Anda di halaman 1dari 6

IV.

Hasil dan Pembahasan


A. Hasil
Tabel 1. Klasifikasi Iklim Oldeman di Stasiun Ambon pada tahun 2006 hingga
2015.

Tabel 2. Klasifikasi Iklim Oldeman di Stasiun Borobudur pada tahun 1980 hingga
1989.
Tabel 3. Klasifikasi Iklim Oldeman di Stasiun Sempor pada tahun 1980 hingga
1989.

Tabel 4. Klasifikasi Iklim Oldeman di Stasiun Simpang tiga Pekanbaru pada


tahun 1980 hingga 1989.
Tabel 5. Klasifikasi Iklim Oldeman di Stasiun Banjarmasin pada tahun 1980
hingga 1989.

Tabel 6. Klasifikasi Iklim Oldeman di Stasiun Tasikmalaya pada tahun 1980


hingga 1989.

B.Pembahasan
Metode klasifikasi Oldeman lebih menekankan hubungan antara iklim dan
tanaman, sehingga disebut juga ”sistem klasifikasi Agroklimat”. Klasifikasi ini
didasarkan pada kebutuhan curah hujan untuk tanaman padi dan palawija untuk
mengetahui kebutuhan curah hujan diperlukan beberapa pengetahuan mengenai
peluang hujan, hujan efektif, evapotranspirasi, koefisien tanaman, perlokasi air
dan kemampuan tanah menahan air (water holding capacity). Untuk mengatasi
keterbatasan data curah hujan bulanan, oldeman melakukan pendekatan dengan
peluang curah hujan sebesar 75%. Hubungan anatara rerata curah hujan bulanan
(x) dan curah hujan pada peluang 75% (y) dinyatakan dengan persamaan
y=0,82x-30. Kriteria kebasahan bulan menurut oldemon, yaitu:
-Bulan kering (BK) : Bulan dengan curah hujan <100 mm
-Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan curah hujan 100 mm-200 mm
-Bulan basah (BB) : bulan dengan curah hujan > 200 mm.
Oldeman mengemukakan beberapa konsep dalam menghitung kebutuhan air
bagi tanaman, berikut merupakan konsepnya:
1. Padi sawah membutuhkan air rata-rata 145 mm per bulan dalam musim
hujan
2. Palawija membutuhkan air rata-rata 50 mm per bulan dalam musim
kemarau
3. Hujan bulanan yang iharapkan dengan peluang kejadian 75% sama
dengan 0,82 kali hujan rata-rata bulanan dikurangi 30
4. Hujan efektif untuk padi sawah adalah 100%
5. Hujan efektif untuk palawija dengan kanopi tertutup rapat sebesar 75%
Dengan konsep pemikiran tersebut, dapat dihitung hujan bulanan yang
diperlukan untuk padi sawah maupun palawija dengan menggunakan data
jangka panjang yaitu:
Padi sawah
145 = 1,0 (0,82x-30)
145 = 0,82x -30
145+30 = 0,82x
175 = 0,82x
x = 213,41
Palawija
50 = 0,75(0,82x-30)
50 = 0,615x – 22,5
50 + 22,5 = 0,61x
72,5 = 0,61x
x = 118,85
Nilai 213,41 mm/ bulan dan 118,85 mm/bulan selanjutnya dibulatkan
menjadi 200 dan 100 yang digunakan sebagai batas penentuan bulan basah (BB)
dan bulan kering (BK). Berdasarkan perhitungan tersebut, ditentukan kriteria
Derajat Kebasahan Bulan (DKB) menurut Oldeman sebagai berikut:
-Bulan Basah (BB) = bulan dengan CH > 200 mm.
-Bulan Lembab (BL) = bulan dengan 100 ≤ CH ≤ 200 mm.
-Bulan Kering (BK) = bulan dengan CH < 100 mm.
Terdapat 5 tipe zona iklim menurut Oldeman, Yaitu:
-Zona A : daerah dengan 9-12 BB berurutan
-Zona B : daerah dengan 7-8 BB berurutan
-Zona C : daerah dengan 5-6 BB berurutan
-Zona D : daerah dengan 3-4 BB berurutan
-Zona E : daerah dengan < 3 BB berurutan

Selain pembagian zona iklim, Oldeman juga menggolongkan beberapa sub divisi,
Yaitu:
-Sub divisi 1 = BK kurang dari sama dengan 2; 11-12 bulan; memungkinkan
untuk penanaman panjang sepanjang tahun.
-Sub divisi 2 = BK 2-3; 9-10 bulan; perlu perencanaan teliti untuk penanaman
sepanjang tahun.
-Sub divisi 3 = BK 4-6; 3-5 bulan; periode bero tidak dapat dihindari, namun
penanaman 2 tanaman bergantian masih mungkin dilakukan.
-Sub divisi 4 = BK >6; 3 bulan; tanaman tambahan air (irigasi), tidak sesuai
untuk tanaman pangan.

Kelebihan

-Menggunakan sistem klasifikasi agroklimat yuang tidk digunakan dalam kalsifikasi


Mohr dan Schmidt dan Fergusson
-Sistem ini terutama diarahkan untuk tanaman pangan, padi dan palawija.
-Cara ini sudah lebih maju dibanding dengan cara sebelumnya karena secara tidak
langsung mempertimbangkan unsur yang lain. Seperti radiasi matahari yang
dikaitkan dengan kebutuhan air tanaham.

Kelemahan
-Sistem oldeman tidak dapat digunakan untuk wilayah pantai.

Pada hasil pembahasan bahwa pada pengamatan Oldeman beberapa stasiun


bahwa ada kesamaan pada divisi tetapi berbeda pada penggolongan zona, Adapun
stasiun yang mempunyai penggolongan divisi yang sama ialah:
Tasikmalaya,Banjarmasin dan Sempor yaitu Divisi 2 serta pada stasiun Ambon dan
Simpang tiga Pekanbaru mempunyai divisi yang sama yaitu divisi 4 akan tetapi
berbeda pada Golongan. Dikarenakan perbedaan golongan tersebut karena jumlah
bulan basah atau yang disebut BB untuk kesamaan Divisi karena Persamaan Jumlah
bulan kering atau yang sering disebut BK.

Anda mungkin juga menyukai