Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PRILAKU HIDUP SEHAT dan BERSIH (PHBS)

Disusun Oleh :

SITI ZAHARNI
NIM 1914901783

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS


BUKITTINGGI
2020
PRILAKU HIDUP SEHAT dan BERSIH

A. Defenisi PHBS

Adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah risiko

terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam

Gerakan Kesehatan Masyarakat.

a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota

keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan

aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.

b. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi

bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur

komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana

(Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian

masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan

masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan

menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.


B. Tujuan PHBS

PHBS/Promosi Higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular

yang lain melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Dan dapat

melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS

C. Sasaran PHBS

a. Tatanan Rumah Tangga

Merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan

mampu mempraktikkan hidup bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam gerakan

kesehatan di masyarakat.

Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan dan

terbagi dalam :

a) Sasaran primer

Adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah perilakunya atau

anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga yang bermasalah.

b). Sasaran sekunder

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang bermasalah

misalnya, kepala keluarga, ibu, orang tua, tokoh keluarga, kader tokoh agama, tokoh

masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait, PKK

c). Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam atau

mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan

PHBS misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, guru, tokoh

masyarakat dll.
Sepuluh indikator PHBS di tatanan rumah tangga:

a.Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.

Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menurunkan resiko gangguan pasca

persalinan dan mencegah infeksi neonatus.

b.Memberi ASI Esklusif

Asi ekslusif secara nyata mampu menekan angka kematian balita, memberikan Asi

ekslusif tidak hanya memberikan manfaat bagi bayi namun bermanfaat juga bagi ibu. Ibu

yang menyusui 20 persen terhindar dari resiko terkena kanker payudara dan kanker

rahim.

c. Menimbang balita setiap bulan.

Jika keluarga memiliki balita wajib membawanya ke pos yandu untuk dilakukan

penimbangan. Menimbang berat badan merupakan parameter untuk menentukan status

gizi balita, dengan melakukan penimbangan setiap bulan dapat diketahui pertumbuhan

dan perkembangan balita serta dapat diketahui lebih awal jika terdapat indikasi

kekurangan gizi.

d.Menggunakan air bersih

Berbagai penyakit dapat diakibatkan oleh penggunaan air yang tidak bersih. Jika kondisi

air yang digunakan tidak jernih, keruh atau berbau sebaiknya air yang digunakan diolah

terlebih dahulu agar menjadi air bersih dengan menggunakan saringan sederhana.

e.Mencuci tangan dengan air dan sabun. 

Membiasakan untuk mencuci tangan setelah melakukan pekerjaan dan ketika akan

mengerjakan suatu pekerjaan hal ini secara nyata telah mencegah perpindahan kuman dan
penyebaran penyakit yang disebabkan oleh berbagai bakteri penyebab infeksi antara lain

hepatitis B, HIV/AIDS.

f. Menggunakan jamban sehat.

Kotoran manusia merupakan sumber penyebaran penyakit yang sangat kompleks

antara lain tipus, disentri, kolera, berbagai macam penyakit cacing, schisosomiasis

dan sebagainya. Secara langsung kotoran ini dapat mengkontaminasi makanan,

minuman, sumber air, tanah dan sebagainya.

g. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.

Mencuci dan membersihkan bak mandi dan tempat-tempat penyimpanan air minimal

seminggu sekali dan mengubur kaleng-kaleng bekas tindakan ini merupakan cara

memberantas jentik-jentik nyamuk demam berdarah. Karena nyamuk demam

berdarah bertelur di tempat genangan/penampungan air jernih bukan air got atau

sejenisnya.

h. Makan buah dan sayur setiap hari.

Sayur dan buah merupakan sumber gizi yang lengkap dan sehat serta mudah

didapatkan. Dengan mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari kebutuhan gizi dapat

terpenuhi.

i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari.Aktifitas fisik, gerak badan atau melakukan

pekerjaan di rumah akan meningkatkan kekuatan otot dan menyehatkan badan.

j. Tidak merokok didalam rumah.

Rokok berbahaya tidak saja bagi perokok tetapi juga terhadap orang–orang

disekelilingnya, untuk itu hindarilah untuk merokok di dalam rumah. 


D. Tatanan Tempat Umum

Tempat-tempat umum merupakan sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau

swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan masyarakat, seperti sarana

pariwisata, transportasi umum, sarana ibadah, sarana olahraga, sarana, perdagangan, dsb.

