul (nafas cepat dan dalam)

f) Sistem kardiovaskuler

Meliputi pemeriksaan tekanan darah, pengamanan

terhadap vena jugularis yang mungkin ada pembesaran

atau tidak.

g) Sistem endokrin
Melupiti pengkajian terhadap tinggi badan, pembesaran

kelenjar.

h) Sistem pencernaan

Meliputi pengkajian pada organ seperti mulut,

kerongkongan, abdomen, lambung, usus dan bising

usus, serta keluhan yang dirasakan klien pada sistem

pencernaan. Pada klien Diabetes Mellitus dapat di

temukan adanya mual akibat penurunan mobilisasi

gaster, penurunan berat badan.

i) Sistem perkemihan

Pada klien Diabetes Mellitus biasanya mengalami serng

berkemih (poliuri).

j) Sistem muskuloskeletal

Adanya penurunan kekuatan otot atau kelemahan, kram

otot

k) Sistem integumen

Pengkajian dalam warna kulit, tekstur, turgor kulit,

kebersihan, suhu tubuh, kradaan luka bila ada, lesi,

keadaan rambut, keadaan kuku,. Pada klien Diabetes

Melitus bila mengalami luka akan sulit sembuh sehingga

akan menimbulkan ganggren

l) Sistem genetalia

Pada genetalia dan daerah anus tidak terdapat lesi,

massa maupun pembengkakan.

m) Data sosial
Meliputi hubungan klien dengan orang lain dilingkungan,

keluarga, perawat, serta sesama klien dan masyarakat.

n) Data psikologis

Klien akan merasa cemas karena trauma yang

dialaminya serta karena penyakit Diabetes Melilitus

yang membutuhkan perawatan yang cukup lama,

sehingga dengan klien mengalami frustasi akan

keadaan dirinya yang tidak mencapai kesembuhan.

o) Data spiritual

Keyakinan dan kepercayaan terhadap agama dan

tuhan, harapan dan keyakinan serta cara yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan secara spirtual

p) Data penunjang pemeriksaan laboratorium :

pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl dan

pemeriksaan gula darah >126 mg/dl sudah dapat

dikatakan sebagai diagnosa Diabetes Mellitus.

(Ariefmansjoer, 2006)

2. Analisa data

Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan

menghubungkan data tersebut dengan konsep,teori,

prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam

menentukan masalah kesehatan dan keperawatan

pasien. (Ariefmansjoer, 2006)


3. Diagosa keperawatan

Menurut NANDA menyatakan diagnosa keperawatan adala

klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang

masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar sleksi

intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperwatan

sesuai dengan kewenangan perawat. (Nusalam, 2008).

a. Kekurangn volume cairan berhubungan dengan

deuresisosmotik akibat hiperglikemia.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidak cukupan insulin untuk metabolisme glukosa.

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar

glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada

sirkulasi.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perceptual

(penglihatan, pendengaran) berhubungan dengan perubahan

kimia endogen (ketidakseimbangan glukosa-insulin dan

elektrolit).

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan peroduksi energi

metabolik atau peningkatan kebutuhan energi.

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan

perubahan status metabolik atau kerusakan sirkulasi.

g. Pola nafas tidak efektif kemungkinan berhubungan dengan

metabolik.

h. Nyeri akut (misalnya kaki) berhubungan dengan agen fisik.


i. Kekrungan pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan

kebutuhan pengobatan behubungan dengan tidak mengenal

sumber informasi. (Nussalam, 2008).

4. Perencanaan keperawatan

Perencanaan meliputi pengembangn strategi desain untuk

mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang

diidentifikasi pada diagnosa keperwatan. Secara tradisional,

rencana keperwatan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan

tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, intervensi sebagai

berikut (Nursalam, 2008)

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan

diuresisosmotik akibat hiperglikemia.

Kemungkinan dibuktikan oleh data : peningkatan

keluaran urine, urine encer, kelemahan (haus, penurunan berat

badan tiba-tiba) kulit membran mukosa kering,turgor kulit

buruk, hipotensi, takikardi, perlambatan pengisian kapiler,

ditambah peningkatan keluaran urine.

