Anda di halaman 1dari 22

Nama : NURATUL ISNAINI

Nim : 1948201022
Unit : A (semester 2)
Dosen Pengampu : Apt. SAFRINA.S.Farm., M.Farm

 RHEOLOGI DAN VISKOSITAS

A. Dasar Teori Rheologi

Rheologi berasal dari bahasa yunani mengalir (rheo) dan logos (ilmu).

Digunakan istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan Croeford untuk

menggunakan aliran cairan dan deformasi dari padatan. Rheologi mempelajari

hubungan antara tekanan gesek (shearing stress) dengan kecepatan geser (shearing

rate) pada cairan, atau hubungan antara strain dan stress pada benda padat.

Rheologi merupakan ilmu yang mempelajari sifat zat cair atau deformasi

zat padat. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Dalam bidang Farmasi,

prinsip–prinsip rheologi diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi, emulsi,

lotion, pasta, penyalut tablet dan lain sebagainya. Selain itu, prinsip rheologi

digunakan untuk karakterisasi produk sediaan Farmasi (Dosage Form). Sebagai

penjamin kualitas yang sama untuk setiap batch. Rheologi juga meliputi

pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube atau pelewatan

dari jarum suntik. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi

penerimaan obat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati

dalam tubuh (bioavailability). Sehingga viskositas telah terbukti dapat

mempengaruhi laju absorbsi obat dalam tubuh.


Sifat-sifat rheologi dari sistem farmaseutika dapat mempengaruhi

pemilihan alat yang akan digunakan untuk memproses produk tersebut dalam

pabriknya. Lebih-lebih lagi tidak adanya perhatian terhadap pemilihan alat ini

akan berakibat diperolehnya hasil yang tidak diinginkan. Aspek ini dan banyak

lagi aspek-aspek rheologi yang diterapkan dibidang farmasi.

Ada beberapa istilah dalam rheologi ini :

a. Rate of shear (D) dv/dr untuk menyatakan perbedaan kecepatan

(dv) antara dua bidang cairan yang dipisahkan oleh jarak yang

sangat kecil (dr).

b. Shearing stress (τ atau F ) F’/A untuk menyatakan gaya per satuan

luas yang diperlukan untuk menyebabkan aliran.

B. Penerapan Rheologi Dalam Dunia Farmasi

1. Sifat Rheologi Dalam Suspensi

Viskositas dari suatu suspensi apabila mempengaruhi pengendapan dari

partikelpartikel zat terdispersi perubahan dalam sifat-sifat aliran dari suspensi bila

wadahnya dikocok dan bila produk tersebut dituang dari botol dan kualitas

penyebaran dari cairan (lotio) bila digunakan untuk suatu bagian permukaan yang

akan diobati. Pertimbangan rheologi juga penting dalam pembuatan suspensi.

Satu-satunya shear yang terjadi dalam suatu suspensi pada penyimpanan

adalah lantaran pengendapan dari partikel-partikel yang tersuspensi. Gaya ini

diabaikan dan bisa dibuang. Tetapi jika wadah dikocok dan produk dituang dari

botol terdapat laju shearing yang tinggi. Zat pensuspensi yang ideal harus

mempunyai viskositas yang tinggi pada shear yang dapat diabaikan yakni selama
penyimpanan dan zat pensuspensi itu harus mempunyai viskositas yang rendah

pada laju shearing yang tinggi yakni ia harus bebas mengalir selama pengocokan,

penuangan, dan penyebarannya ini.

2. Sifat Rheologi Dalam Emulsi

Produk yang diemulsikan mungkin mengalami berbagai shear-stress

selama pembuatan atau penggunaanya. Pada kebanyakan proses ini sifat aliran

produk akan menjadi sangat penting untuk penampilan emulsi yang tepat pada

kondisi penggunana dan pembuatannya. Jadi penyebaran produk dermatologik

dan produk kosmetik harus dikontrol agar didapat suatu preparat yang

memuaskan. Aliran emulsi parenteral melalu jarum hipodermik, pemindahan

suatu emulsi dari botol atau tube dan sifat dari satu emulsi dalam berbagai proses

penggilingan yang digunakan dalam pembuatan produk ini secara besar-besaran,

menunjukkan perlunya karakteristik aliran yang tepat.

