Disusun Oleh:
Regitha Octaviola
1965050058
Pembimbing:
dr. Christina N.L. Aritonang, Sp.N
PENDAHULUAN
Stroke memiliki angka kematian dan kecacatan yang tinggi. Stroke merupakan penyebab
utama kecacatan fisik pada usia produktif dan usia lanjut. Di Negara maju stroke menjadi
penyebab nomor satu 1 admisi pasien ke rumah sakit, dengan proporsi kematian sebanyak 20%
dalam 28 hari pertama perawatan. Menurut World Stroke Organization bahwa 1 diantara 6 orang
di dunia akan mengalami stroke di sepanjang hidupnya, sedangkan data American Health
Association (AHA) menyebutkan bahwa setiap 40 detik terdapat 1 kasus baru stroke dengan
prevalensi 795.000 pasien stroke baru atau berulang terjadi setiap tahunnya dan kira-kira setiap 4
menit terdapat 1 pasien stroke meninggal. Angka kematian akibat stroke ini mencapai 1 per 20
kematian di Amerika Serikat.
Penyakit serebrovaskular atau stroke adalah setiap kelainan otak akibat proses patologi
pada sistem pembuluh darah otak, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak. Proses ini
dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding
pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan
viskositas maupun kualitas darah sendiri.
Perubahan dinding pembuluh darah otak serta komponen lainnya dapat bersifat primer
karena kelainan kongenital maupun degeneratif, atau sekunder akibat proses lain, seperti
peradangan, arteriosklerosis, hipertensi dan diabetes mellitus. Karena itu penyebab stroke sangat
kompleks.
2
BAB II
TINAJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut secara fokal atau global yang
disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, secara mendadak yang menimbulkan
gejala dan tanda sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu.
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya
penyebab lain selain vaskuler.
Stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan karena adanya sumbatan pada pembuluh
darah otak tertentu sehingga daerah otak yang diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut tidak
mendapat pasokan energi dan oksigen, sehingga pada akhirnya jaringan sel-sel otak di daerah
tersebut mati dan tidak berfungsi lagi.
3
III. Berdasarkan sistem pembuluh darah
1. Sistem karotis
2. Sistem vertebro-basilar
4
PERBEDAAN STROKE HEMORAGIK DAN NON HEMORAGIK
5
A. Trombosis
Trombosis adalah bekuan darah. Stroke trombosis adalah stroke yang terjadi karena
adanya sumbatan di pembuluh darah besar di otak oleh karena adanya gumpalan/plak yang
terbentuk akibat proses aterosklerotik (pengerasan arteri). Stroke karena trombosis ini
merupakan stroke yang paling sering terjadi (hampir 40% dari seluruh stroke). Plak
aterosklerotik tersebut akan menyumbat suatu pembuluh darah tertentu di otak yang pada
akhirnya daerah otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan nutrisi tersebut
menjadi kekurangan nutrisi dan oksien (iskemia) dan akhirnya menjadi mati (infark). Plak
aterosklerotik biasanya menyumbat pembuluh darah besar di sekitar leher ataupun di dasar
otak.
Proses aterosklerosis itu sendiri dipercepat oleh berbagai faktor, seperti hipertensi,
diabetes mellitus, hiperkolesterol, dan faktor-faktor lainnya. Aterosklerosis terjadi oleh
karena penimbunan lipid termasuk kolesterol di bawah lapisan intima pembuluh darah. Plak
aterosklerotik sering dijumpai di kelokan-kelokan atau percabangan arteri besar, seperti
misalnya arteri karotis leher. Sumbatan karena bekuan darah (trombus) sering terjadi di
malam hari pada saat tidur atau tidak beraktivitas. Pasien biasanya baru sadar bahwa mereka
mengalami kelemahan anggota badan sesisi pada saat mereka bangun. Gejala kelemahan
tersebut biasanya akan semakin memburuk dalam beberapa hari ke depan, kemudian stabil,
baru mengalami perbaikan setelah kurang lebih 7 hari kemudian.
B. Lakunar
Stroke lakunar adalah stroke yang terjadi pada pembuluh-pembuluh darah kecil
yang ada di otak. Terjadi pada sekitar 20% kasus dari seluruh stroke. Stroke lakunar ini
disebabkan oleh adanya sebuah lesi/luka yang kecil, berbatas jelas berukuran kurang lebih
1,5 cm yang biasanya terletak di daerah subkortikal, kapsula interna, batang otak, dan
serebelum. Stroke lakunar ini berkaitan kuat dengan hipertensi dan juga dihubungkan
dengan perubahan mikrovaskular yang timbul karena hipertensi kronis dan diabetes
mellitus. Penyumbatan pada pembuluh darah kecil ini biasanya tidak memberikan dampak
stroke yang parah.
C. Emboli Serebral
6
Stroke emboli adalah stroke yang terjadi oleh karena adanya gumpalan
darah/bekuan darah yang berasal dari jantung dan kemudin terbawa aliran darah sampai ke
otak, kemudian menyumbat pembuluh darah di otak. Proporsinya sekitar 20% dari seluruh
kasus stroke. Bekuan darah dari jantung ini biasanya terbentuk akibat denyut jantung yang
tidak teratur (misalnya fibrilasi atrium), kelainan katup jantung, infeksi di dalam jantung,
dan juga operasi jantung.
