Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1

HEPATITIS A MENYEBAR DI SEKOLAH

Blok 7.1

Tutor : dr. Raihana suzan, M.Gz

KELOMPOK 4
Tommy Akasia Laksana G1A114028
Bahtiar Adinoto G1A114038
Nopri Jaya Santosa G1A114100
Ai Rusmayanti G1A114069
Mutia Ramadhani S.L G1A114081
Wulan Reksa Fortuna G1A114085
Desy Permatasari G1A114090
Putri Maria Kurnia G1A114092
Nadaa Fahmi Shofi G1A114094
Anggia Sovina Ariska G1A114098
Khalisa Rifda Sumayyah G1A114099
Syerent Mitasari Ketlin G1A114101

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016/2017

1
Skenario I

Hepatitis A Menyebar di Sekolah

Dino membaca surat kabar hari ini yang memberitakan adanya kejadian hepatitis A pada
anak-anak di SDN 06 Jambi. Dinas Kesehatan Jambi sudah melakukan investigasi dan
mendapatkan bahwa sumber penyebaran dari kantin sekolah yang menjual jajanan yang
sangat ramai saat jam istirahat. Keadaan sanitasi dan pengelolaan limbah di sekitar sekolah
masih belum baik, sehingga memungkinkan terjadinya penyakit-penyakit berbasis
lingkungan. Dinas Kesehatan dalam rangka penanganan lebih lanjut meminta kepada pihak
sekolah agar melaksanakan prinsip dasar sanitasi, sanitasi makanan dan minuman serta
melakukan langkah-langkah pengelolaan sanitasi di tempat-tempat umum.

I. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Hepatitis A : Penyakit infeksi akut pada hati yang disebabkan virus


hepatitis A (HAV), yang paling sering ditularkan
melalui jalur fecal-oral melalui makanan yang
terkontaminasi atau air minum.1
2. Investigasi : Penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta
melakukan peninjauan.2
3. Sanitasi : Upaya pengendalian faktor lingkungan fisik manusia
yang dapat menimbulkan.1
4. Limbah : Sisa suatu usaha kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya bagi lingkungan dan mahkluk hidup
lainnya.2
5. Penyakit berbasis lingkungan : Kondisi patologis yang mengakibatkan terjadinya
kelainan baik secara morfologi maupun fisiologi
yang diakibatkan karena interaksi antar manusia
maupun interaksi dengan hal-hal yang berada di
lingkungan sekitar yang berpotensi menimbulkan
penyakit.1

2
II. IDENTIFIKASI ISTILAH

1. Apa penyebab dan faktor risiko dari Hepatitis A?


2. Bagaimana cara penularan Hepatitis A?
3. Apa saja gejala klinis Hepatitis A?
4. Bagaimana cara pencegahan penularan Hepatitis A?
5. Apa saja kriteria kantin sehat?
6. Bagaimana cara pengolahan limbah yang baik?
7. Bagaimana kriteria sekolah sehat?
8. Apa saja penyakit yang termasuk penyakit berbasis lingkungan?
9. Jelaskan prinsip dasar sanitasi!
10. Bagaimana sanitasi makanan dan minuman yang baik?
11. Bagaimana standar sanitasi tempat-tempat umum?

III. BRAINSTORMING

1. Penyebab dan faktor risiko dari Hepatitis A


Penyebab : Virus Hepatitis A
Faktor resiko : -Sanitasi yang buruk -Kontak dengan penderita

-Kurangnya air bersih

-Konsumsi makanan yang terkontaminasi

2. Cara penularan Hepatitis A

- Secara fecal-oral
- Kontak fisik

3. Gejala klinis Hepatitis A


- < 6 tahun
- 70 % gejala ringan dan asimptomatik

4. Cara pencegahan penularan Hepatitis A

- Hindari kontak dengan penderita

3
- Peningkatan higienitas individu
- Vaksinasi 2 minggu sebelum ke daerah endemis

5. Kriteria kantin sehat


- Bangunan kuat, kokoh dan permanen
- Lantai kedap air, rata, tidak licin, kering dan bersih
- Ventilasi harus menjamin pertukaran udara yang baik
- Air bersih

6. Cara pengolahan limbah yang baik


- Reduce
- Reuse
- Recycle

7. Kriteria sekolah sehat


- Fasilitasi lengkap : toilet yang bersih, kantin, UKS
- Pengolahan limbah yang baik
- Bangunan kuat, kokoh, dan permanen
- Ventilasi yang cukup

