Anda di halaman 1dari 3

Resume Tugas Filsafat Pengantar Ilmu

Nama : Alif Ijlal Hibatullah


NIM : 14040119130062

Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis (A. Sonny Keraf dan Mikhael Dua)
Bab VII. Metode Induksi

Induksi merupakan cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak belakang dari sejumlah
proporsisi tunggal atau partikular tertentu untuk menarik kesimpulan umum tertentu. Cara
kerja dari metode induksi ini biasanya dimulai dengan penelitian untuk mengamati berbagai
fenomena dan mengumpulkan berbagai macam fakta dan data yang kemudian di evaluasi
untuk bisa melahirkan kesimpulan umum tertentu. Kebenaran kesimpulan itu entah berbentuk
teori ilmiah harus dianggap sebagai bersifat sementara atau tidak menjamin bahwa kebenaran
kesimpulan bersifat mutlak karena ciri dasar dari induksi adalah selalu tidak lengkap.

1. Induksi Gaya Bacon


Orang yang paling berjasa dalam pengembangan metode induksi ini adalah Francis Bacon
(1561 – 1626). Inti dari induksi gaya Bacon adalah bahwa ilmu pengetahuan harus bermula
dari dan dikendalikan oleh pengamatan yang tidak terpengaruh oleh pengandaian apapun.
Ilmuwan yang tulen adalah pengamat sejati, yang menangkap objek sebagaimana adanya.
Ada tiga hal pokok menurut Bacon adalah : Pertama, ketika mengadakan penelitian ilmiah,
ilmuwan harus bebas dari segala pengandaian. Kedua, sebisa mungkin memperhatikan fakta
dan data yang bertentangan satu sama lain. Ketiga, setelah mengamati objek sebagaimana
adanya, dan mengumpulkan fakta dan data, fakta dan data tersebut dievaluasi, dirumuskan,
dan disimpulkan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki ilmuwan. Terdapat dua manfaat
dari metode induksi gaya Bacon ini. Pertama, dengan metode ini, ilmuwan benar-benar
melihat kenyataan secara objektif. Kedua, dalam kaitan dengan itu, kegiatan ilmiah tidak
jatuh menjadi ideologi.

2. Keberatan dan Kelemahan Induksi Gaya Bacon


Ada dua keberatan atas induksi gaya bacon. Pertama, kita tidak pernah mendekati,
meneliti, dan membaca alam dengan mata telanjang yang kosong sama sekali. Mengapa?
Karena ketika kita mengamati objek tertentu, kita sesungguhnya telah memiliki kerangka
teoritis tertentu. Tanpa asumsi tertentu, kita tidak bisa menangkap dua objek atau peristiwa
yang tampak berbeda sebagai mirip satu sama lain. Asumsi teoritis diperlukan sebagai
sekadar alat bantu dan bukan tujuan yang harus dicapai. Dapat disimpulkan bahwa asumsi
teoritis tetap penting, tetapi kita tidak boleh terlalu mengikuti asumsi teoritis dan harus tetap
terbuka pada penemuan baru. Kedua, bahwa fakta, data, fenomena, tidak pernah
menampilkan dirinya kepada kita sebagai fakta, data, atau fenomena yang telanjang begitu
saja. Fakta yang ada perlu ditafsirkan. Fakta itu harus ditangkap punya makna dan arti bagi
penemuan ilmiah. Polayi mengkritik kecenderungan yang lebih menekankan prosedur baku
metode ilmiah. Baginya, ilmu pengetahuan tidak bisa dilakukan hanya dengan mengikuti
metode induksi yang kaku begitu saja. Induksi selalu tidak pernah lengkap. Pertama, tidak
lengkap dalam pengertian bahwa kita tidak pernah sampai mencakup semua fakta dan data
yang relevan dan seharusnya tercakup. Kedua, tidak lengkap dalam pengetian bahwa
kebenaran kesimpulan tidak pernah mutlak.

3. Langkah-langkah Metode Induksi


a. Langkah-langkah metode induksi murni
Pertama, identifikasi masalah. Merumuskan apa masalah yang ingin dipecahkan. Kedua,
pengamatan dan pengumpulan data. Dilakukan pengamatan secara lebih seksama atas gejala
– gejala yang menimbulkan masalah diatas untuk menjelaskan masalah tersebut. Ketiga,
merumuskan hipotesis. Atas dasar fakta dan data yang telah dikumpulkan dan dianalisis tadi,
diajukan sebagai hipotesis yang berfungsi untuk menjelaskan sebab dari masalah tersebut
diatas. Keempat, tahap pengujian hipotesis. Tahap ini menguji lebih lanjut kebenaran dari
hipotesis yang tadi, dengan melakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan apakah
sebab yang menjadi dugaan dalam hipotesis tadi memang benar.

