Review Face Negotiation Theory dan Symbolic Convergence Theory, Buku Theories of
Human Communication
Wajah biasanya menjadi masalah dalam situasi konflik. Ketika Anda mengalami
konflik dengan orang lain, rasa hormat dan kehormatan sering kali terganggu.
Ancaman wajah atau Face threats dapat terjadi dalam situasi yang ditandai oleh :
facework adalah bagian reguler dari komunikasi konflik. Seringkali facework negatif
dan mengambil bentuk serangan terhadap orang lain. Sedangkan facework positif
untuk mencapai tujuan kami sendiri dan membantu orang lain merasa senang dengan
diri mereka sendiri dalam proses tersebut.
Face Negotiation Theory (FNT) cenderung berfokus pada lokus wajah dan
bagaimana ia memediasi pengaruh variabel budaya dan individu pada gaya konflik
tertentu. Gaya konflik mengacu pada pendekatan umum untuk mengelola konflik.
Menurut Ting-Toomey menggabungkan model dual-concern (tujuan diri dan orang
lain) untuk mendefinisikan lima gaya konflik yang berbeda :
1. Bersaing atau Competing. Rendahnya kepedulian terhadap tujuan lain dan
tingginya kepedulian terhadap tujuan sendiri
2. Menghindari atau Avoiding. Rendahnya perhatian terhadap kedua jenis
tujuan
3. Akomodatif atau Accommodating. Kepedulian tinggi terhadap tujuan lain
dan rendahnya kepedulian terhadap tujuan sendiri.
4. Berkompromi atau Compromising. Kepedulian moderat untuk kedua jenis
tujuan
5. Berkolaborasi atau Collaborating. Kepedulian tinggi untuk diri sendiri dan
tujuan lain.
Ada tiga tingkat faktor yang memengaruhi kekuatan kekhawatiran diri sendiri dan
orang lain. Yaitu :
Symbolic convergence theory sering dikenal sebagai analisis tema fantasi. Teori ini
dikembangkan oleh Ernest Bormann, John Cragan, dan Donald Shields. Symbolic
convergence theory ini membahas bagaimana individu, dalam kelompok, mencapai
kenyataan bersama melalui komunikasi. Titik awal untuk Teorinya adalah bahwa
gambar-gambar realitas individu dipandu oleh cerita-cerita yang mencerminkan
bagaimana segala sesuatu diyakini. Tema fantasi, dibuat dalam interaksi simbolis
dalam kelompok-kelompok kecil, dan mereka berantai dari orang ke orang dan
kelompok ke kelompok untuk menciptakan pandangan dunia bersama. Pada intinya,
percakapan menciptakan dan mempertahankan narasi bersama untuk kelompok yang
membentuk realitas mereka.
Tema fantasi adalah unsur pembangun drama (pandangan realitas) yang dibuat
oleh kelompok. Tema fantasi terdiri dari karakter, alur cerita, adegan, dan agen
sanksi. Karakter dapat berupa pahlawan, penjahat, atau pemain pendukung lainnya.
Alur ceritanya adalah aksi atau perkembangan cerita. Adegan adalah latar, termasuk
lokasi, properti, dan lingkungan sosial budaya. Agen sanksi adalah sumber yang
melegitimasi cerita tersebut.
Tema-tema fantasi yang berkembang hingga tingkat keakraban yang tinggi dikenal
sebagai tipe fantasi, situasi-situasi stok yang diceritakan berulang-ulang dalam suatu
kelompok. Seringkali kisah yang diceritakan kembali ini berkaitan dengan pencapaian
pribadi, kelompok, atau komunitas dan mengambil bentuk hikayat.
Tema fantasi adalah bagian dari drama yang lebih besar yang lebih panjang, cerita
yang lebih rumit yang disebut visi retoris. Visi retoris, yang merupakan visi gabungan
untuk sebuah grup yang diciptakan oleh formulasi karakter, plot, aksi, dan agen
sangsi, adalah drama yang dilihat grup sebagai permainan berulang-ulang sebagai
"kenyataan".
Kebanyakan visi retoris sesuai dengan salah satu dari tiga jenis, yaitu :
1. Adil atau Righteous, Visi retoris yang benar pada hak istimewa inti mereka
sensibilitas moral.
2. Sosial atau Social, mereka yang memiliki struktur sosial yang dalam tergantung
pada interaksi sosial untuk keberhasilan visi retoris.
3. Pragmatik atau Pragmatic, mereka yang fokus pragmatis memiliki basis praktis
sebagai sumber visi yang memotivasi.
Berbagi tema fantasi dalam suatu kelompok membentuk visi retoris, yang
memenuhi fungsi penciptaan kesadaran. Visi retoris membuat orang sadar akan cara
tertentu untuk memahami sesuatu. Dengan kata lain, mereka membangun atau
mempertahankan kesadaran bersama kelompok atau komunitas. Visi retoris bukan
hanya cerita naratif — mereka memiliki struktur yang dalam yang mencerminkan dan
memengaruhi perasaan kita akan kenyataan.
Komentar : Setelah melakukan review pada dua teori tersebut, saya ingin
mengomentari tentang Face Negotiation Theory atau FNT. Dari saya tangkap saat
mereview FNT adalah meramalkan atau memprediksi bagaimana orang akan
menyelesaikan Facework dalam budaya yang berbeda, terutama ketika mengelola
konflik. Menurut saya teori ini sangat berguna dalam cara kita untuk memprediksi
suatu sikap atau Tindakan untuk menyelesaikan sebuah masalah atau konflik. Karena
suatu budaya sangat menentukan identitas apa yang diinginkan dalam suatu situasi
sehingga kita butuh memprediksikan atau mengidentifikasi tindakan apa yang yang
harus dilakukan saat masalah itu ada. Seperti didalam budaya, apakah yang harus
dilakukan ketika terjadi masalah. Apakah kita menyelesaikan dengan cara yang lebih
individual atau yang lebih bersifat kolektif. Teori ini juga memediasi pengaruh
variabel budaya dan individu pada gaya konflik tertentu. Seperti ketika ingin
mencapai sebuah tujuan ada 5 gaya konflik yang dapat dipilih untuk menyelesaikan
suatu masalah tersebut.