Kebanyakan emulsi, kecuali emulsi encer menunjukkan aliran non Newton

yang mempersulit interpretasi data dan perbandingan kuantitatif antara sistem-

sistem dan formulasi-formulasi yang berbeda.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan fase terdispersi meliputi

perbandingan dengan fase terdispers meliputi perbandingan volume fase,

distribusi ukuran partikel dan viskositas dari fase dalam itu sendiri. Jadi, jika

konsentrasi volume dari fase terdispers rendah (kurang dari 0,05), sistem tersebut

adalah Newton. Dengan naiknya konsentrasi volume, sistem tersebut menjadi

lebih tahan terhadap aliran dan menujukkan karekteristik aliran pseudoplastis.

Pada konsentrasi yang cukup tinggi, terjadi aliran plastis. Jika konsentrasi volume
mendekati 0,74 mungkin terjadi inversi dengna berubahnya viskositas secara

nyata. Pengurangan ukuran partikel rata-rata akan menaikkan viskositas. Makin

luas distribusi ukuran partikel, makin rendah viskositasnya jika dibandingkan

dengan sistem yang memiliki ukuran partikel rata-rata serupa tetapi dengan

distribusi ukuran partikel yang lebih sempit.

3 Sifat Rheologi Dalam Semisolid

Pembuat salep farmasetik dan krim kosmetik menyadari adanya keinginan

untuk mengontrol konsistensi bahan non-Newton. Instrumen yang paling baik

untuk menentukan sifat-sifat rheologi dari semisolid di bidang Farmasi adalah

viskometer putar (rotational viscometer). Untuk analisis semisolid yang

berbentuk emusi dan suspensi digunakan cone-plate viscometer. Viscometer

Stormer terdiri dari cup yang stationer dan bob yang berputar, dan alat ini juga

baik untuk semisolid.

4. Sifat Aliran Pada Serbuk

Serbuk bulk agak analog dengan cairan non Newton menunjukkan aliran

plastik dan kadang-kadang dilatansi partikel-partikel dipengaruhi oleh gaya tarik

menarik sampai derajat yang bervariasi. Oleh karena itu, serbuk bisa jadi

mengalir bebas (free-flowing) atau melekat. Dalam pengertian khusus yaitu

ukuran partikel porositas dan kerapatan, dan kehalusan permukaan. Sifat-sifat dari

zat padat yang menentukan besarnya interaksi partikel-partikel.

Akan halnya partikel-partikel yang relati kecil (kurang dari 10µm), aliran

partikel melalui lubang dibatasi karena gaya lekat antara partikel besarnya sama
dengan gaya gravitasi. Karena gaya yang terakhir ini merupakan fungsi dari garis

tengah yang di naikkan pangkat tiga, gaya-gaya tersebut menjadi lebih bermakna

apabila ukuran partikel meningkan dan aliran dipermudah. Laju aliran maksimum

dicapai setelah aliran berkurang apabila ukuran partikel mendekati besarnya

lubang tersebut. Jika suatu serbuk mengandung sejumlah partikel-partikel kecil,

sifat-sifat aliran serbuk bisa diperbaiki dengan menghilangkan “fines” atau

mengadsorbsinya pada partikel-partikel yang lebih besar. Kadang kadang, aliran

yang jelek bisa diakibatkan karena adanya kelembapan dalam hal mana

pengeringan partikel-partikel akan mengurangi lekatnya partikel-partikel tersebut.

Partikel-partikel panjang atau plat cenderung untuk mengepak walaupun

dengan sangat longgar sehingga memberikan serbuk yang mempunyai porositas

tinggi. Partikel-partikel dengan kerapatan tinggi dan porositas dalam rendah

cenderung untuk mempunyai sifat-sifat bebas mengalir. Ini dapat dikurangi

dengan kasarnya permukaan, yang cenderung mengakibatkan karakteristik aliran

yang jelek disebabkan oleh gesekan dan kelekatannya.

Serbuk yang mengsalir tidak baik atau granulat memberikan banyak

kesulitan pada industri farmasi. Produksi unit sediaan tablet yang seragam terbukti

bergantung pada beberapa sifat granulat. Jika ukuran granular berkurang, variasi

berat tablet pun berkurang. Variasi berat minimum dicapai pada granul yang

mempunyai garis tengah 400 sampai 800 µm. Jika ukuran granul dikurangi lagi,

granul mengalir kurang bebas dan variasi berat granul meningkat. Distribusi

ukuran partikel mempengaruhi aliran dalam dan pemisahan dari suatu granulat.

