Anda di halaman 1dari 7

COMPACT HOUSE

Compact House adalah rumah yang di design untuk luasan lahan yang terbatas (rumah
dengan lahan sempit), namun masih bisa menghadirkan beragam fungsi yang tidak kalah dengan
rumah dengan ukuran lebih besar (normal).
Dalam prinsip rumah compact, setiap aktifitas tidak harus diakomodir secara khusus oleh
sebuah ruangan. Penggabungan beberapa aktifitas ke dalam sebuah ruangan dapat dilakukan
untuk mengurangi jumlah ruangan.
Sejarah munculnya Compact House
Kemunculan compact house di Amerika Serikat dipicu oleh fenomena yang terjadi pada
peningkatan luas lahan yang dipakai untuk sebuah rumah tinggal. Pada tahun 1978, ukuran
sebuah rumah tinggal keluarga baru hanya seluas 1780 square feet (165 m2). Namun, ditahun
2007 ukuran rumah tinggal menjadi seluas 2479 square feet (230,3 m2) dan meningkat di tahun
2013 menjadi 2662 square feet (247,3 m2), padahal jumlah anggota keluarga yang tinggal di
dalamnya semakin kecil [Ferraro, 2009].
Dengan adanya fenomena tersebut muncullah sebuah gerakan sosial “Tiny House
Movement” atau “Gerakan Rumah Kecil” yang menganjurkan kepada masyarakat untuk
mengecilkan ukuran rumah tinggal mereka dan hidup sederhana di rumah-rumah berukuran
kecil. Masyarakat mengikuti gerakan ini dengan berbagai alasan, diantaranya ialah kepedulian
terhadap lingkungan, pertimbangan finansial dan mencari lebih banyak waktu dan kebebasan.
Gerakan ini juga merupakan sebuah ekspresi dalam gaya arsitektur yang diwujudkan dalam
sebuah rumah kecil yang berukuran hanya kurang lebih 55m2 [The Tiny Life, 2015].
Di Amerika Serikat, pada tahun 1997, seorang arsitek, penulis, dan pembicara publik, Sarah
Susanka dianggap yang memulai dan memunculkan gagasan yang melawan arus pada masa itu
dengan menerbitkan bukunya “The Not So Big House” [Ferraro, 2009].
Gerakan ini kembali dipopulerkan dan mendapat perhatian pasca bencana badai Katrina
pada tahun 2005, dan krisis finansial sepanjang tahun 2007-2010 yang menimpa wilayah Amerika
Serikat. Hal ini dikarenakan gagasan tentang rumah kecil ini menawarkan hunian yang lebih
terjangkau, mudah dalam pemeliharaan dan ramah lingkungan. [The Economist, 2009]
Di Jepang, selain disebut sebagai compact house (コンパクトハウス), konsep ini juga biasa
disebut micro house (マイクロハウス) atau kyosho jutaku (狭小住宅). Para arsitek Jepang
mengatakan bahwa tren ini bagi masyarakat muncul lebih karena permasalahan ekonomi,
dimana harga lahan semakin naik. Namun, bagi arsitek sendiri, konsep ini muncul karena ingin
memuaskan kebutuhan klien sesuai dengan keadaan tapak yang tersedia. [Tokyo Reporter, 2008]
Lalu, untuk di Indonesia sendiri, compact house mulai banyak bermunculan sebagai solusi
untuk mengatasi keterbatasan lahan yang tersedia dan harga lahan yang semakin mahal. Maka
dari itu, banyak pengembang yang mulai menawarkan compact house, apalagi di kota-kota besar
seperti Jakarta [Hanggara, 2015].
Beberapa arsitek Indonesia juga sudah menerapkan konsep compact house ini dalam rumah
rancangannya. Seperti Abimantra Pradhana untuk rumah tinggalnya sendiri, Atelier Riri dengan
“Kiri House”, Sontay M Siregar dengan “Compact House” yang lalu memenangkan IAI Jakarta
Award pada tahun 2012 untuk kategori rumah kecil.
Keuntungan-keuntungan Compact House:
a. Tidak perlu mengkhawatirkan dalam pembayaran pajak karena ukuran rumah yang kecil.
b. Tidak memerlukan material bangunan yang banyak dalam membangun karena ukuran
rumah yang kecil. Bahkan uang yang ada bisa lebih digunakan untuk memilih material
bangunan dengan kualitas yang lebih baik lagi.
c. Waktu membangun lebih cepat.
d. Tidak memerlukan perawatan yang banyak.
e. Pembuangan energi yang sedikit.
Ciri-ciri Compact House:
1. Bentuk Bangunan di Buat Tinggi
Desai compact house yang paling terlihat adalah bentuk bangunannya yang selalu
mengutamakan ketinggian.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan lahan yang dimiliki.
Sehingga, akan lebih memungkinkan jika meninggikan rumah dibanding melebarkannya.
2. Desain yang Simpel

