Anda di halaman 1dari 13

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN REMAJA

MASA REMAJA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah: Psikologi Perkembangan Remaja
Dosen Pengampu: Syafdina Ismie Hayati, M.Psi

Oleh:

Ade Irma Yukyta Ilham(0303192106)

Afifatul Fauziah Harahap (0303192082)

Masdura Siregar(0303192093)

Muhammad Roihan Harahap(0303192050)

Stariah(0303192097)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Karena berkat dan rahmat-Nya lah, kami dapat menyelesaikan tugas tentang masa
remaja. kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak yang telah
membantu secara materil dan kerjasamanya.
Tentunya dimakalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan kata,kalimat
maupun dari sistematis pengerjaannya.itu semua karena masih kurangnya
pengetahuan kami dan pengalaman kami. Untuk itu,kritik dan saran sangatlah
diperlukan.
Akhir kata, kami ucapkan banyak terima kasih atas segala perhatiannya. Mohon
maaf atas segala kekurangannya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Medan, 20 Maret 2019

Kelompok III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1. LATAR BELAKANG.........................................................................1
2. RUMUSAN MASALAH....................................................................1
3. TUJUAN..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2

1. PERUBAHAN MORAL PADA MASA REMAJA...............................2-4


2. PERUBAHAN KEPRIBADIAN PADA MASA REMAJA..................4-7
3. BAHAYA PADA MASA REMAJA.....................................................7-9
4. KEBAHAGIAAN PADA MASA REMAJA.......................................9-10

BAB II PENUTUP.............................................................................................11

1. KESIMPULAN.......................................................................................11
2. SARAN....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................12


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja
adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari pdanya dan
kemudian mau memebntuk perilakukan agar sesuai dengan harapan sosial
tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti
yang dialami waktu anak-anak. Rema diharapkan mengganti konsep-
konsep moral yang berlaku khusus dimasa anak-anak dengan prinsip moral
yang berlaku umum dan merumuskannya dalam kode moral yang akan
berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya. Tidak kalah pentingnya,
sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya sendiri, yang
sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perubahan moral pada masa remaja?
2. Bagaimana perubahan kepribadian pada masa remaja?
3. Bagaimana bahaya pada masa remaja?
4. Bagaimana kebahagiaan pada masa remaja?

C. TUJUAN
1. Mengetahui perubahan moral pda masa remaja
2. Mengetahui perubahan kepribadian pada masa remaja
3. Mengetahui bahaya pada masa remaja
4. Mengetahui kebahagiaan pada masa remaja
BAB II
PEMBAHASAN

MASA REMAJA
1. PERUBAHAN MORAL
Moral adalah aspek perkembangan individu yang mengalami
perubahan. Kemampuan pengambilan keputusan moral remaja selalu
berkembang selaras dengan perubahan rentan usianya (Perry, C, M., &
McIntire, W, G, 1995). Perkembangan moral adalah kemmapuan manusia
dalam hal merenungkan mana yang benar dan mana yang salah sehingga
manusia itu mampu untuk berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dengan
manggunakan sumber emosional dan intelektual, perkembangan remaja itu
sendiri dan diditerminasi oleh lingkungan di mana manusia itu
berkembang1.
Mitchell telah meringkas lima perubahan dasar dalam moral yang
harus dilakukan oleh remaja yaitu2:
 Pandangan moral individu makin lama makin lebih abstrak da
kurang konkret.
 Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang salah. Keadilan
muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
 Penilaian moral menjadi semakin kognitif, ini mendorong remaja
lebih berani menganalisis kode sosial dan kode pribadi, daripada
masa kanak-kanak dan berani mengambil keputusan terbagai
pelbagai masalah moral yang dihadapinya.
 Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
 Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti
bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan
ketegangan psikologis.

Pada masa remaja, laki-laki dan perempuan telah mencapai apa


yang oleh piaget disebut tahap pelaksaan formal dalam kemampuan
kognitif. Sekarang remaja mampu mempertimbangkan semua
kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan
mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu hipotesis atau
proposisi. Jadi ia dapat memandang masalahnya dari beberapa sudut

1
Yenni Rizal, “Level Keputusan Moral Remaja Berdasarkan Etnis”, Jurnal Psikolog
Pendidikan &Konseling Vol. 03 No. 02, 2017, hal 64
2
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (Jakarta: Erlangga, 1991) hlm 225
pandang dan menyelesaikannya dengan mengambil banyak faktor
sebagai dasar pertimbangan.

