Anda di halaman 1dari 48

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Tumbuh Kembang Anak

1. Defenisi

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan perubahan dalam besar, jumlah,

ukuran atau dimensi sel, jaringan, organ, maupun individu yang bersifat

kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan panjang (cm, meter),

berat (gram, pound, kg), umur tulang dan keseimbangan metabolic

(hormon) (Atien,2013)

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan

struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya

multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel dan juga karena bertambah

besarnya sel (Akmaldi,2018).

b. Perkembangan

Menurut Akmaldi (2018) perkembangan adalah bertambahnya

kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks

dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan.

Perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung secara

bertahap dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana

menjadi kemampuan yang lebih sulit, misalnya kecerdasan, sikap, dan

tingkah laku (Kuntum, 2015).

8
2. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang

Menurut Akmaldi (2018), faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang

anak sebagai berikut :

a. Faktor Genetik

Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat

sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan

berhentinya pertumbuhan tulang, termasuk faktor genetik antara lain

berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin dan

suku bangsa.

b. Faktor lingkungan

1) Faktor lingkungan pada waktu masih di dalam kandungan (faktor

prenatal). Gisi ibu waktu hamil, faktor mekanis, toksin atau zat

kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas dan anoksia

embrio.

2) Faktor lingkungan post natal

a) Lingkungan biologis meliputi ras/suku bangsa, jenis kelamin,

umur, gizi, perawatan kesehatan, penyakit kronis, kepekaan

terhadap penyakit, dll

b) Lingkungan fisik meliputi cuaca, musim, keadaan geografis

suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah, radiasi, dll

c) Lingkungan psikososial meliputi stimulasi, mtivasi belajar,

ganjaran atau hukuman yang wajar, stress, sekolah, kelompok

sebaya, cinta dan kasih saying, serta kualitas interaksi antara

orang tua dan anak.


d) Faktor keluarga dan adat istiadat seperti pekerjaan, pendidikan

orang tua, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga,

agama, adat istiadat, norma-norma, urbanisasi, dll

3. Aspek perkembangan pada anak

Perkembangan motorik adalah perkembangan dari unsur

kematangan dan pengendalian gerak tubuh, perkembangan ini erat

kaitannya dengan perkembangan pusat motorik diotak. Perkembangan

motorik memungkinkan anak dapat melakukan segala sesuatu yang

terkandung dalam jiwanya dengan sewajarnya. Perkembangan motorik

anak yang baik akan makin memperkaya tingkah laku sehingga

memungkinkan anak memperkaya perbendaharaan mainannya bahkan

memungkinkan anak memindahkan aktivitas bermainnya, kreativitas

belajar dan bekerja memungkinkan anak dapat melakukan perintah,

memungkinkan anak melakukan kewajiban, tugas-tugas bahkan

keinginan-keinginannya sendiri (Kuntum,2015)

Motorik kasar merupakan keterampilan menggerakkan bagian

tubuh secara harmonis dan sangat berperan untuk mencapai keseimbangan

yang menunjang motorik halus. Motorik halus merupakan gerak yang

hanya melibatkan bagian tubuh tertentu, otot-otot kecil dan tidak

membutuhkan tenaga yang terlalu besar,namun membutuhkan koordinasi

yang cermat antara panca indra dengan anggota tubuh yang terlibat

(Kuntum,2015).
a. Aspek Perkembangan Pada Bayi ( 0 sampai 1 Tahun )

1) Perkembangan fisik dan Motorik pada bayi

Bayi yang baru lahir sudah mempunyai beberapa refleks dasar

yang merupakan mekanisme pertahanan hidupnya yang dibawa

secara genetik.

a) Babinski : mengekstensikan jari-jari kaki ketika telapak kaki

diusap , muncul pada saat lahir dan berakhir pada usia 1 tahun

b) Galant : melengkungkan badan kearah sisi yang distimulasi

ketika dilakukan pengusapan disepanjang tulang belakang ,

muncul pada saat lahir dan berakhir pada periode pre natal ( 4

minggu )

c) Moro : ekstensi tangan tiba-tiba ke arah luar dan kembali

kegaris tengah ketika bayi terkejut akibat bunyi keras atau

perubahan posisi yang cepat , muncul pada saat lahir dan

berakhir pada usia 4 bulan

d) Palmar : menggenggam objek dengan jari ketika telapak tangan

disentuh , muncul pada saat lahir dan berakhir pada usia 3

bulan

e) Plantar : fleksi jari-jari kaki kearah dalam ketika tumit telapak

kaki diusap, muncul pada saat lahir dan berakhir pada usia 8

bulan

f) Rooting : memiringkan kepala kearah pipi yang diberi stimulus

sentuhan, muncul pada saat lahir dan berakhir pada usia 6

bulan
g) Menghisap : menghisap objek yang diletakkan didalam mulut ,

muncul pada saat lahir

h) Berjalan : membuat gerakan melangkah ketika digendong pada

posisi tegak dengan kaki menyentuh permukaan, muncul pada

minggu-minggu pertama dan muncul kembali pada usia 4

sampai 5 bulan serta berakhir pada usia 12 bulan

2) Keterampilan motorik halus ( Fine motor Skills ) pada bayi

Keterampilan ini melibatkan gerakan tangan yang diatur

secara halus seperti menggenggam mainan, mengancingkan baju,

menulis, atau apapun yang memerlukan keterampilan tangan. Saat

lahir, bayi masih mengalami kesulitan mengendalikan

keterampilan motorik halusnya, bayi hanya memperlihatkan

gerakan bahu dan siku yang kasar tetapi kemudian memperlihatkan

gerakan pergelangan tangan, perputaran tangan, koordinasi ibu jari,

dan jari telunjuk tangan, serta kemampuan meraih, dan

menggenggam yang baik (Kuntum,2015)

