Anda di halaman 1dari 18

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

A. PENGERTIAN PHBS

- Program Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan sejak
tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang sekarang
bernama Pusat Promosi Kesehatan.  Program ini dijalankan dengan kesadaran
bahwa dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, dengan
demikian diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak
sehat menjadi sehat. (Dinas Kesehatan Prov. Jawa Tengah, 2009)
- Menurut UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan
sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki
kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM).
- Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk
memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan
Masyarakat. (Dinas Kesehatan Prov. Sulawesi Selatan, 2006)
- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu
mempraktekkan PHBS melalui pendekatan pimpinan (Advocacy), bina
suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment).
Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya
sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. (Dinas Kesehatan Prov. Jawa Tengah, 2009)
- PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran, sehingga keluarga beserta semua yang ada di
dalamnya dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan
aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah wujud keberdayaan
masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS.  Dalam hal
ini ada 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya
Hidup, Dana Sehat / Asuransi Kesehatan / JPKM. (Dinas Kesehatan Prov.
Sulawesi Selatan, 2006)

B. TATANAN PHBS
1) PHBS di Rumah Tangga
Perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan rumah tangga
merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar,
mau dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari
ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

 Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga,


yaitu :
- Pasangan Usia Subur
- Ibu Hamil dan Menyusui
- Anak dan Remaja
- Usia lanjut
- Pengasuh Anak

 Manfaat PHBS di Rumah Tangga, yaitu :


- Anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit
- Anak tumbuh sehat dan cerdas
- Produktivitas anggota keluarga meningkat
- Pengeluaran biaya dapat dialokasikan untuk pemenuhan gizi
keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan
pendapatan
- Mampu mengupayakan lingkungan sehat
- Mampu mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan
- Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
- Mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat
seperti Posyandu, JPKM, tabungan bersalin, arisan jamban,
kelompok pemakai air, ambulan desa.
- Peningkatan kinerja dan citra alokasi biaya penanganan masalah
kesehatan dapat di alihkan untuk pengembangan lingkungan sehat
dan penyedian sarana kesehatan merat bermutu dan dan terjangkau
- Menjadi pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pengembangan
PHBS di rumah tangga
(Dinas Kesehatan Prov. Jawa Barat, 2006)

2) PHBS di Tempat Umum


Tempat-tempat umum merupakan sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan
masyarakat, seperti sarana pariwisata, transportasi umum, sarana ibadah,
sarana olahraga, sarana perdagangan, dan sebagainya. Kondisi lingkungan
yang buruk dan perilaku yang tidak sehat di tempat-tempat umum dapat
menimbulkan berbagai penyakit. Untuk mencegah resiko terjadinya berbagai
penyakitdan melindungi diri dari ancaman penyakit setiap individu,
kelompok dan masyarakat tempat-tempat umum, diharapkan dapat
melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan
masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau
dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam
mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS. Melalui penerapan PHBS
di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada di tempat-tempat
umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan penyakit.

Tujuan PHBS di tempat-tempat umum :


- Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat di tempat-
tempat umum.
- Meningkatnya tempat-tempat umum sehat, khususnya tempat
perbelanjaan/pasar, rumah makan, tempat ibadah dan angkutan-
angkutan.

Manfaat PHBS di Tempat-tempat Umum :


 Bagi Masyarakat:
- Masyarakat menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit.
- Masyarakat mampu mengupayakan lingungan sehat, serta mampu
mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi
 Bagi Tempat Umum:
- Lingkungan di sekitar tempat-tempat umum menjadi lebih bersih,
indah dan sehat, sehingga meningkatkan citra tempat umum.
- Meningkatkan pendapatkan bagi tempat-tempat umum sebagai
akibat dari meningkatnya kunjungan pengguna tempat-tempat
umum.
 Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota :
- Peningkatan persentase tempat umum sehat menunjukkan kinerja
dan citra pemerintah kabupaten / kota yang baik.
- Kabupaten/Kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain
dalam pembinaan PHBS di tempat-tempat umum.