Kriteria evaluasi : tanda vital stabil, nadi feriper teraba

pada arteri radiali, arteri brakialis, arteri dorsalis pedis. Turgor

kulit dan pengisisan kapilerr baik dibuktikan deangan capillary

refille kurang dari 2 detik. Keluaran urine dalam kategori aman,

kadar elektrolit urine dalam batas normal.


Tabel 2.2

Intervensi rasional

dapat riwayat pasien atau orang Membantu dalam memperkirakan

terdekat tentang lama dan frekuensi kekurangan volume total. Semakin

urine tinggi lama frekuensi urine maka

semakin banyak resiko kehilangan

cairan

Pantau tanda-tanda vital, catat Penurunan volume cairan darah

adanya perubahan tekanan darah akibat diuresis, takikardi, nadi teraba

lemah

Kaji suhu, warna, turgor kulit dan Dehidrasi yang disertai demam akan

kelembabannya. teraba panas, kemerahan dan kering

dikulit. Sedangkan penurunan turgor

kulit sebagai indikasi penurunan

volume cairan pada sel.

Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, Nadi yag lemah, pengisian kapiler

turgor kulit dan membran mukosa yang lambat sebagai indikasi

penururan cairan dalam tubuh.

Semakin lemah dan lambat dalam

pengisian semakin tinggi derajat

kekurangan cairan

Pantau masukan dan pengeluaran, Memberikan perkiraan kebutuhan

catat berat jenis urine akan cairan pengganti dan

membaiknya fungsi ginjal.

Ukur berat badan setiap hari Membrikan gambaran status cairan


dalam tubuh (60-70% berat badan

berasal dari cairan)

Pertahankan untuk memberikan Mempertahankan komposisi cairan

cairan 1500-2500 ml atau dalam dalam tubuh,volume sirkulasi dan

batas yang dapat toleransi jantung menghindari overload jantung.

jika pemasukan cairan melalui oral

sudah dapat diberikan

Batasi intake cairan yang Menghindari kelebihan ambang ginjal

mengandung gula dan lemak dan menurunkan tekanan osmosis.

misalnya cairan dari buah yang

manis sseperti semangka atau

minuman seperti susu

(sumber : sujono riyadi ,2013)

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungandengan ketidakmampuan untuk metabolisme

glukosa.

Kemungkinan dibuktikan dengan data : Berat badan tidak

normal (lebih rendah 10% dari berat badan ideal), lingkar

lengan <10cm , kelemahan mudah lelah, tonus otot buruk

(dibuktikan dengan kekuatan sekor otot). Untuk eitologi

ketidakcukupan insulin ditambah dengan kadar gula darah

kurang >150 mg/dl. Sedang penurunan masukan oral

ditambahkan : masukan makanan tidak adekuat (cuman


beberapa sendok), penderita tidak nafsu makan, terlihat mau

muntah.

Kriteria evaluasi : pasien tidak lemah atau penurunan tingkat

nkelemahan, peningkatan berat badan atau berat badan ideal

atau normal. Lingkar lengan meningkat, nilai laboratorium

hematogen untuk pria 13-16 gr/dl, untuk wanita 12-14 gr/dl.nilai

laboplatorium yang terkait dengan diabetes militus normal.

Pasien habis 1 porsi setiap kali makan. Pasien tidak mengeluh

mual lagi.

Tabel 2.3

Intervensi Rasional

Tentukan program diet atau pola Menyesuaikan antara kebutuhan

makan pasien sesuai dengan kadar kalori dan kemampuan sel untuk

gula yang dimiliki (dengan mengambil glikosa.

menggunakan rumus berat badan

ideal x30, sedang untuk wanita berat

badan ideal x25 )

Libatkan pasien dalam membantu Meningkatkan partisipasi keluarga

waktu makan dan jumlah nutrisi. dan mengontrol asupan nutrisi sesuai

dengan kemampuan untuk menarik

glukosa dalam sel.

Observasi tanda-tanda hyperglikemi Karena metabolisme karbohidrat

(perubahan tingkat kesadaran, kulit mulai terjadi, gula darah akan

lembab/ dingin,denyut nadi berkurang, dan sementara paasien


cepat,lapar, peka rangsang, cemas, masih di beri insulin maka

sakit kepala, pusing,sempoyongan) hiperglikemi dapat terjadi.

(sumber: sujono Riyadi, 2013)

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa

tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi.

