Anda di halaman 1dari 11

PELAPORAN SEGMEN, EVALUASI PUSAT INVESTASI, dan

PENETAPAN HARGA TRANSFER


Dosen Pengampu :
Muji Maranani, S.E., M.Si. Ak. CA.

Disusun Oleh :
1. Ramadzani Fitriana 17.0101.0196
2. Eka Pratiwi 17.0101.0222
3. Muhammad Zulfikar I 17.0101.0231

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya yang
tidak terhingga, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pelaporan Segmen, Evaluasi
Pusat Invesatasi, dan Penetapan Harga Transfer.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperoleh banyak informasi mengenai
Pelaporan Segmen, Evaluasi Pusat Invesatasi, dan Penetapan Harga Transfer, yang
bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembacanya maupun pihak yang
terkait di dalamnya serta dapat memberikan motivasi atau dorongan agar memiliki rasa ingin
tahu di dalam dunia keuangan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi tulisan
maupun materi. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa kami terima
dengan tangan terbuka. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi kepada saudara-
saudara, bermanfaat untuk pembacanya dan dapat memberikan semangat untuk membawa
sesuatu ke arah yang positif.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT meridhoi
segala usaha dan langkah kita semua. Amin.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara umum, sebuah perusahaan diatur menurut garis-garis
pertanggungjawaban. Bagan organisasi tradisional dengan bentuk piramidanya
mengilustrasikan garis pertanggungjawaban yang mengalir dari CEO turun melewati
wakil direktur menuju manajer madya dan manajer yang lebih rendah.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting system) adalah
sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai pusat pertanggungjawaban menurut
informasi yang dibutuhkan para manajer untuk mengoperasikan pusat
pertanggungjawaban mereka. Idealnya, sistem akuntansi pertanggungjawaban
mencerminkan dan mendukung struktur dari sebuah organisasi.
Dalam suatu perusahaan yang organisasinya telah dibagi-bagi menjadi pusat-
pusat laba, transfer barang atau jasa antar pusat laba tersebut menimbulkan
masalah penentuan harga transfer, karena masing-masing pusat laba diukur
kinerjanya berdasarkan laba, sehingga setiap transfer barang atau jasa antar pusat laba
akan berdampak terhadap laba masing-masing pihak yang terkait.
Masalah penentuan harga transfer dijumpai dalam perusahaan yang organisasinya
disusun menurut pusat-pusat laba, dan antara pusat laba yang dibentuk terjadi transfer
barang atau jasa. Latar belakang timbulnya masalah harga transfer dapat dihubungkan
dengan proses diferensiasi bisnis dan perlunya integrasi dalam organisasi yang telah
melakukan diferensiasi bisnis.

B. RUMUSAN MASALAH
Berpijak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada
penulisan makalah ini adalah :
1. Apa penegertian akuntansi pertanggungjawaban dan jenis-jenisnya ?
2. Apa itu desentralisasi dan pertanggungjawaban ?
3. Bagaimana pengukuran kinerja pusat dan pertanggungjawaban ?
4. Perberdaan laba rugi dengan biaya absorbsi dan biaya variabel ?
5. Bagaimana penetapan harga transport ?
C. TUJUAN
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
1. Agar mengetahui pengertian akuntansi pertanggungjawaban dan jenis-
jenisnya
2. Agar mengetahui apa itu desntralisasi dan pertanggungjawaban
3. Agar mengetahui pengukuran kinerja pusat dan pertanggungjawaban
4. Agar mengetahui perbedaan laba rugi dengan biaya absorbsi dan biaya
variabel
5. Agar mengetahui bagaimana penetapan harga transport
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban Dan Jenis-Jenisnya


Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari akuntansi
manajemen dan sistem akuntansi yang dikaitkan dan dan disesuaikan dengan pusat-
pusat pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi. Istilah akuntansi
pertanggungjawaban ini akan mengarah pada proses akuntansi yang melaporkan
sampai bagaimana baiknya manajer pusat pertanggungjawaban dapat memanage
perkerjaan yang langsung dibawah pengawasannya dan yang merupakan
tanggungjawabnya atau suatu sistem yang mengukur rencana dan tindakan dari setiap
pertanggungjawaban.
Menurut Hansen, Mowen (2005: 116) definisi akuntansi pertanggungjawaban
adalah sebagian berikut : “Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem yang
mengatur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut
informasi yang dibutuhkan oleh para manajer untuk mengoperasikan pusat
pertanggungjawaban mereka”.
Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya
bartanggung jawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu. Berikut ini jenis
utama pusat pertanggungjawaban.
- Pusat biaya ( cost center )
- Pusat pendapatan ( revenue center)
- Pusat laba (profit center )
- Pusat investasi (investment center )