8. Penyakit yang termasuk penyakit berbasis lingkungan

- TBC - Filariasis
- DBD - Chikungunya
- Cacingan - Penyakit Kulit
- Diare
- ISPA
- Malaria

9. Prinsip dasar sanitasi


- Penyediaan air bersih
- Pembuangan kotoran manusia yang baik
- Sistem pembuangan limbah yang baik
- Pengolahan sampah

4
10. Sanitasi makanan dan minuman yang baik
- Keadaan bahan makanan harus terjamin bersih dan tidak mudah busuk
- Penyimpanan bahan makanan : di tempat khusus, bersih, dan memenuhi syarat
- Suhu penyimpanan di sesuaikan dengan bahan makanan
- Peralatan peyimpanan : lemari es dengan suhu yang sesuai
- Makanan kering disimpan dalam lemari dengan suhu kamar tidak menempel pada
dinding dan langit-langit
- Kendaraan pengangkut makanan harus khusus dan tidak bercampur dengan bahan-
bahan lain
- Proses pengolahan higienis

11. Standar sanitasi tempat-tempat umum

Tergantung tempat masing-masing : Pasar, Kolam Renang, Terminal Bus, Restoran

IV. ANALISIS MASALAH

1. Penyebab dan faktor risiko dari Hepatitis A

Hepatitis A adalah penyakit yang mengenai sel-sel hati yang disebabkan oleh
virus hepatitis A (VHA). Self-limiting dan memberikan kekebalan seumur hidup.

Menurut WHO (2012) Hepatitis A adalah penyakit hati yang disebabkan oleh
virus hepatitis A. Virus ini menyebar terutama bila (dan tidak divaksinasi) tidak
terinfeksi orang ingests makanan atau air yang terkontaminasi dengan tinja orang
yang terinfeksi. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya air bersih,
sanitasi yang tidak memadai dan kebersihan pribadi yang buruk.3

ETIOLOGI
Hepatitis A virus akut merupakan infeksi virus yang ditularkan melalui
transmisi enteral virus RNA yang mempunyai diameter 27 nm. Virus ini bersifat self-
limiting dan biasanya sembuh sendiri, lebih sering menyerang individu yang tidak
memiliki antibodi virus hepatitis A seperti pada anak-anak, namun infeksi juga dapat
terjadi pada orang dewasa. Jarang terjadi fulminan (0.01%) dan transmisi menjadi
hepatitis konis tidak perlu ditakuti, tidak ada hubungan korelasi akan terjadinya

5
karsinoma sel hati primer. Karier HAV sehat tidak diketahui. Infeksi penyakit ini
menyebabkan pasien mempunyai kekebalan seumur hidup.4
HAV terdiri dari asam nukleat yang dikelilingi oleh satu atau lebih
protein.beberapa virus juga memiliki outer-membran envelop. Virus ini bersifat
parasite obligat intraseluler, hanya dapat bereplikasi didalam sel karena asam
nukleatnya tidak menyandikan banyak enzim yang diperlukan untuk metabolisme
protein, karbohidrat atau lipid untuk menghasilkan fosfat energi tinggi. Biasanya asam
nukleat virus menyandi protein yang diperlukan untuk replikasi dan membungkus
asam nukleatnya pada bahan kimia sel inang. Replikasi HAV terbatas di hati, tetapi
virus ini terdapat didalam empedu, hati, tinja dan darah selama masa inkubasi dan fase
akhir preicterik akut penyakit.
HAV digolongkan dalam picornavirus, subklasifikasi sebagai hepatovirus,
diameter 27 – 28 nm dengan bentuk kubus simetrik, untai tunggal (single stranded),
molekul RNA linier 7,5 kb, pada manusia terdiri dari satu serotipe, tiga atau lebih
genotipe, mengandung lokasi netralisasi imunodominan tunggal, mengandung tiga
atau empat polipeptida virion di kapsomer, replikasi di sitoplasma hepatosit yang
terinfeksi, tidak terdapat bukti adanya repliksai di usus, menyebar pada galur primata
non manusia dan galur sel manusia.5
FAKTOR RESIKO
Faktor risiko dari hepatitis A meliputi :
a. Sanitasi yang buruk
b. Kurangnya sarana air bersih
c. Tinggal satu rumah dengan orang yang terinfeksi hepatitis A
d. Mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja dari penderita
hepatitis A
e. Menjadi mitra seksual dengan orang yang terinfeksi hepatitis A akut
f. Berpergian ke daerah endemis tanpa vaksinasi