Disini kita berupaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola

tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta

berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS. Melalui

penerapan PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada di tempat-

tempat umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan penyakit.

a. Sasaran primer

Adalah sasaran utama di tempat umum yang akan dirubah perilakunya yaitu pengurus

maupun pengunjung yang bermasalah dalam berprilaku hidup bersih dan sehat

b. Sasaran sekunder

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu/ kelompok di tempat umum yang

bermasalah yaitu prilaku masyarakat di sekitar tempat umum

c. Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam menunjang atau

mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS

di tempat umum misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Dinas

kebersihan, guru, tokoh masyarakat.

PHBS ditempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat

pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk

mempraktekkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum sehat.
Tempat-tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau

swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana

pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana perdagangan dan olahraga, rekreasi dan

sarana sosial lainnya.

a). PHBS di Pasar

Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban,

Tidak merokok di pasar, Tidak meludah Sembarangan, Memberantas Jentik nyamuk

b). PHBS di tempat Ibadah 

Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban,

Tidak merokok di tempat ibadah, tidak meludah sembarangan, memberantas jentik

nyamuk.

c). PHBS di Rumah Makan

Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban,

Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Tidak merokok di rumah makan,

Menutup makanan dan minuman, tidak meludah sembarangan, memberantas jentik

nyamuk.

d). PHBS di Angkutan Umum(Bus, Angkot, Kereta, Pesawat, Kapal Laut dll)

Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, menggunakan

jamban, tidak merokok di angkutan umum, tidak meludah sembarangan

E. Strategi Kegiatan PHBS

Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak hanya menyangkut

dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu

hal-hal yang mendukung perilaku, maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan dapat
melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam

menciptakanperilakubaru.Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga

strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu :

a. Gerakan Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan

berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran

agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge),

dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan

perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah

individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah akan

berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi

ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung,

tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses

pengorganisasian masyarakat (community organisation) atau pembangunan masyarakat

(community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam

suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang

kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah

atau dari dermawan).Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan

PHBS dengan program kesehatan yang didukungnya.Hal-hal yang akan diberikan kepada

masyarakat oleh program kesehatan sebagaibantuan,hendaknya disampaikan pada fase

ini,bukan sebelumnya.Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan

masyarakat.
b. Binasuasana

Binasuasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu

anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan

terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimana pun ia berada

(keluarga di rumah, orangorang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis

agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung

perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan

masyarakat,khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase

mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu

a. Pendekatan Individu

b. Pendekatan Kelompok

c. Pendekatan Masyarakat Umum

C. Advokasi

Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan

komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang

terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu

kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-

tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain-lain yang

umumnya dapat berperan sebagai penentu ”kebijakan” (tidak tertulis) dibidangnya dan

atau sebagai penyandang dana non pemerintah.

Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang

diperoleh dalam waktu singkat.

Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu


a. mengetahui atau menyadari adanya masalah.

b. tertarik untuk ikut mengatasi masalah.

c. peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai

alternative pemecahan masalah.

d. sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif

pemecahan masalah.

e. memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat.

Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu :

a. Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi

b. Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah

c. Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah

d. Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based

e. Dikemas secara menarik dan jelas

f. Sesuai dengan waktu yang tersedia.

Tahap Pengkajian

Tujuan pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis dan merumuskan masalah

perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan pengkajian meliputi pengkajian PHBS secara

kuantitatif, pengkajian PHBS secara kualitatif dan pengkajian sumber daya (dana, sarana dan

tenaga).

a. Pengkajian masalah PHBS secara kuantitatif

1). Pengumpulan Data Sekunder


Kegiatan ini meliputi data perilaku dan bukan perilaku yang berkaitan dengan 5 program

prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan lingkungan, gaya hidup, dan JPKM dan data lainnya

sesuai dengan kebutuhan daerah. Data tersebut dapat dipefoleh dari Puskesmas, Rumah

Sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Data yang diperoleh dianalisis secara

deskriptif sebagai informasi pendukung untuk memperkuat permasalahan PHBS yang

ditemukan di lapangan. Selanjutnya dibuat simpulan hasil analisis data sekunder tersebut.

Hasil yang diharapkan pada tahap pengkajian ini adalah :

a). Teridentifikasinya masalah perilaku kesehatan di wilayah tertentu

b). Dikembangkannya pemetaan PHBS pertatanan

c).Teridentifikasinya masalah lain yang berkaitan (masalah kesehatan, faktor penyebab

perilaku, masalah pelaksanaan dan sumber daya penyuluhan, masalah kebijakan,

administrasi, organisasi.

