PELAYANAN KESEHATAN
(Tentang Pelaksanaan Program Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar
Di Puskesmas Ngronggot Kabupaten Nganjuk)
YENIK PUJOWATI*
Abstract
Implementation of Quality Assurance and the Public Health Service especially basic health
care is a must. Quality assurance is not only a humanitarian obligation, ethical,
administrative solely, but it has been a legal obligation as what has been stipulated in Law
no. 23 of 1992 on Health in the Ministry of Health Decree No. 125/Menkes/SK/II/2008.
This study examines how to increase health care policy implementation in Ngronggot
health center, Nganjuk . This study concluded that actors involved in the implementation of
cross-cutting health services to perform its role in different way. Efforts to increase public
awareness in order to create a healthy living behaviors are difficult to achieve, because it
is not supported by socio-economic factors, which is still low. Contributing factor in the
implementation of this policy is the availability of regulation as law. while the inhibiting
factor is the lack of resources in policy implementation.
48
GOVERNANCE Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol.3, No.1, April 2012:47-64
49
Yenik Pujowati : Implementasi Kebijakan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
kebijakannya sendiri sudah tepat? ini interest group, pressure group, individual
dinilai dari sejauhmana kebijakan yang ada yang mampu memainkan peran penting
telah bermuatan hal-hal yang memang dalam menginterprestasikan kebijakan dan
memecahkan masalah yang hendak implementasinya.
dipecahkan, apakah sudah dirumuskan Aktor kebijakan, Institusi kebijakan
sesuai karakter masalah yang hendak dan instrumen kebijakan memiliki
dipecahkan, dan apakah dibuat oleh keterkaitan yang erat terutama pada proses
lembaga yang mempunyai kewenangan formulasi. Howlett dan Ramesh (1995:52)
(yang sesuai dengan karakter menyatakan, aktor dalam proses kebijakan
kebijakannya). 2) apakah sudah tepat dapat berarti individu-individu atau
pelaksanannya? Disini pelaksana kebijakan kelompok-kelompok dimana pola perilaku
tidak hanya pemerintah tetapi juga unsur ini terlibat dalam kondisi tertentu sebagai
diluar pemerintah. Bisa saja perpaduan dari subsistem kebijakan, keduanya membagi
berbagai unsur tergantung jenis aktor-aktor kebijakan menjadi 5 kategori
kebijakannya.3) apakah sudah tepat target? yaitu : Aparatur yang dipilih (elected
Ini dilihat dari apakah target yang officials) yang terdiri dari eksekutif dan
diintervensi sesuai dengan yang legistatif; Aparatur yang ditunjuk
direncanakan, tidak tumpang tindih dengan (Appointed officials) yaitu birokrat yang
intervensi lain atau bahkan bertentangan menjadi figur sentral dalam proses
dengan intervensi lain, kemudian apakah implementasi kebijakan dalam subsistem
targetnya siap diintervensi, siap disini tidak kebijakan; Kelompok kepentingan (interest
saja secara alami namun juga apakah group); Organisasi penelitian (research
kondisi target ada konflik harmoni, organization) berupa universitas dan
mendukung atau menolak dan yang kelompok ahli atau konsultan kebijakan;
terahkir adalah apakah intervensi Media massa (mess Media) sebagai
implementasi kebijakan bersifat baru atau jaringan hubungan yang krusial antara
memperbaruhui implementasi kebijakan Negara dan masyarakat sebagai media
sebelumnya. 4) apakah tepat sosialisasi dan komunikasi.
lingkungannya? Yaitu interaksi di Peters dan Nispen (1998:153)
antaranya lembanga perumus kebijakan melihat sukses dalam implementasi
dan pelaksanaan kebijakan dan lembaga kebijakan publik dari pemilihan instrumen
lain yang terkait, disini mengadopsi yang tepat. Meskipun hanya sebuah alat
pemikiran Donald J.Callitas tentang dimana keberhasilan dari alat ini sangat
lingkungan Endogen, yaitu : Authoritative tergantung dari para pelaksananya, tetapi ia
arrangement atau yang berkenaan dengan akan menjadi variabel yang juga
kekuataan sumber otoritas kebijakan menentukan berkerjanya sistem
Network composition atau komposisi implementasi. Menurutnya Peters dan
jejaring dari berbagai organisasi yang Nispen, paling tidak terdapat 3 (tiga)
terlibat, dan implementation setting atau macam instrumen yang dapat dipilih yakni:
yang berkaitan dengan posisi tawar 1) Pengaturan (regulatory instruments)
menawar antara otoritas yang yang memberi garansi normalitas pada
mengeluarkan kebijakan dengan jejaring tindakan pemerintah dalam melakukan
yang berkenaan dengan implementasi intervensi dan fungsi monitoring. 2)
kebijakan. Mempengaruhi masyarakat melalui
Lingkungan yang kedua adalah penerapan sistem keuangan yang tidak
lingkungan eksogen, yang terdiri dari memiliki unsur paksaan, tetapi dengan
interpretative institutions atau berkenaan pilihan ini terdapat konsekwensi yang akan
dengan interpretasi dari lembaga-lembaga diterima oleh aktor dan masyarakat. 3)
strategis dalam masyarakat: media massa, Transfer informasi melalui perangkat lunak
52
GOVERNANCE Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol.3, No.1, April 2012:47-64
lintas sektoral, pemberdayaan masyarakat, medis sebagai “birokrat garis depan” yang
mutu dan keterjangkuan pelayanan berinteraksi langsung dengan masyarakat.