2. Cara penularan Hepatitis A


Hepatitis virus A ditularkan terutama melalui jalur fekal-oral. Bisa terjadi
ketika orang yang tidak terinfeksi mengkonsumsi makanan atau air yang telah
terkontaminasi dengan tinja orang yang terinfeksi. Wabah ditularkan melalui air,
meskipun jarang terjadi, biasanya berhubungan dengan limbah terkontaminasi. Virus

6
ini juga dapat ditularkan melalui kontak fisik dekat dengan orang yang terinfeksi,
meskipun kontak biasa antara orang-orang tidak menyebarkan virus.6

3. Gejala klinis Hepatitis A

GEJALA KLINIS 7

Masa inkubasi hepatitis A bervariasi antara 14-28 hari dengan gejala klinis yang
juga bervariasi mulai dari asimtomatik hingga simtomatik, tergantung pada usia. Pada
anak berusia <6 tahun, sekitar 70% kasus tidak menunjukkan gejala spesifik, sedangkan
pada kasus dewasa sekitar 85% memperlihatkan gejala dan membutuhkan rawat inap. Gejala
yang terjadi dapat berupa demam, tidak nafsu makan, diare, mual, rasa tidak nyaman di
perut, kemih berwarna gelap, dan warna kuning pada kulit serta mata. Pada umumnya,
gejala bertahan sekitar 2 bulan, tetapi pada kasus tertentu dapat melanjut hingga 6
bulan.

MANIFESTASI KLINIS7

Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari infeksi asimptomatik
tanpa ikterus sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminant yang dapat menimbulkan
kematian hanya dalam beberapa hari. Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase
inkubasi, fase prodromal (pra ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen (penyembuhan)

1. Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus. Fase
ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini tergantung pada
dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis inokulum, makin pendek
fase inkubasi ini. Pada hepatitis A fase inkubasi dapat berlangsung selama 14-50 hari,
dengan rata-rata 28-30 hari.

2. Fase Prodromal (pra ikterik).


Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus.
Awitannya dapat singkat atau insidious ditandai dengan malaise umum, nyeri otot,
nyeri sendi, mudah lelah, gejala saluran napas atas dan anorexia. Mual muntah dan
anoreksia berhubungan dengan perubahan penghidu dan rasa kecap. Demam derajat rendah
umunya terjadi pada hepatitis A akut. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di

7
kuadran kanan atas atau epigastrium, kadang diperberat dengan aktivitas akan tetapi
jarang menimbulkan kolesistitis. Gejala ini seperti “febrile influenza infection”. Pada
anak - anak dan remaja gejala gangguan pencernaan lebih dominan, sedangkan pada orang dewasa
lebih sering menunjukkan gejala ikterik disertai mialgia.

3. Fase Ikterus
  Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan
munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Akhir dari prodromal dan awal
dari fase klinis di tandai dengan urin yang berwarna coklat, urobilinogenuria persisten,
proteinuria ringan dan microhaematuria dapat berkembang. Feses biasanya acholic, dengan
terjadinya ikteric (60-70% pada anak-anak, 80-90% pada dewasa). Sebagian gejala
mereda, namun demam bisa tetap terjadi. Hepatomegali, nyeri tekan hepar
splenomegali, dapat ditemukan. Akhir masa inkubasi LDL dapat meningkat sebagai
espresi duplikasi virocyte, peningkatan SGOP, SGPT, GDH. Niali Transaminase
biasanya tidak terlalu diperlukan untuk menentukan derajat keparahan.
Peningkatan serum iron selalu merupakan ekspresi dari kerusakan sel hati. AP
dan LAP meningkat sedikit. HAV RNA terdeteksi sekitar 17 hari sebelum SHPT
meningkat dan beberapa hari sbelum HAV IgM muncul. Viremia bertahan selama rata-
rata 79 hari setelah peningkatan GPT , durasinya sekitar 95 hari.

4. Fase konvalesen (penyembuhan).


Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan
abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu
makan. Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu. Pada hepatitis A
perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu. Pada 5-10% kasus
perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya <1% yang menjadi fulminant.
Normalisasi dari serum asam empedu juga dianggap sebagai perameter dari
penyembuhan gejala kilnis :
 
1. Hepatitis A Klasik : Timbul secara mendadak didahului gejala prodromal sekitar 1
minggu sebelum jaundice
2. Hepatitis A relaps : Timbul 6-10 minggu setelah sebelumnya dinyatakan sembuh
secara klinis. Kebanyakan terjadi pada umur 20-40 tahun. Gejala relaps lebih
ringan daripada bentuk pertama.