3) Perkembangan motorik kasar

a) Usia 1 sampai 4 bulan

(1) Mengangkat kepala saat tengkurap

(2) Dapat duduk sebentar dengan ditopang

(3) Dapat duduk dengan kepala tegak

(4) Jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi

berdiri

(5) Kontrol kepala sempurna


(6) Mengangkat kepala sambil berbaring telentang

(7) Berguling dari telentang ke miring

(8) Posisi lengan dan tungkai kurang fleksi

(9) Berusaha untuk merangkak

b) Usia 4 sampai 8 bulan

(1) Menahan kepala tegak terus menerus

(2) Berayun kedepan dan belakang

(3) Berguling dari telantang ke tengkurap

(4) Dapat duduk dengan bantuan selama interval singkat

c) Usia 8 sampai 12 bulan

(1) Duduk dari posisi tegak tanpa bantuan

(2) Dapat berdiri tegak dengan bantuan

(3) Menjelajah

(4) Berdiri tegak tanpa bantuan walaupun hanya sebentar

(5) Membuat posisi merangkak

(6) Merangkak

(7) Berjalan dengan bantuan

4) Perkembangan motorik halus

Perkembangan motorik halus diantaranya :

a) Usia 1 sampai 4 bulan

(1) Melakukan usaha yang bertujuan untuk memegang suatu

objek

(2) Mengikuti objek dari sisi ke sisi

(3) Mencoba memegang benda tap terlepas


(4) Memasukkan benda kedalam mulut

(5) Memperhatikan tangan dan kaki

(6) Memegang benda dengan kedua tangan

(7) Menahan benda ditangan walaupun hanya sebentar

(8) Menirukan tindakan sederhana

(9) Menunjukan permulaan objek permanen, mengntisipasi

kejadian-kejadian dimasa yang akan datang, menunjukkan

kesadaran bahwa diri endiri terpisah dari orang lain

b) Usia 8 sampai 12 bulan

(1) Mengantisipasi kejadian sebagai sesuatu yang

menyenangkan dan tidak menyenangkan

(2) Menunjukkan tingkat kegawatan pada kesengajaan perilaku

(3) Menunjukkan perilaku yang mengarah pada tujuan

(4) Membuktikan kepermanenant objek

(5) Mencari objek-objek yang hilang

(6) Dapat mengikuti sejumlah besar tindakan

(7) Memahami arti dari kata-kata dan perintah sederhana

(8) Menghubungkan sikap dan perilaku dengan simbol

(9) Menjadi lebih mandiri dari figur keibuan

5) Perkembangan bahasa

a) Usia 1 bulan

(1) Mendekut

(2) Membuat suara seperti huruf hidup

(3) Bersuara
(4) Berceloteh

b) Usia 1 sampai 4 bulan

(1) Menggunakan vokalisasi yang semakin banyak

(2) Menggunakan kata-kata yang terdiri dari dua suku kata

(“buu”-buu”)

(3) Dapat membuat dua bunyi vokal bersamaan ( “baa”)

c) Usia 8 sampai 12 bulan

(1) Mengucapkan kata-kata pertama

(2) Menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek , orang ,

dan aktivitas

(3) Menirukan berbagai bunyi kata

(4) Dapat mengucapkan serangkaian suku kata

(5) Memahami arti larangan seperti “jangan”

(6) Berespon terhadap panggilan dan orang-orang yang

merupakan anggota keluarga dekat

(7) Menunjukkan inflesi kata-kata yang nyata

(8) Menggunakan tiga kosa kata

(9) Menggunakan kalimat satu kata

6) Perilaku sosialisasi

a) Usia 0 sampai 1 bulan

Bayi tersenyum tanpa membeda-bedakan

b) Usia 1 sampai 4 bulan

(1) Tersenyum pada wajah manusia


(2) Waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari pada waktu

terjaga

(3) Membentuk siklus tidur bangun

(4) Menangis menjadi sesuatu yang berbeda

(5) Membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal

(6) Senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya

(7) Diam saja jika ada orang asing

c) Usia 4 sampai 8 bulan

(1) Merasa terpaksa jika ada orang asing

(2) Mulai bermain dengan mainan

(3) Takut akan kehadiran orang asing

(4) Mudah frustasi

(5) Memukul-mukulkan lengan dan kaki jika sedang kesal

d) Usia 8 sampai 12 bulan

(1) Bermain permainan yang sederhana (cilukba)

(2) Menangis jika dimarahi

(3) Membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh

(4) Menunjukkan peningkatan ansietas terhadap perpisahan

(5) Lebih menyukai figur pemberi asuhan dari pada orang

dewasa lainnya

(6) Mengenali anggota keluarga


b. Aspek perkembangan pada toddler (1 sampai 3 tahun)

1) Perkembangan motorik kasar

a) Usia 15 bulan

(1) Berjalan sendiri dengan jarak kedua kaki lebar

(2) Merayapi tangga

(3) Dapat melempar objek

b) Usia 18 bulan

(1) Mulai bisa berlari dan jarang jatuh

(2) Menaiki dan menuruni tangga

(3) Menaiki perabot

(4) Bermain dengan mainan-mainan yang dapat ditarik

(5) Dapat mendorong perabot yang ringan ke sekeliling

ruangan

(6) Duduk snediri diatas bangku

c) Usia 24 bulan

(1) Berjalan dengan gaya berjalan yang stabil

(2) Berlari dengan sikap yang lebih terkontrol

(3) Berjalan naik dan turun tangga dengan menggunakan dua

kaki pada setiap langkah

(4) Melompat dengan kasar

(5) Membantu membuka baju sendiri

(6) Menendang bola tanpa kehilangan keseimbangan

d) Usia 30 bulan
(1) Dapat menyeimbangkan diri sendiri sementara dengan satu

kaki

(2) Menggunakan kedua kaki untuk melompat

(3) Melompat kebawah dari atas perabot

(4) Mengendarai sepeda roda tiga

2) Perkembangan motorik halus

a) Usia 15 bulan

(1) Membangun menara yang terdiri dari dua balok

(2) Membuka kotak

(3) Memasukkan jari ke lubang

(4) Menggunakan sendok tetapi menumpahkan isinya

(5) Membalik halaman buku

b) Usia 18 bulan

(1) Membangun menara yang terdiri dari tiga balok

(2) Mencoret-coret sembarangan

(3) Minum dari cangkir

c) Usia 24 bulan

(1) Minum dari cangkir yang dipegang dengan satu tangan

(2) Menggunakan sendok tanpa menumpahkkan isinya

(3) Membangun menara yang terdiri dari empat balok

(4) Mengosongkan isi botol

(5) Menggambar garis vertikal dan bentuk lingkaran

d) Usia 30 bulan

(1) Memegang krayon dengan jari


(2) Menggambar dengan asal

(3) Mampu membangun menara yang terdiri dari tiga balok

3) Perkembangan Bahasa

a) Usia 15 bulan

Mulai mengkombinasikan kata-kata ( mobil papa, mama

berdiri)