Sasaran PHBS di Tempat-tempat Umum :


- Masyarakat pengunjung
- Pedagang dan Pembeli/konsumen
- Petugas kebersihan, keamanan pasar
- Pengelola (pramusaji)
- Jamaah
- Pemelihara/pengelola tempat ibadah
- Penumpang dan Awak angkutan umum
- Pengelola angkutan umum
(Dinas Kesehatan Prov. Jawa Barat, 2006)

3) PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh
peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat. PHBS di lingkungan sekolah merupakan
kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering
menyerang anak usia sekolah (6 – 10 tahun), yang ternyata umumnya
berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah Penerapan PHBS ini dapat
dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah. (Edi Danureja,
2008)
Sasaran PHBS di sekolah adalah :
1) Sasaran primer : sasaran utama yang akan diubah perilakunya yaitu
murid dan guru yang bermasalah.
2) Sasaran sekunder: sasaran yang dapat mempengaruhi individu yang
bermasalah (Kepala sekolah, guru, orang tua, murid).
3) Sasaran tersier: sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur
pembantu dlm menunjang pendanaan, kebijakan dan kegiatan untuk
tercapainya PHBS.
Manfaat PHBS di sekolah adalah :
1) Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru,
dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan
dan ancaman penyakit
2) Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada
prestasi belajar peserta didik.
3) Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga
mampu menarik minat orang tua (masyarakat).
4) Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan
5) Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain. (Eva Yanti, 2010)

4) PHBS di Tempat Kerja


Perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja merupakan upaya
memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan
PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Penerapan
PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan
mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif.

Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tempat Kerja :


- Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
- Meningkatkan produktivitas kerja.
- Menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
- Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
- Menurunkan   angka   penyakit   akibat   kerja   dan lingkungan
kerja.
- Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan
masyarakat.

Manfaat PHBS di Tempat Kerja


 Bagi Pekerja :
- Setiap pekerja meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.
- Produktivitas pekerja meningkat yang berdampak pada peningkatan
penghasilan pekerja dan ekonomi keluarga.
- Pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan untuk peningkatan
taraf hidup bukan untuk biaya pengobatan.
 Bagi Masyarakat :
- Tetap mempunyai lingkungan yang sehat walaupun berada di sekitar
tempat kerja.
- Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan
oleh tempat kerja setempat.
 Bagi  Tempat Kerja :
- Meningkatnya produktivitas kerja pekerja yang berdampak positif
terhadap pencapaian target dan tujuan.
- Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan.
- Meningkatnya citra tempat kerja yang positif.
 Bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota :
- Peningkatan Tempat Kerja Sehat menunjukkan kinerja dan citra
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang baik.
- Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dapat dialihkan untuk
peningkatan kesehatan bukan untuk menanggulangi masalah
kesehatan.
- Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam
pembinaan PHBS di Rumah Tangga.
 Instansi Terkait :
- Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di Tempat
Kerja.
- Dukungan buku panduan dan media promosi.
(Dinas Kesehatan Prov. Jawa Barat, 2006).

5) PHBS di Institusi Kesehatan


Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh
pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik
swasta.
Lalu lalang berkumpulnya orang sakit dan sehat di institusi kesehatan
dapat menjadi sumber penularan penyakit bagi pasien, petugas kesehatan
maupun pengunjung. Terjadinya infeksi oleh bakteri atau virus yang ada di
institusi kesehatan, penularan penyakit dari penderita yang dirawat di institusi
kesehatan kepada penderita lain atau petugas di institusi kesehatan ini disebut
dengan Infeksi Nosokomial. Infeksi Nosokomial dapat terjadi karena
kurangnya kebersihan institusi kesehatan atau kurang higienis, tenaga
kesehatan yang melakukan prosedur medis tertentu kurang terampil.
Penularan penyakit juga dapat terjadi karena tidak memadainya fasilitas
institusi kesehatan seperti ketersediaan air bersih, jamban, pengelolaan
sampah dan limbah, juga perilaku dari pasien, petugas kesehatan dan
pengunjung seperti membuang sampah dan meludah sembarangan.
PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan
pasien, masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mampu, dan mampu
mempraktikkan hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam mewujudkan institusi kesehatan ber-PHBS.

Tujuan PHBS di Institusi Kesehatan :


- Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di institusi
kesehatan.
- Mencegah terjadinya penularan penyakit di institusi kesehatan.
- Menciptakan Institusi kesehatan yang sehat.

Sasaran PHBS di Institusi Kesehatan :


- Pasien.
- Keluarga Pasien.
- Pengunjung.
- Petugas Kesehatan di institusi kesehatan.
- Karyawan di institusi kesehatan.