8
3. Hepatitis A kolestatik : Terjadi pada 10% penderita simtomatis. Ditandai dengan
pemanjangan gejala hepatitis dalam beberapa bulan disertai panas, gatal-gatal dan
jaundice.
4. Hepatitis A protracted : Pada biopsi hepar ditemukan adanya inflamasi portal
dengan piecemeal necrosis, periportal fibrosis, dan lobular hepatitis
5. Hepatitis A fulminan : Paling berat dan dapat menyebabkan kematian, ditandai
dengan memberatnya ikterus, ensefalopati, dan pemanjangan waktu protrombin

4. Cara pencegahan penularan Hepatitis A


Dapat dilakukan melalui menghindari kontak dengan pasien, meningkatkan
higienitas individu (cuci tangan, makan makanan bersih, dan sebagainya), maupun
vaksinasi hepatitis A.
Vaksinasi hepatitis A berupa injeksi immunoglobulin 1 mL IM yang diulang setiap
6-18 bulan tergantung vaksin, dengan efektifitas yang mencapai 80-100%. Vaksinasi
tersebut diindikasikan bagi individu berikut :
1. Individu yang akan pergi ketempat endemis. Vaksinasi diberikan 2 minggu
sebelum keberangkatan
2. Pasien dengan penyakit hati kronis vaksinasi hepatitis A. Namun, efektifitas
vaksinasi pada kelompok dengan penyakit hati lanjut atau imunokomprom lebih
rendah.
3. Pasien dengan potensi hepatitis A tinggi yakni sosioekonomi rendah, kebersihan
air dan sanitasi yang buruk.Vaksin hepatitis A belum direkomendasikan pada
pasien berusia <2 tahun. Saat ini, vaksin yang tersedia berupa Havrix® dan
Vaqta®.6
5. Kriteria kantin sehat

Kriteria kantin yang sehat dijelaskan pada Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang kelalaian hygiene
sanitasi pada kantin. Kriterianya meliputi faktor bangunan, konstruksi, dan fasilitas
sanitasi, sebagai berikut :

BANGUNAN8

- Bangunan kantin kokoh, kuat dan permanen.

9
- Ruangan harus ditata sesuai fungsinya, sehingga memudahkan arus tamu, arus
karyawan, arus bahan makanan dan makanan jadi serta barang-barang lainnya yang
dapat mencemari makanan.

KONSTRUKSI8

- Lantai harus dibuat kedap air, rata, tidak licin, kering dan bersih.
- Dinding. Permukaan dinding harus rata, kedap air dan dibersihkan.
- Ventilasi. Ventilasi alam harus cukup menjamin peredaran udara dengan baik,
dapat menghilangkan uap, gas, asap, bau dan debu dalam ruangan. Ventilasi buatan
diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat memenuhi persyaratan.
- Pencahayaan. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan
pekerjaan pengolahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan ruangan.
- Atap. Tidak bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang tikus dan serangga
lainnya.
- Langit-langit. Permukaan rata, bersih, tidak terdapat lubang-lubang.

FASILITAS SANITASI8

- Air bersih. Kualitas air bersih harus memenuhi syarat fisik (tidak berbau, tidak
berasa, tidak berwarna, jernih), serta jumlahnya cukup memadai untuk seluruh
kegiatan.
- Air limbah. Air limbah mengalir dengan lancar, sistem pembuangan air limbah
harus baik, saluran terbuat dari bahan kedap air, saluran pembuang air limbah
tertutup.
- Toilet. Tersedia toilet, bersih. Di dalam toilet harus tersedia jamban, peturasan dan
bak air. Tersedia sabun/deterjen untuk mencuci tangan. Di dalam toilet harus
tersedia bak dan air bersih dalam keadaan cukup.
- Tempat sampah. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah
berkarat, mempunyai tutup. Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi
sampah. Sampah dibuang tiap 24 jam.
- Tempat cuci tangan. Fasilitas cuci tangan ditempatkan sedemikian rupa sehingga
mudah dicapai oleh tamu dan karyawan. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan

10
air mengalir, sabun/deterjen, bak penampungan yang permukaanya halus, mudah
dibersihkan dan limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup.
- Tempat mencuci peralatan. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan
mudah dibersihkan. Bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 bilik/bak pencuci yaitu
untuk mengguyur, menyabun dan membilas.
- Tempat mencuci bahan makanan. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak
berkarat dan mudah dibersihkan.
- Tempat penyimpanan air bersih (tandon air) harus tertutup sehingga dapat
menahan masuknya tikus dan serangga.