Menurut Kohlberg, tahap perkembangan moral ketiga, moralitas


pascakonvensional (postconventional morality) harus dicapai selama
masa remaja. Tahap ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah
prinsip dan terdiri dari dua tahap. Dalam tahap pertama individu yakin
bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga
dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar moral apabila
hal ini menguntungkan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan.
Dalam tahap kedua indivisu menyesuaikan diri dengan standar sosial
dan ideal yang diinternalisasi lebih untuk menghindari hukuman
terhadap diri sendiri daripada sensor sosial. Dalam tahap ini, moralitas
didasarkan pada rasa hormat kepada orang-orang lain dan bukan pada
keinginan yang bersifat pribadi.

a. Perubahan Konsep Moral


Ada dua kondisi yang membuat penggatian konsep moral ksusu
ke dalam konsep yang berlaku umum tentang benar dan salah
yang lebih sulit daripada yang seharusnya. Pertama, kurangnya
bimbingan dalam mempelajari bagaimana membuat konsep
khusus berlaku umum. Dengan percaya saja bahwa remaja
telah mempelajari prinsip pokok tentang benar dan salah, orang
tua dan guru jarang menekankan dalam usaha pembinaaan
remaja untuk melihat hubungan antara prinsip umum yang
penting untuk mengendalikan perilaku dalam kehidupan orang
dewasa. Kondisi kedua yang membuat sulitnya penggantian
konsep moral yang berlaku umum berhubungan dengan jenis
disiplin yang diterapkan di rumah dan di sekolah. Karena orang
tua dan guru mengamsikan bahwa remaja mengetahui apa yang
benar, maka penekanan kedisiplinan hanya terletak pada
pemberian hukuman pada perilaku salah yang dianggap sengaja
dilakukan.
b. Pembentukan Kode Moral
Sekarang ia sendiri ingin membentuk kode moral sendiri
berdasarkan konsep benar dan salah yang telah diubah dan
diperbaikinya agar sesuai yang telah diubah dan diperbaikinya
agar sesuai dengan tingkat perkembangan yang lebih matang
dan yang telah dilengkapi dengan hukum-hukum dan
peraturan-peraturan yang di[elajri dari orang tua dangurunya.
Beberapa remaja bahkan melengkapi kode moral mereka
dengan pengetahuan yang diperoleh agama.
c. Peran Suara Hati dalam Pengendalian Perilaku
Orang tua dan guru tidak dapat mengawasi remaja dari dekat
seperti yang dilakukan ketika masih anak-anak. Oleh karena
itu, sekarang remaja harus bertanggung jawab dalam
pengendalian perilakunya sendiri. Bila dahulu dipercaya bahwa
ketakutan-baik akan hukuman maupun akan penolakan-sosial
merupakan pencegah yang terbaik untuk melakukan kesalahan,
sekarang hal itu dimengerti sebagai sumber motivasi
berdasarkan pengendalian dari luar yang hanya efektif bila ada
perilaku yang nyata-nyata salah dan hukuman bagi pelakunya.
Dalam diri seseorang yang mempunyai moral yang matang,
selalu ada rasa bersalah dan malu. Namun, rasa berslah
berperan lebih penting daripada rasa malu dalam
mengendalikan perilaku apabila pengendalian lahiriah tidak
ada. Hanya sedikit remaja yang mampu mencapai tahap
perkembangan moral yang demikian sehingga remaja tidak
dapat disebut secra tepat orang yang “matang secara moral”.