2). Cara Pengambilan Sampel PHBS Tatanan Rumah Tangga

Dalam melaksanakan pengumpulan data perilaku sehat di tatanan rumah tangga secara

keseluruhan terlalu berat untuk dilaksanakan, hal ini disebabkan karena keterbatasan

dana, waktu dan sumber daya yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diambil

sampel yang dapat mewakili populasi.

Metoda Pengambilan sampel perilaku sehat di tatanan rumah tangga adalah dengan rapid

survai atau survai cepat (terlampir).

Sedangkan untuk tatanan lainnya dapat dilakukan keseluruh populasi.

Berikut ini cara pengambilan sampel tatanan rumah tangga di tingkat kabupaten/kota.

Untuk mengukur masalah PHBS di tatanan rumah tangga, maka jumlah sampel harus

mencukupi. Perhitungan sampel sederhana yang direkomendasikan WHO yaitu :


30 x 7 = 210 rumah tangga (30 kluster dan 7 rumah tangga per kluster).
 Di tingkat kabupaten/kota kluster dapat disetarakan dengan kelurahan atau desa. Ada 2

tahapan kluster yang digunakan untuk tatanan rumah tangga, tahap pertama dapat dipilih

sejumlah kluster (kelurahan / desa), tahap kedua ditentukan rumah tangganya.

Langkah-langkah cara pengambilan sampel tatanan rumah tangga

Langkah 1   :  List kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten

Langkah 2   :  Tulis jumlah desa yang berada pada masing – masing kecamatan

Langkah 3   :  Beri nomor urut desa mulai no 1 sampai terakhir

Langkah 4   :  Hitung interval desa dengan cara total desa / 30 = X

Langkah 5   :  Tentukan nomor Muster pertama desa. Dengan mengundi nomor unit desa.

selanjutnya desa kedua dapat ditentukan dengan menambahkan interval. Demikian

seterusnya hingga diperoleh 30 kluster.

Langkah 6   :  Dan desa yang terpilih diambil secara acak 7 rumah tangga.

3). Analisis dan Pemetaan PHBS

Berdasarkan hasil pendataan, data tersebut diolah dan dianalisis dengan cara manual atau

dengan menggunakan program EPI INFO. Selanjutnya dapat dibuat pemetaan nilai IPKS

(Indeks Potensi Keluarga Sehat) dan nilai PHBS sehat I, sehat II. sehat III dan sehat IV.

Berdasarkan hasil pemetaan, diharapkan semua masalah PHBS dapat diintervensi dengan

tepat dan terarah.

Pemetaan ini berguna sebagai potret untuk mengetahui permasalahan yang ada di

masyarakat dan memotivasi pengelola program untuk meningkatkan klasifikasi PHBS.

Diharapkan masyarakat yang bersangkutan, lintas sektor. LSM peduli kesehatan, swasta

khususnya Pemda kabupaten / kota dan TP PKK mempunyai komitmen untuk

mendukung PHBS.
Berdasarkan kajian perilaku dan pemetaan wilayah, maka dihasilkan Pemetaan PHBS,

ditentukan prioritas masalah perilaku kesehatan, dan ditentukan alternatif intervensi

penyuluhan.

4). Menentukan Prioritas Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang ada kemudian dilakukan analisis yang akan menjadi

dasar pembuatan rencana intervensi. Caranya dengan memberikan jawaban terhadap

pertanyaan-pertanyaan dibawah ini :

a). Dari masalah yang ada mana yang dapat dipecahkan dengan mudah?

b). Mengapa terjadi demikian ?

c). Bagaimana penanggulangannya ?

d). Apa rencana tindakannya ?

e). Berapa sumber dana yang tersedia ?

f). Siapa yang mengerjakan ?

g). Berapa lama mengerjakannya ?

h). Bagaimanakah jadwal kegiatan pelaksanaannya ?

Selanjutnya dilakukan strategi komunikasi PHBS, yang meliputi antara lain pesan dan

media yang akan dikembangkan, metode apa saja yang digunakan. pelatihan yang perlu

dilaksanakan dan menginventarisasi sektor mana saja yang dapat mendukung PHBS.

Tahap Perencanaan

Penyusunan rencana kegiatan PHBS gunanya untuk menentukan tujuan, dan strategi

komunikasi PHBS. Adapun langkah-langkah perencanaan sebagai berikut:

a.       Menentukan Tujuan


Berdasarkan kegiatan pengkaj ian PHBS dapat ditentukan klasifikasi PHBS wilayah maupun

klasifikasi PHBS tatanan, maka dapat ditentukan masalah perilaku kesehatan masyarakat

di tiap tatanan dan wilayah. Selanjutnya berdasarkan masalah perilaku kesehatan dan

hasil pengkajian sumber daya PKM ditentukan tujuan yang akan dicapai untuk mengatasi

masalah PHBS yang ditemukan.

