Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


II.1.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat8
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. PHBS adalah upaya
memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi
dan melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku, melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support) dan
gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara
hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatan masyarakat.

II.1.2 Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat8


a. Tujuan Umum
Meningkatnya PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan institusi
pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan
fasilitas kesehatan.
b. Tujuan Khusus
 Meningkatkan komitmen dan aliansi strategis pemangku
kepentingan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kota,
kecamatan, desa dan kelurahan untuk pembinaan PHBS.
 Meningkatkan aliansi dan kemitraan dengan swasta/ dunia
usaha.
 Meningkatkan peran serta organisasi masyarakat/ kelompok
potensial.
 Mengembangkan kebijakan pembinaan PHBS di tatanan rumah

5
tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan
fasilitas kesehatan di semua tingkat administrasi pemerintahan.
 Memperkuat gerakan dan peran serta masyarakat melalui PHBS
di tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja,
tempat umum dan fasilitas kesehatan.
 Memanfaatkan akses informasi dan edukasi kepada masyarakat
di tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja,
tempat umum dan fasilitas kesehatan.
 Meningkatkan kapasitas pengelola pembinaan PHBS di tatanan
rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum
dan fasilitas kesehatan.

II.1.3 Manfaat PHBS8


a. Manfaat PHBS bagi rumah tangga:
• Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah
sakit.
• Anak tumbuh sehat dancerdas.
• Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan
meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya
investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan
modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.
b. Manfaat PHBS bagi masyarakat:
• Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat.
• Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-
masalah kesehatan.
• Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
• Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan
Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, jaminan
pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), arisan
jamban, kelompok pemakai air, ambulans desa danlain-lain.

6
II.1.4 Sasaran PHBS di RumahTangga8
Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga
yaitu:
1. Pasangan usia subur
2. Ibu hamil dan ibu menyusui
3. Anak dan remaja
4. Usia lanjut
5. Pengasuh anak

II.1.5 Strategi PHBS8


Strategi PHBS adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan PHBS. Kebijakan nasional promosi kesehatan telah
menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu:
1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-
menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran,
serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari
tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga
serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari
mau kemampu melaksanakan boleh jadi akan terkendala oleh
dimensi ekonomi.
2. Bina Suasana (SocialSupport)
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan
perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau
melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada
(keluargadirumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya,
kelompok arisan, majelis agama, dan bahkan masyarakat umum)
menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu,

7
untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya
dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase
mau, perlu dilakukan bina suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam
bina suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan
pendekatan masyarakat umum.
3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy)
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana
untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang
terkait (stake holders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa
tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu
kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga
dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama,
tokoh pengusaha, dan yang lain yang umumnya dapat berperan
sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) di bidangnya dan atau
sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa
komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang
diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran advokasi
umumnya berlangsung tahapan- tahapan yaitu: a)mengetahui atau
menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi
masalah, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, d)
sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu
alternatif pemecahan masalah, dan e) memutuskan tindak lanjut
kesepakatan.

II.1.6 Peran Pemangku Kepentingan8


Pembinaan PHBS merupakan kerja bersama yang melibatkan
Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Agama, Kementerian Perindustrian, Kementerian
Perdagangan, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Kementerian
Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Lingkungan
Hidup, Kementerian Perumahan Rakyat, Kementerian Tenaga Kerja dan

8
Transportasi, Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah, organisasi
kemasyarakatan, tokoh masyarakat, swasta, dunia usaha dan lain-lain.
Kerjasama dikoordinasikan dalam bentuk Kelompok Kerja Operasional
(Pokjanal) dan Forum yang diintegrasikan dengan Pokjanal dan Forum-
forum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

II.1.7 Dana Operasional Pembinaan PHBS8


Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Kementerian Dalam
Negeri dan Kementerian terkait menetapkan kebijakan yang mendukung
operasionalisasi pembinaan PHBS dengan mengalokasikan Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) peningkatan kinerja Puskesmas dan
jaringannya untuk pembinaan PHBS.

II.1.8 Indikator PHBS8


Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mewujudkan
rumah tangga sehat. Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang
memenuhi 7 indikator PHBS sebagai berikut:
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Memberi ASI ekslusif
c. Menimbang balita setiap bulan
d. Menggunakan air bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
h. Makan buah dan sayur setiap hari
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
j. Tidak merokok di dalam rumah

II.2. Rokok
II.2.1 Definisi Rokok9
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan
dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya
atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan

9
tambahan. Merokok merupakan kebiasaan yang dapat memberikan
kenikmatan bagi siperokok, namun disisi lain dapat menimbulkan dampak
buruk baik bagi perokok sendiri maupun orang disekitarnya.