7
Dengan demikian pada umumnya setelah 4 jam sudah dapat dibedakan antara TIA dengan
stroke (komplit). Oleh karena otak mendapat darah dari dua sistem, yaitu sistem karotis dan
sistem vertebrobasilaris, maka TIA dibedakan menjadi :
Gangguan penglihatan pada satu mata tanpa disertai rasa nyeri (amaurosis fugax),
terutama bila disertai atau bergantian dengan :
Kelumpuhan lengan atau tungkai atau kedua-duanya, pada sisi yang sama
Defisit sensorik atau motorik dari wajah saja, wajah dan lengan atau tungkai saja
secara unilateral
Kesulitan untuk mengerti bahasa dan atau berbicara (afasi)
Pemakaian dari kata-kata yang salah atau diubah.
B. TIA yang disebabkan oleh gangguan dari sistem vertebrobasilaris
Gejala – gejala :
Vertigo dengan atau tanpa disertai nausea dan/atau muntah, terutama bila disertai
dengan diplopia, dysphagia atau dysarthria
Mendadak tidak stabil
Unilateral atau bilateral (atau satu sisi kemudian diikuti oleh sisi yang lain) gangguan
visual, motorik atau sensorik
Hemianopsia homonim
Drop attack, yaitu keadaan dimana kekuatan kedua tungkai tiba-tiba menghilang
sehingga penderita jatuh.
8
2. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)
Seperti halnya pada TIA, gejala neurologis yang ada pada RIND juga akan menghilang,
hanya saja waktunya lebih dari 24 jam, namun kurang dari 21 hari.
4. Completed stroke
Completed stroke diartikan bahwa kelainan neurologis yang ada sifatnya sudah menetap,
tidak berkembang lagi.
Pada pemeriksaan CT-Scan, tidak akan terlihat bila infark terletak di daerah batang
otak, padahal pada batang otak terdapat pusat-pusat organ vital. Oleh karena itu, adanya kelainan
pada batang otak ini harus dapat diketahui dan ditentukan berdasarkan gambaran klinisnya.
Perbedaan antara infark pada hemisferium dan batang otak adalah sebagai berikut :
9
Unilateral Gangguan jaras kortikospinal Bilateral
-- Tanda alternan (wajah kiri, anggota badan sisi ++
kanan dan sebaliknya)
-- Gangguan sistem labirin (vertigo, nistagmus) ++
++ Gangguan gerak bola mata, deviasi konjugae --
ke sisi lesi
-- Nistagmus ++
+ Defek lapang pandang --
-- Kelainan pupil, sindrom Horner ++
-- Kelumpuhan tipe LMN dari N. III, VI, V, VII, ++
X, XII
Unilateral Defisit sensorik Bilateral
++ Gangguan kognitif --
-- Diplopia ++
2.4 PATOGENESIS
Dari percobaan pada hewan maupun manusia, ternyata derajat ambang batas aliran
darah otak yang secara langsung berhubungan dengan fungsi otak, yaitu :
a. Ambang fungsional
Adalah batas aliran darah otak, sekitar 50-60 cc/ 100 gram/ menit, yang bila tidak terpenuhi
akan menyebabkan terhentinya fungsi neuronal, tetapi integritas sel-sel saraf masih utuh.
10
Adalah batas aliran darah otak, kurang dari 15 cc/ 100 gram/ menit, yang bila tidak terpenuhi
akan menyebabkan kerusakan total sel-sel otak.
2.5 PATOFISIOLOGI
Pada fase akut perubahan terjadi pada aliran darah otak. Pada daerah tempat
terjadinya iskemik, secara etiologi terdapat perbedaan yaitu iskemik global dan iskemik fokal.
Pada iskemik global aliran darah secara keseluruhan menurun akibat tekanan perfusi misalnya
karena syok ireversibel akibat henti jantung, perdarahan sistemik yang masif, fibrilasi atrial
berat, dan lain-lain. Sedangkan pada iskemik yang fokal terjadi akibat turunnya tekanan perfusi
otak regional. Keadaan ini disebabkan oleh adanya sumbatan atau pecahnya salah satu pembuluh
darah otak di daerah sumbatan atau tertutupnya aliran darah otak baik sebagian atau seluruh
lumen pembuluh darah otak, penyebabnya antara lain :
11
- Perubahan akibat perubahan sifat darah, misalnya : sicle-cell, leukemia akut,
polisitemia, hemoglobinopati, dan makroglobulinemia.
- Tersumbatnya pembuluh akibat emboli darah proximal, misalnya : ”artery- to artery
thrombosis”, emboli jantung, dan lain-lain.
Sebagai akibat dari penutupan aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka terjadi
serangkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai di tingkat seluler,
berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti dengan kerusakan pada fungsi utama serta
integritas fisik dari susunan sel, selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron.
ISKEMIA OTAK
Iskemia otak adalah gangguan aliran darah otak yang membahayakan fungsi neuron
tanpa perubahan yang menetap. Bila aliran darah otak turun pada batas kritis yaitu 10 – 18 ml/
100 gram otak/ menit maka akan terjadi penekanan aktivitas neuronal tanpa perubahan struktural
dari sel. Daerah otak dengan keadaan ini dikenal sebagai penumbra iskemik. Di sini sel relatif
inaktif tapi masih viable.
Pada iskemia otak yang luas, tampak daerah yang tidak homogen akibat perbedaan
tingkat iskemia, yang terdiri dari 3 lapisan (area) yang berbeda, yaitu :
12
Lapisan inti (ischemic-core)
Daerah di tengah yang sangat iskemik karena CBF-nya paling rendah sehingga terlihat
sangat pucat. Tampak degenerasi neuron, pelebaran pembuluh darah tanpa adanya aliran
darah. Kadar asam laktat di daerah ini tinggi dengan PO 2 yang rendah. Daerah ini akan
mengalami nekrosis.