kesehatan, sumberdaya pembiayaan Puskesmas Ngronggot mempunyai
kesehatan. Beberapa kebijakan strategis peranan agar pelayanan kesehatan kepada
yang ditempuh untuk dapat mencapai masyarakat Kabupaten Nganjuk dapat
tujuan pembangunan kesehatan menuju memberikan keyamanan terhadapan pasien
Indonesia Sehat 2010, antara lain adalah puskesmas yang ada pada masing-masing
peningkatan kerja sama lintas sektoral kecamatan. Untuk menujukkan fungsi-
peningkatan perilaku, pemberdayaan fungsi yang optimal secara institusional
masyarakat dan kemitraan swasta, diperlukan perilaku kerja yang baik,
peningkatan upaya kesehatan dan karyawan (dokter, bidan, perawat) dalam
peningkatan sumberdaya kesehatan. memberikan pelayanan pada pasien dalam
(DepKes). arti mempunyai komitmen yang tinggi,
Untuk itulah hubungan antara pusat peka terhadap situasi yang dialami oleh
dan daerah diarahkan menuju pasien melalui pelayanan medis dan
implementasi kebijakan pelayanan mengerti akan tugas dan fungsi.
kesehatan dalam hal ini Dinas kesehatan/
Puskesmas dengan aktor-aktor lain yang d) Instrument yang dipilih dalam
meliputi profit businesses, Non implementasi kebijakan peningkatan
Government Organizations (NGOs) dan pelayanan kesehatan
Community Group (Public-private
partnership, collective action and synergy) Berdasarkan data yang diperoleh
ke dalam sistem pelayanan kesehatan. dari beberapa sumber di Puskesmas
Dinas kesehatan/ puskesmas bukan lagi Ngronggot diketahui bahwa untuk
sebagai satu-satunya pemeran tunggal mendapatkan pengobatan dan perawatan
tanpa memperhatikan peran-peran yang pasien biasanya diatur oleh peraturan-
lain. Demikian pula secara internal peraturan, pengumunan yang sifatnya
diperlukan adanya koordinasi dan kerja pemberitahuan sementara dan ditempelkan
sama dengan baik dalam bentuk kelompok pada tempat-tempat umum. Pasien dalam
kerja (team work). persoalan ini terposisikan menuju
c) Perilaku Kerja Tenaga Medis kepatuhan terhadap kewajiban, seperti
Dari hasil penelitian diketahui harus membayar untuk mendapatkan kartu
bahwa rumah sakit pemerintah yang lebih berobat, membayar obat atau suntikan,
dikenal dengan rumah sakit umum daerah antri untuk menerima obat, cukup
di tiap daerah memiliki tugas khusus melaporkan riwayat penyakit. Dalam
membantu pemerintah daerah dalam “Jaringan pengaman Kesehatan
memberikan pelayanan kepada Masyarakat” atau yang lazim disingkat
masyarakat di bidang kesehatan. (JPKM) sebagai mana diselenggarakan
Demikian pula dengan keberadaan oleh puskesmas maupun rumah sakit
Puskesmas Ngronggot di Kabupaten Umum Daerah (RSUD), petugas pelayanan
Nganjuk yang membantu Pemerintah kesehatan merasa bahwa pelayanan yang
Kabupaten Nganjuk dalam memberikan mereka berikan sudah sesuai dengan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat di petunjuk teknis operasional yang berlaku.
wilayahnya. Keberhasilan Puskesmas Namun menurut petugas yang terlibat
Ngronggot Kabupaten Nganjuk dalam dalam pelaksanaan JPKM tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan serta memastikan apakah kelompok sasaran
meningkatkan derajat kesehatan yang dihajatkan dalam program ini benar-
masyarakat sangat tergantung pada tenaga benar sudah sesuai atau tidak. Mereka juga
belum bisa memastikan bahwa seluruh
55
Yenik Pujowati : Implementasi Kebijakan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
melahirkan bayi dalam lingkungan yang (karbohidrat, protein, lemak, Vitamin dan
aman dan sehat. mineral) dalam jumlah yang cukup
Pelayanan di posyandu terdapat disamping itu juga air dan serat.