C. Dasar Teori Viskositas


Viskositas adalah suatu ungkapan dari resistensi zat cair untuk mengalir.

semakin tinggi viskositas aliran akan semakin besar resistensinya. Viskositas

berpengaruh terhadap laju penyerapan obat dari saluran pencernaan dalamn

penelitian dan teknologi farmasetik dan sejenisnya. Viskositas adalah sebuah

ukuran penolakan sebuah fluid terhadap perubahan bentuk dibawah tekanan shear.

Viskometer merupakan ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Biasanya

Viscometer diterima sebagai kekentalan atau penolakan terhadap penuangan.

Viscositas menggambarkan penolakan dalam fluid kepada aliran dan dapat dipikir

sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan fluid. Air memiliki viskositas

rendah sedangkan minyak sayur memiliki Viskositas tinggi.

Viskositas berpengaruh terhadap laju penyerapan obat dari saluran

pencernaan serta dalam penelitian dan teknologi farmasetik dan sejenisnya.

Penggolongan sistem cair menurut tipe aliran dan deformasinya ada dua yaitu:

Sistem Newton dan Sistem non-Newton. Pada cairan Newton, hubungan antara

shearing rate dan shearing stress adalah linear dengan suatu tetapan yang dikenal

dengan viskositas atau koefisien viskositas. Sedangkan pada cairan non-Newton,

shearing rate dan shearing stress tidak memiliki hubungan linear, viskositasnya

berubah-ubah tergantung dari besarnya tekanan yang diberikan. Tipe aliran non-

Newton terjadi pada dispersi heterogen antara cairan dengan padatan seperti pada

koloid, emulsi dan suspensi.

D. Macam-Macam Viskometer

Alat pengukur viskositas berdasarkan prinsip kerjannya dibedakan atas 4

tipe, yaitu:
1. Viskosimeter kapiler/otswald

2. Viskosimeter bola jatuh

3. Viskosimeter Cup and Bob

4. Viskosimete Cone and Plate (kerucut dan lempeng)

Viskosimeter kapiler dan viskosimeter bola jatuh hanya digunakan untuk

mengukur viskositas sistem Newton. Sedangkan viskosimeter cup and bob serta

viskosimeter cone and plate bisa digunakan baik untuk cairan bersistem Newton

maupun non-Newton.

E. Cara Penggunaan Viskometer

Viskositas dari cairan Newton bisa ditentukan dengan mengukur waktu

yang diperlukan bagi cairan Newton untuk lewat antara dua tanda (tanda atas dan

tanda bawah) melalui suatu tabung kapiler yang vertikal yang dikenal sebagai

Viskosimeter Ostwald.

1. Viscometer Kapiler/Ostwald

Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang

dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara dua tanda ketika mengalir

karena gravitasi melalui viscometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji

dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya

sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat dua tanda tersebut.

2. Viscometer Hoppler

Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum terjadi

keseimbangan sehingga gaya gesek sama dengan gaya berat – gaya Archimedes.

Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola (yang terbuat dari kaca) melalui
tabung gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola

merupakan fungsi dari harga resiprok sampel.

3. Viscometer Cup dan Bob

Prinsip kerjanya simple digeser dalam ruangan antara dinding luar dari

bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah – tengah.

Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan

geseran yang tinggi di sepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan

penurunan konsentrasi ini menyebabkan bagian tengah zat yang ditekan keluar

memadat.

4. Viscometer Cone dan Plate

Cara pemakaiannya dengan cara sampel ditempatkan ditengah – tengah

papan, kemudian dinaikan sehingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakan

oleh motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser kedalam ruang

semitransparan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar.

 KINETlKA KIMIA

1. Pengertian Laju Reaksi

Kinetika kimia mempelajari laju berlangsungnya reaksi kimia dan energy

yang berhubungan dengan proses tersebut, serta mekanisme berlangsungnya

reaksi. Mekanisme reaksi adalah serangkaian reaksi tahap demi tahap yang terjadi

berturut-turut se1ama proses perubahan reaktan menjadi produk, atau urutan

langkah-Iangkah reaksi menuju tersusunnya reaksi total. Laju reaksi merupaka


laju pengurangan reaktan tiap satuan waktu, atau laju pembentukan produk tiap

satuan waktu.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

 Sifat dan Keadaan Zat

Dalam reaksi kimia terjadi pemutusan dan pembentukan ikatan, dimana

jenis ikatan yang dimiliki oleh rea-ban dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain itu,

luas permukaan zat-zat yang bereaksi sangat berpengaruh terhadap laju reaksi,

sehingga suatu zar dalam benruk serbuk dan bongkahan/kepingan akan memiliki

laju reaksi yang berbeda.