Pada 3 jam permulaan iskemia, akan terjadi kenaikan kadar air dan natrium pada
substansia grisea, dan setelah 12 – 48 jam terjadi kenaikan yang progresif dari kadar air dan
natrium pada substansia alba, sehingga memperberat edem otak dan meningkatkan tekanan
intrakranial.
13
Bila terjadi sumbatan pembuluh darah, maka daerah sentral yang diperdarahi oleh
pembuluh darah tersebut akan mengalami iskemia berat sampai infark. Sedangkan di daerah
marginal yaitu dengan adanya sirkulasi kolateral maka sel-selnya masih belum mati, yang oleh
Astrup dkk dikatakan daerah penumbra iskemik. Daerah tersebut bisa membaik dalam beberapa
jam secara spontan maupun dengan terapeutik.
Daerah penumbra ini berkaitan erat dengan penanganan stroke tentang apa yang disebut sebagai
therapeutic window, yaitu 6 – 8 jam setelah awitan. Apabila bisa ditangani dengan baik maka
daerah penumbra akan dapat diselamatkan sehingga infark tidak bertambah luas.
Pada saat permulaan pembuluh darah di daerah penumbra akan berdilatasi maksimal
karena penurunan tekanan perfusi otak. Di daerah penumbra iskemik kemudian akan terdapat
vasoparalisis, sebaliknya pembuluh darah di luar daerah penumbra iskemik tetap bereaksi
terhadap perubahan kadar CO2 dan asidosis sehingga terjadi dilatasi, ini disebut sebagai Steal
phenomenon.
Bila tekanan perfusi turun di bawah ambang iskemia kurang lebih 8 – 10 ml/ 100 gram/
menit, maka akan terjadi gangguan biokimiawi seluler dan gangguan stabilitas membran, yaitu :
Ion K+ mengalir ke ekstraseluler sedangkan natrium dan kalsium terkumpul dalam sel.
Pelepasan asam lemak bebas. Oksidasi dari asam lemak bebas ini akan menghasilkan
metabolit-metabolit yang lebih toksik seperti radikal bebas, prostaglandin yang
menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatnya agregasi trombosit, nantinya akan
mengakibatkan perubahan sel yang irreversibel.
Radikal bebas dalam keadaan normal, diproduksi tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit
sebagai bagian produk dari metabolisme oksidatif terutama dalam mitokondria. Pada keadaan
iskemia fokal, peranan peroksidase-lipid sangat penting karena merupakan bagian dari
patofisiologi iskemi fokal maupun global. Superoksida, radikal bebas oksigen telah ditemukan
pada iskemia terutama pada periode reperfusi jaringan, yang berasal dari proses alamiah maupun
sebagai tindakan pengobatan. Radikal bebas oksigen dihasilkan dari proses lipolisis kaskade
arakhidonat dalam sel-sel di daerah penumbra. Sumber lain dari superoksida ialah aktivitas
enzimatik (monoaminoksidase) dalam otooksidase dari biologiamin (epinefrin, serotonin dan
sebagainya). Pada iskemia fokal, peroksidase lipid ini meningkat aktivitasnya karena :
14
i. Timbulnya edema otak vasogenik / seluler, telah diketahui bahwa endotelium
memproduksi oksida nitrit (NO) dan pada keadaan patologik menghasilkan radikal bebas
yang akan memperburuk timbulnya edema.
ii. Pada proses disintegrasi pompa kalsium dan natrium kalium akibat kerusakan membran sel
yang berkaitan dengan pompa ion. Gangguan ini mempercepat kalsium influks dan natrium
influks ke dalam sel.
iii. Peroksida lipid juga terlihat pada mekanisme eksitatorik neurotransmitter glutamat.
Meningkatnya aktivitas superoksida mempercepat dan memperbesar pengeluaran
neurotransmitter eksitatorik glutamat dan aspartat. Usaha pengobatan dilakukan untuk
menghambat akibat dari ekses superoksida dengan pemberian anti oksidan seperti
glutation, vitamin E, dan L arginin.
Penurunan kadar ATP
Terjadi asidosis.
Dengan ditemukannya Positron Emission Tomography (PET) menunjukkan bahwa ada
hubungan erat antara aliran darah otak dengan metabolisme. Pada 24 – 48 jam pertama terjadi
penurunan aliran darah otak lebih besar daripada gangguan metabolisme oksigen, akan tetapi
setelah 72 jam terjadi penurunan yang nyata dari metabolisme dibandingkan aliran darah otak.
Dengan PET dapat pula diketahui bahwa pada infark akut di satu hemisferium dapat
mengakibatkan penurunan aliran darah otak serta gangguan metabolisme pada hemisferium yang
kontralateral.
INFARK OTAK
15
Menurut Vargaftig 1981 yang disadur oleh Chandra B, dikatakan bahwa ada 3 jalur
untuk terjadinya trombus, yaitu :
Dengan mengetahui mekanisme terjadinya trombus in, maka kombinasi obat anti
agregasi yang akan digunakan dapat disesuaikan sehingga dapat menutup keseluruhan jalur di
atas, misalnya aspirin menutup jalur AA seluruhnya, sedangkan tiklodipin menutup jalur ADP
dan PAF serta sedikit jalur AA. Jadi kombinasi aspirin dan tiklopidin dapat mencegah agregasi
dengan baik.
Pengurangan aliran darah ke otak dapat tidak menimbulkan gejala (silent) dan akan
muncul secara klinis jika aliran darah ke otak (CBF= Cerebral Blood Flow) turun sampai
melampaui batas toleransi jaringan otak, yang disebut ambang aktivitas fungsi otak (threshold of
brain functional activity). Keadaan ini menyebabkan sindrom klinik yang disebut stroke.
