Anda di halaman 1dari 18

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENINGKATAN

PELAYANAN KESEHATAN
(Tentang Pelaksanaan Program Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar
Di Puskesmas Ngronggot Kabupaten Nganjuk)

YENIK PUJOWATI*

Abstract

Implementation of Quality Assurance and the Public Health Service especially basic health
care is a must. Quality assurance is not only a humanitarian obligation, ethical,
administrative solely, but it has been a legal obligation as what has been stipulated in Law
no. 23 of 1992 on Health in the Ministry of Health Decree No. 125/Menkes/SK/II/2008.
This study examines how to increase health care policy implementation in Ngronggot
health center, Nganjuk . This study concluded that actors involved in the implementation of
cross-cutting health services to perform its role in different way. Efforts to increase public
awareness in order to create a healthy living behaviors are difficult to achieve, because it
is not supported by socio-economic factors, which is still low. Contributing factor in the
implementation of this policy is the availability of regulation as law. while the inhibiting
factor is the lack of resources in policy implementation.

Keywords: implementation, health polic.,

Pendahuluan terpadu dan saling mendukung guna


menjamin derajat kesehatan yang setinggi-
Dalam Undang-Undang Dasar tingginya. Sebagai pelaku dari pada
Negara RI 1945 diamanatkan bahwa penyelenggaraan pembangunan kesehatan
pelayanan Kesehatan merupakan salah satu adalah masyarakat, pemerintah (pusat,
aspek dari hak asasi manusia, yaitu provinsi, kabupaten/kota). dengan
sebagaimana yang tercantum dalam pasal demikian dalam lingkungan pemerintah
28 H ayat (1) : “setiap orang berhak hidup baik Pemerintah Pusat dan Pemerintah
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal Daerah harus saling bahu membahu secara
dan mendapat lingkungan hidup yang baik sinergis melaksanakan pelayanan
dan sehat, serta berhak memperoleh kesehatan yang terencana, terpadu dan
pelayanan kesehatan” berkesinambungan dalam upaya bersama-
Pelayanan Kesehatan di Indonesia sama mencapai derajat kesehatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, setinggi-tingginya.
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi Untuk meningkatkan kualitas sumber daya
setiap orang agar dapat mewujudkan manusia antara lain dilakukan melalui
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya kebijakan pembangunan kesehatan.
sebagai perwujudan kesejahteraan umum Pembangunan kesehatan mempunyai
sebagai yang dimaksud dalam Pembukaan hubungan yang positif dengan peningkatan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia kualitas sumberdaya manusia. Derajat
1945. Pelayanan Kesehatan tersebut kesehatan dan status gizi yang tinggi akan
diselenggarakan dengan berdasarkan meningkatkan produktivitas yang pada
kepada Sistem Kesehatan Nasional (SKN) gilirannya akan meningkatkan tingkat
yaitu suatu tatanan yang menghimpun pendapatan masyarakat atau kesejahteraan
berbagai upaya Bangsa Indonesia secara masyarakat. Kebijakan Pelayanan

*Program Magister Ilmu Administrasi Publik 83


Yenik Pujowati : Implementasi Kebijakan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Kesehatan menjadi salah satu komponen Penelitian ini ditujukan untuk


yang utama. Peran penting pembangunan menganalisis bagaimana implementasi
seperti sekarang dapat dilihat dari Program Jaminan Kesehatan Masyarakat
kontribusinya dalam meningkatkan telah ditetapkan melalui Keputusan Meteri
produktivitas generasi sekarang dan Kesehatan nomor 125/Menkes/SK/II/2008.
produktivitas pelayanan kesehatan yang Tentang Pedoman Pelaksanaan Program
akan mendatang (Dwiyanto, 2000:6) Jaminan Kesehatan Masyarakat.
Di Indonesia, peran pemerintah Implementasi kebijakan sebagai
dalam memberikan pelayanan publik mana pendapat Howelett dan Rames
(Pelayanan Kesehatan) disebutkan dalam (1960:45) adalah mentransfer kebijakan
UUD 1945 dan pasal 31 bahwa pendidikan kedalam program dan tindakan aksi
dan kesehatan dijamin oleh Negara. sehingga membutuhkan berbagai kondisi
Demikian halnya dalam GBHN dan UU yang berkaitan dengan bentuk masalah
No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan yang hendak dipecahkan dengan
Sistem Kesehatan Nasional, Hak Dasar implementasi kebijakan itu sendiri, kondisi
Kesehatan di Indonesia dijamin oleh lingkungan yang ikut mempengaruhi
Negara. implementasi, organisasi pelaksanaan dan
Kebijakan kesehatan di Indonesia sumber daya pelaksanan serta sumber daya
dirumuskan berdasarkan kerangka yang yang teralokasi. Sementara Menurut Hufen
disebutkan di atas, tetapi dalam proses dalam Paters dan Nispen (1998:34) melihat
implementasinya akan dipengaruhi oleh implementasi kebijakan mengandung
bentuk ekonomi, politik dan struktur unsur-unsur berdasarkan instrumen
birokrasi yang berlaku. Oleh karena itu, kebijakan yang meliputi antara lain adalah
seperti dikemukakan oleh: Winters :
(2004:7-3) pembangunan pelayanan (1). sistem karir pegawai, teknik medis
kesehatan di suatau Negara tidak dapat (dokter, bidan, perawat) atau memberikan
dipisahkan dari struktur sosial, ekonomi sistem keyamanan dan keamanan pasien,
dan politik yang ada di Negara tersebut, dan memberikan pelayanan kesehatan yang
bahwa ada tidaknya hak dasar disetiap lebih baik, lebih cepat dan lebih akurat,
warga Negara dibidang kesehatan sangat lebih baru, serta sesuai dengan harapan
dipengaruhi oleh struktur sosial, ekonomi pelangga/pasien. Rakyat adalah pemilik
Negara tersebut. Di samping itu faktor atau sumber kekuatan dan lain-lain yang
geografis suatu daerah juga cukup ditujukan pada seperangkat nilai yang
mempengaruhi kebutuhan masyarakat menjadi dasar tindakan bagi para pihak
dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. yang terlibat dalam implementasi. (2).
Penerapan strategi pembangunan ekonomi Jaringan kerja, baik secara personal
yang cenderung berarah kapitalistik, maupun intitusi di dalam dan luar negeri.
penerimaan pendapat negara yang tidak Guna memenuhi tuntutan reformasi
stabil, privatisasi kesehatan dan pelayanan atau birokrasi menurut
berkembangan industri farmasi yang pandangan Islamy (2007:26) “dalam hal
didominasi perusahaan asing, merupakan ini birokrasi tidak hanya bertanggung
faktor yang berpengaruh kuat terhadap jawab yuridis Formal tetapi juga
kesempatan masyarakat dalam bertanggung jawab moral” dan sumber
mendapatkan pelayanan kesehatan, oleh kekuatan dan lain-lain yang ditujukan pada
karena itu, faktor-faktot tersebut, akan seperangkat nilai yang menjadi dasar
membawa pengaruh pada kesempatan tindakan bagi para pihak yang terlibat
masyarakat dalam memperoleh pelayanan dalam implementasi kebijakan.
kesehatan. Selain instrumen sebagaimana
disebutkan di atas implementasi menurut