b) Usia 16 bulan

Menyebutkan nama sendiri

c) Usia 18 - 24 bulan

(1) Memahami kalimat sederhana

(2) Mengucapkan kalimat yang terdiri dari 2 kata / lebih

4) Perkembangan personal – sosial

a) Usia 12 – 18 bulan

(1) Menunjukkan apa yang diinginkan dengan menunjuk tanpa

menangis, merengek, anak bisa mengeluarkan atau menarik

tangan ibu

(2) Memeluk orang tua

(3) Memperlihatkan rasa cemburu

b) Usia 18 – 24 bulan

(1) Minum dari cangkir dari kedua tangan

(2) Belajar makan sendiri

(3) Meniru aktivitas dirumah

(4) Mampu mengontrol buang air besar

(5) Mencium orang tua


(6) Mulai berbagi mainan dan bekerja bersama-sama dengan

anak-anak lain

(7) Mencari pertolongan bila ada kesukaran

c. Pra Sekolah ( Usia 3 sampai 5 tahun)

1) Perkembangan motorik kasar

a) Usia 36 bulan

(1) Pakai dan ganti baju sendiri

(2) Berjalan mundur

(3) Naik turun tangga,berganti-ganti kaki

(4) Berdiri sesaat diatas satu kaki

b) Usia 4 tahun

(1) Melompat dengan satu kaki

(2) Memanjat dan melompat

(3) Melempar bola cukup baik

c) Usia 5 tahun

(1) Melompat melewati tali

(2) Berlari tanpa kesulitan

(3) Bermain lompat tali dengan cukup baik

(4) Main tangkap

2) Perkembangan motorik halus

a) Usia 36 bulan

(1) Memasang manik-manik besar

(2) Melukis tanda silang dan bulatan

(3) Membuka kancing depan dan samping


(4) Menyusun 10 balok tanpa jatuh

b) Usia 4 tahun

(1) Menggunakan gunting

(2) Menggunting gambar sederhana

(3) Menggambar bujur sangkar

c) Usia 5 tahun

(1) Memukul kepala paku dengan palu

(2) Mengikat tali sepatu

(3) Dapat menulis beberapa huruf alfabet

(4) Dapat menulis nama

3) Perkembangan sensoris

a) Usia 4 tahun

(1) Persepsi ruang sangat terbatas

(2) Dapat mengidentifikasi satu dua warna

b) Usia 5 tahun

(1) Sedikitnya dapat mengenali 4 warna

(2) Dapat membedakan objek berdasarkan beratnya

(3) Memerankan orang tua dan orang dewasa lainya

4) Perkembangan bahasa

a) Usia 2 tahun

(1) Menggunakan kalimat dengan dua dan tiga kata

(2) Menggunakan holofrasis

(3) Lebih dari setengah pembicaraannya dapat dimengerti


b) Usia 3 tahun

(1) Banyak bertanya

(2) Berbicara saat ada maupun tidak ada orang

(3) Menggunakan pembicaraan telegrafis ( tanpa kata

preposisi,kata sifat, kata keterangan , dll)

(4) Mengucapkan konsonan berikut ; d , b , t , k , dan y

(5) Menghilangkan w dari pembicaraannya

(6) Mempunyai peebendaharaan kata sebanyak 900 kata

(7) Memakai kalimat tiga kata ( subyek-kata kerja –objek )

(8) Menyatakan namanya sendiri

(9) Membuat kesalahan suara spesifik ( s , sh , ch , z , th , r ,

dan l ), menjamakkan kata-kata, mengulangi ungkapan dan

kata-kata dengan tanpa tujuan

c) Usia 4 tahun

(1) Perbendaharaan katanya berjumlah 1500 kata

(2) Menghitung sampai tiga

(3) Menceritakan cerita panjang

(4) Mengerti pertanyaan sederhana

(5) Mengerti dasar hubungan sebab-akibat dari perasaan

(6) Pembicaraannya egosentris

(7) Membuat kesalahan suara spesifik ( s , sh , ch , z , th , r ,

dan l )

(8) Memakai kalimat empat kata


d) Usia 5 tahun

(1) Perbendaharaan katanya sebanyak 2100 kata

(2) Memakai kalimat lima kata

(3) Mamakai kata depan dan kata penghubung

(4) Memakai kalimat lengkap

(5) Mengerti pertanyaan yang berkaitan dengan waktu dan

jumlah ( berapa banyak dan kapan )

(6) Tetap membuat kesalahan suara

(7) Belajar untuk berpartisipasi dalam percakapan sosial

(8) Dapat menyebut hari-hari dalam seminggu

5) Perkembangan sosialisasi

a) Usia 2 sampai 4 tahun

(1) Sikat gigi dengan bantuan

(2) Mencuci dan mengeringkan tangan

(3) Mulai membentuk hubungan sosial dan bermain bersama-

sama dengan anak lain

(4) Menggunakan bahasa untuk komunikasi dengan ditambah

penggunaan gerakan isyarat

(5) Menyebut nama teman

(6) Memakai t-shirt

b) Usia 5 tahun

(1) Berpakaian tanpa dibantu

(2) Bermain permainan kartu

(3) Sikat gigi tanpa bantuan


(4) Menyiapkan makanan sendiri

(5) Mengembangkan suatu rasa humor

(6) Ingin mandiri

(7) Bermain dengan beberapa anak dengan memulai nteraksi

sosial dan memainkan peran

(8) Bereaksi tenang dan tidak rewel bila ditinggal ibu

4. Kebutuhan anak balita

Setiap anak yang dilahirkan membawa sejumlah potensi. Potensi

tersebut akan dapat berkembang secara optimal apabila dikembangkan

sejak dini melalui pemenuhan kebutuhan kesehatan, gizi yang memadai,

layanan pengasuhan yang tepat.