RUANG DAPUR, RUANG MAKAN DAN PENYAJIAN8

- Dapur. Dapur harus bersih, ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan hewan
lainnya.
- Ruang makan. Ruang makan bersih, perlengkapan ruang makan (meja, kursi,
taplak meja), tempat peragaan makanan jadi harus tertutup, perlengkapan bumbu
kecap, sambal, merica, garam dan lain-lain bersih.

6. Cara pengolahan limbah yang baik

Prinsip-prinsip dalam Pengamanan sampah11:

a. Reduce
Yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda
yang tidak terlalu dibutuhkan.
Contoh:
Mengurangi pemakaian kantong plastik.
Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga secara rutin
misalnya sekali sebulan atau sekali seminggu.
Mengutamakan membeli produk berwadah sehingga bisa diisi ulang.
Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih bisa diperbaiki).
Membeli produk atau barang yang tahan lama.

b. Reuse

11
Yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai tanpa mengubah bentuk.
Contoh:
Sampah rumah tangga yang bisa dimanfaatkan seperti koran bekas, kardus
bekas, kaleng susu, wadah sabun lulur, dan sebagainya. Barang-barang tersebut
dapat dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk
menyimpan tusuk gigi, perhiasan, dan sebagainya.
Memanfaatkan lembaran yang kosong pada kertas yang sudah digunakan,
memanfaatkan buku cetakan bekas untuk perpustakaan mini di rumah dan untuk
umum.
Menggunakan kembali kantong belanja untuk belanja berikutnya.

c. Recycle
Yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru.

Contoh:

Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dengan cara pembuatan


kompos atau dengan pembuatan lubang biopori.
Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan
kembali, contohnya mendaur ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas
kembali, botol plastik bisa menjadi tempat alat tulis, bungkus plastik detergen
atau susu bisa dijadikan tas, dompet, dan sebagainya.
Sampah yang sudah dipilah dapat disetorkan ke bank sampah terdekat.

7. Kriteria sekolah sehat

1. Kondisi atap dan talang


Atap dan talang yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapatmenjadi tempat
perindukan nyamuk dan tikus. Kondisi ini mendukung terjadinya penyebaran
dan penularan penyakit demam berdarah dan leptospirosis.9
2. Kondisi dinding 
Dinding yang tidak bersih dan berdebu selain mengurangi estetika juga
berpotensi merangsang timbulnya gangguan pernafasan seperti asthma atau
penyakit saluran pernafasan.9
3. Kondisi lantai 

12
Dinding yang tidak rata, licin dapat menyebabkan
terjadinyakecelakaan, sedangkan lantai yang kotor dapat mengurangi
kenyamanan dan estetika. Lantai yang tidak kedap air dapat
menyebabkan  kelembaban. Kondisi ini mengakibatkan dapat berkembang
biaknya bakteri dan jamur yang dapat meningkatkan resiko penularan
penyakit seperti TBC, ISPA dan lainnya.9
4. Kondisi tangga 
Tangga yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti kemiringan, lebar
anak tangga, pegangan tangga berpotensi menimbulkan  kecelakaan
bagi peserta didik. Tangga yang memenuhi syarat adalah lebar injakan > 30
cm, tinggi anak tangga maksimal 20 cm, lebar tangga > 150 cm serta mempunyai
pegangan tangan.9
5. Pencahayaan 
Pencahayaan alami di ruangan yang tidak memenuhi syarat  kesehatan
mendukung berkembang biaknya organisme seperti bakteri dan jamur.
Kondisi ini berpotensi menimbulkan gangguan terhadap  kesehatan. Selain
itu pencahayaan yang kurang menyebabkan ruang menjadi gelap sehingga
disenangi oleh nyamuk untuk beristirahat (rasting habit).9
6. Ventilasi 
Ventilasi di ruangan yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan menyebabkan proses pertukaran udara tidak lancar, sehingga
menjadi pengap dan lembab, Kondisi ini mengakibatkan berkembang
biaknya bakteri, virus dan jamur yang berpotensi menimbulkan gangguan
penyakit seperti TBC, ISPA, cacar dan lainnya.9
7. Kepadatan Kelas 
Perbandingan jumlah peserta didik dengan luas ruang kelas yang tidak
memenuhi syarat kesehatan menyebabkan menurunnya prosentase ketersediaan
oksigen yang dibutuhkan oleh peserta didik. Hal ini akan menimbulkan rasa
kantuk, menurunkan konsentrasi belajar dan resiko penularan penyakit.
Perbandingan ideal adalah 1 orang menempati luas ruangan 1,75 M2.9
8. Jarak Papan tulis 
Jarak papan tulis dengan murid terdepan <2,5 meter akan
mengakibatkan debu kapur atau spidol beterbangan dan terhirup
ketika menghapus papan tulis, sehingga untuk jangka waktu lama