48
GOVERNANCE Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol.3, No.1, April 2012:47-64

Lester dan Stewart (2000) juga Kabupaten Nganjuk. 2) menganalisis


membutuhkan kejelasan dari pihak yang aktor-aktor yang berpartisipasi dalam
akan melaksanakan kebijakan itu dan program Jaminan Mutu pelayanan
pilihan pada teknik implementasi. kesehatan Dasar di Puskesmas Ngronggot
pedekatan pertama pada seputar siapa Kabupaten Nganjuk. 3) Mendeskripsikan
melaksanakan pelaksana atau para pihak perubahan apakah yang ditimbulkan dari
yang terlibat dalam implementasi untuk implementasi kebijakan dalam Program
menerapkan standar pelayanan kesehatan, Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar
sistem pengawasan, pemberian sanksi dan di Puskesmas Ngronggot Kabupaten
hukuman, berdasarkan pada upaya Nganjuk.
persuasif yang memberikan kebebasan Menurut United Nations dalam
kepada pelaksana atau para pihak yang Abdul Wahab (2005:74) memberikan
terlibat untuk mengikuti atau tidak pengertian tentang kebijakan sebagai
mengikuti mekanisme yang sudah perilaku dari sejumlah aktor (penjabat,
digariskan disertai dengan konsekwensi kelompok, instansi pemerintah) atau
logis atas pilihan mereka. serangkaian aktor dalam suatu bidang
Menghadapi permasalahan kegiatan tertentu. Sedangkan Helco dan
kesehatan dengan Multi aspek Jone (1991) mengemukakan pengertian
sebagaimana telah dijelaskan di atas maka kebijakan sebagai berikut : “policy is a
jelaslah bawah sehebat apapun sebuah course of action intended to accomplish
implementasi kebijakan dirumuskan dan some end”. Kebijakan adalah suatu arah
diimplementasikan, termasuk kebijakan kegiatan yang tertuju kepada tercapainya
sektor pelayanan kesehatan yang beberapa tujuan. Dari beberapa denifisi
diharapkan berdampak pada kualitas hidup kebijakan tersebut di atas maka dapat
masyarakat, akan tidak semudah yang disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
dibayangkan, hal ini karena beragamnya kebijakan adalah suatu tindakan yang
aspek kesehatan itu sendiri yang kemudian berpola yang diarahkan pada pencapian
berhadapan dengan berbagai publik interst tujuan tertentu sebagai pedoman untuk
sejak policy proces berlangsung, tetapi bertindak dan bukan hanya sekedar
juga perubahan arah kebijakan sering keputusan untuk melakukan sesuatu.
terjadi pada setiap periode pergantian Selanjutnya istilah kebijakan dikaitkan
kepemimpinan termasuk instabilitas politik deangan kepetingan pemerintah atau
pasca oder baru. Negara (public), sehingga akhirnya istilah
Berbagai permasalahan di bidang kebijakan terkait erat dengan publik.
kesehatan sebagaimana dipaparkan di atas Ada 5 (lima) tahap proses
adalah yang dialami baik oleh pihak dinas pembuatan kebijakan Negara seperti yang
kesehatan maupun masyarakat Kabupaten dikemukakan oleh Dunn (2000:104)
nganjuk. Untuk itulah penulis tertarik sebagai serangkaian tahap yang saling
melakukan penelitian tentang bergantungan dan diatur menurut
“implementasi kebijakan peningkatan urutannya yaitu : 1) penyusunan agenda, 2)
pelayanan kesehatan (Studi Tentang formulasi kebijakan, 3) adopsi kebijakan,
Pelaksanaan Program Jaminan Mutu 4) implementasi kebijakan, 5) penilaian
Pelayanan Dasar di puskesmas Ngronggot kebijakan. Sedangkan Islamnya (1992:23)
Kabupaten nganjuk) menyebutkan bahwa ada 6 (enam) tahap
Tujuan penelitian ini adalah untuk proses pembuatan kebijakan Negara yaitu:
1) mengetahui Implementasi kebijakan 1) perumusan ,asalah kebijakan Negara, 2)
peningkatan pelayanan kesehatan melalui penyususnan agenda pemerintah, 3)
Program Jaminan Mutu Pelayanan perumusan usulan kebijakan Negara, 4)
Kesehatan Dasar di Puskesmas Ngronggot pengesahan kebijakan, 5) pelaksanaan

49
Yenik Pujowati : Implementasi Kebijakan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

kebijakan dan, 6) penilaian kebijakan yang dikembangkan oleh Brian W.


Negara. Hogwood dan Lewis A. Gunn disebut
Implementasi kebijakan menurut sebagai “the top down approach” Menurut
Van Mater dan Van Horn dalam Abdul Hogwood dan Gunn, untuk dapat
Wahab (2005) memberikan pernyataan mengimplementasikan kebijakan Negara
bahwa “policy implementation secara sempurna (perfect implementation)
encompassed those actions by public and maka diperlukan beberapa persyaratan
private individuals (and group) that are tertentu yaitu :
directed at the achievement of objectives Kondisi eksternal yang dihadapi
set forth in prior policy decisions”. Hal ini oleh badan pelaksana tidak akan
memberikan gambaran bahwa menimbulkan gangguan yang serius.
implementasi kebijakan merupakan Beberapa kendala pada saat implementasi
tindakan yang dilaksanakan oleh individu- seringkali berada di luar kendali para
individu dan kelompok-kelompok, administrator, sebab hambatan-hambatan
pemerintah dan swasta yang diarahkan itu memang diluar jangkuan wewenang
pada pencapian tujuan dan sasaran yang kebijakan dan badan pelaksana. Untuk
menjadi prioritas keputusan kebijakan. pelaksanaan program tersedia waktu dan
Proses implementasi setidak-tidaknya sumber-sumber yang cukup memadai.
memiliki 4 (empat) elemen yaitu : 1). Kebijakan yang memiliki tingkat
Pembentukan unit organisasi baru dan staf kelayakan fisik dan politis tertentu bisa
pelaksana, 2). Penjabaran tujuan kebijakan saja tidak berhasil mencapai tujuan yang
dalam berbagai aturan pelaksanaan dan diinginkan, dengan alasan waktu yang
pedoman pelaksanaan (standard operating terlalu pendek atau kurangnya sarana
procedures/SOP). 3) Koordinasi berbagai untuk mencapai tujuan.
sumber dan pengeluaran kepada kelompok Perpaduan sumber-sumber yang
sasaran, pembagian tugas di antara dinas- diperlukan benar-benar tersedia, harus ada
dinas/badan pelaksana, 4). Pengalokasian jaminan tidak terdapat kendala-kendala
sumber-sumber daya untuk mencapai pada semua sumber-sumber yang
tujuan. Dengan demikian, keempat elemen diperlukan, dan pada setiap tahapan proses
ini harus dicermati dalam implementasinnya perpaduan diantara
memformulasikan kebijakan (policy sumber-sumber tersebut harus benar-benar
making), karena proses kebijakan dapat disediakan.
merupakan daur/sirklus yang tidak akan Kebijakan yang akan
pernah berakhir. diimplementasikan didasari oleh suatu
Menurut Abdul wahab (2005:78) hubungan kausalitas yang handal. Menurut
bahwa dalam implementasi program yang para pembuat kebijakan, setiap kebijakan
melibatkan struktur organisasi atau pada dasarnya memuat suatu teori
berbagai struktur organisasi pemerintah mengenai hubungan sebab-akibat
dapat dilihat dari 3 (tiga) sudut pandang, (kaualitas). Oleh karena itu, apabila
yakni : 1) Pemrakarsa kebijaksanaan (the ternyata kelak kebijakan itu gagal, maka
center atau pusat), 2) pejabat-pejabat kemungkinan penyebabnya bersumber
pelaksana di lapangan (the periphery), 3) pada ketidak tepatan teori yang memadai
aktor-aktor perorangan di luar badan landasan kebijakan tadi dan bukan karena
pemerintah kepada siapa program implementasinya yang keliru.
ditunjukan, yakni kelompok sasaran Hubungan kausalitas bersifat
(target group) langsung dan hanya sedikit mata rantai
Selanjutnya Wahab (2005:70-81) penghunbunnya, dengan perkataan lain,
menjelaskan model implementasi semakin banyak hubungan dalam mata
kebijakan, yaitu sebagai berikut: Model rantai, semakin besar pula resiko bahwa
50
GOVERNANCE Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol.3, No.1, April 2012:47-64