2. PERUBAHAN KEPRIBADIAN
Para remaja sadar akan peran kepribadian dalam hubungan-hubungan
sosial dan oleh karenanya terdorong untuk memperbaiki kepribadian
mereka. Banyak kondisi dalam kehidupan remaja yang turut membentuk
pola kepribadian melalui pengaruhnya pada konsep diri. Beberapa di
antaranya sama dengan kondisi pada masa kanak-kanak, tetapi banyak
yang merupakan akibat dari perubahan-perubahan fisik psikologi yang
terjadi selama masa remaja, berikut ini kondisi-kondisi yang
mempengaruhi konsep diri remaja3:
a. Usia Kematangan
Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan seperti orang
yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang
menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Remaja yang matang terlambat, yang diperlukan seperti anak-anak,
merasa salah dimengerti dan bernasib kurang baik, sehingga
cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri.
b. Penampilan Diri
Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri
meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik. Tiap
cacat fisik merupakan sumberyang memalukan yang
mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik fisik
menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri
kepribadian dan menambah dukungan sosial.
3
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (Jakarta: Erlangga, 1991) hlm 235
c. Kepatutan seks
Kepatutan seks dalam penampilan diri, menat, dan perilaku
membantu remaja mencapai konsep diri yang baik. Ketidakpatutan
seks membuat remaja sadar diri dan hal ini memberikan akibat
buruk pada perilakunya.
d. Nama dan Julukan
Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompoknya
menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan
yang bernada comoohan.
e. Hubungan Keluarga
Seorang remaja yang memiliki hubungan yang erat dengan seorang
anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang ini
dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Bila tokoh
ini sesama jenis, remaja akan tertolong untuk mengembangkan
konsep drii yang layak untuk jenis seksnya.
f. Teman-teman Sebaya
Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja
dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan
dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya. Kedua,
ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri
kepribadian yang diakui oleh kelompok.
g. Kreativitas
Remaja yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam
bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan
perasaan individualitas dan identitas yang memberi pengaruh yang
baik pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaa yang sejakawal masa
kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui
akan kuang mempunyai perasaan identitas dan individualitas.
h. Cita-cita
Bila rema mempunyai cita-cita yang tidak realistis. Ia akan
mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak
mampu dan reaksi bertahan dimana ia menyalahkan orang lain atas
kegagalannya. Remaja yang realistik tentang kemempuannya lebih
banyak mengalami keberhasilan daripada kegagalan. Ini akan
menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar
yang memberikan konsep diri yang lebih baik.
Menurut Atwater(dalam Desmita,2011) disebut dengan konsep diri.
Dengan kata lain konsep diri terdiri dari bagaimana cara individu melihat diri
snediri sebagai pribadi, bagaimana individu merasakan tenatng diri sendiri,
dan bagaimana individu menginginkan diri sendiri menjadi manusia
sebagimana yang diharapkan oleh dirinya4

Menurut Felker (dalam Desmita, 2011) terdapat tiga peranan penting


konsep diri dalam menentuka perilaku seseorang, yaitu pertama, konsep diri
memainkan pernana dalam mempertahankan keselarasan batin individu.
Kedua, konsep diri sebagai penentu bagi individu dalam memberikan
penafsiran atas pengalamannya. Ketiga, konsep diri juga berperan sebagai
penentu pengharapan individu5.

3. BAHAYA MASA REMAJA


Bahaya fisik tidak banyak lagi dan tidak sepenting bahaya psikologis
meskipun masihtetap ada. Bahaya fisik penting terutama karena reaksi-
reaksinya psikologisnya. Kegemukan misalnya, tidak banyak
mempengaruhi perilaku remaja dan penyesuaian sosial, tetapi hal ini
berbahaya karena dapat mengakibatkan sikap yang kurang baik dari
teman-teman sebaya.
a. Bahaya-bahaya Fisik6
Kematian, akibat penyakit tidak banyak terjadi selama masa
remaja dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, meskipun
kematian yang disebbakan kecelakaan mobil semakin meningkat.
Keadaan kesehatan remaja pada umumnya baik, tetapi remaja
mengetahui bahwa ia dapat menghindari situasi-situasi yang
kurang menyenangkan dengan “kurang enak badan”. Anak
perempuan sering menggunakan ini saat masa datang bulan.
Bunuh diri, banyak anak laki-laki dan perempuan yang bunuh diri
atau mencoba bunuh diri sebelumnya mengalami alienasi sosial
selama beberapa waktu lamanya dan banyak yang mengalami
keekacauan keluarga atau masalah-masalah sekolah.
Cacat fisik, yang menghamabta remaja melakukan hal-hal yang
dilakukan teman-teman sebaya, seperti asma yang kronis dan
kegemukan, merpakan bahaya fisik dan sekaligus bahasa
psikologis.
Kekuatan meningkat, akibat pertumbuhan otot selama awal masa
remaja.