 Konsentrasi

Makin besar konsentrasi zat reaktan berarti besar kemungkinan terjadinya

tumbukan yang efektif, sehingga laju reaksinya akan semakin cepat. Tumbukan

yang efektif adalah tumbukan antar molekul yang menghasilkan reaksi, dan hanya

dapar terjadi hila molekul yang, bertumbukan tersebut memiliki energy aktivasi

yang cukup. Energi aktivasi adalah energi minimum yang hanls dimiliki molekul

agar tumbukannya menghasilkan reaksi.

 Temperatur

Menaikkan suhu berarti menambahkan energi, sehingga energi kinetik

molekul-molekul akan meningkat. Akibatnya molekul-molekul yang bereaksi

menjadi lebih aktif mengadakan turnbukan. Dengan kata lain, kenaikan suhu

menyebabkan gerakan molekul makin cepat sehingga kemungkinan tumbukan

yang efektif makin banyak terjadi.

 Katalisator
Katalisator adalah zat yang mempercepat reaksi, tetapi tidak ikut bereaksi.

Adanya katalis akan menurunkan energi aktivasi (Ea) dari suatu reaksi, sehingga

lebih mudah dilampaui oleh molekul-molekul reaktan akibatnya It;aKsi

menjadi lebih cepat.

3. Hukum Laju

Hukum laju menunjukkan hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi

reaktan. Dalam penurunan hukum laju dikenal istilah orde 'reaksi atau tingkat

reaksi, yaitu bilangan pangkat yang menyatakan hubungan konsentrasi zat dengan

laju reaksi. Harga ·orde reaksi hanya dapat ditentukan melalui eksperimen,·

sedangkan tahap penentu laju reaksi adalah reaksi yang paling lambat.

 Reaksi Orde nol

 Reaksi Orde Satu

 Reaksi Orde Dua

4. Penentuan Orde Reaksi

Harga orde reaksi dapat bernilai 0, 1, 2, atau 3, bahkan dapat bernilai

peeahan yang sederhana. Langkah-langkah penentuan orde reaksi berdasarkan

pada data eksperimen, yaitu sebagai berikut :

a. Dara eksperimen harus pada suhu tetap untuk mendapatkan harga k yang tetap

b. Orde reaksi dieari dengan membandingkan persamaan laju reaksi :

Harga k1= k2 dan konsentrasi yang sarna dapat dicoret. Dengan demikian orde

reaksi konsentrasi yang berubah dapat ditentukan.


5. Penentuan Konstanta Laju Reaksi

Dapat dilakukan dengan dua eara, yaitu :

a. Dari Persamaan Hukum Laju

Persamaan hukum laju dapat digunakan untuk menentukan harga k dengan

menggambar grafik In [A] versus t ,sehingga akan diperoleh gradien atau (tga),

yaitu k dengan intersep ln A.

Misalnya untuk reaksi orde satu : In At = In Ao - k t.

b. Dari Persamaan Arrhenius

Hubungan antara laju reaksi dengan temperatur dinyatakan dalam

persamaan Arrhenius :

In k = In A – Ea/RT

Dimana :

k = konstanta laju reaksi

A = konstanta Arrhenius (tergantung frekuensi tumbukan)

Etl = Energi Aktivasi

R = tetapan gas umum

T = temperatur rnutlak (oK)

6. Energi Aktivasi

Suatu reaksi terjadi bila energi tumbukan antara molekul-molekul reaktan

melampaui energi pengaktifan (energi minimum yang harus dimiliki molekul agar

tumbukannya menghasilkan reaksi) dan orientasi moiekul-molekul harus sesuai

untuk terjadinya reaksi.