Upaya pembinaan tumbuh kembang anak dirahkan untuk

meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan emosional dan sosial anak.

Upaya tersebut dilakukan sedini mungkin sejak di dalam kandungan

dengan perhatian khusus pada bayi dan anak balita yang merupakan masa

kritis dan masa emas bagi kelangsungan tumbuh kembang anak

(Kuntum,2015)

Secara umum kebutuhan anak balita terbagi pada 2 bagian yaitu :

a. Kebutuhan fisik seperti kebutuhan untuk hidup: fisiologis, makan,

minum, dan istirahat.

b. Kebutuhan psikologis yaitu rasa aman, nyaman, disayang, serta

diperhatikan, sehingga anak tumbuh percaya diri dan bangga akan

kemampuan dirinya.
c. Perlakuan yang salah.

d. Tindakan yang dapat dilakukan.

5. Gangguan yang sering ditemukan pada anak

Menurut Akmaldi (2018) terdapat beberapa gangguan yang sering

ditemukan pada anak dan perlu diketahui orang tua atau pengaush

sehingga dapat dilakukan tindakan penanganan dengan segera. Gangguan

yang sering ditemukan adalah sebagai berikut:

a. Gangguan Bicara dan Bahasa

Kemampuan berbicara merupakan indikator seluruh perkembangan

anak, karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan

atau kerusakan pada sistem lainnya. Hal ini akan melibatkan aspek

kognitif, motorik, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak.

Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan

berbahasa bahkan dampaknya akan menetap.

b. Cerebral Palsy

Merupakan suatu kelainan gerakan dari postur tubuh yang tidak

progresif, yang disebabkan suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel

motorik pada susunan syaraf pusat yang sedang tumbuh atau belum

selesai pertuimbuhannya.

c. Down Syndrom

Anak dengan Down Syndrom adalah individu yang tidak dapat

dikenaL dari fenotifnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas,

yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih.

Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa


faktor penting seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang

berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan

keterlambatan perkembangan motorik dan keterlambatan untuk

menolong diri sendiri.

d. Perawakan pendek

Atau disebut sebagai short stature merupakan suatu terminologi

mengenai tinggi badan yang berada dibawah persentil 3 atau -2SD

pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut.

Penyebabnya dapat karena variasi normal, gangguan gizi, kelainan

kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.

e. Autisme

Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang

gejalanya muncul sebelum anak usia 3 tahun. Pervasif berati meliputi

seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas

dan berat yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan

perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang

interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

f. Retardasi Mental

Merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan tingkat intelegensi

yang rendah (IQ <70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu

untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas

kemampuan yang dianggap normal .


g. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hyperaktivitas (GPPH)

GPPH disebut juga sebagai Attention Dificultty Hyperactivity Disorder

(ADHD).Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan

untuk memusatkan perhatian dan seringkali disertai dengan

hiperaktivitas.

B. Konsep Bronchopneumonia

1. Pengertian Bronchopneumonia

Bronchopneumonia merupakan suatu cadangan pada perenkim

paru yang meluas sampai bronkeoli atau dengan kata lain peradangan yang

terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui

saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus (Arufina,

2018).

Bronchopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru yang

dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab seperti virus, bakteri

jamur dan benda asing (Nuzul, 2017).

Bronchopneumonia adalah salah satu pneumonia yang mempunyai

pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di

dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya

(Fery, 2015).

Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa Bronchopneumonia

adalah peradangan yang terjadi pada jaringan paru sampai ke brokus yang

disebabkan oleh virus, bakteri jamur dan benda asing yang memiliki pola

penyebaran bercak dan teratur.


2. Anatomi Fisiologi

Menurut Riana (2011) anatomi dan fisilogi pada sistem pernafasan adalah

sebagai berikut :

a. Anatomi

Organ pernafasan berguna bagi transgportasi gas-gas dimana organ-

organ pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara

mengalir yaitu rongga hidung, faring, laring, trakhea, dan bagian paru-

paru yang berfungsi melakukan pertukaran gas-gas anatara udara dan

darah.

Gambar 2.1
Anatomi sistem pernafasan

1) Saluran nafas bagian atas terdiri dari :

a) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang sinus udara

paraanalis yang masuk kedalam rongga hidung dan juga

lubang-lubang naso lakrimal yang menyalurkan air mata

kedalam bagian bawah rongga nasalis kedalam hidung

b) Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar

teanggorokan sampai persambungannya dengan esophagus


pada ketinggian tulang rawan krikid maka letaknya di belakang

hidung (naso faring), dibelakang mulut (oro laring), dan

dibelakang faring (faring laringeal)

2) Saluran nafas bagian bawah terdiri dari :

a) Laring (Tenggorokan) terletak di depan bagian terendah faring

yang memisahkan dari kolumna vertebra, berjalan dari farine-

farine sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke

dalam trakhea di bawahnya.

b) Trachea (Batang tenggorokan) yang kurang lebih 9 cm

panjangnya trachea berjalan dari laring sampai kira-kira

ketinggian vertebra torakalis ke lima dan ditempat ini

bercabang menjadi dua bronchus (bronchi).

c) Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada

ketinggian kira-kira vertebralis torakalis ke lima, mempunyai

struktur serupa dengan trachea yang di lapisi oleh jenis sel yang

sama. Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris.

Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakan

lanjutan trachea dengansudut lebih lancip. Keanehan anatomis

ini mempunyai makna klinis yang penting. Tabung endotrachea

terletak sedemikian rupa sehingga terbentuk saluran udara

paten yang mudah masuk ke dalam cabang bronchus kanan.