Pengurangan aliran darah yang disebabkan oleh sumbatan atau sebab lain, akan
menyebabkan iskemia di suatu daerah otak. Tetapi, pada awalnya, tubuh terlebih dahulu
mengadakan kompensasi dengan kolateralisasi dan vasodilatasi, sehingga memungkinkan
terjadinya beberapa keadaan berikut ini :
Pada sumbatan kecil, terjadi daerah iskemia yang dalam waktu singkat dapat dikompensasi
dengan mekanisme kolateral dan vasodilatasi lokal. Secara klinis, gejala yang timbul adalah
Transient Ischemic Attack (TIA) yang timbul dapat berupa hemiparesis sepintas atau
amnesia umum sepintas, yaitu selama < 24 jam.
Sumbatan agak besar, daerah iskemia lebih luas sehingga penurunan CBF regional lebih
besar. Pada keadaan ini, mekanisme kompensasi masih mampu memulihkan fungsi
neurologik dalam waktu beberapa hari sampai 2 minggu. Keadaan ini secara klinis disebut
Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND).
Sumbatan cukup besar menyebabkan daerah iskemia yang luas, sehingga mekanisme
kolateral dan kompensasi tidak dapat mengatasinya. Dalam keadaan ini timbul defisit
neurologis yang berlanjut.
16
Dari percobaan pada hewan terbukti bahwa resusitasi atau reperfusi pada penutupan
atau penghentian aliran darah ke otak mencetuskan beberapa reaksi kompleks di tingkat
mikrosirkulasi, iskemia berupa edema jaringan, vasospasme kapiler/arteriol, penggumpalan sel-
sel darah merah, asidosis jaringan, aliran kalsium masuk ke dalam sel, dan dilepaskannya radikal
bebas. Perubahan ini dapat demikian hebat sehingga disebut sebagai reperfusion injury yang
berakibat munculnya gejala neurologik yang relatif menetap.
Pada dasarnya terjadi 2 perubahan sekunder pada periode reperfusi jaringan iskemia otak:
Hyperemic paska iskemik atau hiperemia reaktif yang disebabkan oleh melebarnya
pembuluh darah di daerah iskemia. Keadaan ini terjadi pada + 20 menit pertama setelah
penyumbatan pembuluh darah otak terutama pada iskemia global otak.
Hipoperfusi paska-iskemik yang berlangsung antara 6-24 jam berikutnya. Keadaan ini
ditandai dengan vasokonstriksi (akibat asidosis jaringan), naiknya produksi tromboksan
17
A2 dan edema jaringan. Diduga proses ini yang akhirnya menghasilkan nekrosis dan
kerusakan sel yang diikuti oleh munculnya gejala neurologik.
Terdapat perbedaan etiologi iskemi otak fokal dan global. Pada iskemi global aliran
otak secara keseluruhan menurun akibat tekanan perfusi misalnya karena syok irreversibel
karena henti jantung, perdarahan sistemik yang masif, fibrilasi atrial berat, dan lain-lain.
Sedangkan iskemik fokal terjadi akibat menurunnya tekanan perfusi otak regional. Keadaan ini
disebabkan oleh sumbatan atau pecahnya salah satu pembuluh darah otak di daerah sumbatan
atau tertutupnya aliran darah otak baik sebagian atau seluruh lumen pembuluh darah otak,
penyebabnya antara lain:
Perubahan patologik pada dinding arteri pembuluh darah otak menyebabkan trombosis
yang diawali oleh proses arteriosklerosis di tempat tersebut. Selain itu proses pada
arteriole karena vaskulitis atau lipohialinosis dapat menyebabkan stroke iskemik karena
infark lakunar.
Perubahan akibat proses hemodinamik dimana tekanan perfusi sangat menurun karena
sumbatan di bagian proksimal pembuluh arteri seperti sumbatan arteri karotis atau
vertebro-basilar.
Perubahan akibat perubahan sifat darah, misalnya sickle-cell, leukemia akut, polisitemia,
hemoglobinopati dan makroglobulinemia.
Tersumbatnya pembuluh darah akibat emboli daerah proksimal, misalnya “artery to
artery thrombosis”, emboli jantung dan lain-lain.
Sebagai akibat dari penutupan aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka terjadi
serangkaian proses patologik pada daerah iskemi. Perubahan ini dimulai di tingkat seluler,
berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti dengan kerusakan pada fungsi utama serta
integritas fisik dari susunan sel, selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron. Disamping
itu terjadi pula perubahan-perubahan pada ekstraseluler, karena peningkatan pH jaringan serta
kadar gas darah, keluarnya zat neurotransmitter (glutamat) serta metabolisme sel-sel yang
iskemik, disertai kerusakan blood brain barrier. Seluruh proses ini merupakan perubahan yang
terjadi pada stroke iskemik.
2.6 DIAGNOSIS
18
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis memberikan gejala dan tanda sesuai dengan daerah fokal di otak
Akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah badan, mulut mencong atau
bicara pelo dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini timbul sangat
mendadak. Juga perlu ditanyakan faktor-faktor resiko yang menyertai stroke. Dicatat obat-
obat yang sedang dipakai. Juga ditanyakan riwayat keluarga dan penyakit lainnya.