Contoh hasil pengkajian PHBS secara kuantitatif ditemukan masalah merokok pada tatanan

rumah tangga, maka ditentukan tujuannya.

Tujuan Umum       :   Menurunkan prosentase keluarga yang tidak merokok selama satu

tahun.

Tujuan Khusus      :   Menunuikan prosentase tatanan rumah tangga yang merokok. dari 40%

menjadi 20%.

b.      Menentukan jenis kegiatan intervensi

Setelah ditentukan tujuan, selanjutnya ditentukan jenis kegiatan Intervensi yang akan

dilakukan. Caranya adalah dengan mengembangkan berbagai alternatif intervensi,

kemudian dipilih intervensi mana yang bisa dilakukan dengan dikaitkan pada

ketersediaan sumber daya.

Penentuan kegiatan intervensi terpilih didasarkan pada :

1) Prioritas masalah PHBS, yaitu dengan memilih topik penyuluhan yang sesuai dengan

urutan masalah PHBS.


2) Wilayah garapan, yaitu mengutamakan wilayah yang mempunyai PHBS hasil kajian

rendah.

3) Penentuan tatanan yang akan diintervensi, yaitu menentukan tatanan yang akan digarap,

baik secara menyeluruh atau sebatas pada tatanan tertentu. Kemudian secara bertahap

dikembangkan ke tatanan lain

4)   Penentuan satu jenis sasaran untuk tiap tatanan, yaitu mengembangkan PHBS pada tiap

tatanan, tetapi hanya satu jenis sasaran untuk tiap tatanan. Misalnya, satu unit tatanan

sekolah. satu unit pasar untuk tatanan tempat umum, satu unit industri rumah tangga

untuk tatanan tempat kerja. Rumusan rencana kegiatan intervensi terpilih pada intinya

menipakan operasionalisasi strategi PHBS, yaitu :

a) Advokasi, kegiatan pendekatan pada para tokoh / pimpinan Wilayah.

b) Bina suasana, kegiatan mempersiapkan kerjasama lintas program lima sektor,

organisasi kemasyarakatan, LSM, dunia usaha, swasta, dll.

c)  Gerakan masyarakat, kegiatan mempersiapkan dan menggerakkan sumber daya, mulai

mempersiapkan petugas, pengadaan media dan sarana.

Kegiatan ini secara komprehensif harus ada dalam perencanaan, Namur untuk

menentukan kegiatan apa yang lebih besar daya ungkitnya ditentukan dari hasil

pengkajian.

Contoh, dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa masih banyak keluarga yang

membuang sampah sembarangan. Setelah dilakukan analisis data kualitatif melalui FGD

ternyata penyebabnya adalah tidak adanya tempat sampah. Pada situasi ini kegiatan yang

bernuansa bina suasana akan lebih banyak porsinya dibanding dengan kegiatan lainnya.
Contoh lain, dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa masih banyak keluarga yang

tidak memeriksakan kehamilannya. Setelah dilakukan analisis kualitatif, diperoleh

kesimpulan bahwa mereka tidak mengerti manfaat pemeriksaan kehamilan. Kondisi

seperti ini kegiatan gerakan masyarakat akan lebih banyak dilakukan dibanding kegiatan

lainnya.

Serangkaian alternatif lain yang dapat dikembangkan berdasarkan hasil pengkajian PHBS

adalah :

1) Rancangan intervensi penyuluhan massa dan kelompok

Penyuluhan massa dilakukan dengan topik umum, yaitu PHBS yang secara

keseluruhan merupakan masalah di wilayah kerja tersebut.

Penyuluhan kelompok dilakukan untuk mengatasi masalah PHBS yang lokal sifatnya

2)   Rancangan intenvensi penyuluhan terpadu lintas program/sektor

Pemetaan wilayah menghasilkan rumusan masalah PHBS antar wilayah, sehingga

bisa dirancang “Paket Penyuluhan Terpadu” di wilayah tersebut. Misal: di desa A

terdapat 3 masalah utama, yaitu JPKM, Air bersih dan KIA/KB, maka dapat

dilakukan penyuluhan terpadu yang berisi 3 hal tersebut.

Disini petugas kesehatan berfungsi sebagai penggerak lintas program dan lintas

sektor, untuk selanjutnya bersama-sama melaksanakan penyuluhan diwilayah

tersebut.

Anda mungkin juga menyukai