Kalau udara setelah jalan, maka tidak dapat masuk dalam paru-

paru kiri sehingga paru-paru akan kolaps (atelektasis). Tetapi

arah bronchus kanan yang hampir vertical maka lebih mudah


memasukkan kateter untuk melakukan penghisapan yang dalam

juga benda asing yang terhirup lebih mudah tersangkut dalam

percabangan bronchus kanan karena arahnya vertical. Cabang

utama bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi

segmen lobus, kemudian menjadi segmen bronchus.

Percabangan ini terus menerus sampai cabang terkecil yang di

namakan bronchiolus terminalis yang merupakan cabang

saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveolus.

Bronchiolus terminal kurang lebih bergaris tengah 1mm.

Bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, akan

tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat

berubah, semua saluran udara di bawah bronchiolus terminalis

disebut saluran pengantar udara karena fungsi utamanya adalah

sebagai pengantar udara ketempat pertukaran gas paru-paru. Di

luar bronchiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan

unit fungsional paru-paru, tempat pertukaran gas. Asinus terdiri

dari dan bronchiolus respiratorius, yang kadang-kadang

memiliki kantung udara kecil atau alvedi yang berasal dinding

mereka. Duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh

alveolus dan sakus alveolus terminalis merupakan sifat struktur

akhir paru-paru.

d) Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang

terletak dalam rongga torak atau dada. Kedua paru-paru saling

terpisah oleh mediasinum central yang mengandung jantung


pembuluh-pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai

apeks dan basis. Alteria pulmonalis dan arteri bronchialis,

bronkus, syaraf dan pembuluh limfe masuk pada setiap paru-

paru kiri dan dibagi tiga lopus oleh visula interloris. Paru-paru

kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus

inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil

bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5

buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada

lobus inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5

buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus

medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap

segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang

bernama lobulus. Di dalam lobulus, bronkhiolus ini bercabang-

cabang banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus

alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang

diameternya antara 0,2 - 0,3mm. Letak rongga paru-paru

dirongga dada dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.

Pleura dibagi menjadi dua : 1.) Pleura Visceral (selaput dada

pembungkus) yaitu selaput paru-paru yang langsung

membungkus paru-paru; 2.) Pleura Parietal yaitu selaput yang

melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini

terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada

keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa udara)

sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga


terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk

meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan

antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan

bernafas (Riana,2011)

b. Fisiologi

Pernapasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan

karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernapasan melalui paru-

paru atau pernapasan ekterna, oksigen diambil lewat mulut dan hidung

pada waktu bernapas yang oksigen melalui trachea sampai alveoli

berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli

memisahkan oksigen dari darah oksigen menembus membran, diambil

oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan

ke seluruh tubuh. Empat proses berhubungan dengan pernapasan

pulmoner atau pernapasan eksterna :

1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara

dalam alveoli dengan udara luar.

2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk

keseluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-

paru.

3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan

jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian.

4) Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler

karbondioksida lebih mudah berdifusi daripada oksigen.


3. Etiologi

Secara umum Bronchopneumonia diakibatkan penurunan

mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang

normal dan sehat memiliki mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ

pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan

mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ dan

sekresi humoral setempat. Timbulnya Bronchopneumonia disebabkan oleh

bakteri virus dan jamur (Yoanita,2019).

Menurut Nuzul (2017) penyebab dari pneumonia adalah :

a. Pada bayi yang berumur kurang dari 1 minggu, pneumonia timbul

karena aspirasi cairan ketuban atau secret jalan lahir ibunya sewaktu

dilahirkan.

b. Pada bayi yang berumur 1 bulan - 1 tahun, pneumonia timbul karena

bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella,

Virus : Legionella Pneumoniae, Jamur : Aspergillus Spesies, Candida

Albicans, dan aspirasi makanan serta terjadi kobgesti paru yang lama

b. Pada anak berusia lebih dari 1 tahun yang gizinya baik biasanya

pneumonia timbul karena komplikasi infeksi saluran nafas akut.

4. Patofisiologi

Sebagian besar penyebab dari Bronchopneumonia ialah

mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk

melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran

pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini

menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh


menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi

peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama sekret semakin

menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit dan

pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus lama-

kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem

pertukaran gas di paru. Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini

juga dapat menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri

ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen

sehingga timbul masalah Gastrointestinal. Dalam keadaan sehat, pada paru

tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme. keadaan ini disebabkan

adanya mekanisme pertahanan paru. terdapatnya bakteri didalam paru

menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga

mikroorganisme dapat berkembang biak dan mengakibatkan timbulnya

infeksi penyakit. masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan

paru dapat melalui berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara,

aspirasi dari bahan- bahan yang ada dinasofaring dan orofaring serta

perluasan langsung dari tempat-tempat lain, penyebaran secara hematogen

(Yoanita,2019).
5. WOC

Jamur, virus, bakteri, benda asing

Masuk ke saluran pernapasan atas

Kuman berlebih Kuman terbawa dalam Infeksi saluran


didalam bronkus saluran cerna pernapasan bawah

Infeksi saluran pencernaan Edema antara kapiler


Proses
peradangan dan alveoli
Peningkatan flora normal
Iritan PMN
Akumulasi mukus dalam usus
di bronkus
Peningkatan peristaltik Eritrosit pecah
Mukus bronkus usus
meningkat Pergeseran dinding
Malabsorbsi paru
MK : Bersihan
Jalan Nafas Diare Penurunan compliance
Tidak Efektif paru
MK : Resiko
Ketidakseimbangan Suplai O2 menurun
Bau mulut tidak
Elektrolit
sedap
MK :
Anoreksia Hipertermi

Intake kurang Hiperventilasi Hipoksia

Dispnea Metabolik anaerob ↑


MK : Defisit
Nutrisi
Retraksi dinding dada
Akumulasi asam

Refleks menghisap Fatique


MK : Pola Nafas
lemah
Tidak Efektif
MK : Intoleransi
MK : Menyusui Aktivitas
Bagan 2.1
tidak efektif WOC (Web of Caution)
Sumber : Yoanita (2019)
6. Manifestasi Klinis

Menurut Juliet (2018), tanda dan gejala pada pasien yang menderita

Bronchopneumonia adalah sebagai berikut :

a. Menggigil.

b. Demam bisa mencapai 39-40⁰ dan bisa disertai kejang.

c. Gelisah.

d. Dispnea.

e. Pernapasan cepat dan dangkal.

f. Pernapasan cuping hidung, sianosis disekitar hidung dan mulut serta

bernafas dengan menggunakan otot bantu pernapasan.

g. Batuk produktif.

h. Kadang disertai muntah dan diare.

i. Badan terasa letih.