II.2.2 Klasifikasi Perokok9


a. Perokok aktif
Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin
dengan sekecil apapun walaupun itu cuma 1 batang dalam sehari.
Atau orang yang menghisap rokok walau tidak rutinsekalipun atau
hanya sekedar coba-coba dan cara menghisap rokok cuma sekedar
menghembuskan asap walau tidak diisap masuk ke dalam paru-
paru.
b. Perokok pasif
Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup
asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan
tertutup dengan orang yang sedang merokok.

10
Sumber : Departemen Kesehatan
Gambar 1. Bahaya Merokok

II.2.3 Kandungan Rokok9


Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok
yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya,
di antaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon
Monoksida (CO). Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak
jantung dan aliran darah, tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru

11
dan kanker, dan CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah
membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati.
Rumah adalah tempat berlindung, termasuk dari asap rokok.
Perokok pasif harus berani menyuarakan haknya untuk tidak
menghirup asap rokok.

II.2.4 Cara Berhenti Merokok9


Ada 3 cara untuk berhenti merokok. Hal yang paling utama adalah
niat dan tekad yang bulat untuk melaksanakan cara tersebut:
a. Seketika
Cara ini merupakan upaya yang paling berhasil. Bagi perokok berat,
mungkin perlu bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek
ketagihan karena rokok mengandung zat Adiktif.
b. Menunda
Perokok dapat menunda mengisap rokok pertama 2 jam setiap hari
sebelumnya dan selama 7 hari berturut-turut. Sebagai contoh:
Seorang Perokok biasanya merokok setiap hari pada pukul 07.00
pagi, makapada:
Hari 1 : pukul 09.00 Hari 5: pukul 17.00
Hari 2 : pukul 11.00 Hari 6: pukul 19.00
Hari 3 : pukul 13.00 Hari 7: pukul 21.00
Hari 4 : pukul 15.00
c. Mengurangi
Jumlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi secara berangsur-
angsur dengan jumlah yang sama sampai 0 batang pada hari ke 7
atau yang ditetapkan. Misalkan dalam sehari-hari seorang perokok
menghabiskan 28 batang rokok maka perokok tersebut dapat
merencanakan pengurangan jumlah rokok selama 7 hari dengan
jumlah pengurangan sebanyak 4 batang perhari. Sebagai contoh:
Hari 1 : 24 batang Hari 5 : 8 batang
Hari 2 : 20 batang Hari 6 : 4 batang
Hari 3 : 16 batang Hari 7 : 0 batang

12
Hari 4 : 12 batang

II.2.5 Faktor Penyebab Merokok10


Dalam penelitian yang dilakukan disini ada 3 faktor penyebab
perilaku merokok saat remaja yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif
orang tua terhadap perilaku merokok remaja, dan pengaruh teman sebaya.
Perilaku merokok tidak semata-mata merupakan proses imitasi dan
penguatan positif dari keluarga maupun lingkungan teman sebaya tetapi juga
adanya pertimbanganpertimbangan atas konsekuensikonsekuensi perilaku
merokok. Dalam kaitan ini, seperti yang telah diuraikan bagian terdahulu,
jika orang tua atau saudaranya merokok merupakan agen imitasi yang baik.
Jika keluarga mereka tidak ada yang merokok, maka sikap permisif orang
tua merupakan pengukuh positif atas perilaku merokok.
Demikian halnya yang terjadi pada kelompok teman sebaya. Teman
sebaya mempunyai peran yang sangat berarti bagi remaja, karena masa
tersebut remaja mulai memisahkan diri dari orang tua dan mulai bergabung
pada kelompok sebaya. Tahap ini kemudian berlanjut dan berkembang
menjadi tobacco dependency atau adanya ketergantungan merokok. Dalam
tahap ini maka merokok merupakan kepuasan psikologis dan bukan
sematamata kebutuhan untuk mewujudkan simbolisasi kejantanan dan
kedewasaan remaja.

II.3.Pengetahuan11,12
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses
sensoris melalui penglihatan, pendengaran terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku terbuka (overt behavior) atau menentukan tindakan seseorang.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan tentang rokok merupakan sejauh mana
seseorang mampu mengetahui dan memahami bahaya yang diakibatkan oleh
rokok, sehingga menyadarkan seseorang tersebut untuk berperilaku baik.