b. Langkah metode induksi yang telah dimodifikasi


Pertama, adanya suatu situasi masalah. Ada masalah yang sulit dijawab dengan
pengetahuan yang ada. Kedua, pengajuan hipotesis. Mengajukan hipotesis tentatif yang
diduga bisa menjawab masalah. Hipotesis ini merupakan hasil dari abduksi. Dalam metode
induksi murni, Hipotesis dibentuk berdasarkan fakta dan data, dalam metode induksi yang
telah dimodifikasi ini, hipotesis dibentuk berdasarkan akal sehat atau asumsi tertentu. Ketiga,
penelitian lapangan untuk mengamati dan mengumpulkan fakta dan data sebanyak mungkin.
Dalam induksi yang telah dimodifikasi, penelitian lapangan dimaksudkan untuk
membuktikan apakah hipotesis tersebut benar atau tidak. Keempat, pengujian hipotesis.
Kalau hipotesis didukung oleh fakta yang ada, hipotesis tersebut diterima kebenarannya.
Kalau tidak, maka dianggap gugur dan perlu diajukan hipotesis baru.

4. Situasi Masalah
Situasi masalah adalah titik pangkal, titik mulai dari cara kerja induksi. Ilmuwan yang
berhadapan dengan masalah akan terdorong untuk menemukan apa yang menjadi sebab dari
masalah tersebut. Situasi masalah adalah situasi dimana pengetahuan yang ada tidak mampu
memberi penjelasan tentang kenyataan yang dihadapi. Seringkali, penelitian suatu masalah
sangat ditentukan oleh tujuan penelitian. Ada macam-macam tujuan penelitian ilmiah.
Pertama, untuk kepentingan ilmiah murni. Kedua, sekadar untuk memuaskan rasa ingin tahu.
Ketiga, untuk menyumbangkan pemikiran. Keempat, untuk memperoleh teori yang dapat
digunakan untuk kepentingan tertentu.

a. Beberapa ciri masalah yang baik


Secara umum dapat disebutkan beberapa ciri masalah yang pantas diteliti, baik dari segi
isi maupun faktor-faktor penunjangnya. Pertama, masalah harus mempunyai arti penting
untuk diteliti, baik bagi kepentingan ilmiah maupun bagi kehidupan manusia dan masalah
tersebut harus bisa diteliti dengan berbagai perangkat penelitian yang ada, serta masalah perlu
dirumuskan dalam pertanyaan yang menarik dan menantang untuk diteliti. Kedua, kegiatan
ilmiah modern dituntut agar masalah yang diteliti harus feasible atau layak untuk diteliti.
Ketiga, masalah tersebut harus sesuai dengan kualifikasi peneliti atau harus menarik bagi
peneliti.

b. Sumber-sumber masalah
Masalah yang dapat dijadikan objek penelitian dan kegiatan ilmiah ada banyak sekali dan
dapat diperoleh di sekitar kita. Masalah juga bisa muncul dari bacaan ilmiah yang kita geluti,
atau kombinasi antara bacaan dan pengamatan atas berbagai fenomena di sekitar kita.

5. Perumusan dan Pengajuan Hipotesis


Dalam metode induksi murni, setelah suatu masalah dirumuskan secara tepat dan jelas,
langkah berikutnya adalah pengumpulan berbagai data tentatif yang dapat dipakai untuk
merumuskan hipotesis kerja selanjutnya. Hipotesis berisi keterangan atau pernyataan
mengenai hubungan yang diduga ada di antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang
lain. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas situasi masalah. Hipotesis dapat saja
diubah ketika kita telah sampai pada teori yang mampu menjelaskan situasi masalah secara
meyakinkan, jauh lebih pasti dan terbukti benar.
Dalam hal ini, hipotesis mempunyai beberapa kegunaan. Pertama, untuk memberi batasan
serta kerangka penelitian. Kedua, untuk mengarahkan perhatian peneliti pada gejala, fakta
dan data, dan hubungan di antara berbagai gejala, fakta dan data yang ada, yang bisa
bermanfaat bagi penelitian. Ketiga, hipotesis juga berfungsi sebagai alat sederhana untuk
mengaitkan fakta dan data yang tercerai-berai.
Hal yang perlu diperhatikan dalam hipotesis adalah agar hipotesisnya dirumuskan secara
singkat, padat, jelas, dam berjangkauan luas. Setelah hipotesis itu dirumuskan, langkah
berikutnya adalah pengajuan hipotesis. Kita membuat prediksi atau ramalan tentang berbagai
fakta dan data yang akan ditemukan baik secara hipotesis maupun secara faktual. Dengan
langkah pengajuan hipotesis itu, terlihat jelas bahwa ternyata dalam kenyataannya, metode
induksi pun pada akhirnya menggunakan cara kerja deduktif, yaitu pada langkah pengujian
dengan prediksi.

Anda mungkin juga menyukai