Manfaat PHBS di Institusi Kesehatan :


 Bagi Pasien/Keluarga Pasien/Pengunjung :
- Memperoleh   pelayanan   kesehatan   di   institusi
- Kesehatan yang sehat
- Terhindar dari penularan penyakit
- Mempercepat proses penyembuhan penyakit dan peningkatan
kesehatan pasien.
 Bagi Institusi Kesehatan :
- Mencegah terjadinya penularan penyakit di institusi kesehatan.
- Meningkatkan citra institusi kesehatan yang baik sebagai tempat
untuk memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan
bagi masyarakat.
 Bagi Pemerintah Daerah :
- Peningkatan persentase Institusi Kesehatan Sehat menunjukkan
kinerja dan citra Pemerintah Kabupaten/Kota yang baik
- Kabupaten/Kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain
dalam pembinaan PHBS di Institusi Kesehatan.
(Dinas Kesehatan Prov. Jawa Barat, 2006)

C. Indikator PHBS
1) Indikator PHBS di Rumah Tangga
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
2. Memberi ASI ekslusif.
3. Menimbang bayi dan balita yang dilakukan mulai umur 1 bulan sampai 5
tahun di posyandu.
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
(Sudayasa, 2009).
2) Indikator PHBS di Tempat Umum
1. Menggunakan air bersih
2. Menggunakan jamban
3. Membuang sampah pada tempatnya
4. Tidak merokok
5. Tidak meludah sembarangan
6. Memberantas jentik nyamuk
7. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
8. Menutup makanan dan minuman
(Dinas Kesehatan Prov. Lampung, 2009).
3) Indikator PHBS di Tempat Kerja
1. Tidak merokok di tempat kerja
2. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.
3. Melakukan olahraga secara teratur/aktivitas fisik
4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar dan buang air kecil
5. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.
6. Menggunakan air bersih.
7. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.
8. Membuang sampah pada tempatnya.
9. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.
(Dinas Kesehatan Prov. Jawa Barat, 2006).

4) Indikator PHBS di Institusi Kesehatan


1. Menggunakan air bersih
2. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
3. Menggunakan jamban
4. Membuang sampah pada tempatnya
5. Tidak merokok di Institusi Kesehatan
6. Tidak meludah sembarangan
7. Memberantas jentik nyamuk
(Dinas Kesehatan Prov. Lampung, 2009).
D. Cara Mencuci Tangan yang Benar
 Cuci Tangan
Adalah cara pencegahan infeksi yang paling penting. Cuci tangan harus selalu
dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, walaupun memakai
sarung tangan atau alat pelindung lainnya.
 Tujuan Cuci Tangan
1. Mencegah terjadinya infeksi nasokomial
2. Menekan pertumbuhan bakteri pada tangan
3. Menurunkan jumlah kuman yang tumbuh didalam sarung tangan
Pengertian Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat penderita ketika penderita tersebut
dirawat atau pernah dirawat di pelayanan kesehatan salah satunya puskesmas. Satu
infeksi dikatakan sebagai infeksi nosokomial apabila:
a. Saat mulai dirawat, tidak didapatkan tanda-tanda klinis infeksi tersebut.
b. Saat mulai dirawat tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.
c. Tanda-tanda klinis infeksi tersebut baru timbul setelah 3 x 24 jam sejak mulai
perawatan.
d. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya.
e. Bila saat mulai dirawat sudah ada tanda-tanda infeksi dan terbukti infeksi
tersebut didapat penderita ketika penderita dirawat di puskesmas yang sama
pada waktu yang lalu serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi
nosokomial (Dusak, Suryanto. 2004).

1. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Infeksi Nosokomial


Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial dapat dibedakan
menjadi 3 faktor yaitu:
a. Faktor Individu
Faktor-faktor individu meliputi umur penderita, beratnya penyakit dasar,
penyakit penyerta, tindakan invasif dan pemakaian obat yang menurunkan
daya tahan tubuh, sangat mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial pada
penderita tersebut.
b. Faktor Kuman
Faktor pola kuman dan resistensi/kekebalannya terhadap antibiotika
belakangan ini merupakan masalah yang semakin serius, seperti munculnya
jenis kuman baru atau jenis yang lebih virulen dari jenis sebelumnya serta
resisten/kebal terhadap antibiotika yang ada saat ini.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan seperti masa pre-operasi, masa perawatan, fasilitas dan
mutu pelayanan puskesmas, profesionalisme tenaga kesehatan dan
pengunjung puskesmas merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya.
Sebagai contoh, terjadinya infeksi silang diantara pasien hampir sebagian
besar dilakukan oleh petugas kesehatan yang tangannya terkontaminasi
(Dusak, Suryanto. 2004).