beberapa diantaranya kelak terbukti lemah diinginkan, 2) Kemampuan keputusan


atau tidak dapat dilaksanakan dengan baik. kebijakan untuk menstrukturkan secara
Hubungan saling ketergantungan harus tepat proses implementasinya, yang
kecil. Implementasi yang sempurna meliputi: Kejelasan dan konsistensi tujuan,
menuntut adanya persyaratan bahwa hanya Digunakannya teori kausal yang memadai,
terdapat badan pelaksanaan tunggal (single Ketepatan alokasi sumber dana,
agency), untuk keberhasilan misi yang Keterpaduan hieraki dalam dan di antara
diembannya, tidak perlu tergantung pada lembaga pelaksana, Aturan-aturan
badan-badan lain atau kalaupun dalam keputusan dari badan pelaksana,
pelaksanaannya harus melibatkan badan Rekruitmen pejabat pelaksana, Akses
/intansi-intansi lainnya, maka hubungan formal pihak luar. 3) Pengaruh langsung
ketergantungan dengan organisasi- berbagai variable politik terhadap
organisasi ini haruslah pada tingkat yang keseimbangan dukungan bagi tujuan yang
minimal, baik dalam artian jumlah maupun termuat dalam keputusan kebijakan
kadar kepetingannya. tersebut, yang meliputi: Kondisi sosio-
Van Meter dan Van Horn dalam ekonomi dan teknologi, Dukungan publik,
teorinya ini beranjak dari suatu argument Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki
bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses kelompok-kelompok, Dukungan dari
implementasi akan dipengaruhi oleh sifat pejabat atasan, Komitmen dan kemampuan
kebijakan yang akan dilaksanakan. Hal ini kepemimpinan pejabat-pejabat pelaksana.
yang dikemukakan oleh kedua ahli ini Model yang dikembangkan oleh
adalah bahwa jalan yang menghubungkan Merillee S. Grindle (1980) berangkat dari
antara kebijakan dan prestasi kerja ide dasarnya adalah bahwa setelah
dipisahkan oleh sejumlah variable bebas kebijakan ditransformasikan, dilakukan
(independent variabel) yang saling implementasi kebijakan, keberhasilan
berkaitan, Variabel-variabel bebas itu ditentukan oleh derajat implementability
ialah: Ukuran dan tujuan kebijakan, kebijakan tersebut, menyangkut isi dan
Sumber-sumber kebijakan, Ciri-ciri atau konteks implementasinya (Nugroho:
sifat badan/instansi pelaksana, Komunikasi 2006:34).
antar organisasi terkait dan kegiatan- Isi kebijakan itu mencakup :
kegiatan pelaksanaan, Sikap para Kepetingan yang dipengaruhi oleh
pelaksana, Lingkungan ekonomi, sosial kebijakan, Jenis manfaat yang akan
dan politik. diinginkan, Derajat perubahan yang
Daniel Mazmanian dan Paul A. diinginkan, Kedudukan pembuat
Sabatier dengan modelnya yang disebut A kebijakan, Siapa pelaksanaan program,
Frame Work For Implementation Analysis, Sumber daya yang dikerahkan. Sementara
berpendapat bahwa peran penting dari itu, konteks implementasinya adalah:
analisis implementasi kebijakan Negara Kekuasaan, kepetingan dan strategi aktor
ialah mengidentifikasikan variabel-variabel yang terlibat, Karateristik lembaga
yang mempengaruhi tercapainya tujuan- penguasa, Kepatuhan dan daya tanggap.
tujuan formal pada keseluruh proses Dari keseluruhan model di atas
implementasi. tidak ada model yang terbaik, ini sejalan
Variabel-Variabel yang dimaksud dengan apa yang dikatakan Nugroho,
dapat diklasifikasikan menjadi tiga (2006 : 45), bahwa setiap jenis kebijakan
kategori besar yaitu : 1) Mudah tidaknya publik memerlukan model implementasi
masalah yang akan digarap dikendalikan, kebijakan yang berlainan, akan tetapi
yang meliputi: Kesukaran-kesukaran teknis keefektifan implementasi kebijakan pada
keragaman perilaku kelompok sasaran, prinsipnya mengandung “empat”
Ruang lingkup perubahan perilaku yang permasalahan adalah : 1) Apakah
51
Yenik Pujowati : Implementasi Kebijakan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

kebijakannya sendiri sudah tepat? ini interest group, pressure group, individual
dinilai dari sejauhmana kebijakan yang ada yang mampu memainkan peran penting
telah bermuatan hal-hal yang memang dalam menginterprestasikan kebijakan dan
memecahkan masalah yang hendak implementasinya.
dipecahkan, apakah sudah dirumuskan Aktor kebijakan, Institusi kebijakan
sesuai karakter masalah yang hendak dan instrumen kebijakan memiliki
dipecahkan, dan apakah dibuat oleh keterkaitan yang erat terutama pada proses
lembaga yang mempunyai kewenangan formulasi. Howlett dan Ramesh (1995:52)
(yang sesuai dengan karakter menyatakan, aktor dalam proses kebijakan
kebijakannya). 2) apakah sudah tepat dapat berarti individu-individu atau
pelaksanannya? Disini pelaksana kebijakan kelompok-kelompok dimana pola perilaku
tidak hanya pemerintah tetapi juga unsur ini terlibat dalam kondisi tertentu sebagai
diluar pemerintah. Bisa saja perpaduan dari subsistem kebijakan, keduanya membagi
berbagai unsur tergantung jenis aktor-aktor kebijakan menjadi 5 kategori
kebijakannya.3) apakah sudah tepat target? yaitu : Aparatur yang dipilih (elected
Ini dilihat dari apakah target yang officials) yang terdiri dari eksekutif dan
diintervensi sesuai dengan yang legistatif; Aparatur yang ditunjuk
direncanakan, tidak tumpang tindih dengan (Appointed officials) yaitu birokrat yang
intervensi lain atau bahkan bertentangan menjadi figur sentral dalam proses
dengan intervensi lain, kemudian apakah implementasi kebijakan dalam subsistem
targetnya siap diintervensi, siap disini tidak kebijakan; Kelompok kepentingan (interest
saja secara alami namun juga apakah group); Organisasi penelitian (research
kondisi target ada konflik harmoni, organization) berupa universitas dan
mendukung atau menolak dan yang kelompok ahli atau konsultan kebijakan;
terahkir adalah apakah intervensi Media massa (mess Media) sebagai
implementasi kebijakan bersifat baru atau jaringan hubungan yang krusial antara
memperbaruhui implementasi kebijakan Negara dan masyarakat sebagai media
sebelumnya. 4) apakah tepat sosialisasi dan komunikasi.
lingkungannya? Yaitu interaksi di Peters dan Nispen (1998:153)
antaranya lembanga perumus kebijakan melihat sukses dalam implementasi
dan pelaksanaan kebijakan dan lembaga kebijakan publik dari pemilihan instrumen
lain yang terkait, disini mengadopsi yang tepat. Meskipun hanya sebuah alat
pemikiran Donald J.Callitas tentang dimana keberhasilan dari alat ini sangat
lingkungan Endogen, yaitu : Authoritative tergantung dari para pelaksananya, tetapi ia
arrangement atau yang berkenaan dengan akan menjadi variabel yang juga
kekuataan sumber otoritas kebijakan menentukan berkerjanya sistem
Network composition atau komposisi implementasi. Menurutnya Peters dan
jejaring dari berbagai organisasi yang Nispen, paling tidak terdapat 3 (tiga)
terlibat, dan implementation setting atau macam instrumen yang dapat dipilih yakni:
yang berkaitan dengan posisi tawar 1) Pengaturan (regulatory instruments)
menawar antara otoritas yang yang memberi garansi normalitas pada
mengeluarkan kebijakan dengan jejaring tindakan pemerintah dalam melakukan
yang berkenaan dengan implementasi intervensi dan fungsi monitoring. 2)
kebijakan. Mempengaruhi masyarakat melalui
Lingkungan yang kedua adalah penerapan sistem keuangan yang tidak
lingkungan eksogen, yang terdiri dari memiliki unsur paksaan, tetapi dengan
interpretative institutions atau berkenaan pilihan ini terdapat konsekwensi yang akan
dengan interpretasi dari lembaga-lembaga diterima oleh aktor dan masyarakat. 3)
strategis dalam masyarakat: media massa, Transfer informasi melalui perangkat lunak
52
GOVERNANCE Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol.3, No.1, April 2012:47-64

yang dimaksudkan sebagai bagian dari teknis program jaminan kesehatan


membangun sistem teknologi informasi masyarakat.
dalam era yang terkoneksi dalam sebuah Dasar Hukum Pelaksanaan
jaringan, sehingga para pihak yang terlibat program Jaminan kesehatan masyarakat
dapat dipersatukan dan mengatur sendiri dilaksanakan sebagai amanah Pasal 28 H
sedemikian rupa agar bermanfaat bagi ayat (1) Undang–Undang Dasar Negara
anggota jaringan. Republik Indonesia, yang menyatakan
Pengertian senada juga bahwa ”Setiap orang berhak hidup
dikemukakan oleh Howlett dan Ramesh sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
(1995:80) yang mengartikan policy dan mendapatkan lingkungan hidup yang
instruments sebagai “policy tools or baik dan sehat serta berhak memperoleh
governing instruments by Which pelayanan kesehatan.” Selain itu
government attempt to put policies into berdasarkan Pasal 34 ayat (3) Undang–
effect”. Sebagai alat kebijakan atau Undang Dasar Negara Republik Indonesia
instrumen diatur secara aktual guna dinyatakan bahwa ’Negara bertanggung
mengimplementasikan kebijakan- jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
Kebijakan. kesehatan dan fasilitas pelayanan umum
Program Jaminan kesehatan yang layak.” Pemerintah menyadari bahwa
masyarakat, sebagai salah satu program masyarakat, terutama masyarakat miskin,
unggulan Departemen Kesehatan, sulit untuk mendapatkan akses pelayanan
Peningkatan pemanfaatan program kesehatan. Kondisi tersebut semakin
Jamkesmas menunjukkan bahwa tujuan memburuk karena mahalnya biaya
program tersebut telah tercapai. Sejarah kesehatan, akibatnya pada kelompok
Program Jaminan kesehatan masyarakat masyarakat tertentu sulit mendapatkan
Penamaan program Jamkesmas mengalami akses pelayanan kesehatan.
berbagai bentuk perubahan. Awalnya,
sebelum program ini menjadi regulasi yang Metode Penelitian
diamanatkan dalam Undang–Undang
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Penelitian ini mendeskripsikan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor tentang Fenomena yang terjadi dalam
100, Tambahan Lembaran Negara Nomor Implementasi kebijakan Peningkatan
3495) bahwa implementasi kebijakan PP Pelayanan kesehatan, dalam hal ini dititik
N0. 02 tahun 2009 tentang besarnya tarif beratkan pada Pelaksanaan program
retribusi pelayanan kesehatan di jaminan mutu pelayanan dasar di
puskesmas dan jaringan, untuk puskesmas Ngronggot Kabupaten nganjuk,
meningkatkan pelayanan kesehatan dalam maka dalam penelitian ini digunakan jenis
mewujudkan derajat kesehatan yang penelitian kualitatif. Adapun fokus
optimal bagi masyarakat, diselenggarakan penelitian meliputi: 1) Kesesuian antara
upaya kesehatan dengan pendekatan aturan dan Pelaksanaan program jaminan
pemeliharaan, peningkatan (promotif), mutu pelayanan kesehatan dasar
pencegahan (preventif), penyembuhan dipuskesmas Ngronggot antara lain : Aktor
(kuratif), dan pemulihan kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan Program
(rehabilitasi) yang dilaksanakan secara lintas sektoral pelayanan kesehatan,
menyeluruh, terpadu, dan berkesinam Perilaku kerja tenaga medis pada proses
bungan. Untuk meningkatkan mutu dan pemberian pelayanan kesehatan pada
jangkuan pelayanan kesehatan, sasaran pasien, Instrument yang dipilih dalam
program, akuntabilitas, efektifitas dan implementasi kebijakan peningkatan
efisiesi, pengelolaan keuangan maka pelayanan kesehatan. 2) Jenis-Jenis
dipandang perlu menetapkan pentujuk Pelayanan kesehatan yang termasuk
53
Yenik Pujowati : Implementasi Kebijakan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Pelaksanaan Program jaminan mutu Hasil Dan Pembahasan