2. Desentralisasi dan Pusat Pertanggungjawaban


Secara umum, sebuah perusahaan diatur menurut garis-garis
pertanggungjawaban. Bagan organisasi tradisional dengan bentuk piramidnya
mengilustrasikan garis pertanggungjawaban yang mengalir dari CEO turun melewati
wakil direktur menuju manajer yang lebih rendah.
Perusahaan yang memilis ki beberapa pusat pertanggungjawaban biasanya memilih
salah satu dari dua pendekatan pengambilan keputusan untuk mengelola kegiatan
mereka yang rumit dan beragam .
Semua organisasi berada dalam rentang dari yang sangat tersentraliasi hingga sangat
terdesentralisasi. Kebanyakan perusahaan berada di tengah di antara kedua ujung
rentang tersebut dengan mayoritas cenderung ke arah desentralisasi.

a. Alasan-alasan untuk Melakukan Desentralisasi

 Mengumpulkan dan menggunakan informasi lokal


Kualitas dari berbagai keputusan dipengaruhi oleh kualitas informasi yang
tersedia. Sejalan dengan pertumbuhan perusahaan dan penambahan operasi dipasar
dan area yang berbeda, manajemen pusat mungkin tidak memahami kondisi lokal.

 Memfokuskan manajemen pusat


Dengan mendesentralisasikan keputusan-keputusan operasional, manajemen
pusat bebas menangani perencanaan dan pengambilan keputusan strategis.
Keberlangsungan jangka panjang dari perusahaan harus lebih penting bagi
manajemen pusat daripada operasional sehari-sehari.

 Melatih dan memotivasi para manajer


Organisasi selalu membutuhkan manajer yang terlatih untuk menggantikan
posisi manajer jenjang ;ebih tinggi yang keluar untuk mengambil keuntungan dari
peluang yang lain. Manajer-manajer yang menghasilkan keputusan terbaik adalah
manajer yang bisa dipromosikan.

 Meningkatkan daya saing


Pada perusahaan yang sangat tersentralisasi, margin laba secara keseluruhan
mampu menutupi ketidakefisienan yang terjadi di berbagai divisinya. Perusahaan-
perusahaan besar sekarang menemukan bahwa mereka tidak mampu
mempertahankan suatu divisi yang tidak berdaya saing.

3. Pengukuran Kinerja Pusat Pertanggungjawaban


Prestasi kerja atau yang biasa juga disebut kinerja adalah kontribusi yang
dapat diberikan oleh suatu bagian pencapaian tujuan perusahaan oleh karena itu
pengukuran atas kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian bagi pencapaian
tujuan perusahaan. Dalam mengevaluasi pengukuran kinerja manager pusat
pertanggungjawaban ada tuga kriteria yang digunakan yaitu efisiensi, efektivitas, dan
ekonomis. Efisiensi adalah perbandingan, antara output yang dihasilkan dengan
besarnya input yang digunakan. Sedangkan efektivitas adalah hubungan antara output
suatu pusat pertanggungjawaban yang sasarannya harus dicapai. Efektivitas selalu
berhubungan dengan tujuan organisasi sedang efisiensi tidak ekonomis dimaksudkan
sebagai penggunaan sumber daya seminimal mungkin. Suatu pusat
pertanggungjawaban dalam melaksanakan operasinya harus memenuhi ketiga kriteria
diatas. Dari uraian mengenai berbagai tipe pusat pertanggungjawaban tersebut diatas,
manajer pusat pertanggungjawaban diukur prestasinya berdasarkan karakteristik
masukan dan keluarannya.
Biaya merupakan tolak ukur prestasi bagi manajer pusat biaya, sedangkan
pendapatan merupakan tolok ukur prestasi bagi manajer pusat pendapatan. Dalam
pusat investasi rasio laba dengan investasi atau residual income dipakai sebagai tolok
ukur prestasi manajer pusat pertanggungjawaban tersebut. Perlu diingat bahwa
manajer pusat pertanggungjawaban tersebut. Perlu diingat bahwa manajer pusat
pertanggungjawaban tidak hanya diukur prestasinya dengan menggunakan tolok ukur
keuangan saja, namun masih ada tolok ukur non keuangan yang digunakan untuk
mengukur prestasi manajer pusat pertanggungjwjawaban.