4
Khoirul Bariyyah dan M Farid, “Konsep diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri
Pada Remaja”Jurnal Psikologi Indonesia Vol. 5 No. 2, 2016, hlm 139
5
Khoirul Bariyyah dan M Farid, “Konsep diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri
Pada Remaja”Jurnal Psikologi Indonesia Vol. 5 No. 2, 2016, hlm 139
6
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (Jakarta: Erlangga, 1991) hlm 236
Kecanggungan dan kekauan lebih serius dalam masa remaja
dibandingkan dengan periode-periode lain dalam rentang
kehidupan.
Bentuk tubuh yang tidak esuai dengan seksnya, jauh lebih
menggangu remaja daripada nak kecil, adapun sebabnya, pertama,
remaja lebih dinilai melalui penampilan diri yang sesuai dengan
kelompok seksnya dibandingkan dengan anak-anaka, dan bentuk
tubuh yang tidak patut. Kedua, remaja menyadari kenyataan bahwa
bila pertumbuhan hampir berakhir, seprti halnya bila masa remaja
menjelang berakhir, maka bentuk badn telah menetap untuk selama
hidup.
Kesederhanaan, bagi remaja yang sangat sadar akan penampilan,
mungkin ini menjadi bahaya fisik yang paling serius.
b. Bahaya psikologis7
Bahaya psikologis yaitu bersekitar kegagalan menjalani peralihan
psikologis ke arah kematangan yang merupakan tugas
perkembangan masa remaja yang penting.
Perilaku sosial, dibidang perilaku soail ketidaknyamanan
ditunjukkan dalam perilaku lebih pola kelompok dan kegiatan
sosial.
Perilaku seksual, ketidakmatangan sangat tampak dalam bidang
perilaku seksual. Hal ini disebbkan karena penyesuain dari sikap
bermusuhan dengan lawan jenis, yang merupakan ciri daria khir
masa kanak-kanak dan masa puber, menjadi sikap menaruh minat
dan mengembangkan kasih sayang kepada mereka, merupakan
penyesuaian yang radikal.
Perilaku moral, dalam beberapa bidang, ketidakmatangan lebih
berbahaya untuk penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang
baik daripada moral. Remaja yang meletakkan standar perilaku
yang tidak realistik bagi diri sneidri merasa bersalah bila perilaku
mereka tidak bisa mengkitu standar-standar ini.
Hubungan keluarga, ketidakmatangan dalam hubungan keluarga
seperti yang ditujukan oleh adanya pertengkaran dengan anggota-
anggota keluarga, terus menerus mengkritik atau membuat
komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan atau
perilaku anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal
masa remaja, pada saat ini hubungan-hubungan keluarga biasanya
berada pada titik rendah.
4. Kebahagiaan Pada Masa Remaja
Rusyidi (2007) menyebutkan bahwa kebahagiaan merupakan
sekumpulan perasaan yang dapat dirasakan berupa perasaan yang dapat
dirasakan berupa perasaan senang, tentram, dan memiliki kedamaian8