pelayanan kesehatan dasar antara lain :
Pelayanan Imunisasi, Pelayanan kesehatan a) Implementasi Kebijakan Pelayanan
ibu dan anak, Pelayanan keluarga Kesehatan Di Puskesmas Ngronggot
berencana (KB), Pelayanan perbaikan Gizi,
Pelayanan penanggulangan penyakit TBC. Pelayanan kesehatan dasar pada
Paru, Penyuluhan kesehatan masyarakat / dinas kesehatan di Puskesmas Ngronggot,
Lingkungan, Pelayanan Gigi dan Mulut. 3) berdasarkan pada keputusan Kepala Dinas
Faktor pendukung dan penghambat Kesehatan Kabupaten Nganjuk tentang
Implementasi kebijakan Peningkatan pembentukan Tim Teknis Jaminan Mutu/
Pelayanan kesehatan melalui pelaksanaan Quality Assurance pelayanan kesehatan di
Program Jaminan Mutu. Puskesmas Ngronggot Kabupaten
Berdasarkan pada rumusan Nganjuk. Keputusan ini didasarkan pada :
permasalahan dan fokus penelitian, sumber a) UU No. 23 tahun 1992, tentang
data dalam penelitian adalah: Informan, Kesehatan, menyatakan bahwa pelayanan
peristiwa, dan dokumen. Informan awal kesehatan yang memenuhi standar mutu
dipilih secara purposive (purposive dan akan memberikan dampak nyata terhadap
Sampling), diantara para informan itu peningkatan derajat kesehatan; b) Undang-
adalah : Petugas Puskesmas pada Unit Undang Nomor. 29 Tahun 2004. Tentang
Pelayanan, Masyarakat Pemakai jasa Praktik Kedokteran (Lembar Negara
pelayanan. Sedangkan peristiwa dan Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
dokumen digunakan sebagai sumber data Lembaran Negara Nomor 4431; c)
dilakukan untuk mendapatkan data tentang Undang-undang No. 23 Tahun 2002
peristiwa yang terkait dengan subjek tentang Perlindungan Anak; Undang-
penelitian. undang No. 23 Tahun 2004 tentang
Proses pengumpulan data dalam Pemerintah Daerah; d) Undang-undang
penelitian ini melalui tiga tahap kegiatan No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
yang akan dilakukan oleh penelitian Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan
sendiri, yaitu sebagai berikut: observasi Daerah. f) Keputusan Menteri Kesehatan
(pengamatan), wawancara secara Nomor 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang
mendalam (indepth interview). Sedangkan Pendoman Peraturan Internal Staf Medis,
analisis data dalam penelitian ini g) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
digunakan analisis kualitatif dengan 125/ Menkes/ SK/II/ 2008 tentang
langkah-langkah model analisis interaktif Pelaksanan Program Jaminan Mutu
(interactive model of analysis) seperti yang Pelayanan Kesehatan Dasar. h) Peraturan
dikembangkan oleh miles dan Huberman Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk
(1992) yang terdiri dari tiga komponen: Nomor 04 Tahun 2007 tentang Tarif
Reduksi Data, Penyajian Data, Menarik Retribusi pelayanan Kesehatan Puskesmas
Kesimpulan/Verifikasi. adapun untuk Keliling. i) Peraturan Pemerintah Daerah
melihat derajat kepercayaan atau Kabupaten Nganjuk Nomor 02 Tahun
kebenaran atas hasil penelitian dilakukan 2009 tentang Retribusi Pelayanan
teknik keabsahan data. Moleong (2000) Kesehatan di Puskesmas dan Jaringan.
menetapkan keasbahan data dengan
mengunakan empat teknik pemeriksaan, b) Aktor-aktor yang terlibat dalam
Yaitu : Derajat Kepercayaan (credibility), pelaksanaan program lintas sektoral
Kerteralihan (Transferability), Keter pelayanan kesehatan
gantungan (Dependability), Kepastian
(Comfirmability). Isu strategis bidang kesehatan
Indonesia sehat 2010 adalah kerjasama
54
GOVERNANCE Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol.3, No.1, April 2012:47-64

lintas sektoral, pemberdayaan masyarakat, medis sebagai “birokrat garis depan” yang
mutu dan keterjangkuan pelayanan berinteraksi langsung dengan masyarakat.
kesehatan, sumberdaya pembiayaan Puskesmas Ngronggot mempunyai
kesehatan. Beberapa kebijakan strategis peranan agar pelayanan kesehatan kepada
yang ditempuh untuk dapat mencapai masyarakat Kabupaten Nganjuk dapat
tujuan pembangunan kesehatan menuju memberikan keyamanan terhadapan pasien
Indonesia Sehat 2010, antara lain adalah puskesmas yang ada pada masing-masing
peningkatan kerja sama lintas sektoral kecamatan. Untuk menujukkan fungsi-
peningkatan perilaku, pemberdayaan fungsi yang optimal secara institusional
masyarakat dan kemitraan swasta, diperlukan perilaku kerja yang baik,
peningkatan upaya kesehatan dan karyawan (dokter, bidan, perawat) dalam
peningkatan sumberdaya kesehatan. memberikan pelayanan pada pasien dalam
(DepKes). arti mempunyai komitmen yang tinggi,
Untuk itulah hubungan antara pusat peka terhadap situasi yang dialami oleh
dan daerah diarahkan menuju pasien melalui pelayanan medis dan
implementasi kebijakan pelayanan mengerti akan tugas dan fungsi.
kesehatan dalam hal ini Dinas kesehatan/
Puskesmas dengan aktor-aktor lain yang d) Instrument yang dipilih dalam
meliputi profit businesses, Non implementasi kebijakan peningkatan
Government Organizations (NGOs) dan pelayanan kesehatan
Community Group (Public-private
partnership, collective action and synergy) Berdasarkan data yang diperoleh
ke dalam sistem pelayanan kesehatan. dari beberapa sumber di Puskesmas
Dinas kesehatan/ puskesmas bukan lagi Ngronggot diketahui bahwa untuk
sebagai satu-satunya pemeran tunggal mendapatkan pengobatan dan perawatan
tanpa memperhatikan peran-peran yang pasien biasanya diatur oleh peraturan-
lain. Demikian pula secara internal peraturan, pengumunan yang sifatnya
diperlukan adanya koordinasi dan kerja pemberitahuan sementara dan ditempelkan
sama dengan baik dalam bentuk kelompok pada tempat-tempat umum. Pasien dalam
kerja (team work). persoalan ini terposisikan menuju
c) Perilaku Kerja Tenaga Medis kepatuhan terhadap kewajiban, seperti
Dari hasil penelitian diketahui harus membayar untuk mendapatkan kartu
bahwa rumah sakit pemerintah yang lebih berobat, membayar obat atau suntikan,
dikenal dengan rumah sakit umum daerah antri untuk menerima obat, cukup
di tiap daerah memiliki tugas khusus melaporkan riwayat penyakit. Dalam
membantu pemerintah daerah dalam “Jaringan pengaman Kesehatan
memberikan pelayanan kepada Masyarakat” atau yang lazim disingkat
masyarakat di bidang kesehatan. (JPKM) sebagai mana diselenggarakan
Demikian pula dengan keberadaan oleh puskesmas maupun rumah sakit
Puskesmas Ngronggot di Kabupaten Umum Daerah (RSUD), petugas pelayanan
Nganjuk yang membantu Pemerintah kesehatan merasa bahwa pelayanan yang
Kabupaten Nganjuk dalam memberikan mereka berikan sudah sesuai dengan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat di petunjuk teknis operasional yang berlaku.
wilayahnya. Keberhasilan Puskesmas Namun menurut petugas yang terlibat
Ngronggot Kabupaten Nganjuk dalam dalam pelaksanaan JPKM tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan serta memastikan apakah kelompok sasaran
meningkatkan derajat kesehatan yang dihajatkan dalam program ini benar-
masyarakat sangat tergantung pada tenaga benar sudah sesuai atau tidak. Mereka juga
belum bisa memastikan bahwa seluruh