7. Komplikasi

Menurut Nuzul (2017) Komplikasi dari Bronchopneumonia adalah sebagai

berikut :

a. Obstruksi jalan nafas atau disebut juga dengan penyempitan jalan

nafas yang bisa disebabkan oleh sputum yang menumpuk.

b. Gagal nafas, jika sudah terjadi obstruksi jalan nafas maka pasien

tersebut gagal nafas dan bisa mengakibatkan kematian.

c. Empiema

d. Atelektasis merupakan pengembangan paru-paru yang tidak sempurna.


e. Emfisema merupakan suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah

dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga

pleura.

f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang otak.

8. Pemeriksaan penunjang

Menurut Yoanita (2019), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan

sebagai berikut :

a. pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi satu atau

beberapa lobus yang bebercak-bercak.

b. Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatan leukosit.

c. Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status kaardiopulmuner yang

berhubungan dengan oksigen.

d. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : untuk mengetahui

mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok diberikan.

9. Penatalaksanaan

Menurut Yoanita (2019), dalam kasus bronkopneuminia ini penatalaksaan

yang akan dilakukan terbagi dalam 2 kelompok yaitu :

a. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif pada

anak yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas

2) Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi

3) Memberikan kompres untuk menurunkan demam

4) Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan


5) Buka pakaian pasien yang sempit

6) Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADL

7) Monitor tanda-tanda vital

8) Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi

9) Penyuluhan kesehatan pada orang tua tentang perawatan anak

10) Menjaga lingkungan yang bersih, nyaman dan aman.

b. Penatalaksanaan Medis

Pemberian oksigen, pemberian antibiotik misalnya penisilin,

streptomisin, ampicillin, dan gentamicin. Pemberian antibiotik ini

berdasarkan usia, keadaan pasien, dan kuman penyebab serta

pemberian cairan intravena.


D. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

Menurut Yoanita (2019) identitas pasien meliputi:

1) Nama : untuk mengetahui nama pasien agar mempermudah dalam

komunikasi dan tidak keliru dalam memberikan penanganan

2) Umur : pneumonia biasanya terjadi pada bayi dan anak. Kasus

terbanyak terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun. Menurut

Juliet (2018), bayi dibawah 3 bulan memiliki kecepatan infeksi

lebih rendah, yang kemungkinan disebabkan oleh fungsi protektif

dari antibodi maternal. Kecepatan infeksi meningkat dari usia 3

sampai 6 bulan yang merupakan waktu antara hilangnya antibodi

maternal dan munculnya antibodi bayi sendiri. Kecepatan infeksi

meningkat selama todler dan usia pra sekolah. Pada saat anak

mencapai usia 5 tahun, infeksi pernapasan akibat bakteri

(Streptococcus β grup A) mengalami peningkatan. Jumlah jaringan

limfoid meningkat selama kanak-kanak pertengahan, dan pajanan

berulang terhadap organisme menyebabkan peningkatan imunitas

sejalan dengan bertambah besarnya anak.

3) Agama : untuk memberikan motivasi sesuai agama yang dianut

pasien.

4) Alamat : untuk mengetahui alamat pasien agar mempermudah

mencari alamat jika terjadi sesuatu.


5) Identitas orang tua : untuk mengetahui yang bertanggung jawab

atas pasien selama perawatan.

6) Pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Biasanya pasien akan merasakan batuk yang produktif disertai

demam yang tinggi, anak biasanya sangat gelisah, dispnea,

pernapasan cepat dan dangkal di sertai pernapasan cuping hidung

(Juliet,2018)

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya pasien akan demam, batuk, adanya peningkatan frekuensi

pernapasan, tidak mau makan, muntah, atau diare, adanya

mengginggil, sakit kepala, dispnea, nyeri dada, dan nyeri abdomen

(Juliet,2018)

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

1) Kehamilan

Penyakit infeksi yang pernah di derita ibu selama hamil, perawatan

ANC, imunisasi, TT

2) Persalinan dan melahirkan

Apakah usia kehamilan ibu cukup, lahir premature, bayi kembar,

penyakit persalinan, apgar score.

3) Kelahiran

Meliputi lamanya bayi mendapatkan ASI, pemberian ASI

eksklusif, usai anak saat mendapatkan MPASI


4) Penyakit, operasi atau cedera sebelumnya

Tanyakan pada orang tua pasien apakah pasien pernah cedera

sebelumnya, atau ibu pernah melakukan operasi atau tidak.

5) Alergi

Biasanya pasien memiliki riwayat alergi pada obat, makanan, bulu

binatang

6) Obat-obatan

Tanyakan pada orang tua pasien apakah menggunakan obat-obatan

dan jenis nya apa saja.

7) Imunisasi

Menurut Nuzul (2017), kelengkapan imunisasi pada pasien, yaitu

meliputi :

a) 0-7 hari : HB0

b) 1 bulan : BCG, Polio 1

c) 2 bulan : DPT-Hib 1, Polio 2

d) 3 bulan : DPT-Hib 2, Polio 3

e) 4 bulan : DPT-Hib 3, Polio 4, IPV

f) 9 bulan : Campak

g) 18 bulan : DPT-HB-Hib

h) 24 bulan : Campak

8) Pemeriksaan tingkat perkembangan

Menurut Nuzul (2017), tanda bayi sehat adalah bayi lahir langsung

menangis, tubuh bayi kemerahan, bayi bergerak aktif, bayi

menyusu pada payudara ibu dengan kuat, berat lahir 2.500 sampai
4.000 gram. Tanda anak sehat juga meliputi berat badan naik , anak

bertambah tinggi, kemampuan bertambah sesuai umur, jarang sakit

dan ceria aktif dan lincah.

