Anda di halaman 1dari 4

Penyebab dan Faktor Risiko Gangguan Jiwa

Kejadian gangguan jiwa yang terjadi ini dapat ditimbulkan akibat adanya suatu pemicu dari fungsi afektif
dalam keluarga yang tidak berjalan dengan baik. Apabila fungsi afektif ini tidak dapat berjalan
semestinya, maka terjadi gangguan psikologis yang berdampak pada kejiwaan dari seluruh unit keluarga
tersebut. Beberapa penyebab belum diketahui secara pasti apa penyebab gangguan mental. Namun,
kondisi ini diketahui terkait dengan faktor biologis dan psikologis, sebagaimana akan diuraikan di bawah
ini:

Faktor biologis (atau disebut gangguan mental organik)

1.Gangguan pada fungsi sel saraf di otak.

2. Infeksi, misalnya akibat bakteri Streptococcus.

3. Kelainan bawaan atau cedera pada otak.

4. Kerusakan otak akibat terbentur atau kecelakaan.

5. Kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan.

6. Memiliki orang tua atau keluarga penderita gangguan mental.

7. Penyalahgunaan NAPZA dalam jangka panjang.

8. Kekurangan nutrisi.

Faktor psikologis

1. Peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual.

2. Kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil.

3. Kurang mampu bergaul dengan orang lain.

4. Perceraian atau ditinggal mati oleh pasangan.

5. Perasaan rendah diri, tidak mampu, marah, atau kesepian.

Etiologi Keterbelakangan Mental


1. Faktor Biologis
a. Pengaruh genetik dan kromosom
Penyebab retardasi mental sangat heterogen, dapat disebabkan faktor genetik dan non
genetik. Faktor genetik adalah kelainan kromosom dan kelainan gen tunggal penyebab pasti
retardasi mental hanya diketahui pada 50% kasus retardasi mental sedang hingga berat,
sedangkan pada retardasi mental ringan angka ini lebih kecil lagi. Trisomi 21 merupakan
penyebab utama retardasi mental secara genetik dimana terjadi kelainan pada jumlah
kromosom 21 dengan prevalensi sekitar 1 : 700 bayi baru lahir. Trisomi ini sering juga
dikaitkan dengan hubungan antara umur ibu dengan saat terjadi pembuahan / kehamilan.
Berdasarkan penelitian pada kromatin seks, kelebihan kromosom -X pada laki-laki lebih
banyak ditemukan di antara penderita retardasi mental dibandingkan laki-laki normal.
Diperkirakan kelebihan kromosom-X pada laki-laki memberi pengaruh tidak baik pada
kesehatan jiwa, termasuk timbulnya psikosis, gangguan tingkah laku dan kriminalitas.
Kelainan kromosom-X yang cukup sering menimbulkan retardasi mental adalah Fragile-X
syndrome, yang merupakan kelainan kromosom-X pada band q27.

b. Down syndrome
Kelainan kromosom penyebab retardasi mental yang terbanyak adalah Down syndrome.
Disebut demikian karena Langdon Down pada tahun 1866 untuk pertama kali menulis
tentang gangguan ini, yaitu bayi yang mempunyai penampilan seperti mongol dan
menunjukkan keterbelakangan mental seperti idiot. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena
sebagian besar dari golongan ini termasuk retardasi mental sedangv(IQ antara 20 – 60, dan
rata-rata mereka memliki IQ 30 – 50). Sindrom Down merupakan 10-32% dari penderita
retardasi mental. Diperkirakan insidens dari sindrom Down antara 1-1,7 per 1000 kelahiran
hidup per tahun. Risiko timbulnya sindrom Down berkaitan dengan umur ibu saat
melahirkan. Ibu yang berumur 20-25 tahun saat melahirkan mempunyai risiko 1:2000,
sedangkan ibu yang berumur 45 tahun mempunyai risiko 1:30 untuk timbulnya sindrom
Down. Abnormalitas kromosom yang paling umum menyebabkan retardasi mental adalah
sindrom down yang ditandai oleh adanya kelebihan kromosom atau kromosom ketiga pada
pasangan kromosom ke 21, sehingga mengakibatkan jumlah kromosom menjadi 47.  Anak
dengan Down syndrome dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri fisik tertentu, seperti wajah
bulat, lebar, hidung datar, dan adanya lipatan kecil yang mengarah ke bawah pada kulit
dibagian ujung mata yang memberikan kesan sipit. Lidah yang menonjol, tangan yang kecil,
dan berbentuk segi empat dengan jari-jari pendek, jari kelima yang melengkung, dan ukuran
tangan dan kaki yang kecil serta tidak proporsional dibandingkan keseluruhan tubuh juga
merupakan ciri-ciri anak dengan Down syndrome. Hampir semua anak ini mengalami
retardasi mental dan banyak diantara mereka mengalami masalah fisik seperti gangguan
pada pembentukan jantung dan kesulitan pernafasan

c. Fragile X syndrome.