55
Yenik Pujowati : Implementasi Kebijakan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

anggota masyarakat yang memanfaatkan Tetanus, Tuberculosis, yang sangat banyak


jasa pelayanan program JPKM seluruhnya menimbulkan permasalahan dalam bidang
adalah masyarakat miskin dan penghasilan kesehatan, menurut bidan puskesmas
rendah atau tidak mampu. Ngronggot kabupaten Nganjuk.
Berdasarkan yang diperoleh Kegiatan imunisasi rutin adalah
peneliti dari beberapa sumber di kegiatan imunisasi yang secara rutin dan
Puskesmas Ngronggot diketahui bahwa terus menerus harus dilaksanakan pada
Pelaksanaan di bidang pengembangan dan periode waktu yang telah ditetapkan.
promosi kesehatan mempunyai tugas Berdasarkan kelompok usia sasaran,
merencanakan melaksanakan pembinaan imunisasi rutin dibagi menjadi: Imunisasi
dan koordinasi serta pengawasan dan rutin pada bayi, Imunisasi rutin pada
pengendalian program pengembangan wanita usia subur, Imunisasi rutin pada
sistem informasi kesehatan, pengembangan anak sekolah. Pada kegiatan imunisasi
sumber daya kesehatan dan manajemen rutin terdapat kegiatan-kegiatan yang
data kesehatan. Program ini ditujukan bertujuan untuk melengkapi imunisasi
untuk memberdayakan individu, keluarga, rutin pada bayi dan wanita usia subur
dan masyarakat agar mampu (WUS) seperti kegiatan sweeping pada
menumbuhkan perilaku hidup sehat dan bayi dan kegiatan akselerasi Maternal
mengembangkan upaya kesehatan berbasis Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
masyarakat. pada (WUS). Pelayanan imunisasi di
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam gedung (komponen statis)
dalam program ini antara lain meliputi: 1) dilaksanakan di puskesmas, Puskesmas
Pengembangan media promosi kesehatan pembantu, rumah sakit, rumah bersalin dan
dan teknologi komunikasi informasi dan polindes. Pelayanan imunisasi rutin dapat
edukasi (KIE); 2) Pengembangan upaya juga diselenggarakan oleh swasta seperti:
kesehatan bersumber dari masyarakat Rumah sakit swasta, Dokter praktik, Bidan
seperti pos pelayanan terpadu, pondok praktik.
bersalin desa, dan usaha kesehatan sekolah Kegiatan pelayanan imunisasi
; 3) Peningkatan pendidikan kesehatan terdiri dari kegiatan imunisasi rutin dan
kepada masyarakat; 4) Peningkatan tambahan. Dengan semakin mantapnya
jaminan pemeliharaan kesehatan unit pelayanan imunisasi, maka proporsi
masyarakat (JKPM) secara kapitasi dan pra kegiatan imunisasi tembahan semakin
upaya terutama bagi keluarga miskin. 5) kecil. Vaksin yang diberikan pada
Peningkatan pendanaan operasional imunisasi rutin meliputi : Pada bayi :
Puskesmas dan revitalisasi Puskesmas Hepatitis B, BCG, Polio, DPT dan
sebagai Pusat Promotive dan Preventive Campak; Pada Anak Sekolah ; DT,
bidang kesehatan; Campak dan TT; Pada WUS : TT

Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan Yang Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak


Termasuk Pelaksanaan Program Jaminan Bentuk pelayanan kesehatan ibu
Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar antara dan anak meliputi: pelayanan Antenatal
lain adalah pelayanan imunisasi. upaya (Pelayanan selama kehamilan). Pelayanan
pemberian imunisasi diperluas program ini dimulai dari kontak ibu hamil (KI)
pengembangan imunisasi dalam rangka sampai dengan K4, Imunisasi TT2. Bentuk
pencegahan penularan terhadap penyakit pelayanan dimaksud merupakan upaya
yang dapat dicegah dengan Imunisasi untuk mewujudkan secara nyata kehamilan
(PD31) yaitu salah satu cara perlindungan ibu dan memastikan bahwa setiap ibu di
terhadap penyakit Polio, Defteri, TBC, Indonesia mendaptkan kesempatan untuk
Campak, Hipatitis B, Pertusis, dan
56
GOVERNANCE Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol.3, No.1, April 2012:47-64

melahirkan bayi dalam lingkungan yang (karbohidrat, protein, lemak, Vitamin dan
aman dan sehat. mineral) dalam jumlah yang cukup
Pelayanan di posyandu terdapat disamping itu juga air dan serat.
jalur yang sangat erat antara petugas Untuk peningkatan Gizi oleh
dengan pasien, pimpinan puskesmas tenaga medis yaitu dokter dan bidan
Ngronggot kabupaten nganjuk dalam hal diadakan penyuluhan di posyandu dalam
ini menyatakan bahwa selain K1-K4 rangka menanggulangi masalah gizi ganda
dikenal juga dalam pelayanan selama yakni gizi kurang dan gizi lebih dengan
kehamilan dengan istilah “5T” yaitu yang cara membiasakan mengkonsumsi
terdiri dari : Timbangan berat badan dan hidangan sehari-hari dengan susunan zat
ukuran tinggi badan, Ukuran tekanan gizi yang seimbang. Untuk
darah, Pemberian suntikan TT2, Ukuran
tinggi pendek uterus, Pemberian tablet zat Pelayanan Penanggulangan Penyakit
besi minimal 90 tablet selama kehamilan. TBC
Pelayanan yang diberikan yakni
Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Pencegahan sekunder adalah upaya untuk
Dalam Undang-undang Republik menemukan penyakit TBC sedini mungkin
Indonesia Nomor 10 tahun 1992 tentang mencegah meluasnya penyakit,
perkembangan kependudukan dan mengurangi bertambah beratnya penyakit
pembangunan keluarga sejahtera dan strategi penanggulangan TBC adalah:
disebutkan bahwa : “keluarga berencana a) Meningkatkan penyuluhan untuk
adalah upaya peningkatan kepedulian dan menemukan penderita TBC sedini
peranserta masyarakat melalui mungkin, serta meningkatkan cakupan. b)
pendewasaan usia perkawinan, Promosi kesehatan dalam rangka
penganturan kelahiran, pembinaan meningkatkan perilaku hidup sehat c)
ketahanan keluarga, peningkatan Perbaikan perumahan serta peningkatan
kesejateraan keluarga untuk mewujubkan status gizi.
keluarga kecil bahagia dan sejahtera”.
Menurut WHO (World Health Penyuluhan Kesehatan Lingkungan /
Organisation) expert commice 1970. Masyarakat.
adalah: Tindakan yang membantu individu Bentuk pelayanan kesehatan dalam
atau pasangan suami istri untuk rangka kesehatan lingkungan antara lain :
mendapatkan objek-objek tertentu; penyuluhan tentang kebersihan
menghindari kelahiran yang tidak lingkungan, penyedian air bersih,
diinginkan; mendapatkan kelahiran yang memeriksa sampel air bersih, memeriksa
memang diinginkan; mengatur interval pencermaran sarana air bersih, penyuluhan
diantara kehamilan; mengontrol waktu saat dan pembuatan jamban keluarga,
kelahiran dalam hubungan dengan umur penyuluhan tentang sampah, pengawasan
suami isteri; menentukan jumlah anak dan penyehatan tempat pengelolaan
dalam keluarganya. makanan dan minuman, penyehatan
tempat-tempat umum, pengawasan TP3
Pelayanan Perbaikan Gizi peptisida, dan pembinaan dan pengawasan
Pemberian makanan yang sebaik- industri kecil. Kegiatan ini dilakukan
baiknya harus memperhatikan kemampuan dengan membentuk UKS di sekolah dari
tubuh seseorang mencerna makanan, tingkat SD, SLTP dan SMU, di pondok
unsur, jenis kelamin, jenis aktifitas dan Pesantren, melalui ceramah pengajian,
kondisi lain seperti sakit, hamil dan begitu juga keselamatan olah raga biasa
menyusui. Untuk meningkatkan kualitas dilakukan dengan adanya kegiatan olah
hidup, setiap orang memerlukan 5 Zat raga.