Umur 1 bulan bayi bisa :

a) Menatap ke ibu

b) Mengeluarkan suara o..o..o

c) Tersenyum

d) Menggerakkan tangan dan kaki

Umur 3 bulan bisa :

a) Mengangkat kepala tegak ketika tengkurap

b) Tertawa

c) Menggerakkan kepala ke kiri dan kanan

d) Membalas senyum ketika diajak bicara/tersenyum

e) Mengoceh spontan

Umur 6 bulan bisa :

a) Berbalik dari telungkup ke telentang

b) Mempertahankan posisi kepala tetap tegak

c) Meraih benda yang ada di dekatnya

d) Menirukan bunyi

e) Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik

Umur 9 bulan bayi bisa :

a) Merambat

b) Mengucapkan ma..ma..da..da..

c) Meraih benda/mainan yang dijatuhkan


d) Bermain tepuk tangan atau ci-luk-ba

e) Makan kue sendiri

Umur 12 bulan bayi bisa :

a) Berdiri dan berjalan berpegangan

b) Memegang benda kecil

c) Meniru kata sederhana seperti mama, papa

d) Mengenal anggota keluarga

e) Takut pada orang yang belum kenal

f) Menunjukkan apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek

Umur 2 tahun anak bisa :

a) Naik tangan dan berlari

b) Mencoret-coret pensil pada kertas

c) Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya

d) Menyebutkan 3-6 kata yang mempunyai arti, seperti bola,

piring dan sebagainya.

e) Memegang cangkir sendiri

f) Belajar makan-minum sendiri

Umur 3 tahun anak bisa :

a) Mengayuh sepeda roda tiga

b) Berdiri diatas satu kaki tanpa berpegangan

c) Bicara dengan baik menggunakan 2 kata

d) Mengenal 2-4 warna

e) Menyebut nama, umur dan tempat

f) Menggambar garis lurus


g) Bermain dengan teman

h) Melepas pakaian sendiri

i) Mengenakan sepatus sendiri.

Umur 5 tahun anak bisa :

a) Melompat-lompat 1 kaki, menari dan berjalan lurus

b) Menggambar orang 3 bagian (kepala, badan dan kaki/tangan)

c) Menggambar tanda silang dan lingkaran

d) Menangkap bola kecil dengan kedua tangan

e) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata benar

f) Menyebutkan angka, menghitung jari

g) Bicaranya mudah dimengerti

h) Berpakaian sendiri tanpa dibantu

i) Mengancing baju dan pakaian boneka dan menggosok gigi

tanpa bantuan.

9) Kebiasaan

Tanyakan kepada orang tua kebiasaan anak sehari-hari

d. Pemeriksaan antropometri dan Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan pertumbuhan

TB/BB : Pertumbuhan fisik pada batita menurun namun

perkembangan fungsi-fungsi tubuh secara umum

terjadi dengan sangat pesat. Setiap tahun, berat badan

batita akan bertambah 2,26 kg sampai 4,53 kg dan

pertambahan tinggi badan sebesar kurang lebih 7,62

cm. Saat memasuki usia prasekolah, anak terlihat


lebih kurus dibandingkan saat ia berada pada masa

batita. Hal ini disebabkan karena adanya

pertambahan tinggi yang lebih cepat daripada

pertambahan berat badan. Umumnya berat badan

anak prasekolah bertambah 1,4 kg sampai 2,3 kg per

tahun dan tinggi badannya bertambah kira-kira 6,3

cm per tahun (Sylvia,2015).

Lingkar kepala : normal 33-35 cm

Lingkar dada : normal 30-38 cm

Lingkar lengan : usia 6-8 bulan (14,77 cm), usia 9-11 bulan (15,10

cm), usia 1 tahun (16 cm), usia 2 tahun (16,25

cm), usia 3 tahun (16,50 cm), usia 4 tahun (16,75

cm), usia 5 tahun (17,00 cm) (Merryana,2012).

2) Pemeriksaan TTV

P : biasanya nafas sesak (Normal : 30-40 x/menit)

N : biasanya nadi lemah dan cepat (Normal :120-160x/menit)

S : biasanya suhu meningkat (Normal : 36,6⁰C- 37,2⁰C)

3) Penampilan umum

Biasanya pasien tampak lemah dan menangis

4) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala : biasanya dalam keadaan normal. Biasanya bentuk

kepala normal, simetris, kulit kepala apakah bersih/tidak, lihat

warna rambut, bentuk rambut dan kebersihan kulit kepala

pasien
(1) Mata : biasanya dalam keadaan normal. Biasanya mata

simetris, konjungtiva tidak anemis jika pasien tidak

mengalami perdarahan, sclera tidak ikterik, pupil isokor.

(2) Hidung : biasanya nafas cuping hidung, sianosis

(3) Telinga : lihat secret, kebersihan, biasanya tidak ada

spesifik pada kasus

(4) Mulut dan tenggorokan : lihat kebersihan mulut dan lidah

b) Leher : biasanya dalam keadaan normal tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid.

c) Thoraks

(1) Paru-paru :

Inspeksi : dada biasanya tampak simetris, Perlu

diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan

cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non

produktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada saat

menarik nafas. Batasan takipnea pada anak 2 bulan – 12

bulan adalah 50 kali/menit atau lebih, sementara untuk

anak berusia 12 bulan – 5 tahunadalah 40 kali/menit atau

lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke

dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan

dinding dada ke dalam akan tampak jelas.

Palpasi : Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian

yang terdapat cairan atau secret, getaran hanya teraba pada

sisi yang tidak terdapat secret.


Perkusi : Normalnya perkusi ppada paru adalah sonor,

namun untuk kasus Bronchopneumonia biasanya saat

diperkusi terdengar bunyi redup.

Auskultasi : Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan

cara mendekatkan telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada

anak pneumonia akan terdengar stridor, ronkhi atau

wheezing. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar

suara nafas akan berkurang, ronkhi halus pada posisi yang

sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi.