SIRIRAJ SCORE
KETERANGAN :
Penilaian derajat kesadaran : sadar penuh (0), somnolen (1), koma (2)
19
Nyeri kepala : Tidak ada (0), ada (1)
Vomitus : Tidak ada (0), ada (1)
Ateroma : Tidak terdapat penyakit jantung, DM, riwayat stroke, HT > 5 tahun (0),
Jika ada (1)
20
Proses penyumbatan pembuluh darah otak memiliki beberapa sifat spesifik :
1. Timbul mendadak
2. Menunjukkan gejala neurologis kontralateral terhadap pembuluh darah yang tersumbat
3. Kesadaran dapat menurun sampai koma terutama pada perdarahan otak. Sedangkan pada
stroke iskemik lebih jarang terjadi penurunan kesadaran.
Resiko stroke meningkat seiring dengan berat dan banyaknya faktor resiko. Yaitu
kelainan atau penyakit yang membuat seseorang lebih rentan terhadap serangan stroke.
2. Dapat dimodifikasi
A. MAYOR
- Hipertensi
- Penyakit jantung
- Sudah ada manifestasi aterosklerosis secara klinis
- Diabetes mellitus
- Polisitemia
- Riwayat stroke
- Perokok
B. MINOR
- Hiperkolesterol
- Hematokrit tinggi
- Obesitas
- Kadar asam urat tinggi
- Kadar fibrinogen tinggi
21
2.8 GEJALA KLINIK
Gejala klinik tergantung lokalisasi daerah pembuluh darah otak yang mengalami
gangguan.
Sistem Carotis
Disebut stroke hemisferik. Gejala yang timbul sangat mendadak. Jarang mengalami
penurunan kesadaran, kecuali pada stroke yang luas. Hal ini disebabkan karena struktur-struktur
anatomi yang menjadi substrat kesadaran yaitu Formatio Reticularis di garis tengah dan sebagian
besar terletak dalam fossa posterior. Fungsi vital umumnya baik.
Hampir selalu terjadi hemiparesis. Dan dapat dijadikan patokan bahwa jika ada
perbedaan kelumpuhan yang nyata antara lengan dan tungkai hampir dipastikan bahwa kelainan
aliran darah otak berasal dari daerah kortikal. Sedangkan jika kelumpuhan sama berat, maka
gangguan aliran darah terjadi di daerah subkortikal atau vertebro-basiler. Dapat juga terjadi
gangguan sensorik. Pada fase akut, refleks fisiologis pada sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari, akan muncul kembali.
Sistem Vertebro-basilar
Terdapat penurunan kesadaran yang cukup berat. Disertai kombinasi berbagai saraf otak
yang terganggu, vertigo, diplopia dan gangguan bulbar.
Ciri khusus : gangguan long-tract sign, yaitu parestesi keempat anggota gerak (ujung-
ujung distal), parestesi perioral, hemianopsia altitudinal dan skew deviation.
22
2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium
Waktu protrombin
APTT
Kadar fibrinogen
D-dimer
INR
Viskositas plasma
B. Foto Thorax
C. CT-Scan Otak
CT-Scan mungkin tidak perlu dilakukan oleh semua pasien terutama jika diagnosis
klinisnya sudah jelas, tetapi pemeriksaan ini berguna untuk mencari gambaran perdarahan atau
infark, karena perbedaan manajemen untuk stroke perdarahan dan infark. Pemeriksaan ini juga
dapat menyingkirkan diagnosis banding se[erti tumor intracranial.
2.10 PENATALAKSANAAN
Penderita stroke sejak mulai sakit pertama kali dirawat sampai proses rawat jalan di luar
RS, memerlukan perawatan dan pengobatan terus menerus sampai optimal dan mencapai
keadaan fisik maksimal. Pengobatan pada stroke non hemoragis dibedakan menjadi :
23
I. Pengobatan Umum
Untuk pengobatan umum ini dipakai patokan 5 B, yaitu
1. Breathing
Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan fungsi paru-paru cukup baik. Fungsi paru sering
terganggu karena curah jantung yang kurang, maka jantung harus dimonitor dengan
seksama. Pengobatan dengan oksigen hanya perlu bila kadar oksigen dalam darah
berkurang.
2. Blood
a. Tekanan darah
Tekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak. Pada
fase akut pada umumnya tekanan darah meningkat dan secara spontan akan menurun
secara gradual. Pengobatan hipertensi pada fase akut dapat mengurangi tekanan
perfusi yang justru menambah iskemik lagi.
b. Komposisi darah
Kadar Hb dan glukosa harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak. Bila terdapat
polisitemia harus dilakukan hemodilusi. Pemberian infus glukosa harus dihindari
karena akan menambah terjadinya asidosis di daerah infark yang mempermudah
terjadinya edem dan karena hiperglikemia menyebabkan perburukan fungsi
neurologis dan keluaran. Keseimbangan elektrolit harus dijaga.
3. Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya obstipasi karena akan membuat
pasien gelisah. Nutrisi harus cukup, bila perlu diberikan melalui nasogastric tube.
4. Bladder
Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan sampai terjadi retensio urin. Bila terjadi
inkontinensia, untuk laki-laki harus dipasang kondom kateter, kalau wanita harus dipasang
kateter tetap.
5. Brain
Edema otak dan kejang harus dicegah dan diatasi. Bila terjadi edema otak, dapat dilihat dari
keadaan penderita yang mengantuk, adanya bradikardi atau dengan pemeriksaan funduskopi,
24
dapat diberikan manitol. Untuk mengatasi kejang-kejang yang timbul dapat diberikan
Diphenylhydantion atau Carbamazepin.
