Anda di halaman 1dari 3

Kami tidak setuju jika pengesyahan dalam EMR cukup scan tanda tangan dari PPA.

Alasannya :
Regulasi yang mengatur yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (“UU ITE”) sebagaimana yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (“UU 19/2016”) serta Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Sistem dan Transaksi Elektronik (“PP PSTE”), sedangkan secara spesifik di Peraturan Menteri
Komunikasi dan Informatika Nomor 11 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Sertifikasi
Elektronik (“Permenkominfo 11/2018”).
 Menurut Pasal 1 angka 13 UU 19/2016 dan Pasal 1 angka 19 PP PSTE didefinisikan sebagai berikut:
 Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan,
terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan
autentikasi.
 Tanda tangan elektronik meliputi:
a. Tanda tangan elektronik tersertifikasi, harus memenuhi persyaratan:
a. dibuat dengan menggunakan jasa penyelenggara sertifikasi elektronik; dan
b. dibuktikan dengan Sertifikat Elektronik.
b. Tanda tangan elektronik tidak tersertifikasi, dibuat tanpa menggunakan jasa penyelenggara
sertifikasi elektronik.
 Tanda tangan elektronik berfungsi sebagai alat autentikasi dan verifikasi atas:
a. identitas Penandatangan; dan
b. keutuhan dan keautentikan Informasi Elektronik.
 Tanda tangan elektronik dalam transaksi elektronik merupakan persetujuan penandatangan atas informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik yang ditandatangani dengan tandatangan elektronik tersebut.
Dalam hal terjadi penyalahgunaan tandatangan elektronik oleh pihak lain yang tidak berhak, tanggung
jawab pembuktian penyalahgunaan tanda tangan elektronik dibebankan kepada penyelenggara sistem
elektronik.
 Jadi tanda tangan elektronik tersebut lazimnya dilakukan pada transaksi elektronik. Transaksi elektronik
adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan/atau
media elektronik lainnya.
 Mengenai keabsahan tanda tangan elektronik, Pasal 11 UU ITE dan Pasal 53 PP PSTE menyatakan
sebagai berikut:
 
1. Tanda Tangan Elektronik yang digunakan dalam Transaksi Elektronik dapat dihasilkan melalui
berbagai prosedur penandatanganan.
2. Tanda Tangan Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki kekuatan hukum dan
akibat hukum yang sah jika:
a. Data Pembuatan Tanda Tangan Elektronik terkait hanya kepada Penanda Tangan;
b. Data Pembuatan Tanda Tangan Elektronik pada saat proses penandatanganan hanya
berada dalam kuasa Penanda Tangan;
c. segala perubahan terhadap Tanda Tangan Elektronik yang terjadi setelah waktu
penandatanganan dapat diketahui;
d. segala perubahan terhadap Informasi Elektronik yang terkait dengan Tanda Tangan
Elektronik tersebut setelah waktu penandatanganan dapat diketahui;
e. terdapat cara tertentu yang dipakai untuk mengidentifikasi siapa Penanda Tangannya;
dan
f. terdapat cara tertentu untuk menunjukkan bahwa Penanda Tangan telah memberikan
persetujuan terhadap Informasi Elektronik yang terkait.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d berlaku sepanjang Tanda Tangan
Elektronik digunakan untuk menjamin integritas Informasi Elektronik.
 
UU ITE dan perubahannya memberikan pengakuan secara tegas bahwa meskipun hanya merupakan suatu
kode, tanda tangan elektronik memiliki kedudukan yang sama dengan tanda tangan manual pada
umumnya yang memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum.
Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) UU ITE merupakan
persyaratan minimum yang harus dipenuhi dalam setiap tanda tangan elektronik. Ketentuan ini membuka
kesempatan seluas-luasnya kepada siapa pun untuk mengembangkan metode, teknik, atau proses
pembuatan tanda tangan elektronik.[5]
 
Jadi berdasarkan penjelasan di atas, suatu tanda tangan elektronik dapat dikatakan sah apabila memenuhi
ketentuan sebagaimana dijelasakan dalam Pasal 11 UU ITE dan Pasal 53 PP PSTE.
 

Dasar Hukum:
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana
yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik.

Anda mungkin juga menyukai