4. Laba Rugi Dengan Biaya Absorbsi dan Biaya Variabel


Karena biaya produk per unit merupakan dasar bagi penghitungan harga
pokok penjualan, metode perhitungan biaya variabel dan absorpsi dapat
mengakibatkan angka laba bersih yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena
jumlah overhead tetap yang diakui sebagai beban pada kedua metode.
Laba menurut perhitungan biaya absoprsi akan lebih tinggi daripada laba
menurut perhitungan biaya variabel. Perbedaan ini karena sebagian overhead tetap
periode tersebut yang masuk dalam persediaan ketika perhitungan biaya absorpsi
digunakan. Hanya sebagian besar dari overhead tetap yang dimasukkan dalam harga
pokok penjualan pada perhitungan biaya absorpsi, sisanya ditambahkan ke
persediaan. Akan tetapi, pada perhitungan biaya variabel, semua biaya overhead
overhead tetap untuk periode tersebut ditambahkan ke beban pada laporan laba rugi.
Beban penjualan dan administrasi tidak pernah dimasukkan dalam biaya produk.
Beban penjualan dan administrasi selalu dikeluarkan dari laporan laba-rugi dan tidak
pernah muncul di neraca.

a. Hubungan antara Produksi, Penjualan, dan Laba


Hubungan antara laba menurut perhitungan biaya variabel dan laba menurut
perhitungan biaya absorpsi berubah ketika hubungan antara produksi dan penjualan
berubah. Jika barang yang terjual lebih banyak dari barang yang diproduksi, maka
laba menurut perhitungan biaya variabel akan lebih tinggi dari laba menurut
perhitungan biaya absorpsi. Menjual lebih banyak dari yang diproduksi berarti
persediaan awal dan unit yang diproduksi telah terjual. Menurut perhitungan biaya
absorpsi, unit-unit yang keluar dari persediaan mangandung overhead tetap dari
periode sebelumnya. Selain itu, unit-unit yang diproduksi dan dijual telah
mengandung seluruh overhead tetap periode berjalan. Dengan demikian, jumlah
beban overhead tetap menurut perhitungan biaya absorpsi lebih besar dari overhead
tetap periode berjalan, yaitu sebesar jumlah overhead tetap yang keluar dari
persediaan. Oleh karena itu, laba menurut perhitungan biaya variabel lebih tinggi dari
laba menurut perhitngan biaya absorpsi sebesar jumlah overhead tetap yang mengalir
keluar dari persediaan awal.
Jika jumlah produksi dan penjualan sama, maka tidak ada perbedaan laba yang
dilaporkan. Karena unit-unit yang diproduksi terjual seluruhnya, perhitungan biaya
absorpsi – seperti juga perhitungan biaya variabel – akan mengakui total overhead
tetap periode tersebut sebagai beban. Tidak ada overhead tetap yang masuk atau
keluar dari persediaan.