7
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (Jakarta: Erlangga, 1991) hlm 237-238
Remaja dan konsep kebahagiaan, merupakan dua aspek yang cukup
menarik perhatian penulis, mengingat maraknya fenomena sosial yang
disinalir merupakan dampak dari perilaku menyimpang para remaja saat
ini. Fenomena yang berkembang di masyarakat kerap menggiring pola
pikir remaja pada pola pikir yang mengarah pada munculnya deprivasi
relatif9.
Teori yang tepat untuk menggambarkan dinamika prestasi dan
kebahagiaan adalah activity theory dimana individu akan merasakan
kebahagiaan jika ia telah mengerahkan usaha terbaiknya untuk mengatasi
tantangan. Prestasi mempersyaratkan usaha-usaha yang harus dilakukan
indivisu. Mulai dari proses pencapaian sampai akhirnya terpenuhi seluruh
persyaratan tersebut, individu akan selalu merasakan kebahagiaan, jika
sasaran yang dituju tidak dapat teraih, maka individu akan mengalami
kekecewaan10.
Kebahagiaan yang lebih besar, yang merupakan ciri akhir masa remaja,
sebagian disebabkan karena remaja yang lebih banyak dalam usaha
mempertahankan tingkat perkembangannya dibandingkan ketika pada
awal masa remaja. Kalau remaja realistik tenatng derajat penerimaan yang
dapat mereka capai, dan merasa puas pada orang-orang yang menerima
mereka dan menunjukkan kasih sayang pada orang-orang tersebut,
kemungkinan untuk merasa bahagia akan meningkat.
Penting disadari bahwa memenuhi kebutuhan remaja aakan
dukungan/penerimaan, kasih sayang dan prestasi-ketiga unsur kebahagian-
bergantung pada lingkungan atau pada remaja sendiri. Hal ini berlaku bagi
semua usia, tetapi terutama bagi masa kanak-kanak dan masa remaja, pada
saat individu bergantung pada keluarganya dan tidak dapat mengendalikan
lingkungan seperti yang akan dapat dilakukan bila mencapai masa dewasa.
Kalau pengendalian yang diberikan oleh lingkungan sedemikian rupa
sehingga memperbolehkan remaja memuaskan kebutuhannya, ia akan
bahagia sepanjang kebutuhannya bersifat realistik dalam arti sesuai dengan
kemmapuannya untuk memenuhinya. Sebagian besar remaja menjadi lebih
realistik dengan berjalannya masa remaja, hal ini dapat menjelaskan
mengapa ia cenderung berbahagia dan merasa lebih puas dengan
kebutuhannya dibandingkan ketika masih berada dlam periode tidak
realitik dalam awal masa remaja11.

8
Ika Rusdiana, “Konsep Authentic Happiness pada Reja dalam Perspektif Teori Myers”,
Jurnal Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains Vol 2 No !, 2017, hlm 38
9
Ika Rusdiana, “Konsep Authentic Happiness pada Reja dalam Perspektif Teori Myers”,
Jurnal Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains Vol 2 No !, 2017, hlm 37
10
Niken Hartati, “Makna dan Sumber Kebahagiaan Remaja Suku Minagkabau”, Jurnal
Konseling dan Pendidikan, Vol 5 No 2, 2017, hlm 82
11
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (Jakarta: Erlangga, 1991) hlm 239-240
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Moral adalah aspek perkembangan individu yang mengalami perubahan.


Sekarang remaja mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk
menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu
hipotesis atau proposisi. Jadi ia dapat memandang masalahnya dari beberapa sudut
pandang dan menyelesaikannya dengan mengambil banyak faktor sebagai dasar
pertimbangan. Para remaja sadar akan peran kepribadian dalam hubungan-hubungan
sosial dan oleh karenanya terdorong untuk memperbaiki kepribadian mereka. Penting
disadari bahwa memenuhi kebutuhan remaja aakan dukungan/penerimaan, kasih
sayang dan prestasi-ketiga unsur kebahagian-bergantung pada lingkungan atau pada
remaja sendiri. Hal ini berlaku bagi semua usia, tetapi terutama bagi masa kanak-
kanak dan masa remaja, pada saat individu bergantung pada keluarganya dan tidak
dapat mengendalikan lingkungan seperti yang akan dapat dilakukan bila mencapai
masa dewasa.

B. SARAN
Remaja merupakan perkembangan transisi dari masa kanak-kanak maka dari
itu perlu bimbingan baik dari orang tua maupun guru, agar perilaku dan kerpibadian
remaja dapat diarahkan ke yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Level Keputusan Moral Remaja Berdasarkan Etnis, Jurnal Psikologi Pendidikan &
Konseling, Yenni Rizal (2017) Vol. 3 No. 2 Halaman 63-70.

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan (Jakarta: Erlangga, 1991)

Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada Remaja, Jurnal Psikologi
Indonesia, Khoirul Bariyyah Hidayati, dan M Farid (2016) Vol. 5 No. 02 Halaman 137-
144

Konsep Authentic Happiness pada Remaja dalam Perspektif Teori Myers, Jurnal
Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains, Ika Rusdiana (2017) Vol. 2 No. 1 Halaman 35-
44

Makna dan Sumber Kebahagiaan Remaja Suku Minangkabau, Jurnal Konseling dan
Pendidikan, Niken Hartati (2017) Vol. 5 No. 2 Halaman 80-84

Anda mungkin juga menyukai