13
akan berpengaruh terhadap fungsi paru-paru. Bila jarak papan tulis
dengan murid paling belakang >9 meter akan menyebabkan gangguan
konsentrasi belajar.9
9. Ketersediaan tempat cuci tangan 
Tangan yang kotor berpotensi menularkan penyakit. Kebiasaan  cuci
tangan dengan sabun mampu menurunkan kejadian penyakit diare 30%.
Tersedianya tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun  bertujuan
untuk menjaga diri dan melatih kebiasaan cuci tangan dengan sabun sebelum
makan atau sesudah buang air besar merupakan salah satu Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Berdasarkan ketentuan Departemen Kesehatan
maka setiap 2 (dua) ruang kelas harus terdapat satu wastafel yang terletak di
luar ruangan.9
10. Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak disukai, bisa berasal dari luar sekolah
maupun dari dalam lingkungan sekolah itu sendiri, suara bising dapat
menimbulkan gangguan komunikasi sehingga mengurangi  konsentrasi
belajar dan dapat menimbulkan stress.9
11. Air bersih
Ketersediaan air bersih baik secara kualitas maupun kuantitas muklak
diperlukan untuk menjaga hygiene dan sanitasi perorangan maupun
lingkungan. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara lain
diare, kholera, hepatitis, penyakit kulit, mata dan lainnya. Idealnya
ketersediaan air adalah 15 liter/orang/hari.9
12. Toilet (kamar mandi, WC dan urinoir) 
Bak penampungan air dapat menjadi tempat berkembang
biaknya nyamuk, demikian juga kamar mandi yang pencahayaannya
kurang memenuhi syarat kesehatan akan menjadi tempat bersarang
dan beristirahatnya nyamuk.
WC dan urinoir : Tinja dan urine merupakan sumber penularan penyakit
perut ( diare, cacingan, hepatitis ). Penyakit ini ditularkan melalui air, tangan,
makanan dan lalat. Untuk perlu diperhatikan ketersediaan WC dalam hal
jumlahnya. Perbandingannya adalah : 1 WC untuk 25 siswi dan 1 WC untuk 40
siswa.9
13. Pengelolaan sampah 

14
Penanganan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi
tempat berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, tikus, kecoak. Selain
itu dapat juga menyebabkan pencemaran tanah dan menimbulkan gangguan
kenyamanan dan estetika. Untuk itu disetiap ruang kelas harus terdapat 1 buah
tempat sampah dan di sekolah tersebut harus tersedia tempat pembuangan sampah
sementara (TPS).9
14. Sarana pembuangan air limbah
Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi
syarat kesehatan ataupun tidak dipelihara akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan menjadi tempat perindukan dan bersarangnya tikus.
Kondisi ini berpotensi menyebabkan dan menularkan penyakit
seperti leptospirosis dan filariasis (kaki gajah).9
15. Pengendalian vector 
Termasuk dalam pengertian vektor ini, terutama adalah tikus dan
nyamuk. Tikus merupakan vektor penyakit pes, leptospirosis, selain
sebagai vektor penyakit, tikus juga dapat merusak bangunan dan instalasi
listrik. Hal ini meningkatkan resiko penularan penyakit dan juga
menimbulkan terjadinya arus pendek pada aliran listrik. Nyamuk merupakan
vektor penyakit, jenis nyamuk tertentu  menularkan jenis penyakit yang
berbeda. Nyamuk Aedes Aegypti dapat menyebabkan demam berdarah. Anak-
anak usia sekolah merupakan kelompok resiko tinggi terjangkit penyakit
demam berdarah. Nyamuk demam berdarah senang berkembang biak
pada tempat-tempat penampungan air maupun non penampungan air.
Beberapa tempat perindukan yang harus diwaspadai antara lain bak air, saluran
air, talang, barang-barang bekas dan lainnya.9
16. Kantin/warung sekolah
Kantin/warung sekolah sangat dibutuhkan oleh peserta didik untuk tempat
memenuhi kebutuhan makanan jajanan pada saat istirahat.  Makanan
jajanan yang disajikan tersebut harus memenuhi syarat kesehatan, karena
pengelolaan makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan
penyakit bawaan makanan dan berpengaruh terhadap kesehatan sehingga
akan mempengaruhi proses belajar mengajar.9
17. Kondisi halaman sekolah