7. Teori Laju Reaksi

a. Teori Tumbukan

Reaksi terjadi karena adanya molekul-molekul yang saling bertumbukan

secara efektif, yaitu tumbukan antar molekul yang orientasinya sesuai dan

rnemungkinkan untuk menghasilkan produk

b. Teori Keadaan Transisi

Bila terjadi tumbukan antar molekul reaktan akan diperoleh suatu keadaan

transisiiantara (intennediet) yang mempunyai energi sangat tinggi, sehingga

menyebabkan molekul yang menghasilkan kompleks teraktivasi. Kompleks ini

tidak stabil dan dengan segera berubah menjadi produk.

 ORDE REAKSI

Dalam bidang kinetika kimia, orde reaksi suatu substansi (seperti reaktan,

katalis atau produk) adalah banyaknya faktor konsentrasi yang mempengaruhi

kecepatan reaksi. Untuk persamaan laju reaksi {\displaystyle r\;=\;k[\mathrm

{A} ]^{x}[\mathrm {B} ]^{y}...}{\displaystyle r\;=\;k[\mathrm {A} ]^{x}

[\mathrm {B} ]^{y}...} )([A], [B], ... adalah konsentrasi), orde reaksinya adalah x

untuk A dan y untuk B. Orde reaksi secara keseluruhan adalah jumlah sum x + y +

.... Perlu diingat bahwa orde reaksi sering kali tidak sama dengan koefisien

stoikiometri.

Contohnya, reaksi kimia antara raksa (II) klorida dengan ion oksalat:

{\displaystyle {\ce {2 HgCl2 + C2O4^{2-}-> 2Cl^- + 2CO2 (^) + Hg2Cl2 (v)}}}

{\displaystyle {\ce {2 HgCl2 + C2O4^{2-}-> 2Cl^- + 2CO2 (^) + Hg2Cl2 (v)}}}


Persamaan laju reaksinya adalah

r = k[HgCl2]1[C2O42−]2

Dalam contoh ini, orde reaksi reaktan HgCl2 adalah 1 dan orde reaksi ion

oksalat adalah 2; orde reaksi secara keseluruhan adalah 1 + 2 = 3. Orde reaksi di

sini (1 dan 2) berbeda dengan koefisien stoikiometrinya (2 dan 1). Orde reaksi

hanya bisa ditentukan lewat percobaan. Dari situ dapat ditarik kesimpulan

mengenai mekanisme reaksi.

Di sisi lain, reaksi dasar (satu langkah) memiliki orde reaksi yang sama

dengan koefisien stoikiometri untuk setiap reaktan. Orde reaksi secara

keseluruhan (jumlah koefisien stoikiometri reaktan) selalu sama dengan

molekularitas reaksi dasar.

Orde reaksi untuk setiap reaktan sering kali memiliki angka positif, tetapi

ada pula orde reaksi yang negatif, berupa pecahan atau nol.

 Orde pertama

Jika laju reaksi bergantung pada satu reaktan dan jumlah eksponennya satu,

maka reaksi itu adalah reaksi orde pertama. Contohnya, dalam reaksi ion

arildiazonium dengan nukleofil dalam larutan berair ArN2+ + X− → ArX + N2,

persamaannya adalah r = k[ArN2+], dan Ar merupakan kelompok aril.

Contoh reaksi orde pertama lainnya adalah proses peluruhan radioaktif. Namun,

reaksi ini merupakan reaksi nuklir.

 Orde kedua

Reaksi dianggap sebagai reaksi orde kedua jika ordenya secara keseluruhan

berjumlah dua. Laju reaksi orde kedua mungkin proporsional dengan satu
konsentrasi berkuadrat {\displaystyle r=k[A]^{2}\,}{\displaystyle r=k[A]^{2}\,},

atau (lebih umum) jumlah orde dua konsentrasi {\displaystyle r=k[A][B]\,}

{\displaystyle r=k[A][B]\,}. Contohnya, reaksi {\displaystyle {\ce {NO2 + CO ->

NO + CO2}}}{\displaystyle {\ce {NO2 + CO -> NO + CO2}}} merupakan reaksi

orde kedua untuk reaktan {\displaystyle {\ce {NO2}}}{\displaystyle {\ce

{NO2}}} dan reaksi orde nol untuk reaktan {\displaystyle {\ce {CO}}}

{\displaystyle {\ce {CO}}}. Persamaannya adalah {\displaystyle r=k[{\ce

{NO2}}]^{2}\,}{\displaystyle r=k[{\ce {NO2}}]^{2}\,} dan independen dari

konsentrasi CO.