57
Yenik Pujowati : Implementasi Kebijakan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan Gigi / Mulut jauh, ternyata salah satu yang dimaksud


adalah “standar pelayanan minimum” di
Kesehatan gigi tercantum pada UU bidang pelayanan kesehatan, yang diterima
Kesehatan yang telah disahkan DPR pada dan ditafsirkan oleh dinas kesehatan
14 September 2009. UU Kesehatan kabupaten nganjuk sebagai “kewenangan
tersebut menggantikan UU No. 23 tahun wajib” yang dalam pelaksanaannya
1992 tentang Kesehatan yang sudah tidak mengacu pada panduan implementasi yaitu
sesuai lagi dengan perkembangan “standar pelayanan minimum”.
masyarakat dan dunia kesehatan. Pada UU Dalam melaksanakan kewenangan
Kesehatan yang baru, kesehatan gigi wajib di bidang pelayanan kesehatan inilah
dimasukkan sebagai salah satu kegiatan melalui program lintas sektoral pelayanan
penyelenggaraan upaya kesehatan, bahkan kesehatan, dinas kesehatan kabupaten
terdapat bagian khusus mengenai nganjuk menetapkan standar pelayanan
kesehatan gigi yang dicantumkan pada kesehatan yang dipandang baik dan sesuai
pasal-pasal UU tersebut. Di Puskesmas untuk kabupaten nganjuk, dan standar ini
Ngronggot diketahui bahwa UU Kesehatan harus dipedomani oleh aktor-aktor lain
yang baru, kesehatan gigi dicantumkan dalam pengimplementasian program lintas
pada pasal 48 sebagai salah satu dari sektoral pelayanan kesehatan. Hal ini
kegiatan penyelenggaraan upaya ditunjukan melalui fleksibilitas dinas
kesehatan. Kemudian dalam UU kesehatan untuk memberikan porsi yang
Kesehatan yang baru, pada Bab VI bagian berbeda bagi masing-masing aktor, sesuai
kedua belas, seluruh bagian tersebut yang dengan lantar belakang profesi dan
terdiri atas 2 pasal yaitu pasal 93 dan pasal keahlian mereka. Aktor-aktor yang terlibat
94, khusus berisi tentang kesehatan gigi secara aktif dengan disertai kesempatan
dan mulut. untuk menginterprentasikan karateristik
kelompok sasaran mislanya Ikatan Dokter
e) Implementasi Kebijakan Pening Indonesia (IDI), ikatan Bidan Indonesia
katan Pelayanan Kesehatan (IBI), Ikatan Perawat Nasional Indonesia
(IPNI) dan perdami. Hal ini didasarkan
Posisi aktor-aktor lain dalam pada kepercayaan dinas kesehatan kepada
pengimplementasian program lintas organisasi profesi tersebut bahwa tidak
sektoral pelayanan kesehatan adalah pada akan terjadi implementations gap seperti
tataran implementasi yang berhadapan yang dikemukakan oleh Dunsire (1987:97)
langsung dengan kelompok sasaran, dalam Abdul Wahab (1997:61) yang
dengan mendominasi panduan disebabkan oleh ketidakmampuan
implementasi sebagaimana ditetapkan oleh organisasi atau aktor pelaksana
kepala Dinas Kesehatan mengingat dinas (implementation capacities) seperti yang
kesehatan adalah leading sector yang dikemukakan oleh William (1971 dan
berhadapan langsung dengan legistatif 1975). Artinya adalah bawah dinas
pada saat pengusulan sampai kepada saat kesehatan percaya akan kemampuan aktor-
pertanggung jawaban. aktor tersebut berdasarkan keahlian profesi
Dinas kesehatan kabupaten nganjuk mereka, dengan pertimbangan bahwa
lebih memilih untuk malaksanakan mereka dipandang memiliki komitmen dan
kebijakan pemerintah pusat yang panduan keahlian ketika aktor-aktor tersebut terlibat
implementasinya juga ditetapkan oleh secara langsung atau berhadapan langsung
pemerintah pusat, dengan alasan bahwa dalam pengimplementasian kebijakan
sesuatu yang disebut sebagai panduan pelayanan kesehatan seperti yang
implementasi dalam hal ini adalah yang dikemukakan oleh Lipsky (1980) dalam
berlaku umum. Setelah ditelusuri lebih Howlett dan Ramesh (1995:157).

58
GOVERNANCE Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol.3, No.1, April 2012:47-64

Keterlibatan secara langsung aktor-aktor di selaku UPTD telah menunjukan


luar dinas kesehatan yang dimaksud adalah kemampuan dalam melakukan penyesuian-
ketika PERDAMI menangani langsung penyesuian terhadap peraturan yang
pengobatan atau operasi katarak bagi ditetapkan secara nasional untuk kemudian
masyarakat kurang mampu, program direformulasikan kembali ke dalam bentuk
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang aturan pelaksanaan sesuai dengan kondisi
dilaksanakan oleh Fakultas kedokteran, dan kebutuhan masyarakat. Kemampuan
kampanye dan aktor-aktor lain seperti ini inilah yang diistilahkan dengan self
dilaksanakan melalui hubungan langsung modifying power yang berasal dari
secara formal dan informal dalam kemampuannya untuk mengatur dan
membentuk jaringan implementasi melaksanakan berbagai kewenangan dalam
kebijakan yang mencakup aktor-aktor posisi sebagai unsur pelaksanaan
kunci, baik publik maupun privat pemerintahan daerah dalam bidang
mengingat mereka memang memainkan pelayanan kesehatan (Syamsuddin dalam
peran krusial dalam implementasi Nugroho, 2000:13-14).
kebijakan sehubungan dengan profesi dan Namun demikian, pasien yang lain
keahlian mereka masing-masing. mengisyaratkan bahwa program
Meskipun kebijakan pembangunan pengobatan dan perawatan kesehatan
kesehatan telah diarahkan dan sebenarnya adalah program pelayanan
diprioritaskan pada upaya pelayanan yang bersifat kuratif, yang ditujukan oleh
kesehatan dasar, yang lebih menitik serangkaian kepatuhan yang harus
beratkan pada upaya pencengahan dan ditunjukkan oleh pasien, dengan cukup
penyuluhan kesehatan, akan tetapi persepsi melaporkan riwayat penyakit, membayar
masyarakat cenderung masih tetap untuk mendapatkan kartu berobat,
berorientasi pada upaya peyembuhan membayar obat atau suntikan dan tidak
penyakit dan pemulihan kesehatan. Upaya cukup waktu untuk bertanya tentang hasil
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk diagnosa dokter, dengan demikian terlihat
dapat menciptakan perilaku hidup sehat jelas logika model implementasi top-down
(Paradigma Sehat) sulit dicapai, karena seperti yang dikemukakan oleh Howlett
tidak ditunjang oleh faktor sosial ekonomi, dan Rames (1995:156) dan Hogwood dan
tingkat pendidikan dan kebudayaan Gunn (1978,1986) dalam Abdul Wahab
masyarakat. Prilaku hidup bersih dan sehat (1997 : 71-79)
yang belum tercipta dengan baik, seperti Proses implementasi berbagai
disinggung di atas diperburuk oleh sangat kebijakan pelayanan kesehatan termasuk
mahalnya biaya yang dikeluarkan oleh dalam hal ini adalah program pelaksanaan
pasien untuk memperoleh upaya jaminan mutu pelayaan kesehatan dalam
penyembuhan dan pemulihan pada obat- pengobatan dan perawatan, tetap harus
obatan dan fasilitas pelayanan kesehatan mengacu pada misi pembangunan
seperti puskesmas atau rumah sakit. kesehatan yaitu menggerakan
Sesuai dengan informasi yang pembangunan nasional berwawasan
diperoleh dari seorang pasien bahwa kesehatan, mendorong kemandirian
pelayanan yang diterima ketika berobat ke masyarakat untuk hidup sehat, memelihara
puskesmas adalah pelayanan yang dan meningkatkan kesehatan idividu,
prosedur pelaksanaannya sudah ditetapkan keluarga dan masyarakat berserta
melalui peraturan-peraturan dan lingkungannya.
pengumuman yang ditempelkan di tempat-
tempat umum. Dari informan tersebut f) Pelaksanaan Di Bidang Pengem
menunjukkan bahwa dinas kesehatan bangan dan Promosi Kesehatan
kabupaten nganjuk melalui puskesmas
59
Yenik Pujowati : Implementasi Kebijakan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Dewasa ini promosi kesehatan kesehatan dapat dilakukan di berbagai