jalur yang sangat erat antara petugas Untuk peningkatan Gizi oleh
dengan pasien, pimpinan puskesmas tenaga medis yaitu dokter dan bidan
Ngronggot kabupaten nganjuk dalam hal diadakan penyuluhan di posyandu dalam
ini menyatakan bahwa selain K1-K4 rangka menanggulangi masalah gizi ganda
dikenal juga dalam pelayanan selama yakni gizi kurang dan gizi lebih dengan
kehamilan dengan istilah “5T” yaitu yang cara membiasakan mengkonsumsi
terdiri dari : Timbangan berat badan dan hidangan sehari-hari dengan susunan zat
ukuran tinggi badan, Ukuran tekanan gizi yang seimbang. Untuk
darah, Pemberian suntikan TT2, Ukuran
tinggi pendek uterus, Pemberian tablet zat Pelayanan Penanggulangan Penyakit
besi minimal 90 tablet selama kehamilan. TBC
Pelayanan yang diberikan yakni
Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Pencegahan sekunder adalah upaya untuk
Dalam Undang-undang Republik menemukan penyakit TBC sedini mungkin
Indonesia Nomor 10 tahun 1992 tentang mencegah meluasnya penyakit,
perkembangan kependudukan dan mengurangi bertambah beratnya penyakit
pembangunan keluarga sejahtera dan strategi penanggulangan TBC adalah:
disebutkan bahwa : “keluarga berencana a) Meningkatkan penyuluhan untuk
adalah upaya peningkatan kepedulian dan menemukan penderita TBC sedini
peranserta masyarakat melalui mungkin, serta meningkatkan cakupan. b)
pendewasaan usia perkawinan, Promosi kesehatan dalam rangka
penganturan kelahiran, pembinaan meningkatkan perilaku hidup sehat c)
ketahanan keluarga, peningkatan Perbaikan perumahan serta peningkatan
kesejateraan keluarga untuk mewujubkan status gizi.
keluarga kecil bahagia dan sejahtera”.
Menurut WHO (World Health Penyuluhan Kesehatan Lingkungan /
Organisation) expert commice 1970. Masyarakat.
adalah: Tindakan yang membantu individu Bentuk pelayanan kesehatan dalam
atau pasangan suami istri untuk rangka kesehatan lingkungan antara lain :
mendapatkan objek-objek tertentu; penyuluhan tentang kebersihan
menghindari kelahiran yang tidak lingkungan, penyedian air bersih,
diinginkan; mendapatkan kelahiran yang memeriksa sampel air bersih, memeriksa
memang diinginkan; mengatur interval pencermaran sarana air bersih, penyuluhan
diantara kehamilan; mengontrol waktu saat dan pembuatan jamban keluarga,
kelahiran dalam hubungan dengan umur penyuluhan tentang sampah, pengawasan
suami isteri; menentukan jumlah anak dan penyehatan tempat pengelolaan
dalam keluarganya. makanan dan minuman, penyehatan
tempat-tempat umum, pengawasan TP3
Pelayanan Perbaikan Gizi peptisida, dan pembinaan dan pengawasan
Pemberian makanan yang sebaik- industri kecil. Kegiatan ini dilakukan
baiknya harus memperhatikan kemampuan dengan membentuk UKS di sekolah dari
tubuh seseorang mencerna makanan, tingkat SD, SLTP dan SMU, di pondok
unsur, jenis kelamin, jenis aktifitas dan Pesantren, melalui ceramah pengajian,
kondisi lain seperti sakit, hamil dan begitu juga keselamatan olah raga biasa
menyusui. Untuk meningkatkan kualitas dilakukan dengan adanya kegiatan olah
hidup, setiap orang memerlukan 5 Zat raga.
57
Yenik Pujowati : Implementasi Kebijakan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
58
GOVERNANCE Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol.3, No.1, April 2012:47-64
60
GOVERNANCE Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol.3, No.1, April 2012:47-64
61
Yenik Pujowati : Implementasi Kebijakan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Bagason, Peter. 2000. Public Policy and Hogwood, Brian W., and Gunn, Lewis A.,
local Governance : Institution in 1986. Policy Analysis For the Real World,
postmodern Society. Edward Elga. Oxford University Press.
Cheltenham, UK dan Northamton, MA,
USA Howlett, Michael and M. Ramesh, 1995.