Selain menjadi rumah yang mungil, compact house juga tak didesain secara berlebihan atau
mewah. Umumnya, compact house memiliki konsep yang sederhana, simpel, dan minimalis.
Perawatan rumahnya pun sangat praktis sehingga menjaga kebersihan rumah tak terlampau
ribet. Hal ini juga karena mengingat umumnya penghuni rumah bergaya compact adalah orang-
orang yang menyukai sesuatu yang praktis dan tidak rumit.
3. Mengedepankan Fungsi
Rumah mungil bergaya kompakt memiliki keunggulan lain yaitu, selalu mengedepankan fungsi
bagi penghuninya.
Ini membuat desain rumah compact jauh lebih maksimal penggunaan atau fungsi ruangnya.
Pengaturan tata letak ruangannya juga efisien dan efektif. Misalnya, dengan memaksimalkan
area bawah tangga sebagai ruangan tertentu, seperti ruang makan, dapur atau kamar mandi.
Rumah kompakt jarang menggunakan trik yang mempersempit masing-masing ukuran ruang
demi membuat banyak ruangan.
Meski ruangannya nyaris tak memiliki penyekat, namun konsep penataan ruangan dalam
rumah compact umumnya tampak rapi dan teratur.
Sehingga membuat desain interior rumah tampak menarik dan cantik.
Selain itu, letak ruangan satu dengan ruangan yang lainnya seperti tergabung menjadi satu tanpa
pembatas.
4. Modern

Rumah mungil yang menerapkan gaya compact, umumnya memiliki kesan yang modern serta
canggih.
Kesan rumah populer masa kini in dipertegas dengan pengaplikasian dinding atau jendela kaca
besar di sekeliling rumah.
Adapula yang menerapkan konsep loft yaitu, memaksimalkan setiap sudut dan sisi ruang,
memperlihatkan trik penataan yang modern, efektif, dan efisien.
5. Ramah Lingkungan

Rumah compact cenderung lebih sustainable.


Plafon ganda alias void sering diaplikasikan pada konsep rumah kompakt dengan tujuan agar
sirkulasi udara berjalan dengan baik.
Selain itu, karena hunian compact didominasi dengan kaca-kaca yang cukup besar, maka cahaya
matahari akan lebih mudah masuk ke dalam rumah dengan maksimal.
Hal ini membuat pencahayaan rumah cukup terbantu tanpa penerangan tambahan.
Sehingga rumah compact yang mungil ini sering disebut pula rumah ramah lingkungan.
6. Mengajarkan Hidup Minimalis
Umumnya, pemilik hunian atau rumah bergaya compact, menyadari bahwa lahan atau area
ruang yang dimiliki di dalam rumah cukup terbatas.
Sehingga hal ini membuat mereka meminimalkan penggunaan perabotan seminimal dan
seefisien mungkin, agar tidak membuat ruangan di dalam rumah mereka semakin terkesan
sempit.
Ruang yang tersisa pada rumah compact hanyalah ruangan yang esensial saja.
Tak jarang, perabotan yang digunakan adalah perabotan yang memiliki fungsi lebih dari satu
sehingga dapat berfungsi lebih maksimal tanpa banyak barang dan memakan tempat.
Umumnya, perabotan yang dipilih pun perabotan yang sifatnya ringan dan tidak menghalangi
pandangan sehingga dapat membuat ruangan terkesan lebih lapang dan luas.

7. Tidak Ada Gudang

Fokus pada mengedepankan fungsi, maka kebanyakan dari rumah compact tidak memiliki
gudang.
Konsep compact house ini memang sengaja menghilangkan kehadiran gudang. Sehingga, barang-
barang yang terdapat di dalam rumah merupakan hasil pertimbangan matang para penghuninya.
Bila, ada barang yang tidak lagi digunakan, penghuninya dengan cepat mengalihkan barang
kepada mereka yang membutuhkan.
Dengan begitu yang harus dilakukan bukanlah menyimpan barang di dalam gudang, tapi
memberikan atau menjualnya kepada orang lain.
8. Identik dengan Warna Monokrom
Jika dilihat dari gambar-gambar di atas, rumah compact identik dengan warna monokrom.
Seperti warna putih, hitam, abu-abu, dan coklat.
9. Desain Lantai Mezzanine

Apabila rumah kompakt satu lantai dirasa masih kurang fungsional, maka penghuninya sering
menambah lantai.
Konsep yang diambil untuk lantai duanya ini aladah berkonsep mezzanine.
Konsep mezzanine ini digunakan untuk mereka yang mau menambah ruang, tanpa perlu
menambah jumlah bangunan.

Anda mungkin juga menyukai