 Orde nol

Dalam reaksi orde nol, laju reaksinya independen dari konsentrasi reaktan,

sehingga perubahan konsentrasi tidak mengubah laju reaksi. Contohnya adalah

berbagai reaksi yang dikatalis oleh enzim asalkan konsentrasi reaktan lebih besar

daripada konsentrasi enzim yang mengendalikan lajunya. Contohnya, oksidasi

biologis etanol menjadi asetaldehida oleh enzim dehidrogenase alkohol hati

merupakan reaksi orde nol untuk etanol.

 Orde negatif

Reaksi dapat memiliki orde negatif terkait dengan suatu substansi. Contohnya,

perubahan ozon (O3) menjadi oksigen mengikuti persamaan {\displaystyle

r=k{\frac {{\ce {[O_3]^2}}}{{\ce {[O_2]}}}}\,}{\displaystyle r=k{\frac {{\ce

{[O_3]^2}}}{{\ce {[O_2]}}}}\,} dengan kelebihan oksigen. Reaksi ini

merupakan reaksi laju kedua untuk ozon dan (-1) untuk oksigen.

Saat orde parsial bersifat negatif, orde secara keseluruhan dianggap tidak

didefinisi. Dari contoh di atas, reaksi ini tidak dianggap sebagai reaksi orde
pertama meskipun jumlahnya 2 + (-1) = 1, karena persamaan lajunya lebih rumit

daripada reaksi orde pertama yang sederhana.

 KELARUTAN

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat

terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent) Kelarutan dinyatakan

dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada

kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut

dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di

dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.

Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni

ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat.

Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut,

seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan

pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit

kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi,

titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan

yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.

Dalam kondisi tertentu, kesetimbangan kelarutan daat terlampaui hingga

menghasilkan apa yang disebut sebagai larutan supersaturasi, yang bersifat

metastabil. Metastabilitas kristal dapat pula mengarah pada perbedaan yang

terlihat dalam jumlah zat kimia yang terlarut bergantung pada bentuk atau ukuran

partikel kristalin. Suatu larutan supersaturasi secara umum mengkristal ketika

'bibit' kristal muncul dan kesetimbangan secara cepat terjadi. Fenilsalisilat adalah
salah satu zat yang teramati ketika meleleh secara sempurna dan kemudian

didinginkan di bawah titik fusinya.

Kelarutan endapan

Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif yang

melibatkan pembentukan endapan. Endapan merupakan zat yang memisahkan diri

sebagai suatu fasa padat yang keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal

(kristalin) atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan cara penyaringan

atau pemusingan (centrifuge). Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu

jenuh dengan zat yang bersangkutan.

Kelarutan (S) suatu endapan, menurut definisi merupakan sama dengan

konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai

kondisi, seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan

pada komposisi pelarutnya. Perubahan kelarutan dengan tekanan, tak mempunyai

arti penting yang praktis dalam analisis anorganik kualitatif, karena semua

pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer; perubahan yang

sedikit dari tekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh yang berarti atas kelarutan.

Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu. Umumnya dapat

dikatakan, bahwa kelarutan endapan bertambah besar dengan kenaikan suhu,

meskipun dalam beberapa hal yang istimewa (seperti kalium sulfat), terjadi yang

sebaliknya. Laju kenaikan kelarutan dengan suhu berbeda-beda, dalam beberapa

hal yang kecil sekali, dalam hal-hal lainnya sangat besar. Pada beberapa hal

perubahan kelarutan dengan berubahnya suhu dapat menjadi dasar untuk

pemisahan. Misalnya, pemisahan ion timbal dari perak dan raksa(I) dapat dicapai

dengan mengendapkan ketiga ion itu mula-mula sebagai klorida, diteruskan


dengan menambahkan air panas pada campuran. Air panas ini akan melarutkan

timbal(II) klorida, tetapi perak dan raksa(I) klorida praktis tak larut dalamnya.

Setelah menyaring larutan panas itu, ion timbal akan ditemukan dalam filtrat dan

dapat diidentifikasikan dengan reaksi-reaksi khas.