Data penunjang : angka leukosit>11.000 ul, suhu tubuh kadang

mengalami periode naik dari 37ºC, akral teraba hangat/panas.

Kriteria evaluasi: tidkak terdapat tanda-tanda peradangan dan

infeksi seperti rubor,dolor, kalor, tmor. Suhu tidak tinggi,kadar GDS

60-100 mg/dl, glukosa urine negatif.

Tabel 2.3

Intervensi Rasional
Observasi tanda-tanda infeksi dan Memastikan kondisi pasien pada
peradangan periode peradangan atau sudah
terjadi infeksi. Terjadinya sepsis
dapat dicegah leboih awal.
Tingkatkan upaya dalam pencegahan Meminimalkan invasi
dengan melakukan cucitanga mikroorganisme.
memakai handscon ,masker dan
kebersihan lingkungan.
Pertahankan teknik aseptik dan Invasi alat dapat menjadi mediator
sterilisasi alat pada prosedur invasif. masuknya milkroorganisme.
Anjurkan untuk makan sesuai dengan Menurunkan resiko kadar gula darah
jumlah kalori yang dianjurkan terutama tinggi yang merupakan media terbaik
membatasi masuknya gula. untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Bantu pasien untuk personal hygine Merupakan resiko invasi
mikroorganisme
(Sumber : Sunjono Riadi, 2013)

d. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori percaptual

(penglihatan, pendengaran) berhubungan dengan perubahan

kimia endogen (ketidak seimbangan glukosa-insulin dan

elektrolit)
Kemungkinan data yang menunjang masalah di atas : pasien

mengeluh penglihatannya kabur atau dipolipia, visus dengan

snellencard kurang dar 6 meter, mengeluh kepalanya pusing,

telinganya berdenging atau tidak jelas pendengaran, pasien

mengeluh letih, pelupa, nilai labolatorium darah < 9 meq/dl,

kalium darah <3,5 meq/dl, klorida darah <100 meq/dl.

Kriteria evaluasi : pasien tidak mengeluh penglihatannya kabur

lagi, vesus 6/6, nilai labolatorium terkait eksitas pernafasan

dalam batas normal.

Tabel 2.4

Intervensi Rasional
Kaji tanda-tanda vital status mental Sebagai dasar untuk membandingkan
temuan abnormal, seperti suhu yang
meningkat dapat mempengaruhi
status mental.
Kaji ststus persepsi penglihatan, Untuk mengkaji status persepsi klien.
pandangan dan test seperti melihat
objek seperti jari tangan, tes visus dan
snellen card, tes berbisik atau test
garputala.
Buat jadwal intervensi keperawatan Meningkatkan tidur, menurunkan letih,
bersama dengan pasien agar tidak dan dapat memperbaiki daya fikir.
mengganggu waktu istirahat pasien.
Bantu pasien dalam ambulasi atau Meningkatkan keamanan pasien
perubahan posisi dan secara untuk beraktifitas. Aktifitas dapat
bertahap dinaikan derajatnya. meningkatkan sirkulasi dan fungsi
jantung.
Berikan tempat tidur yang lembut, Meningkatkan eksistasi pernafasan
pelihara kehangatan kaki/ tangan dan mencegah kelebihan elektrolit
hindari terhadap air panas/dingin atau seperti natrium yang berdampak pada
penggunaan bantalan/ pemanas. peningkatan ikatan cairan.
(Sumber : Sunjono Riadi, 2013)

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi

metabolik atau peningkatan kebutuhan gizi.


Kemungkinan dibuktikan oeh : pasien mengeluh badannya

terasa lemah, sekor kekuatan otot ekstremitas baik kanan dan

kiri atas maupun bawah kurang dari 4, ketidakmampuan untuk

melakukan kegiatan harian seperti mandi, gosok giigi, berjalan.

Pasien terlihat terhuyung atau bterjatuh pada saat berdiri.

Kriteria evaluasi : pasien mengatakan badannya tidak lemah

lagi, skor kekuatan otot ektremitas kanan dan kiri atas serta

kanan kiri bawah 5, menunjukan perbaikan kemampuan untuk

berpartisipasi dalam aktifitas, seperti berdiri dan berjalan.