Neuron-neuron di daerah penumbra ini sebenarnya masih hidup, akan tetapi tidak
dapat berfungsi oleh karena aliran darahnya tidak adekuat. Daerah inilah yang harus
diselamatkan agar dapat berfungsi kembali. Untuk keperluan tersebut maka aliran darah di
daerah tersebut harus diperbaiki.
Hematokrit
Plasma fibrinogen
Rigiditas eritrosit
Agregasi trombosit
1. Trombolisis
Satu- satunya obat yang diakui FDA sebagai standar adalah pemakaian r-TPA
(Recombinant - Tissue Plasminogen Activator) yang diberikan pada penderita stroke
iskemik dengan syarat tertentu baik i.v maupun arterial dalam waktu kurang dari 3 jam
setelah onset stroke.
2. Antikoagulan
Obat yang diberikan adalah heparin atau heparinoid (fraxiparine). Efek antikoagulan
heparin adalah inhibisi terhadap faktor koagulasi dan mencegah atau memperkecil
pembentukkan fibrin dan propagasi trombus. Antikoagulansia mencegah terjadinya
gumpalan darah dan embolisasi trombus. Antikoagulansia masih sering digunakan pada
penderita stroke dengan kelainan jantung yang dapat menimbulkan embolus.
25
3. Anti agregasi trombosit
Obat yang dipakai untuk mencegah pengumpulan sehingga mencegah terbentuknya
trombus yang dapat menyumbat pembuluh darah. Obat ini dapat digunakan pada TIA.
Obat yang banyak digunakan adalah asetosal (aspirin) dengan dosis 40 mg – 1,3
gram/hari. Akhir-akhir ini digunakan tiklopidin dengan dosis 2 x 250 mg.
4. Neuroprotektor
Mencegah dan memblok proses yang menyebabkan kematian sel-sel terutama di daerah
penumbra. Berperan dalam menginhibisi dan mengubah reversibilitas neuronal yang
terganggu akibat ischemic cascade. Obat-obat ini misalnya piracetam, citikolin,
nimodipin, pentoksifilin
5. Anti edema
Obat anti edema otak adalah cairan hiperosmolar, misalnya manitol 20%, larutan gliserol
10%. Pembatasan cairan juga dapat membantu. Dapat pula menggunakan kortikosteroid.
III. Rehabilitasi
Rehabilitasi pasca-stroke adalah suatu upaya rehabilitasi stroke terpadu yang
melibatkan berbagai disiplin ilmu kedokteran dan merupakan kumpulan program, termasuk
pelatihan, penggunaan modalitas alat, dan obat-obatan.
1) Fisioterapi
Mengobati fisik dengan menggunakan exercise, massage, ataupun terapi dengan
modalitas alat. Fisioterapi terbagi 2, yaitu fisioterapi pasif yang dilakukan secara
langsung setelah pasien terkena serangan stroke dengan menggerakan otot secara pasif
26
dan fisioterapi aktif yang dilakukan segera setelah keadaan pasien stabil dan dapat
diajak berinteraksi.
2) Speech therapy
Membantu memulihkan kemampuan berbahasa dan bekomunikasi penderita stroke
dengan latihan bicara sehingga penderita stroke dapat kembali berkomunikasi dengan
orang lain.
3) Occupational therapy
Menggunakan aktivitas terapeutik dengan tujuan mempertahankan atau meningkatkan
komponen kinerja okupasional (senso-motorik, persepsi, kognitif, sosial, dan spiritual)
dan area kerja kinerja okupasional (perawatan diri, produktivitas, dan pemanfaatan
waktu luang). Dengan kata lain, ahli terapi okupasi membantu penderita stroke untuk
melakukan aktivitas sehari-hari (seperti mandi, makan, minum, BAB/BAK, berpakaian,
dll), dan juga membantu penderita agar dapat berinteraksi kembali dengan lingkungan
sekitarnya (mengelola rumah tangga, merawat orang lain, dan rekreasi/pemanfaatan
waktu luang untuk dirinya).
4) Social worker
Memperbaiki atau mengembangkan interaksi antara penderita dengan lingkungan
sosialnya sehingga penderita dapat kembali ke lingkungan dengan baik.
5) Psikologis
Membantu penderita stroke yang cacat agar dapat menyesuaikan diri secara emosional
terhadap lingkungannya dan keadaan cacatnya, sehingga ia dapat memberikan makna
pada kehidupannya dengan penuh arti.
Kontra Indikasi :
Penyakit sistemik yang berat
a. Insufisiensi jantung dengan dekompensasi
b. Angina pektoris
c. Gagal jantung akut
d. Reuma fase akut
Gangguan mental yang berat
27
Prinsip dasar rehabilitasi :
Pemilihan penderita yang seksama
Mulailah sedini mungkin
Harus sistematis
Meningkatkan secara bertahap
Pakailah bentuk rehabilitasi yang spesifik sesuai defisit yang ada.
28
BAB II
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Lemah separuh badan sejak 3 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSU UKI dengan keluhan lemah separuh badan sejak 3
jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan dirasakan pada separuh badan sebelah kanan.
Keluhan juga dirasakan mendadak dan terus menerus sampai pasien kesulitan untuk
duduk maupun berdiri. Pasien mengatakan keluhan dirasakan saat pasien makan siang.
Selain itu pasien juga merasakan mual. Muntah disangkal, sakit kepala disangkal, rasa
berputar disangkal, kejang disangkal, gangguan penglihatan disangkal, dan penurunan
kesadaran disangkal. Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
29
Riwayat Kebiasaan Pribadi :
Kegiatan pasien sehari-hari biasanya mencuci dan mengepel rumah, tidur-tiduran, dan
pasien tidak rutin berolahraga. Pasien tidak meminum alkohol dan tidak merokok.