1) Dampak Infeksi Nosokomial


Infeksi nosokomial berdampak sangat buruk bagi penderita dan puskesmas. Pada
beberapa kasus infeksi ini juga bisa mengenai tenaga puskesmas. Pada pasien, infeksi
nosokomial menyebabkan hal-hal sebagai berikut:
a. Memperberat penyakit dan sangat mungkin menyebabkan terjadinya kematian
atau kecacatan.
b. Perpanjangan waktu perawatan, dimana salah satu penelitian menemukan
bahwa perpanjangan waktu perawatan karena infeksi ini di ruang perawatan
bedah umum adalah 8,2 hari, dan 3 hari di ruang ginekologi sedangkan di
ruang perawatan orthopedic adalah 19,8 hari.
c. Biaya pengobatan menjadi meningkat, karena waktu rawat yang memanjang
dan dibutuhkan obat-obatan dan penunjang diagnostik lainnya yang lebih
mahal. Disamping biaya langsung yang diderita pasien maka waktu perawatan
yang memanjang akan mengakibatkan pasien kehilangan waktu produktifnya
(Sutarga, Wayan. 2004).

4. Pengertian Cuci Tangan


Cuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari
jemari dengan menggunakan air dan sabun atau cairan tertentu yaitu cairan
antiseptik/handrub.

5. Tujuan Mencuci Tangan


Mencuci tangan merupakan satu tehnik yang paling mendasar untuk menghindari
masuknya kuman kedalam tubuh.
Dimana tindakan ini dilakukan dengan tujuan:
1. Supaya tangan bersih
2. Membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme
3. Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh
4. Mencegah infeksi silang/infeksi nosokomial di RS

6. Siapa Saja yang Perlu Untuk Mencuci Tangan


Setiap orang harus ditekankan untuk tetap mencuci tangan, diantaranya yaitu:
1) Semua personil yang mengadakan kontak langsung dengan penderita.
2) Orang-orang yang melakukan kontak secara langsung dengan lingkungan
orang sakit seperti kontak dengan tempat tidur pasien, baju pasien, peralatan
makan dan minum pasien, dll.
3) Semua personel puskesmas, untuk melindungi dirinya ataupun orang lain
(Sub Komite Pengendalian INOS RSUP Sanglah Denpasar, 2007).

7. Waktu Mencuci Tangan


Untuk waktu mencuci tangan di lingkungan puskesmas terdapat 5 moment/5 waktu
yang harus diperhatikan untuk tetap mencuci tangan diantaranya yaitu:
1) Sebelum kontak dengan pasien.
Semua orang yang akan kontak/menyentuh tubuh pasien baik dari tenaga
medis ataupun pihak keluarga pasien diharuskan untuk mencuci tangan agar
pasien tidak tertular oleh penyakit akibat kuman-kuman yang ada di tangan
orang lain.
2) Sebelum melakukan tindakan asepsis.
Dalam hal ini penting diperhatikan oleh pihak tenaga medis agar selalu
mencuci tangan sebelum melakukan tindakan asepsis terhadap pasien.
3) Setelah kena cairan tubuh pasien.
Setelah terkena cairan tubuh pasien, misalnya darah, air kencing, keringat,
dll, wajib untuk mencuci tangan agar tidak terjadi penyebaran infeksi.
4) Setelah kontak dengan pasien.
Mencuci tangan juga harus dilakukan setelah kontak dengan pasien agar
kuman-kuman yang terdapat pada tubuh pasien tidak menyebar ke pasien
yang lain.
5) Setelah kontak dengan lingkungan di sekitar pasien
Lingkungan di sekitar pasien seperti tempat tidur, meja pasien, baju pasien,
peralatan makan dan minum pasien juga berisiko menularkan infeksi kepada
pasien lain.

Sedangkan waktu untuk mencuci tangan sehari-hari di rumah diantaranya yaitu:


1) Cuci tangan sebelum dan sesudah membuat makanan atau camilan.
2) Setelah menggunakan toilet, cucilah tangan dengan sabun karena toilet
merupakan sarang kuman.
3) Ketika hendak mengobati luka terbuka, dan setelah mengobati luka tersebut
agar kuman atau bakteri pada luka tidak menular, juga setelah merawat
orang sakit, agar bakteri atau kuman tidak menempel pada kita.
4) Setelah batuk, bersin atau membersihkan hidung, kuman dan kotoran yang
mungkin keluar dapat kembali masuk akibat dari tangan kita yang tidak
bersih.
5) Setelah membersihkan sampah. Sangat penting untuk membersihkan tangan
setelah memegang banyak benda kotor dan bau.