15
Halaman sekolah pada musim kemarau akan berdebu, sehingga
menyebabkan penyakit ISPA dan pada musim hujan akan menimbulkan becek
sehingga berpotensi menimbulkan kecelakaan. Halaman sekolah yang kotor
dapat mengganggu estetika dan menjadi tempat berkembang biaknya bibit
penyakit.9
18. Perilaku
Kebiasaan yang dilakukan sehari hari dapat
mempengaruhi terjadinya penularan dan penyebaran penyakit. Sekolah
merupakan tempat pembelajaran bagi peserta didik untuk membiasakan
diri berperilaku hidup bersih dan sehat, untuk menurunkan resiko
terkenapenyakit tertentu. Beberapa perilaku hidup bersih dan sehat itu antara
lain : tidak merokok, buang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan
diri, cuci tangan pakai sabun, menjaga kebersihan lingkungan dan lainnya.9

8. Penyakit yang termasuk penyakit berbasis lingkungan

Ada 10 penyakit utama penyakit berbasis lingkungan10 :

1. TBC

- Penyebab

Penyakit TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh


Mycrobacterium tuberculocis. Mycrobacterium tuberculocis berbentuk batang
berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, tahan terhadap
pewarnaan yang asam sehingga disebut dengan Bakteri Tahan Asam
(BTA).

- Cara  penularan

Penularan TB melalui udara, terutama pada udara tertutup seperti udara


dalam rumah yang pengap dan lembab, udara dalam pesawat terbang, gedung
pertemuan, dan kereta api berpendingin. Prosesnya tentu tidak secara langsung,
menghirup udara bercampur bakteri TB lalu terinfeksi, lalu menderita TB, tidak
demikian. Sumber penularan adalah penderita TB dengan BTA (+). Apabila
penderita TB batuk, berbicara atau bersin, maka ribuan bakteri TB akan
berhamburan bersama ”droplet” nafas penderita yang bersangkutan, khususnya
pada penderita TB aktif dan luka terbuka pada parunya. Cahaya matahari sangat

16
berperan dalam membunuh kuman di lingkungan. Oleh sebab itu ventilasi
rumah sangat penting dalam manajemen TB berbasis keluarga atau lingkungan.

Beberapa faktor kondisi lingkungan yang dapat meningkatkan terjadinya


penularan TB adalah :

1. Kepadatan hunian kamar tidur

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah
penghuninya agar tidak menyebabkan overload.

2. Pencahayaan

Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas


jendela kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela
kurang baik atau kurang leluasa maka dapat dipasang genteng kaca.
Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri
patogen di dalam rumah, misalnya basil TB, karena itu rumah yang sehat
harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup.

3. Ventilasi

Fungsi pertama ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran udara didalam


rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang
diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.

4. Kondisi rumah

Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempatperkembang biakan kuman


lantai dan dinding yag sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan
debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi
berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium tuberculosis.

5.  Kelembaban udara

Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.

17
2.  Demam Berdarah Dengue (DBD)

- Penyebab

DBD  merupakan Penyakit menular disebabkan virus Dengue ditularkan


melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (sekitar rumah/ sekolah) dan Aedes
albopictus (kebun).

- Cara penularan

Ditularkan melalui gigitan nyamuk yang infektif, terutama Aedes aegypti.


Ini adalah spesies nyamuk yang menggigit pada siang hari, dengan
peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan
beberapa jam sebelum matahari tenggelam. Aedes aegypti maupun Aedes
albopictus ditemukan didaerah perkotaan. Nyamuk berkembangbiak ditempat
penampungan air yang tak beralaskan tanah (bak mandi / WC, drum, tempayan
barang penampung air, kaleng, ban bekas, pot,tempat minum burung).