(health promotion) telah menjadi bidang ruang kehidupan, dalam keluarga, sekolah,
yang semakin penting dari tahun ke tahun. tempat kerja, tempat-tempat umum, dan
Dalam tiga dekade terakhir, telah terjadi tentu saja kantor-kantor pelayanan
perkembangan yang signifikan dalam hal kesehatan.
perhatian dunia mengenai masalah promosi Menurut peraturan pemerintah
kesehatan. Pada 21 November 1986, World Nomor 7 tahun 1987, urusan atau saranan
Health Organization (WHO) kesehatan secara nyata telah dilaksanakan
menyelenggarakan Konferensi Internasi dan dimiliki oleh daerah sebagai urusan
onal Pertama bidang Promosi Kesehatan rumah tangga sendiri dinyatakan telah
yang diadakan di Ottawa, Kanada. diserahkan menjadi urasan daerah. Kepada
Konferensi ini dihadiri oleh para ahli daerah diserahkan urusan upaya pelayanan
kesehatan seluruh dunia, dan menghasilkan kesehatan dasar dan pelayanan rujukan.
sebuah dokumen penting yang disebut Urusan yang diserahkan sebagaimana
Ottawa Charter (Piagam Ottawa). Piagam dimaksud diselenggarakan melalui
ini menjadi rujukan bagi program promosi kegiatan yang meliputi : kesejahteraan Ibu
kesehatan di tiap negara, termasuk dan anak serta keluarga Berencana,
Indonesia. Dalam Piagam Ottawa Perbaikan Gizi, Hygiene dan sanitasi,
disebutkan bahwa promosi kesehatan penyehatan lingkungan pemukiman,
adalah proses yang memungkinkan orang- pencegahan penyakit dan pembrantasan
orang untuk mengontrol dan meningkatkan penyakit, penyuluhan kesehatan
kesehatan mereka (Health promotion is the masyarakat, pengobatan termasuk
process of enabling people to increase pelayanan kesehatan karenan kecelakaan,
control over, and to improve, their health, kesehatan sekolah, perawatan kesehatan
WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi masyarakat, kesehatan gigi dan mulut,
kesehatan adalah kesadaran di dalam diri laboratorium sederhana, pengamatan
orang-orang tentang pentingnya kesehatan penyakit, pembinaaan dan pengembangan
bagi mereka sehingga mereka sendirilah peran serta masyarakat, pelayanan medis,
yang akan melakukan usaha-usaha untuk Rehabilitasi medis, perawatan, kesehatan
menyehatkan diri mereka. rujukan, pengadaan obat dan alat
Penyelenggaraan promosi kesehat kesehatan.
an dilakukan dengan mengombinasikan Dalam buku pentujuk evaluasi
berbagai strategi yang tidak hanya pelayanan kesehatan yang dikeluarkan oleh
melibatkan sektor kesehatan belaka, Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk
melainkan lewat kerjasama dan koordinasi dimana disebutkan bahwa mutu pelayanan
segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini kesehatan merupakan fenomena yang
didasari pemikiran bahwa promosi komprehensif dan multi dimensi dalam hal
kesehatan adalah suatu filosofi umum yang ini ada 8 (delapan) dimensi kualitas
menitikberatkan pada gagasan bahwa pelayanan kesehatan yang dapat dijadikan
kesehatan yang baik merupakan usaha kebijakan dalam mengevaluasi pelayanan
individu sekaligus kolektif (Taylor, kesehatan yaitu: Kompetensi Teknis
2003:12-13). Promosi kesehatan mencakup (Technical Competence); Keterjangkauan
baik kegiatan promosi (promotif), atau Akses terhadap pelayanan (Acces to
pencegahan penyakit (preventif), service); Efektivitas (Effectiveness);
pengobatan (kuratif), maupun rehabilitasi. Efisiensi (Efficiency); Kontinuitas
Dalam hal ini, orang-orang yang sehat (Continuity); Keamanan (Safety);
maupun mereka yang terkena penyakit, Hubungan antar Manusia (Interpersonal
semuanya merupakan sasaran kegiatan Relation); Keyamanan (Amenities)
promosi kesehatan. Kemudian, promosi

60
GOVERNANCE Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol.3, No.1, April 2012:47-64

Kesimpulan dan Saran Upaya meningkatkan kesadaran


masyarakat untuk dapat menciptakan
Implementasi kebijakan pening prilaku hidup sehat (paradigma sehat) sulit
katan pelayanan kesehatan dasar di dicapai, karena tidak ditunjang oleh faktor
puskemas ngronggot kabupaten nganjuk sosial ekonomi, yang masih rendah.
sesuai dengan Keputusan Mentri Nomor Seperti mahalnya biaya yang dikeluarkan
125/ MenKes/ SK/II/ 2008 tentang oleh pasien atau keluarga untuk
Pelaksanaan Program Jaminan Mutu memperoleh upaya penyembuhan dan
Pelayanan Kesehatan Dasar antara lain: pemulihan pada obat-obatan dan fasilitas
Aktor-aktor yang terlibat dalam pelayanan kesehatan seperti dipuskesamas
pelaksanaan Program lintas sektoral atau rumah sakit serta tingkat pendidikan
pelayanan kesehatan menjalankan dan kebudayaan masyarakat yang juga
perannya dengan cara yang berbeda-beda, masih rendah.
dalam keterlibatan aktor-aktor lain dalam Sedangkan prilaku tenaga medis
berbagai kebijakan atau program dalam pemberian pelayanan pasien,
pelayanan kesehatan yang dapat petugas dinilai cukup ramah, adil dan
memberikan gambaran adanya sopan sehingga membuat pasien merasa
coordination sebagai bagian dari flexibility tenang dan nyaman.
dalam proses implementasi kebijakan. Instrumen yang dipilih dalam
Selain kontribusinya untuk pelayanan implementasi kebijakan peningkatan
masyarakat mereka bergerak dalam aspek pelayanan kesehatan. adalah instrumen
profesionalisme untuk meningkatkan pelaksanaan program pelayanan
kualitas tenaga kesehatan, baik LSM pengobatan dan perawatan kesehatan di
maupun organisasi profesi dalam Puskemas Ngronggot Kabupaten Nganjuk,
perumusan kebijakan. sesuai penerimaan pelayanan yang
Aktor-aktor yang terlibat dalam menurut petugas puskesmas adalah
pelaksanaan program lintas Sektoral pelayanan yang sudah sesuai dengan
pelayanan kesehatan juga melibatkan prosedur dan aturan.
jaringan kerja sama antara dinas kesehatan Kebijakan pelayanan kesehatan
dengan instansi-instansi yang bertanggung dasar (pengobatan dan perawatan
jawab antara lain seperti BAPPEDA dan kesehatan) diarahkan juga untuk
perkerjaan Umum/ KIMPRASWIL, mendorong kemandirian masyarakat dalam
instansi lainnya seperti DPRD dan mengobati dan merawat dirinya sendiri
organisasi lainnya seperti organisasi artinya adalah upaya kearah pengobatan
profesi dan organisasi swadaya masyarakat dan perawatan prenventif yang mengarah
termasuk pondok pesantren, Polides. pada pola prilaku hidup sehat.
Posyandu. Prilaku Kerja Tenaga Medis Instrumen pelaksanaan di bidang
Proses Pemberian Pelayanan Kesehatan pengembangan dan promosi kesehatan
Pada Pasien. adalah kebijakan pelayanan kesehatan
Proses peningkatan kualitas tenaga dasar pada promosi kesehatan mencakup
medis pada prinsipnya bukan hanya baik kegiatan promosi (Promotif),
meningkatkan kemampuan dalam bidang pencegahan penyakit (Preventif),
yang menjadi spesialisasinya tetapi pengobatan (kuratif), maupun rehabilitasi.
memberikan peningkatan pada Menurut Ketentuan pelaksanaan
pengetahuan dan kemampuan dalam Nomor 125 / Menkes / SK / II / 2008.
menjalankan profesionalisme, pelaksanaan Tentang pelaksanaan program jaminan
norma yang berlaku dalam bidangnya akan mutu pelayanan kesehatan dasar di
mengarah pada pembentukan perilaku Puskesmas Ngronggot Kabupaten
kerja yang baik. Nganjuk, sudah sesuai dengan kebijakan