Adanya endapan yang terlarut mempengaruhi berbagai parameter air, seperti

Total Dissolved Solids atau nilai pH larutan. Total dissolved solids adalah jumlah

padatan terlarut, biasanya dalam satuan ppm (parts per million). Sementara pH

adalah potensial hidrogen atau derajat keasaman, yang menunjukkan aktivitas ion

hidrogen pada suatu senyawa. Penting untuk mengukur TDS dan pH pada larutan

dalam berbagai aplikasi, seperti industri, purifikasi air minum, air bersih, dan lain-

lain. Alat lab untuk mengukur TDS disebut TDS meter, sementara alat lab untuk

mengukur pH disebut pH meter air dan pH meter tanah.

Perubahan kelarutan

Perubahan kelarutan dengan komposisi pelarut mempunyai sedikit arti penting

dalam analisis anorganik kualitatif. Meskipun kebanyakan pengujian dilakukan

dalam larutan berair, dalam beberapa hal lebih menguntungkan bila memakai zat

lain (seperti alkohol, eter, dan sebagainya) sebagai pelarut. Pemisahan logam-

logam alkali misalnya, dapat dicapai dengan mengekstraksi garam-garamnya

secara selektif dengan berbagai pelarut. Dalam hal-hal lain pereaksi yang dipakai

dalam pengujian, dilarutkan dalam pelarut, dan penambahan pereaksi itu pada

larutan uji sebenarnya mengubah komposisi medium. Kelarutan bergantung juga

pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain, terutama ion-ion dalam campuran itu. ada

perbedaan yang menyolok antara efek dari apa yang disebut ion-sekutu dan ion-

asing. Ion-sekutu adalah suatu ion yang juga merupakan salah satu bahan
endapan. Dengan perak nitrat misalnya, baik ion perak maupun ion klorida

merupakan ion-sekutu, tetapi semua ion lainnya adalah ion-asing.

Umumnya dapat dikatakan, bahwa kelarutan suatu endapan berkurang banyak

sekali jika salah satu ion-sekutu terdapat dengan berlebihan. Meskipun efek ini

mungkin diimbangi dengan pembentukan suatu kompleks yang dapat larut dengan

ion-sekutu yang berlebihan itu. Misalnya, kelarutan perak sianida dapat ditekan

dengan menambahkan ion-ion perak berlebihan dengan larutan. Di lain pihak, jika

ion sianida ditambahkan berlebihan, mula-mula kelarutan berkurang sedikit tetapi

bila jumlah sianida lebih banyak ditambahkan, endapan akan melarut seluruhnya

disebabkan oleh pembentukan ion kompleks disiano-argentat [Ag(CN)2]-.

Dengan adanya ion-asing, kelarutan endapan bertambah, tetapi penambahan ini

umumnya sedikit, kecuali bila terjadi reaksi kimia (seperti reaksi pembentukan

kompleks atau reaksi asam-basa) antara endapan dengan ion-asing, di mana

pertambahan kelarutan lebih menyolok, Karena pentingnya efek ion-sekutu dan

ion-asing atas kelarutan endapan dalam analisis anorganik kualitatif.

 SIFAT FISIKO KIMIA MOLEKUL OBAT

Sifat-sifat kimia fisika merupakan dasar untuk menjelaskan aktifitas biologis

obat karena sifat kimia fisika memegang peranan penting dalam menentukan

metode yang tepat untuk formulasi suatu obat, sehingga didapatkan suatu sediaan

yang efektif, stabil, dan aman.

Sifat fisika kimia ini juga akan berkaitan erat dalam pengangkutan obat untuk

mencapai reseptor. Sebelum mencapai reseptor, molekul-molekul obat harus

melalui bermacam-macam membran, berinteraksi dengan senyawa-senyawa


dalam cairan luar dan dalam sel serta biopolimer. Disini sifat kimia dan fisika

berperan dalam proses penyerapan dan distribusi obat sehingga kadar obat pada

waktu tertentu mencapai reseptor dalam jumlah yang cukup besar.

Suatu sifat fisika kimia yang penting dari suatu zat obat adalah kelarutan

terutama kelarutan sistem dalam air. Suatu obat harus mempunyai kelarutan dalam

air agar manjur secara terapi. Senyawa-senyawa yang relatif tidak larut seringkali

menunjukkan absorpsi yang tidak sempurna atau tidak menentu (Ansel, 1985).