13
Perilaku seseorang tergantung dengan pengetahuan yang dia dapatkan
melalui informasi-informasi dari lingkungannya.

II.4. Sikap13,14
Sikap adalah suatu bentuk dari reaksi perasaan seseorang terhadap
suatu objek, baik perasaan yang mendukung atau tidak mendukung,
memihak atau tidak memihak, suka atau tidak suka, sehingga menimbulkan
pengaruh terhadap perilaku seseorang. Sikap seseorang dibentuk dari
pengasuhan orang tua maupun sosialisasi dari orang lain. Sikap yang
dibentuk akan menghasilkan perilaku yang sesuai dengan yang
dipelajarinya. Sikap dan pengetahuan yang baik akan menghasilkan
perilaku yang baik. Seseorang yang merokok disebabkan oleh pola asuh
dan bersosialisasi yang salah dari orang yang terdekat, sehingga
menghasilkan perilaku yang buruk dan merugikan diri sendiri dan orang
lain. Pengetahuan dan sikap yang diterima sesuai dengan tindakan
seseorang, bahkan pengetahuan yang belum bisa menjadikan seseorang
tersebut baik. Pola asuh baik dan lingkungan sosialisasi yang salah akan
juga berdampak buruk terhadap perilaku.

II.5.Kuesioner Rokok
Kuesioner yang digunakan berisi 10 pertanyaan untuk menilai
pengetahuan dan 10 pertanyaan untuk menilai sikap. Masing-masing
pertanyaan memiliki bobot nilai, apabila benar berbobot 1 dan apabila
kurang tepat berbobot 0. Interpretasi tingkat pengetahuan dibagi menjadi
dua yakni pengetahuan cukup dan pengetahuan kurang, interpretasi
pengetahuan cukup adalah yang memiliki nilai lebih dari 5 (median)
sedangkan untuk interpretasi sikap cukup adalah memiliki nilai lebih dari 5
(median).15

14
II.6.Pemecahan Masalah
II.6.1 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah
Masalah merupakan kesenjangan antara keadaan yang diharapkan
dengan keadaan yang dihasilkan yang menimbulkan rasa tidak puas.
Urutan pemecahan masalah, yaitu:16
a. Identifikasi masalah
Menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja,
kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan mengukur
hasil pencapaian.
b. Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau
kepustakaan serta curah pendapat. Untuk menentukan penyebab
masalah dari beberapa kemungkinan penyebab masalah yang
selanjutnya dikonfirmasikan kepada petugas kesehatan sehingga
ditemukan penyebab masalah tersebut, yang kemudian masalah
tersebut kita analisis dengan diagram fishbone.
c. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah
dari penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah
jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan masalah.
d. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan
pemilihan pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa
alternatif maka digunakan metode Matriks untuk
menentukan/memilih pemecahan terbaik.
e. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk Plan
of Action atau Rencana Kegiatan (POA).
f. Monitoring dan evaluasi
pemantauan apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang
sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan apakah
permasalahan sudah dapat dipecahkan.

15
Identifikasi
masalah

Penentuan
Monitoring dan
penyebab
evaluasi
masalah

Menentukan
Penyusunan
alternatif
rencana
pemecahan
penerapan
masalah
Penetapan
pemecahan
masalah terpilih

Gambar 2. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah

II.6.2 Analisis Penyebab Masalah

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau


kepustakaan dengan curah pendapat. Untuk membantu menentukan
kemungkinan penyebab masalah dapat dipergunakan diagram fish bone.
Metode ini berdasarkan pada kerangka pendekatan sistem, seperti yang
tampak pada gambar di bawah ini: 17

INPUT

MAN
MONEY
METHOD

MACHINE MATERIAL

MASALAH

P1
P3
P2

LINGKUNGAN
PROSES

Gambar 3.
Diagram fish bone

16
II.6.3 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah melakukan analisis penyebab maka langkah selanjutnya
yaitumenyusun alternatif pemecahan masalah. Penentuan pemecahan
masalah dengan kriteria matriks mengunakan rumus MxIxV/c. Setelah
menemukan alternatif pemecahanmasalah, maka selanjutnya
dilakukanpenentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan
prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan
menggunakan metode kriteria matriks MxIxV/c. Berikut ini proses
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan
metode kriteria matriks:17
a. Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan
masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab
masalah yang dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka
semakinefektif.
b. Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah. Makin
penting cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka
semakinefektif.
c. Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah.
Makin sensitif bentuk penyelesaian masalah, maka semakinefektif.
d. Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk
melakukan pemecahan masalah. Masing-masing cara pemecahan
masalah diberinilai.

II.6.4 Pembuatan Plan of Action dan Gantt Chart17


Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya
dilakukan pembuatan plan of action serta Gantt Chart, hal ini bertujuan
untuk menentukan perencanaan kegiatan.

17

Anda mungkin juga menyukai