Tabel 2.5

Intervensi Rasional

Diskusikan dengan pasien kebutuhan Meningkatkan motivasi dan partisipasi


aktifitas misalnya duduk di tempat untuk dapat mencapai kebutuhan
tidur berjalan ke klamar mandi aktifitas
Buat jadwal perencanaan dengan Aktifitas akan lebih terarah dan
pasien dan indikasi yang menghindari kelelahan yang
menimbulkan kelelahan berlebihan
Berikan aktifitas alternatif dengan Memberikan kesempstsn untuk
periode istirahat yang cukup/ tanpa mencukupkan produksi energi untuk
diganggu aktifitas
Pantau nadi, frekuensi pernafasan Mengindikasikan tingkat pemenuhan
dan tekanan darah sebelum/sesudah energi dengan tingkat aktifitas. Bila
melakukan aktifitas kebutuhan lebih besar dari yang
tersedia, maka secara klinis nadi
mengalami penurunan, nafas cepat,
penurunan tekanan darah.
Pantau aktifitas pasien dan jumlah Aktifitas yang tidak sesuai dengan
bahan energi yang masuk. jumlah energi yang dapat di produksi
dapat meningkatkan kelelahan
Tekankan pentingnya Membantu meningkatkan gambaran
mempertahankan pemeriksaan gula nyata dari produksi energi metabolok
darah setiap hari. dari unsur glukosa
(Sumber: sujono Riyadi, 2013)

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan

perubahan status metabolik atau kerusakan sirkulasi.


Data yang mendukung munculnya masalah : terdapat luka pada

kaki atau tempat lain seperti punggung dengan panjang luka

misalnya 2 cm lebar 1 cm, terdapat kehitaman sekitar luka, luka

teraba hangat, di sekitar luka tampak baengkak, di sekitar luka

terlihat pucat atau kemerahan, dan sekitar luka teraba

hangat/dingin.

Kriteria evaluasi : terjadi perbaikan ststus metabolik yang

dibuktikan oleh guladarah dalam batas normal 36 jam, bebas dari

drainase purulen dalam 48 jam. Menunjukan tanda-tanda

penyembuhan dengan tepi luka bersih dalam 60 jam, tidak terdapat

pembengkakan pada luka.

Tabel 2.6

Intervensi Rasional

Kaji kondisi luka pada jaringan Mengidentifikasi tingkat metabolisme


pasien (terutama area kaki dan jaringan dan tingkat disintegritas
punggung).
Rendam kaki atau punggung (lalu Membersihkan luka, efektif untuk
memungkinkan dengan ember membantu penyembuhan dan
khusus) dalam air steril pada suhu meningkatkan sirkulasi metabolik
kamar dengan larutan betadin (yang
di encerkan ) atau pehidrol 3x1 hari
selama 15 menit
Rawat luka dengan teknik steril dan Mencegah peninglkatan prosentase
kaji area luka setiap kali mengganti mikroorganisme akibat kelainan
balutan. metabolik ( glukosa tinggi) dan
memberikan informasi tentang
efektifitas terapi
Balut luka dengan kasa steril Menjaga kebersihan luka/
meminimalkan kontaminasi silang
Berikan 15 unit insulin hulumun N, Mengobati disfungsi metabolik yang
SC pada siang hari setelah contoh mendasari menurunkan hiperglikemia
darah harian di ambil dan meningkatkan kesembuhan
sumber: sujono Riyadi, 2013)
g. Pola nafas tidak efektif kemungkinan berhubungan dengan

asidosis metabolik

Data yang mendukung : respiratory rate pasien 30x/ menit atau

lebih,pasien mengeluh dadanya terasa berat bila bernafas,

pernafasan pasien kusmaul,pernafasan klien berbau benda

keton,data labolatoriun menunjukan peningkatan benda keton

pada urine.