8. Cara Mencuci Tangan yang Benar


Terdapat 2 cara mencuci tangan yaitu mencuci tangan kering (handrub) dan basah.
1) Mencuci Tangan Kering (Handrub).
Mencuci tangan kering yaitu tindakan mencuci tangan dengan menggunakan
handscrub atau larutan antiseptik yang dapat menhilangkan kuman-kuman
yang ada pada tangan. Dalam hal ini hanya diperlukan larutan antiseptik,
tanpa memerlukan air mengalir ataupun sabun. Handscrub yang digunakan
pada tangan akan mengering dalam beberapa detik.
Berikut langkah-langkah mencuci tangan yang benar (6 langkah)
menggunakan handscrub atau larutan antiseptik yang dijabarkan dalam
gambar berikut ini:
2) Mencuci Tangan Basah
Mencuci tangan basah yaitu tindakan mencuci tangan dengan menggunakan
air dan sabun, serta tissue untuk mengeringkan tangan. Sarana yang
diperlukan disini yaitu:
 Air mengalir
Sarana utama untuk cuci tangan adalah ketersediaan air mengalir
dengan saluran pembuangan atau bak penampung yang memadai. Air
mengalir tersebut dapat berupa kran atau dengan cara mengguyur
dengan gayung, namun cara mengguyur dengan gayung memiliki
risiko cukup besar untuk terjadinya pencemaran, baik melalui gagang
gayung ataupun percikan air bekas cucian kembali ke bak penampung
air bersih. Air kran bukan berarti harus PAM, namun dapat diupayakan
secara sederhana dengan tangki berkran di ruang pelayanan/perawatan
kesehatan agar mudah dijangkau oleh para petugas kesehatan yang
memerlukannya.
 Sabun dan deterjen
Bahan ini tidak membunuh mikroorganisme tetapi menghambat dan
mengurangi jumlah mikroorganisme dengan jalan mengurangi
tegangan permukaan sehingga mikroorganisme terlepas dari
permukaan kulit dan mudah terhalau oleh air.
 Tissue
Dalam mencuci tangan basah dianjurkan untuk menggunakan tissue
sebagai alat pengering tangan, tidak dianjurkan untuk menggunakan
handuk karena jika menggunakan handuk, pengeringan tangan
dilakukan berkali-kali dan berganti-gantian dengan orang lain
sehingga meningkatkan risiko penularan infeksi.
Untuk langkah-langkah mencuci tangan basah sama dengan langkah-langkah
mencuci tangan kering, hanya saja untuk 6 langkah tersebut dilakukan di bawah
aliran air yang mengalir yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa sabun.
Berikut langkah-langkah mencuci tangan yang benar (6 langkah) menggunakan
air mengalir dan sabun yang dijabarkan dalam gambar:
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2006. PHBS di Rumah Tangga. Available at :
http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php?
mod=&idMenuKiri=50&idMenuTab=51 . (Akses :12 Agustus 2015)
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2006. PHBS di Sekolah. Available at :
http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php?
mod=&idMenuKiri=50&idMenuTab=52. (Akses : 10 Agustus 2015)
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2006. PHBS di tempat Kerja. Available at :
http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php?
mod=&idMenuKiri=50&idMenuTab=54. (Akses :11 Agustus 2015)
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2009. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
http://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-
phbs&catid=48%3Apkpm&lang=en. (Akses : 10 Agustus 2015 )
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2009. Pengembangan PHBS di 5 Tatanan.
Available at : http://dinkeslampung.blogspot.com/2009/05/pengembangan-
phbs-di-5-tatanan.html. (Akses : 10 Agustus 2015)
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. 2006. Pedoman Pengembangan
Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Available at :
http://dinkes-sulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf. (Akses :
11 Agustus 2015)

Sudayasa, Putu. 2009. 10 Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga. Available at :


http://www.puskel.com/10-indikator-phbs-tatanan-rumah-tangga/. (Akses : 11
Agustus 2015)

Anda mungkin juga menyukai