30
Sikap bola mata : Di tengah N. VII Fasialis
Ptosis : (-/-) Sikap wajah saat istirahat : Asimetris
Strabismus : (-/-) Angkat alis : (+/+)
Nistagmus : (-/-) Kerut dahi : (+/+)
Eksoftalmus : (-/-) Lagoftalmus : (-/-)
Enoftalmus : (-/-) Menyeringai : SNL mendatar di kanan
Diplopia : Tidak dapat dinilai Rasa 2/3 depan lidah : Tidak dilakukan
Deviasi konjugae : (-/-) Fenomena chovstek : Tidak dilakukan
31
N. XI Aksesorius - Lenggang tangan : Tidak
Mengangkat bahu : (+/+) dilakukan
Menoleh : (+/+) Diatas tumit : Tidak
dilakukan
Jinjit : Tidak
N. XII Hipoglossus dilakukan
Sikap lidah dalam mulut : Ditengah
Julur lidah : Lidah deviasi ke kanan
Atrofi : (-) 4. Koordinasi
Tremor : (-)
Statis
Fasikulasi : (-)
Duduk : Tidak dilakukan
Tenaga otot lidah : Lemah
Berdiri : Tidak dilakukan
Tes Romberg : Tidak dilakukan
Tes Romberg dipertajam : Tidak
3. Motorik
dilakukan
Gerakan spontan abnormal
Dinamis
Kejang : (-)
Telunjuk hidung : (+)
Tetani : (-)
Jari-jar : (+)
Tremor : (-)
Tremor intens : (-)
Khorea : (-)
Disdiadokokinessis : (-)
Atestosis : (-)
Menulis: Tidak dapat dinilai
Balismus : (-)
Dismetri: (-)
Diskinesia : (-)
Rebound Phenomenon: (-)
Mioklonik : (-)
Tumit lutut : Tidak dapat dinilai
Trofi otot Disatria : (+)
Lengan : Eutrofi / Eutrofi
Tungkai : Eutrofi / Eutrofi
5. Refleks
Derajat kekuatan otot
Refleks Tendo
3333 5555
Biceps : (+/++)
3333 5555
Triceps : (+/++)
Tonus otot Brachioradialis : (+/++)
Lengan : Brachioulnaris : (+/++)
Hipotonus/Hipotonus KPR : (+/++)
Tungkai : APR : (+/++)
Hipotonus/Hipotonus Refleks patologis
Babinski : (-/-)
Berdiri Chaddock : (-/-)
Jongkok-berdiri : Tidak Oppenheim : (-/-)
dilakukan Gordon : (-/-)
Jalan : - Langkah baik: Tidak Schaeffer : (-/-)
dilakukan Rossolimo : (-/-)
32
Mendel Bechtrew : (-/-)
Hoffman Trommer: (-/-)
10. Palpasi Saraf Tepi
Gonda : (-/-)
Klonus kaki : (-/-) N. Ulnaris : Tidak teraba
Klonus lutut : (-/-) membesar
N. Auricularis magnus : Tidak
teraba membesar
6. Sensibilitas
Eksteroseptif
Rasa raba : (+/+)
Rasa nyeri: (+/+)
Rasa Suhu: Tidak dapat dinilai
Propioseptif
Rasa sikap : Tidak dilakukan
Rasa getar: Baik
7. Vegetatif
Miksi : Baik
Defekasi : Baik
Salivasi : Normosaliva
Sekresi keringat : Normosekrasi
Fungsi seks : Tidak dilakukan
8. Fungsi Luhur/Kognitif
Memori : Baik
Bahasa : Dapat dimengerti
Afek dan emosi : Serasi
Visuopasial : Tidak dilakukan
Eksekutif : Tidak dilakukan
MMSE : Tidak dilakukan
9. Tanda-Tanda Regresi
Refleks menghisap : (-)
Refleks menggigit : (-)
Refleks memegang : (-)
Snout reflex : (-)
33
3.4 Resume
Pasien wanita usia 75 tahun datang ke IGD RSU UKI dengan keluhan lemah
separuh badan sebelah kanan sejak 3 jam SMRS. Keluhan dirasakan mendadak dan terus
menerus sampai pasien kesulitan untuk duduk maupun berdiri. Pasien mengatakan
keluhan dirasakan saat pasien makan siang. Mual (+), muntah disangkal, sakit kepala
disangkal, rasa berputar disangkal, kejang disangkal, gangguan penglihatan disangkal, dan
penurunan kesadaran disangkal. Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya. Riwayat HT (+) sejak 15 tahun yang lalu terkontrol amlodipine 10mg.