Fragile X syndrome merupakan tipe umum dari retardasi mental yang diwariskan.
Gangguan ini merupakan bentuk retardasi mental paling sering muncul setelah Down
syndrome. Gen yang rusak berada pada area kromosom yang tampak rapuh, sehingga
disebut Fragile X syndrome. Sindrom ini mempengaruhi laki-laki karena mereka tidak
memiliki kromosom X kedua dengan sebuah gen normal untuk mengimbangi mutasinya.
Laki-laki dengan sindrom ini biasanya memperlihatkan retardasi mental sedang sampai
berat dan memiliki angka hiperaktifitas yang tinggi. Estimasinya adalah 1 dari setiap
2.000 laki-laki lahir dengan sindrom ini

2. Kelainan metabolik

Kelainan metabolik yang sering menimbulkan retardasi mental adalah Phenylketonuria


(PKU), yaitu suatu gangguan metabolik dimana tubuh tidak mampu mengubah asam amino
fenilalanin menjadi tirosin karena defisiensi enzim hidroksilase. Penderita laki-laki tenyata
lebih besar dibandingkan perempuan dengan perbandingan 2:1. Kelainan ini diturunkan
secara autosom resesif. Diperkirakan insidens PKU adalah 1:12 000-15 000 kelahiran hidup.
Penderita retardasi mental pada PKU 66,7% tergolong retardasi mental berat dan 33,3%
retardasi mental sedang. Defisiensi yodium secara bermakna dapat menyebabkan retardasi
mental baik di negara sedang berkembang maupun di negara maju. Diperkirakan 600 juta
sampai 1 milyar penduduk dunia mempunyai risiko defisiensi yodium, terutama di negara
sedang berkembang. Penelitian WHO mendapatkan 710 juta penduduk Asia, 227 juta Afrika,
60 juta Amerika Latin, dan 20-30 juta Eropa mempunyai risiko defisiensi yodium. Akibat
defisiensi yodium pada masa perkembangan otak karena asupan yodium yang kurang pada
ibu hamil meyebabkan retardasi mental pada bayi yang dilahirkan.

Gambaran klinis beberapa gangguan metabolik dapat dicegah, seperti hipotiroidisme dan
fenilketonuria. Di negara maju, program spesifik telah dilakukan tes kartu Guthrie atau
tusukan tumit sebagai program skrining neonatal di Inggris dan Belanda untuk deteksi dini
dan penanganan gangguan tersebut. Sayangnya, di sebagian besar negara berkembang, tidak
ada program skrining neonatal sistematis yang digunakan.

3. Faktor Prenatal
Penyebab paling umum retardasi mental di negara-negara industri adalah sindrom alkohol
janin dengan tingkat kejadian 1 dari 100 kelahiran. Kebiasaan mengonsumsi alkohol pada
wanita hamil dapat menimbulkan gangguan pada anak yang dilahirkan atau disebut dengan
fetal alcohol syndrome. Faktor-faktor prenatal lain yang memproduksi retardasi mental
adalah ibu hamil yang menggunakan bahan-bahan kimia, dan nutrisi yang buruk. Penyakit
ibu juga dapat menyebabkan anak dengan retardasi mental yaitu penyakit sifilis, herpes
genital dan cytomegalovirus. Infeksi cytomegalovirus tidak menimbulkan gejala pada ibu
hamil tetapi dapat memberi dampak serius pada janin yang dikandungnya. Manifestasi klinis
antara lain hidrosefalus, kalsifikasi serebral, gangguan motorik, dan retardasi
mental.Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan oksigen dan cidera kepala, menjadi faktor
yang lebih besar bagi anak dengan gangguan retardasi mental. Kelahiran prematur juga
menimbulkan resiko retardasi mental dan gangguan perkembangan lainnya. Infeksi otak,
seperti encephalitis dan meningitis juga dapat menyebabkan retardasi mental. Anak-anak
yang terkena racun, seperti cat yang mengandung timah juga dapat terkena retardasi mental.
4. Faktor Psikososial

Proses psikososial dalam keluarga dapat merupakan salah satu penyebab retardasi mental.
Sebenarnya bermacam-macam sebab dapat bersatu untuk menimbulkan retardasi mental.
Proses psikososial ini merupakan faktor penting bagi retardasi mental tipe sosio-kultural,
yang merupakan retardasi mental ringan. Lingkungan rumah atau sosial yang miskin,
yaitu yang tidak memberikan stimulasi intelektual, penelantaran, atau kekerasan dari
orang tua dapat menjadi penyebab atau memberi kontribusi dalam perkembangan retardasi
mental. Anak-anak dalam keluarga yang miskin mungkin kekurangan mainan, buku, atau
kesempatan untuk berinteraksi dengan orang dewasa melalui cara-cara yang menstimulasi
secara intelektual akibatnya mereka gagal mengembangkan keterampilan bahasa yang
tepat atau menjadi tidak termotivasi untuk belajar keterampilan-keterampilan yang penting
dalam masyarakat kontemporer. Beban-beban ekonomi seperti keharusan memiliki lebih
dari satu pekerjaan dapat menghambat orang tua untuk meluangkan waktu membacakan
buku anak-anak, mengobrol panjang lebar, dan memperkenalkan mereka pada permainan
kreatif. Lingkaran kemiskinan dan buruknya perkembangan intelektual dapat berulang
dari generasi ke generasi

artini, N., Fardana, N., & Wardana, N. (2018). Stigma toward People with Mental Health Problems in
Indonesia. Psychology Research and Behavior Management, 11, pp. 535-41. dalam
https://www.alodokter.com/kesehatan-mental

Anda mungkin juga menyukai