Jika Maka

1. Produksi > Penjualan Laba Bersih Absorpsi > Laba Bersih Variabel

2. Produksi < Penjualan Laba Bersih Absorpsi < Laba Bersih Variabel

3. Produksi = Penjualan Laba Bersih Absorpsi = Laba Bersih Variabel

Kunci untuk menjelaskan perbedaan antara laba yang dihasilkan perhitungan


biaya absorpsi dan perhitungan biaya variabel adalah analisis terhadap arus overhead
tetap. Perhitungan biaya variabel selalu mengakui total overhead tetap periode sebagai
beban. Dilain pihak, perhitungan biaya absorpsi hanya mengakui overhead tetap yang
ada pada unit-unit yang terjual. Jika jumlah yang diproduksi berbeda dari yang terjual,
overhead tetap dalam persediaan meningkat, maka laba menurut perhitungan biaya
absorpsi lebih besar dari pada menurut perhitungan biaya variabel sebesar kenaikan
bersihnya. Jika overhead tetap persediaan berkurang, maka laba menurut perhitungan
biaya variabel lebih besar daripada laba menurut perhitungan biaya absorpsi sejumlah
penurunan bersihnya.
Perubahan dalam overhead tetap dalam persediaan adalah tepat sama dengan
selisih di antara kedua laba. Selisih antara laba operasi menurut perhitungan biaya
absorpsi dan laba bersih menurut perhitungan biaya variabel dapat dinyatakan sebagai
berikut
Laba menurut perhitungan biaya absorpsi -Laba menurut perhitungan biaya
variabel = Tarif overhead tetap x (unit diproduksi – Unit terjual)

b. Mengevaluasi Manajer Pusat Laba


Evaluasi terhadap para manajer sering dikaitkan dengan profitabilitas unit-unit
yang berada dalam kendali mereka. Bagaimana laba berubah dari satu periode ke
periode berikutnya dan bagaimana laba aktual dibandingkan dengan laba yang
direncanakan sering digunakan sebagai petunjuk terhadap kemampuan manajerial.
Akan tetapi, laba harus mencerminkan usaha manajerial agar dapat menjadi petunjuk
bermakna. Secara umum, jika kinerja laba diharapkan untuk mencerminkan kinerja
manajerial, maka manajer berhak mengharapkan berlakunya hal-hal berikut:

1. Ketika pendapatan penjualan meningkat dari satu periode ke periode


berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan meningkat.
2. Ketika pendapatan penjualan menurun dari satu periode ke periode berikutnya,
sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan menurun.
3. Ketika pendapatan penjualan tidak berubah dari satu periode ke periode
berikutnya, sementara faktor-faktor lainnya tetap, maka laba akan tetap tidak
berubah.

c. Laporan Laba Rugi Segmen dengan Menggunakan Perhitungan Biaya Variabel


Perhitungan biaya variabel berguna dalam menyiapkan laporan laba rugi
segmen karena perhitungan ini menyediakan informasi penting mengenai beban
variabel dan tetap. Sebuah segmen adalah subunit dari suatu perusahaan yang cukup
penting dalam pembuatan laporan kinerja. Segmen bisa berupa divisi, departemen,
lini produk, kelompok pelanggan, dan lain-lain. Akan tetapi, dalam laporan laba rugi
segmen, beban tetap dibagi menjadi dua kategori : beban tetap langsung (direct fixed
expense) dan beban tetap umum (common fixed expense).
Beban tetap langsung (direct fixed expense) adalah beban tetap yang secara
langsung dapat ditelusuri ke suatu segmen. Beban ini terkadang disebut sebagai beban
tetap yang dapat dihindari (avoidable fixed expenses) atau beban tetap yang dapat
ditelusuri (traceable fixed expenses) karena beban itu akan hilang jika segmen ditutup
atau dihapus.
Beban tetap umum (common fixed expenses) disebabkan oleh dua atau lebih
segmen secara bersamaan. Beban-beban ini tetap muncul, bahkan ketika salah satu
segmen dihapus.
Kontribusi laba yang dihasilkan setiap segmen untuk menutupi biaya tetap
umum perusahaan disebut margin segmen (segment margin). Suatu segmen harus
mampu menutup paling tidak biaya variabel dan biaya tetap langsungnya sendiri.
Laporan laba rugi segmen dengan menggunakan perhitungan biaya variabel
memiliki satu keistimewaan di samping laporan laba rugi perhitungan biaya variabel
yang telah disajikan sebelumnya. Pembagian seluruh beban tetap dalam beban tetap
langsung dan beban tetap umum, memberikan informasi tambahan bagi manajer.
Karena beban tetap langsung dapat ditelusuri ke suatu segmen, beban ini
disebabkan oleh keberadaan dari segmen itu sendiri. Jika segmen atau lini produk
dihapus, maka beban tetap ini akan hilang.