(2) Kardiovaskuler : biasanya dalam keadaan normal, bunyi

jantung normal pada bayi adalah 100-160 x/menit

d) Abdomen : biasnya bising usus meningkat, distensi abdomen ,

dan nyeri biasanya tidak ada.

e) Genetalia : biasanya tidak ada gangguan

f) Ekstremitas : biasanya mengalami kelemahan, penurunan

aktivitas

g) Neurologi : biasanya terdapat kelemahan otot, tanda reflek

spesifik tidak ada.

h) Kulit : biasanya tampak pucat, sianosis, turgor kulit jelek


2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), diagnosa

keperawatan yang muncul pada pasien dengan Bronchopneumonia

adalah :

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

dibuktikan dengan dyspnea, penggunaan otot bantu pernafasan, pola

nafas abnormal

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang

tertahan dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum berlebih,

wheezing, gelisah

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan

makanan dibuktikan dengan otot menelan lemah, bising usus

hiperaktif, anoreksia

d. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan refleks

menghisap bayi dibuktikan dengan bayi tidak mampu melekat pada

payudara ibu, bayi menghisap tidak terus menerus, bayu menangis saat

disusui

e. Hipertemi berhubungan dengan proses penyakit, dehidrasi dibuktikan

dengan suhu tubuh diatas normal, kulit merah, kulit terasa hangat

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen dibuktikan dengan dyspnea saat/setelah

aktivitas, frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat,

sianosis, lemah
g. Resiko ketidakseimbangan elektrolit pada faktor resiko

ketidakseimbangan cairan (misalnya : dehidrasi), diare dan muntah


3. Intervensi Keperawatan

Tabel 2. 1
Intervensi Keperawatan

No DiagnosaKeperawatan Luaran/Kriteria Hasil Intervensi


1. Pola nafas tidak efektif Pola Napas Manajemen Jalan Nafas
berhubungan dengan Defenisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang Defenisi : Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan
hambatan upaya nafas memberikan ventilasi adekuat jalan napas
dibuktikan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Dengan aktivitas :
dyspnea, penggunaan 1x24 jam diharapkan pola napas membaik Observasi :
otot bantu pernafasan, dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
pola nafas abnormal 1. Frekuensi pernafasan (5) napas)
2. Kedalaman napas (5) 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.gurgling,
3. Penggunaan otot bantu nafas (5) wheezing,mengi, ronkhi kering)
4. Dispnea (5) 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik :
1. Posisikan pasien semi fowler atau fowler
2. Berikan minum hangat
3. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Pemantauan Respirasi
Defenisi : Mengunpulkan dan menganalisis data
untuk memastikan kepatenan jalan napas dan
keefektifan pertukaran gas
Dengan aktivitas :
Observasi :
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
napas
2. Monitor pola napas
Terapeutik :
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2. Bersihan jalan nafas Bersihan jalan napas Latihan Batuk Efektif
tidak efektif Defenisi : Kemampuan membersihkan Defenisi : Melatih pasien yang tidak memiliki
berhubungan dengan sekret atau obstruksi jalan napas untuk kemampuan batuk secara efektif untuk
sekresi yang tertahan mempertahankan jalan napas tetap paten membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus dari
dibuktikan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan sekret atau benda asing di jalan napas
batuk tidak efektif, 1x24 jam diharapkan status pernafasan an aktivitas :
sputum berlebih, meningkat dengan kriteria hasil : Observasi :
wheezing, gelisah 1. Frekuensi pernafasan (5) 1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Batuk efektif (5) 2. Monitor adanya retensi sputum
3. Mekonium (5) 3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
4. Produksi sputum (5) Terapeutik :
5. Dispnea (5) 1. Atur posisi semi fowler atau fowler
2. Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien
3. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi :
1. Ajurkan tarik napas dalam melalui hidung selama
4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dan mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
2. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3
kali
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Manajemen Jalan Napas
Defenisi : Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan
jalan napas
Dengan aktivitas :
Observasi :
1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.gurgling,
wheezing,mengi, ronkhi kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik :
1. Posisikan pasien semi fowler atau fowler
2. Berikan minum hangat
3. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
3. Defisit nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi
berhubungan dengan Defenisi : keadekuatan asupan ntrisi untuk Defenisi : Mengidentifikasi dan mengelola asupan
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan metabolisme nutrisi yang seimbang
menelan makanan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Dengan aktivitas :
dibuktikan dengan otot 1x24 jam, diharapkan status nutrisi Observasi :
menelan lemah, bising membaik dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi alergi dan intolerasi makanan
usus hiperaktif, 1. Porsi makan yang dihbiskan 2. Identifikasi makanan yang disukai
anoreksia meningkat (5) 3. Monitor asupan makanan
2. Berat badan membaik (5) Terapeutik :
3. Nafsu makan membaik (5) 1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
4. Bising usus membaik (5) sesuai
5. Membran mukosa membaik (5) 2. Berikan suplemen makanan
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
Promosi Berat Badan
Defenisi : meningkatkan perbaikan perubahan
persepsi terhadapfisik pasien

Dengan aktivitas :
Observasi :
1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasakan tahap
perkembangan
2. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh
yang berubah
Terapeutik :
1. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
2. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap
harga diri
Edukasi :
1. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan
perubahan citra tubuh
2. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap
citra tubuh

Sumber : Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2016) dan Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2016).
4. Implementasi Keperawatan

Menurut Budiono (2016), Implementasi adalah realisasi rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan dengan

tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.Implementasi

juga meliputi pencatatan perawatan pasien dalam dokumen yang telah

disepakati.Dokumen ini dapat digunakan sebagai alat bukti apabila

ternyata timbul masalah hukum terkait dengan pelayanan kesehatan yang

dilakukan oleh rumah sakit.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan proses terakhir keperawatan yang menemukan

tingkat keberhasilan keperawatan tercapai sejauh mana tujuan dari rencana

keperawatan tercapai atau tidak (Budiono, 2016).

Evaluasi dilaksanakan untuk melihat keberhasilan suatu tindakan

dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai kemajuan dan

keberhasilan dari asuhan keperawatan yang merupakan acuan untuk

perencanaan selanjutnya (Budiono, 2016).

Anda mungkin juga menyukai