Kriteria evaluasi : Respiratory rate pasien 20-24x / menit atau

mengalami prubahan dari data pengkajian, pernfasan pasien

reguler,pernafasan pasien tidak berbau benda keton

Tabel 2. 7

Intervensi Rasional

Auskultasi paru tiap satu jam sampai Mengidentifikasi tingkat


stabil, kemudian setiap 4 jam pengembangan paru dalam
memenuhi pengambilan oksigen
Tinggikan bagian kepala tempat tidur Mengurangi penekanan saat
untuk memudahkan bernafas pengembangan paru oleh diafragma
Kaji frekuensi kedalaman pernafasan Peningkatan kedalaman pernafasan
setiap 4 jam sebagai salah satu indikasi
peningkatan benda keton dalam
tubuh
Anjurkan pasien banyak istirahat, Mengurangi tingkat penggunaan
hindarkan dari rangsangan psikologi energi yang tidak banyak diperoleh
yang berlebihan, seperti bicara yang dari glukosa melainkan dari benda
keras keton
Berikanglikoasa lewat bolus/ langsung Mengurangi penggunaan benda
intra vena (jika diperlukan) keton sebagai bahan pembentukan
energi
(Sumber: sujono Riyadi, 2013)

h. Nyeri akut (misalnya kaki ) berhubungan dengan agen fisik.

Data yang mendukung: pasien mengatakan kakinya terasa

nyeri seperti terbalkar, ekspresi pasien terlihat meringis

kesakitan.pasien terlihat meringis setelah kakinya terbentur,


pasien sering terlihat memegangi kakinya, nadi 88x/menit, R

24x/menit, hasil pengkajian skala nyeri 7.

Kriteria evaluasi : pasien melapiorkan nyeri berkurang/ hilang

dalam 48 jam, ambulasi secara normal menahan beban beda

berat, badan sempurna saat pulang, ekpresi pasien tidak

terlihat meringis kesakitan,nadi 80-84x/ menit, Skala nyeri

0atau 1 atau 2 atau 3.

Tabel 2.10

Intervensi Rasional

Tentukan karkateristik nyeri Menetapkan dasar untuk mengkaji


berdasarkan dikripsi pasien perbaikan atau perubahan pada nyeri
(tergantung pada pasien yang
mengekspresikan)
Letakan ayunan kaki di atas tempat Menghindari tekanan langsung pada
tidur/anjurkan untuk menggunakan area yang cidera yang dapat
pakaian tidur yang longgar saat mengakobatkan vaskulrisasi/
bangun peningkatan nyeri
Berikan analgetik peroral setiap 8 Menurunkan ambang nyeri yang
jam sesuai kebutuhan dialami oleh pasien melalui serabut
saraf
Anjurkan pasien untuk memulai Meningkatkan rasa perhatian
aktifitas tidak tergesa-gesa dan terhadap benda sekeliling dan
mendadak mengurangi tekanan otot
(Sumber: sujono Riyadi, 2013)

i. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, rognosis, dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang

mengingat intervensi informasi, tidak mengenla sumber

informasi.

Kemungkina di buktikan oleh: pasien mengungkapkan rasa

ingin tau tentang penyakit dan pengobatannya, saat di ajukan

pertanyaan yang terkait dengan penyakit dan pengobatan

pasien menjawab kurang tepat,mengungkapkan masalah yang


terkait, prognosis, pengobatan. Ketidak akuratan mengikuti

intervensi tentang pengetahuan penyakit, pasien menyatakan

lupa akan informasi yang telah di berikanatau pasien

menyatakan bingung untuk mencari sumber informasi yang

terkait dengan penyakit nya ( Diabetes Mellitus)

Ktiteria evaluasi : mengungkapkan pemahaman tentang

penyakit, pasien dapat mengidentifikasi hubungan/tanda gejala

dan proses penyakit pasien dapat mengubungkan gejala

dengan faktof penyakit secara konkrit,pasien mampu

melakukan prosedur yang perlu, menjelaskan rasional dan

tindakan melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi

dalam program pengobatan.

Tabel 2.11

Intervensi Rasional

Kaji tingkat pengetahuan pasien Untuk memberikan informasi yang


mengenai penyakit, pronosa dan tepat pada pasien
pengobatannya
Lakukan pemberian pendidikan Memberikan informasi yang akurat
kesehatan secara bertahap dansesuai dan bermakna bagi pasien dan bagi
perancana satuan acara penyuluhan perawat dapat mengetahui
(SAP) perkembangan pengetahuan pasien
dengan pasti
Diskusikan dengan pasien tentang Memberikan pengetahuan dasar
penyakitnya dimana pasien cepat membuat
pertimbangan dalam memilih gaya
hidup
Diskusikan tentang cara diet, Kesadaran tentang penyakitnya
penggunaan makanan tinggi serat kontrol diet akan membantu pasien
dalam merencanakan/ menaati
program
Tinjauan ulang program pengobatan pemahaman tentang semua aspek
yang di gunakan obat meningkatkan
penggunaan yang tepat
Tentukan pentingnya Membantu dan menciptakan
mempertahankan pemeriksaan gula gambaran dari keaadan pasien untuk
darah setiap hari melakukan kontrol penyakitnya
(Sumber sujonryadi, 2013)