5. Penetapan Harga Transfer


Ketika divisi diperlakukan sebagai pusat pertanggungjawaban, divisi tersebut
dievaluasi berdasarkan laba operasi, pengembalian atas investasi dan laba residu atau
EVA. Jadi, nilai barang yang ditransfer merupakan pendapatan bagi divisi yang
menjual dan biaya bagi divisi yang membeli. Nilai atau harga internal disebut harga
transfer. Dengan kata lain harga transfer adalah harga yang dibebankan untuk suatu
komponen oleh divisi penjualan pada divisi pembeli di perusahaan yang sama.

b. Dampak Penetapan Harga Transfer terhadap Divisi dan Perusahaan secara


Keseluruhan
suatu divisi menjual pada divisi lain, kedua divisi tersebut dan perusahaan
secara keseluruhan mendapat pengaruhnya. Harga yang dikenakan untuk barang yang
ditransfer memengaruhi biaya divisi pembeli dan pendapatan divisi penjual. Artinya,
laba kedua divisi tersebut, sebagaimana juga evaluasi dan kompensasi para manajer
mereka, dipengaruhi oleh harga transfer.
Meskipun harga transfer aktual tidak memengaruhi perusahaan sebagai suatu
kesatuan, penetapan harga transfer ternyata mampu memengaruhi tingkat laba yang
dihasilkan perusahaan multinasional mmelalui pajak badan dan persyaratan hukum
lainnya yang ditetapkan negara tempat berbagai divisi beroperasi.

c. Kebijakan Penetapan Harga Transfer


Perusahaan yang terdesentralisasi memungkinkan lebih banyak wewenang
pengambilan keputusan di tingkat manajemen yang lebih rendah. Dalam penyusun
sebuah kebijakan penetapan harga transfer, pandangan dari divisi penjualan dan divisi
pembelian harus dipertimbangkan. Pendekatan biaya peluang mencapai tujuan
tersebut dengan mengidentifikasi harga minimum yang ingin diterima divisi penjualan
dan harga maksimum yang ingin dibayar oleh divisi pembeli. Harga maksimum dan
minimum tersebut sesuai dengan biaya transfer internal.
Berikut harga yang ditetapkan:
1. Harga transfer minimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan
divisi penjual tidak menjadi lebih buruk jika barang dijual pada divisi internal
daripada dijual pada pihak l uar.
2. Harga transfer maksimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan
divisi pembeli tidak menjadi lebih buruk jika suatuinput dibeli secara internal.

Beberapa kebijakan penetapan harga transfer digunakan dalam praktik.


Kebijakan penetapan harga transfer ini mencakup harga pasar, harga transfer
berdasarkan biaya, dan harga transfer yang dinegosiasikan.

d. Harga Pasar
Jika tersedia, harga pasar adalah pendekatan terbaik untuk penetapan harga
transfer. Karena divisi penjual mampu menjual barangnya pada harga pasar, transfer
internal pada harga yang lebih rendah dari harga pasar akan mengakibatkan divisi
tersebut merugi. Divisi pembeli yang selalu mampu membeli barang pada harga pasar
untuk barang yang ditransfer secara internal.

e. Harga Transfer Berdasarkan Biaya


Harga pasar luar kerap tidak tersedia. Hal tersebut bisa terjadi karena karena
produk yang akan ditrasfer menggunakan desain hak paten yang dimiliki perusahaan
induk.dalam hal ini, perusahaan bisa menggunakan penetapan harga transfer
berdasarkan biaya. Sebagai contoh, perusahaan matras menggunakan busa dengan
kepadatan tinggi untuk matras dari tempat tidur lipat tersebut dan perusahaan luar
tidak memproduksi matras semacam ini dengan ukuran yang sesuai. Jika perusahaan
telah menetapkan kebijakan penetapan harga transfer berdasarkan biaya, maka divisi
matras akan membebankan biaya penuh mencakup biaya bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, overhead variabel, dan bagian dari overhead tetap.

f. Harga Transfer yang Dinegosiasikan


Akhirnya, manajemen tingkat atas nisa mengizinkan manajer divisi pembeli
dan penjual untuk menegosiasikan harga transfer. Secara khusus, pendekatan ini
berguna saat kondisi pasar tidak sempurna, seperti kemampuan divisi di dalam
perusahaan untuk menghindari biaya penjualan dan distribusi. Dalam hal ini, biaya
yang dihemat bisa dibagi di antara dua divisi.

Anda mungkin juga menyukai