61
Yenik Pujowati : Implementasi Kebijakan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

dan Peraturan UU No. 23 Tahun 1992 Berdasarkan kesimpulan dari hasil


Tentang Kesehatan yang ada di Puskesmas penelitian yang diuraikan di atas, maka
Ngronggot Kabupaten Nganjuk. Kebijakan dapat diberikan saran-saran sebagai berikut
prosedur pelayanan di Puskesmas : Perlunya peningkatan pemahaman
Ngronggot sesuai sengan peraturan yang terhadap kebijakan tentang masalah
berlaku pada pelayanan jasa kesehatan, pelaksanaan program jaminan mutu
seperti terciptanya suatu keadaan yang pelayanan kesehatan dasar, yang
lebih tertib, teratur, aman dan lancar, serta merupakan permasalah yang harus
mampu memberikan kepuasan kepada jasa diperhatikan di dinas kesehatan; Prosedur
klien. pelayanan kesehatan di puskesmas
Faktor pendukung yang menjadi Ngronggot diatur sesuai dengan kebijakan
sumber kekuatan (strengths) yang sangat dan peraturan yang berlaku, sehingga
mendukung dalam Implementasi mudah difahami atau dimengerti oleh
Kebijakan PP Nomor 02 tahun 2009 dan petugas pelaksana maupun pemakai jasa.
UU N0. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan Di puskesmas Ngronggot terlihat
dalam Ketentuan pelaksanaan Nomor jelas bawah program lintas sektoral
125/MENKES/ SK/II/2008 di Kabupaten pelayanan kesehatan melalui terjalinnya
Nganjuk adalah adanya dukungan regulasi kerjasama antara dinas kesehatan dengan
yang merupakan payung hukum dan lembanga atau aktor lain namun perlu
legalitas formal dalam pelaksanaan ditingkatkan dalam hubungan kerjasama.
kebijakan. Dukungan regulasi tersebut Puskesmas Ngronggot juga
selanjutnya bersinergi dengan kemampuan memberikan Pelatihan dan pendidikan
sumber daya (resources) yang dimiliki pada tenaga medis maupun perawat, bidan,
oleh dinas kesehatan maupun di sesuai dengan bidangnya maupun masing-
puskesmas, baik kemampuan sumber daya masing dalam profesi kerjanya, dalam
manusia, dukungan anggaran yang melaksanakan kerja diharapkan
bersumber dari APBD, sarana dan mempunyai prilaku yang lebih baik untuk
prasarana, maupun struktur organisasi melayani pasien.
pelaksanaan kebijakan yang cukup baik.
Namun disisi lain terdapat berbagai
kelemahan (weakness), baik kelemahan DAFTAR PUSTAKA
pada aspek regulasinya maupun kelemahan
pada aktor-aktor pelaksana kebijakannya, Abdul Wahab, Sholichin, 2005. Analisis
sehingga dapat disimpulkan bahwa Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi
kegagalan dalam pelaksanaan kebijakan, Kebijakan Negara. Jakarta : Bumi Aksara.
bukan hanya disebabkan oleh kelemahan
atau ketidak mampuan pelaksana atau _____________, 1997. Evaluasi Kebijakan
administrator, melainkan pula disebabkan publik, penerbit FIA Unibraw, dan IKIP
oleh pembuatan kebijakan yang kurang Malang
sempurna.
Faktor Penghambat (Eksternal) Anderson, James. E., 1975. Public policy
dalam mengimplementasikan kebijakan PP making, Thomas Nelson and sons Ltd.,
No. 02 Tahun 2009 di Kabupaten Nganjuk Great Britain.
dalam Ketentuan pelaksanaan Nomor ________________, 1979. Publik policy
125/MESKES/SK/II/2008. Kebijakan Making, Holt, Rinehart and Winston, New
pelayanan kesehatan bisa disebabkan oleh York.
Faktor lain, dan dapat dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, tingkat status sosial Brown LD et al. 1992. www.goole.
dan budaya, ekonomi, yang masih rendah. Pelayanan Kesehatan. Com
62
GOVERNANCE Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol.3, No.1, April 2012:47-64

Bagason, Peter. 2000. Public Policy and Hogwood, Brian W., and Gunn, Lewis A.,
local Governance : Institution in 1986. Policy Analysis For the Real World,
postmodern Society. Edward Elga. Oxford University Press.
Cheltenham, UK dan Northamton, MA,
USA Howlett, Michael and M. Ramesh, 1995.
Stuying Public Policy: Policy Cycles and
Caiden, Gerald, 2005. An Anatomy of Policy Subsystem. Oxford University
Official Corruption, in Frederickson, Press. Toronto-Newyork-Oxford
Georgen. H, and Ghere K. Richard
(editors), Ethics in public Management, Islamy, M. Irfan, 2000. Prinsip-Prinsip
M.E, Sharpe, New York. Perumusan Kebijaksanaan Negara, Bumi
Aksara. Jakarta.
Dunn N, William, 2000. Pengantar _________________, 2001. Seri Policy
Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, Analiysis. Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada Universitas Brawijaya Malang.
________________, 20006b. Mengapai
Denhardt & Denhardt, 2003. The New Pelayanan yang bermutu. Program Doktor
Public Service. M.E Sharpe: New York. Ilmu Administrasi, FIA Universitas
Brawijaya. Malang.
Dwiyanto, Agus. 2006. Reformasi _________________, 2007. Prinsip-
Birokrasi Publik di Indonesia pusat Studi Prinsip Perumusan Kebijaksanaan
Kependudukan dan kebijakan. Universitas Negara. Cetakan Ke-18. Bumi Aksara,
Gadjah Mada Yogjakarta. Edisi Revisi, Jakarta.

Edwards III. George C. 1980. Jenkins Smith, Hc, 1990, Democratic


Implementing Public Policy, Politics and Policy Analysis. Brooks/Code
Congressional Quarterly Inc. Wanshington Publishing Company, Pacific Grove.
Dc.
Flordeliz Serpa & Lizzette Rojas 2002. Lester, James P. dan Joseph Stewart, Jr.
dalam penelitiannya yang berjudul 2000. Public policy : An Evolutionary
“Quality of Services: Important Aspects to Approach. Second Edition Wadsworth.
be Considered”. Thesis Fakultas Ilmu London.
administrasi. Universitas Brawijaya
Malang tidak dipublikasikan Lane, Jan Erick, 1995. The Public Sector.
Concept, Models and Approaches,
Grindle, Merilee S and Thomes, John W., London: Sage Publications
19991. Public Choices and Policy Change :
Political Economy of Review in Miles, M.B dan Huberman, A.M, 1992.
Developing Courntries Baltimore and Analisa Data Kualitatif, Jakarta,
London. The John Hopkins University Universitas Indonesia Press.
Press.
Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian
Grindle, 1972, Pelaksanaan Kebijakan Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Publik, Bumi Aksara. Jakarta. Rosdakarya.

63
Yenik Pujowati : Implementasi Kebijakan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Nugroho D, Riant, 2006. Kebijakan Publik Tibamdebage, Paula, 1999. “Charging For
untuk Negara-negara Berkembang, Health Care in Tanzania : Official Pricing
Penerbit PT Elex Media Komputido in A Lliberalized Environment, Dalam
Kelompok Gramedia-Jakarta. Mackintosh. Maureen and Roy, Rathin,
1999, Economic Decentralization and
Nispen, Frams K,M. Van and. Peters. B Public Management Reform Cheltenham:
Guy, 1998. Public Policy Instruments: Edward Elgar.
Evaluating the tools of public
Administration Edward Elgar, Iqi, Iqbal, 2008. Promosi Kesehatan,
Cheltennham. dalam http://iqbal-iqi.blogspot.com,
diakses tanggal 15 Oktober 2008.
Parsons Wayne, 2005. Public Policy :
Pengatar Teori &Praktik Analisis Winters, A Jeffrey, 2004. Orban Jatuh,
Kebijakan. 2001 Edward Elgar Publishing, Orban Bertahan: Analisis Ekonomi-Politik
Ltd, Edisi Pertama, Cetakan Ke-1 1998-2004, Djambatan, Jakarta.
WHO, 1986. The Ottawa Charter for
Republik Indonesia, UU Nomor 28 Tahun. Health Promotion, Geneva: WHO, dari
1999. tentang Penyelenggaraan Negara http://www.who.int/health promotio
yang Bersih dan Bebas KKN beserta conferences/ previous/ottawa/en/, diakses
peraturan pelaksanaannya diterbitkan tanggal 25 September 2008.
Sinar Grafika, Jakarta
WHO, 1998. Health Promotion Glossary,
Rest, James, 1999. The Major Geneva: WHO.
Components of Morality, in Kurtinez,
William M. & Jacob L.Gewirtz, 1994. Van meter dan Van Horn, 1978.
Moral Behavior and Moral Development. Developing Performance Monitoring in
John Wiley & sons public sector Organization, new York.

Sabatier, P.A., and Mazmanian, D. 1979. Valdmanis, Vivian, et. Al. 2004. “Capacity
“The Conditiong of effective in Thai Public Hospitals and the
Implementation” dalam policy Analysis. Production of Care for Poor and NonPoor
5,481-504. Patients”. Patients” HSR: Health Services
Research vol. 39 No.6 December.
Syayid MN Fadli, 2002. Upaya
peningkatan kualitas pelayanan publik Zauhar, Soesilo. 2001. Administrasi
melalui sistem pelayanan satu atap (Studi Pealayanan Publik, Sebuah Perbincangan
kasus di kantor unit pelaksana daerah Awal. Jurnal Administrasi Negara. 2;1-12
pelayanan perijinan terpadu (UP2T) kota
Balikpapan Kalimantan Timur. Thesis Zeithaml, V.A.,A. Parasuraman dan
Fakultas Ilmu administrasi. Universitas L.LLeonard, Berry. 1990. Delivering
Brawijaya Malang tidak dipublikasikan. Quality Service: Balancing Customer
Perceptions and Expectation. NewYork:
Tjiptono, Fandy, 2001. Prinsip-Prinsip The Free Press.
Total Quality Service, Penerbit Andi Htt:/www.jstor.org/about/terms.html
Offset. Yogjakarta. Website :

Taylor, Shelley E., 2003. Health


Psychology, 5th edition, New York:
McGraw Hill.
64

Anda mungkin juga menyukai