5. Pelaksanaan (implementasi)

Implementasi adalah pelaksanaan dari pelaksana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi di mulai

setelah rencana intervensi tersusun dan ditujukan pada

nersingrdes untuk membantu klienmencapai tujuan yang

diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik

dilakukan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

masalah kesehatan klien. (nursalam, 2008)

6. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria

hasil yang di buat pada tahap perencanaan. Adapun yang

menggunakan pendekatan dengan format SOAPIER adalah :

S : data subjektif adalah perawat menuliskan keluhan pasien yang

masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan.

O : data objekti adalah data berdasarkn hasil pengukuran atau

observasi perawat secara langsung kepada klien, dan dirasakan

klien setelah di lakukan tindakan keperwatan

A : Analisa adalah intervensi dari data subjektif dan data objektif.

P : planning, adalah perencanaan keperawatan yang dilanjutkan,

dihentikan, di modifikasi, atau ditambah dari rencana keperawatn

yang telah di tentukan sebelumnya.


I : implementasi, adalah tindakan keperawatan yang dilakukan

sesuai dengan intruksi yang telah teridentifikasi dalam kompnen

P(perencanaan)

E : Evaluasi, adalah respon klien setelah di lakukan tindakan

keperawatan.

R : Respon, adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap

perencanaan setelah diketahui evaluasi apakah dari rencana

tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi atau dihentikan.

(Nikmatul Rohmah, 2009)


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an,surat Al-israak Ayat 82.

Arisman,2011. Asuhan Keperawatan Di akses pada tanggal 20 Juni 2016


http//repository.usus.ac.id/asuhan keperawatan/chapte2014.pdf..

Aninom,2005. Pengobatan Medis. Jakarta : media lunarza

Catatan Rekamedik RSUD Ciamis. Daftar 20 Penyakit Terbesar Di ruang Dahlia RSUD
Ciamis

Diani,L.2011. Laporan Pendahuluan. Diakses pada tanggal 20 juni 2016


http//layardiani.blogspot.com/2011/06/Laporan-pendahuluan-diabetes-
melitus.html.

Elin, Y. 2009.Teori Keperawatan Diabetes. Yogyakarta : madiun media

Ita, 2011. Laporan PendahuluanDiakses pada tanggal 21 juni 2016


http//ita.blogspot.co.id/2011/06/tugas-ke-iii-laporan-pendahuluan.html.

Kemenkes, 2013 : Data Penyakit di Indonesia . jakarta : buletin media

Masjoer.Arif.2008. Kapita Slekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid ke 1. Jakarta

Mansjoer, A. 2006. Proses keperawatan : Analisa. Jakarta : Graha Media

Nikmatur Rohmah,2011. Proses Keperawatan : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta :Ar


Ruzz Media.

Novitasari,2014. Di akses pada tanggal 19 Juni 2016


http//repository.usus.ac.id/bistream/12345678/35195/5/.pdf.

Nurdiana,Anis,2012. Di akses pada tanggal 20 Juni 2016.


http//niesfirgo.blog.spot.com/2012/07/hiperglikemiahipoglikemia-dan-diabetes.html.

Nurdiana,Anis,2012. Di akses pada tanggal 20 Juni 2016.


http//niesfirgo.blog.spot.com/2012/07/hiperglikemiahipoglikemia-dan-
diabetes.html.
Nursalam.2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik Edisi
Pertama. Jakarta : Selamba Medika

Riyadi,S.2013. proses Keperawatan : Intervensi keperawatan. Jakarta : Plaza Media

Salma,2012. http//majalahkesehatan.com/7-langkah-langkah-ulkus-kaki-diabetik/.
Diakses pada tanggal 20 juni 2016

Yulan,2011. Diakses tanggal 21 juni 2016.


http//yulanyuliana2c09120.blogspot.com/2011/05/3-laporanpendahuluan-
diabetes.html.

Anda mungkin juga menyukai