TINJAUAN PUSTAKA
5
tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan
fasilitas kesehatan di semua tingkat administrasi pemerintahan.
Memperkuat gerakan dan peran serta masyarakat melalui PHBS
di tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja,
tempat umum dan fasilitas kesehatan.
Memanfaatkan akses informasi dan edukasi kepada masyarakat
di tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja,
tempat umum dan fasilitas kesehatan.
Meningkatkan kapasitas pengelola pembinaan PHBS di tatanan
rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum
dan fasilitas kesehatan.
6
II.1.4 Sasaran PHBS di RumahTangga8
Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga
yaitu:
1. Pasangan usia subur
2. Ibu hamil dan ibu menyusui
3. Anak dan remaja
4. Usia lanjut
5. Pengasuh anak
7
untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya
dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase
mau, perlu dilakukan bina suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam
bina suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan
pendekatan masyarakat umum.
3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy)
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana
untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang
terkait (stake holders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa
tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu
kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga
dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama,
tokoh pengusaha, dan yang lain yang umumnya dapat berperan
sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) di bidangnya dan atau
sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa
komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang
diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran advokasi
umumnya berlangsung tahapan- tahapan yaitu: a)mengetahui atau
menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi
masalah, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, d)
sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu
alternatif pemecahan masalah, dan e) memutuskan tindak lanjut
kesepakatan.
8
Transportasi, Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah, organisasi
kemasyarakatan, tokoh masyarakat, swasta, dunia usaha dan lain-lain.
Kerjasama dikoordinasikan dalam bentuk Kelompok Kerja Operasional
(Pokjanal) dan Forum yang diintegrasikan dengan Pokjanal dan Forum-
forum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
II.2. Rokok
II.2.1 Definisi Rokok9
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan
dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya
atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
9
tambahan. Merokok merupakan kebiasaan yang dapat memberikan
kenikmatan bagi siperokok, namun disisi lain dapat menimbulkan dampak
buruk baik bagi perokok sendiri maupun orang disekitarnya.
10
Sumber : Departemen Kesehatan
Gambar 1. Bahaya Merokok
11
dan kanker, dan CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah
membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati.
Rumah adalah tempat berlindung, termasuk dari asap rokok.
Perokok pasif harus berani menyuarakan haknya untuk tidak
menghirup asap rokok.
12
Hari 4 : 12 batang
II.3.Pengetahuan11,12
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses
sensoris melalui penglihatan, pendengaran terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku terbuka (overt behavior) atau menentukan tindakan seseorang.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan tentang rokok merupakan sejauh mana
seseorang mampu mengetahui dan memahami bahaya yang diakibatkan oleh
rokok, sehingga menyadarkan seseorang tersebut untuk berperilaku baik.
13
Perilaku seseorang tergantung dengan pengetahuan yang dia dapatkan
melalui informasi-informasi dari lingkungannya.
II.4. Sikap13,14
Sikap adalah suatu bentuk dari reaksi perasaan seseorang terhadap
suatu objek, baik perasaan yang mendukung atau tidak mendukung,
memihak atau tidak memihak, suka atau tidak suka, sehingga menimbulkan
pengaruh terhadap perilaku seseorang. Sikap seseorang dibentuk dari
pengasuhan orang tua maupun sosialisasi dari orang lain. Sikap yang
dibentuk akan menghasilkan perilaku yang sesuai dengan yang
dipelajarinya. Sikap dan pengetahuan yang baik akan menghasilkan
perilaku yang baik. Seseorang yang merokok disebabkan oleh pola asuh
dan bersosialisasi yang salah dari orang yang terdekat, sehingga
menghasilkan perilaku yang buruk dan merugikan diri sendiri dan orang
lain. Pengetahuan dan sikap yang diterima sesuai dengan tindakan
seseorang, bahkan pengetahuan yang belum bisa menjadikan seseorang
tersebut baik. Pola asuh baik dan lingkungan sosialisasi yang salah akan
juga berdampak buruk terhadap perilaku.
II.5.Kuesioner Rokok
Kuesioner yang digunakan berisi 10 pertanyaan untuk menilai
pengetahuan dan 10 pertanyaan untuk menilai sikap. Masing-masing
pertanyaan memiliki bobot nilai, apabila benar berbobot 1 dan apabila
kurang tepat berbobot 0. Interpretasi tingkat pengetahuan dibagi menjadi
dua yakni pengetahuan cukup dan pengetahuan kurang, interpretasi
pengetahuan cukup adalah yang memiliki nilai lebih dari 5 (median)
sedangkan untuk interpretasi sikap cukup adalah memiliki nilai lebih dari 5
(median).15
14
II.6.Pemecahan Masalah
II.6.1 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah
Masalah merupakan kesenjangan antara keadaan yang diharapkan
dengan keadaan yang dihasilkan yang menimbulkan rasa tidak puas.
Urutan pemecahan masalah, yaitu:16
a. Identifikasi masalah
Menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja,
kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan mengukur
hasil pencapaian.
b. Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau
kepustakaan serta curah pendapat. Untuk menentukan penyebab
masalah dari beberapa kemungkinan penyebab masalah yang
selanjutnya dikonfirmasikan kepada petugas kesehatan sehingga
ditemukan penyebab masalah tersebut, yang kemudian masalah
tersebut kita analisis dengan diagram fishbone.
c. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah
dari penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah
jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan masalah.
d. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan
pemilihan pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa
alternatif maka digunakan metode Matriks untuk
menentukan/memilih pemecahan terbaik.
e. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk Plan
of Action atau Rencana Kegiatan (POA).
f. Monitoring dan evaluasi
pemantauan apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang
sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan apakah
permasalahan sudah dapat dipecahkan.
15
Identifikasi
masalah
Penentuan
Monitoring dan
penyebab
evaluasi
masalah
Menentukan
Penyusunan
alternatif
rencana
pemecahan
penerapan
masalah
Penetapan
pemecahan
masalah terpilih
INPUT
MAN
MONEY
METHOD
MACHINE MATERIAL
MASALAH
P1
P3
P2
LINGKUNGAN
PROSES
Gambar 3.
Diagram fish bone
16
II.6.3 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah melakukan analisis penyebab maka langkah selanjutnya
yaitumenyusun alternatif pemecahan masalah. Penentuan pemecahan
masalah dengan kriteria matriks mengunakan rumus MxIxV/c. Setelah
menemukan alternatif pemecahanmasalah, maka selanjutnya
dilakukanpenentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan
prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan
menggunakan metode kriteria matriks MxIxV/c. Berikut ini proses
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan
metode kriteria matriks:17
a. Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan
masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab
masalah yang dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka
semakinefektif.
b. Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah. Makin
penting cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka
semakinefektif.
c. Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah.
Makin sensitif bentuk penyelesaian masalah, maka semakinefektif.
d. Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk
melakukan pemecahan masalah. Masing-masing cara pemecahan
masalah diberinilai.
17