Obat harus mencapai tempat aksi dalam konsentrasi yang cukup agar dapat

menimbulkan respon (Anief, 2002). Untuk obat-obat oral yang memiliki kelarutan

kecil sering muncul masalah pada kecepatan absorpsinya.

Kenyataan tersebut mengakibatkan perlu dilakukan beberapa usaha untuk

meningkatkan kecepatan pelarutan bagi obat-obat yang mempunyai sifat seperti di

atas. Pembentukan dispersi padat antar obat dengan bahan pembawa yang mudah

larut dalam air merupakan salah satu cara yang sering digunakan. Kecepatan

pelarutan pada dispersi padat dicapai oleh efek kombinasi yang paling bermakna

akan pengurangan ukuran partikel. Faktor pendukung lainnya adalah naiknya

kemampuan membasahkan diri bahan pembawa, pengurangan terjadinya

penggumpalan dan pengumpulan partikel obat serta naiknya kelarutan obat

1.Jelaskan yang dimaksud rheologi?

Jawabannya:

Rheologi berasal dari bahasa yunani mengalir (rheo) dan logos (ilmu). Rheologi

merupakan ilmu yang mempelajari sifat zat cair atau deformasi zat padat.

Rheologi erat kaitannya dengan viskositas.


2.Sebutkan beberapa istilah dalam rheology?

Jawabannya:

a. Rate of shear (D) dv/dr untuk menyatakan perbedaan kecepatan (dv) antara dua

bidang cairan yang dipisahkan oleh jarak yang sangat kecil (dr).

b. Shearing stress (τ atau F ) F’/A untuk menyatakan gaya per satuan luas yang

diperlukan untuk menyebabkan aliran.

3.Apa saja penerapan Rheologi Dalam Dunia Farmasi?

Jawabannya:

1. Sifat Rheologi Dalam Suspensi

2. Sifat Rheologi Dalam Emulsi

3. Sifat Rheologi Dalam Semisolid

4. Sifat Aliran Pada Serbuk

4.Apa pentingnya Sifat Rheologi Dalam Emulsi?

Jawabannya:

Proses ini sifat aliran produk akan menjadi sangat penting untuk penampilan

emulsi yang tepat pada kondisi penggunana dan pembuatannya.

5. .Apa yang menyebabkan adanya viskositas di dalam air dan udara?

Jawabannya:

Konsep viskositas, Pada zat cair viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi

(gaya tari menarik antara molekul sejenis). Seangkan dalam zat gas, viskositas
disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Fluida yang lebih cair biasanya lebih

muah mengalir,contohnyaair

6.Apa itu viskositas?

Jawabannya:

Viskositas adalah kekentalan lapisan-lapisan fluida ketika lapisan tersebut

bergeser satu sama lain. Viskositas juga suatu ungkapan dari resistensi zat cair

untuk mengalir. semakin tinggi viskositas aliran akan semakin besar resistensinya.

7.Sebutkan macam-macam alat pengukur viskositas?

Jawabannya:

1. Viskosimeter kapiler/otswald

2. Viskosimeter bola jatuh

3. Viskosimeter Cup and Bob

4. Viskosimete Cone and Plate (kerucut dan lempeng)

8.Bagaimana cara pemakaian Viscometer Cone dan Plate?

Jawabannya:

Cara pemakaiannya dengan cara sampel ditempatkan ditengah – tengah papan,

kemudian dinaikan sehingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakan oleh

motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser kedalam ruang

semitransparan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar.


Jelaskan apa saja sifat fisika kimia molekul obat?

Jawabannya:

Sifat-sifat kimia fisika merupakan dasar untuk menjelaskan aktifitas biologis obat

karena sifat kimia fisika memegang peranan penting dalam menentukan metode

yang tepat untuk formulasi suatu obat, sehingga didapatkan suatu sediaan yang

efektif, stabil, dan aman.

Sifat fisika kimia ini juga akan berkaitan erat dalam pengangkutan obat untuk

mencapai reseptor. Sebelum mencapai reseptor, molekul-molekul obat harus

melalui bermacam-macam membran, berinteraksi dengan senyawa-senyawa

dalam cairan luar dan dalam sel serta biopolimer. Disini sifat kimia dan fisika

berperan dalam proses penyerapan dan distribusi obat sehingga kadar obat pada

waktu tertentu mencapai reseptor dalam jumlah yang cukup besar.

Anda mungkin juga menyukai