Stuying Public Policy: Policy Cycles and
Caiden, Gerald, 2005. An Anatomy of Policy Subsystem. Oxford University
Official Corruption, in Frederickson, Press. Toronto-Newyork-Oxford
Georgen. H, and Ghere K. Richard
(editors), Ethics in public Management, Islamy, M. Irfan, 2000. Prinsip-Prinsip
M.E, Sharpe, New York. Perumusan Kebijaksanaan Negara, Bumi
Aksara. Jakarta.
Dunn N, William, 2000. Pengantar _________________, 2001. Seri Policy
Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, Analiysis. Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada Universitas Brawijaya Malang.
________________, 20006b. Mengapai
Denhardt & Denhardt, 2003. The New Pelayanan yang bermutu. Program Doktor
Public Service. M.E Sharpe: New York. Ilmu Administrasi, FIA Universitas
Brawijaya. Malang.
Dwiyanto, Agus. 2006. Reformasi _________________, 2007. Prinsip-
Birokrasi Publik di Indonesia pusat Studi Prinsip Perumusan Kebijaksanaan
Kependudukan dan kebijakan. Universitas Negara. Cetakan Ke-18. Bumi Aksara,
Gadjah Mada Yogjakarta. Edisi Revisi, Jakarta.
63
Yenik Pujowati : Implementasi Kebijakan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Nugroho D, Riant, 2006. Kebijakan Publik Tibamdebage, Paula, 1999. “Charging For
untuk Negara-negara Berkembang, Health Care in Tanzania : Official Pricing
Penerbit PT Elex Media Komputido in A Lliberalized Environment, Dalam
Kelompok Gramedia-Jakarta. Mackintosh. Maureen and Roy, Rathin,
1999, Economic Decentralization and
Nispen, Frams K,M. Van and. Peters. B Public Management Reform Cheltenham:
Guy, 1998. Public Policy Instruments: Edward Elgar.
Evaluating the tools of public
Administration Edward Elgar, Iqi, Iqbal, 2008. Promosi Kesehatan,
Cheltennham. dalam http://iqbal-iqi.blogspot.com,
diakses tanggal 15 Oktober 2008.
Parsons Wayne, 2005. Public Policy :
Pengatar Teori &Praktik Analisis Winters, A Jeffrey, 2004. Orban Jatuh,
Kebijakan. 2001 Edward Elgar Publishing, Orban Bertahan: Analisis Ekonomi-Politik
Ltd, Edisi Pertama, Cetakan Ke-1 1998-2004, Djambatan, Jakarta.
WHO, 1986. The Ottawa Charter for
Republik Indonesia, UU Nomor 28 Tahun. Health Promotion, Geneva: WHO, dari
1999. tentang Penyelenggaraan Negara http://www.who.int/health promotio
yang Bersih dan Bebas KKN beserta conferences/ previous/ottawa/en/, diakses
peraturan pelaksanaannya diterbitkan tanggal 25 September 2008.
Sinar Grafika, Jakarta
WHO, 1998. Health Promotion Glossary,
Rest, James, 1999. The Major Geneva: WHO.
Components of Morality, in Kurtinez,
William M. & Jacob L.Gewirtz, 1994. Van meter dan Van Horn, 1978.
Moral Behavior and Moral Development. Developing Performance Monitoring in
John Wiley & sons public sector Organization, new York.
Sabatier, P.A., and Mazmanian, D. 1979. Valdmanis, Vivian, et. Al. 2004. “Capacity
“The Conditiong of effective in Thai Public Hospitals and the
Implementation” dalam policy Analysis. Production of Care for Poor and NonPoor
5,481-504. Patients”. Patients” HSR: Health Services
Research vol. 39 No.6 December.
Syayid MN Fadli, 2002. Upaya
peningkatan kualitas pelayanan publik Zauhar, Soesilo. 2001. Administrasi
melalui sistem pelayanan satu atap (Studi Pealayanan Publik, Sebuah Perbincangan
kasus di kantor unit pelaksana daerah Awal. Jurnal Administrasi Negara. 2;1-12
pelayanan perijinan terpadu (UP2T) kota
Balikpapan Kalimantan Timur. Thesis Zeithaml, V.A.,A. Parasuraman dan
Fakultas Ilmu administrasi. Universitas L.LLeonard, Berry. 1990. Delivering
Brawijaya Malang tidak dipublikasikan. Quality Service: Balancing Customer
Perceptions and Expectation. NewYork:
Tjiptono, Fandy, 2001. Prinsip-Prinsip The Free Press.
Total Quality Service, Penerbit Andi Htt:/www.jstor.org/about/terms.html
Offset. Yogjakarta. Website :