Pemeriksaan Fisik ditemukan:
Kesadaran umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis, GCS: E4M6V5
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Suhu : 36.7 C
Respirasi rate : 18x/menit
Nadi : 98x/menit
SpO2 : 97%
Rangsang Meningeal: (-)
Refleks Fisiologis (++/++)
Refleks Patologis (-/-)
N. VII: SNL mendatar di kanan
N. XII: Lidah deviasi ke kanan
N. IX, X: Disfagia (+), Disatria (+)
Motorik: Hemiparese dextra
3.5 Diagnosis
Klinis : Hemiparese dextra, Parese N.VII dextra tipe sentral, Parese N.XII dextra tipe
sentral
Tropis : Korteks cerebri
Etiologi : CVD Non-Hemoragik
34
3.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Elektrolit
Natrium 147 H mmol/L 136 – 145
Kalium 3.6 mmol/L 3.5 – 5.1
Clorida 110 mmol/L 99 – 111
Darah Rutin
Hemoglobin 11.9 L g/dl 12 – 14
Leukosit 8.8 ribu/uL 5 – 10
Hematokrit 34.9 L % 37 – 43
Trombosit 235 ribu/uL 150 – 400
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu 112 mg/dl < 200
Ureum 41 mg/dL 15 – 45
Creatinin 0.98 H mg/dl 0.60 – 0.90
Asam Urat 3.3 mg/dL 2.4 – 7.0
35
3.7 Tatalaksana
IVFD : II RL/24 jam
Diet : NGT SV 5x150 cc/hari
Mm : - Citicolin 2x500mg (IV)
- Asam Folat 2x1mg (PO)
- Aspilet 1x80mg (PO)
- Sucralfat syr 3x1C (PO)
- Clopidogrel 1x75mg (PO)
3.7 Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
36
(FOLLOW UP PASIEN 11/11/19)
S O A P
Lemah KU : TSS D/ IVFD: II RL/24 jam
separuh Kes : C4M6V5 Klinis: Hemiparese Diet: NGT SV
badan kanan, TD : 168/81 mmHg dextra 5x150cc/hari
bicara tidak HR : 89x/menit Topis: Korteks Citicolin 2x500mg
jelas, mual RR : 20x/menit serebri (PO)
muntah (-), Suhu : 37 C Etiologi: CVD Non Asam folat 2x1mg
nyeri kepala SpO2: 98% Hemoragik (PO)
(-) Rg. Meningens (-) Aspilet 1x80mg (PO)
Ref. Fisio ++/++ Sucralfat syr 3x1C
Ref. Patologis -/- Clopidogrel 1x75mg
N. VII: SNL mendatar di
kanan
N. XII: Lidah deviasi ke
kanan
N. IX, X: Disfagia (+),
Disatria (+)
Motorik: Hemiparese dextra
37
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Kimia Klinik
Kolesterol HDL 62 (H) mg/dL 35 – 55
Kolesterol LDL 109 mg/dL <155
Kolesterol Total 188 mg/dL <200
Trigliserida 81 mg/dL <150
Darah Lengkap
Hemoglobin 12.6 g/dl 12 – 14
Leukosit 8.9 ribu/uL 5 – 10
Hematokrit 38.1 % 37 – 43
Trombosit 218 ribu/uL 150 – 400
LED 85 (H) mm/jam < 20
Eritrosit 4.2 (L) Juta/ml 4.5 – 5.5
MCV 91.6 /fL 82 – 92
MCH 30.3 Pg 27 – 31
MCHC 33.1 g/dl 32 – 36
Basofil 0 % 0–1
Eosinofil 3 % 0–3
Batang 1 (L) % 2–5
Segmen 71 (H) % 50 – 70
Limfosit 20 (L) % 25 – 40
Monosit 5 % 2–8
FOLLOW UP PASIEN (13/11/19)
S O A P
Pasien masih KU : TSS D/ IVFD: II RL/24 jam
merasa lemah Kes : C4M6V5 Klinis: Hemiparese Diet: NGT SV
separuh TD : 158/74 mmHg dextra 6x150cc/hari
badan kanan HR : 77x/menit Topis: Korteks Citicolin 2x500mg
dan bicara RR : 20x/menit serebri (PO)
sudah jelas. Suhu : 36.5 C Etiologi: CVD Non Asam folat 2x1mg
SpO2: 97% Hemoragik (PO)
Rg. Meningens (-) Aspilet 1x80mg (PO)
Ref. Fisio ++/++ Sucralfat syr 3x1C
Ref. Patologis -/- (PO)
N. VII: SNL mendatar di Clopidogrel 1x75mg
kanan Simvastatin 1x20mg
N. XII: Lidah deviasi ke (PO)
kanan Inj. Ceftriaxone
N. IX, X: Disfagia (+), 1x2gr (IV)
Disatria (+)
Motorik: Hemiparese dextra Tes makan per-oral
38
FOLLOW UP PASIEN (14/11/19)
S O A P
Pasien masih KU : TSS D/ IVFD: II RL/24 jam
merasa lemah Kes : C4M6V5 gg Diet: NGT SV
dan bicara TD : 139/76 mmHg Klinis: Hemiparese 6x150cc/hari
sudah jelas. HR : 87x/menit dextra Citicolin 2x500mg
RR : 20/menit Topis: Korteks (PO)
Suhu 36.5 serebri Asam folat 2x1mg
Etiologi: CVD Non (PO)
Pemeriksaan neurologis: Hemoragik Aspilet 1x80mg (PO)
Rg. Meningens (-) Sucralfat syr 3x1C
Ref. Fisio ++/++ (PO)
Ref. Patologis -/- Clopidogrel 1x75mg
N. VII: SNL mendatar di Simvastatin 1x20mg
kanan (PO)
N. XII: Lidah deviasi ke Inj. Ceftriaxone
kanan 1x2gr (IV)
N. IX, X: Disfagia (+),
Disatria (+) NGT dilepas hari ini
Motorik: Hemiparese dextra Rawat jalan
DAFTAR PUSTAKA
1. Diah Mutiarasari. Ischemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, and Prevention Medika
Tadulako, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019, hal. 60-73
2. Misbach, Jusuf. 1999. STROKE Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Perdossi (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia). 2011. Guideline Stroke. Edisi
Revisi. Jakarta.
4. Sofwan, Rudianto. 2010. Stroke dan Rehabilitasi Pasca-Stroke. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer.
5. Ginsberg, Lionel. 2005. Lecture Notes Neurologi. Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga
39