- Cara pencegahan
a. Beri penyuluhan, informasikan kepada masyarakat untuk membersihkan
tempat perindukan nyamuk dan melindungi diri dari gigitan nyamuk
dengan memasang kawat kasa, perlindungan dengan pakaian dan
menggunakan obat gosok anti nyamuk .
b. Lakukan survei di masyarakat untuk mengetahui tingkat kepadatan vector
nyamuk, untuk mengetahui tempat perindukan dan habitat larva, biasanya
untuk Ae. Aegypti adalah tempat penampungan air buatan atau alam yang
dekat dengan pemukiman manusia (misalnya ban bekas, vas bunga, tandon
penyimpanan air.

3.  Penyakit Cacingan

- Ascaris lumbricoides

Manusia merupakan hospes definitif cacing ini. Cacing jantan berukuran


10-30 cm, sedangkan betina 22-35 cm, pada stadium dewasa hidup di rongga
usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai 100.000-200.000 butir sehari,
terdiri dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi.

18
Di tanah, dalam lingkungan yang sesuai telur yang dibuahi tumbuh
menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif
ini bila tertelan manusia akan menetas menjadi larva di usus halus, larva
tersebut menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa
kemudian di alirkan ke jantung lalu mengikuti aliran darah ke paru-paru.
Setelah itu melalui dinding alveolus masuk ke rongga alveolus, lalu naik ke
trachea melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva menuju ke faring,
sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam
esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses
tersebut memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan sampai
menjadi cacing dewasa.

- Ancylostoma (cacing tambang)

Necator americanus dan Ancylostomaduodenale adalah dua spesies cacing


tambang yang dewasa di manusia. Habitatnya ada di rongga usus halus.
Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina
mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing
dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang
gigi.

Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan
keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas
menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi
larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8
minggu di tanah. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut
tertelan bersama makanan.

- Trichuristrichiura

19
Trichuristrichiura betina memiliki panjang sekitar 5 cm dan yang jantan
sekitar 4 cm. Hidup di kolon asendens dengan bagian anteriornya masuk ke
dalam mukosa usus.

Satu ekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur sehari sekitar


3.000-5.000 butir. Telur berukuran 50-54 mikronx 32 mikron, berbentuk
seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada ke dua kutub.

Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi
matang dalam waktu 3–6 minggu di dalam tanah yang lembab dan teduh.
Telur matang ialah telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif.
Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia
(hospes).

- Cara Penularan 

1. Apabila penderita cacingan buang air besar sembarangan. Tinja yang


mengandung telur cacing mengotori tanah.

2. Di tanah yang lembab dengan suhu yang sesuai dan waktu tertentu telur
menjadi matang dan siap menulari orang lain.

3. Penularan dapat melalui makanan dan minuman yang dikotori oleh telur
cacing yang telah matang tadi atau melalui tangan yang kotor.

4. Dapat juga penularan melalui gigitan tempayak (larva) pada kulit yang tidak
memakai alas kaki.

- Cara Pencegahan

1. Mencuci tangan bersih-bersih dengan sabun sebelum makan dan sesudah


buang air besar serta saat mau menyuapi anak.

2. Mandi dan membersihkan badan paling sedikit 2 kali setiap hari.

3. Memotong dan membersihkan kuku.

4. Memakai alas kaki (sandal atau sepatu) sewaktu diluar rumah.

5. Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum makan dan minum.

6. Membuang tinja di jamban.

20
7. Menjaga kebersihan, menutup makanan dengan tudung saji.

8. Mencegah pengotoran sungai dan saluran air.

9. Menjaga kebersihan rumah.

10. Menjaga kebersihan lingkungan.

11. Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum dan mandi.

12. Mengusahakan pengaliran pembuangan air kotor/air limbah.

13. Membuang sampah di tempat yang semestinya.

14. Memberantas binatang yang menyebarkan telur cacing seperti lalat,


lipas dan tikus.

4. Diare

- Penyebab

Penyebab diare terbanyak adalah Champilobacter jejuni dan pestisida.


Tempat berkembang biaknya pada binatang peliharaan (ayam, kalkun, kucing
anjing, burung), makanan kadaluarsa dan makanan tercemar pestisida.

- Cara Penularan

Makanan yang tak dimasak benar/ penyimpanan makanan tak benar


hingga terkontaminasi bahteri. Susu yang tak dimasak/ pasteurisasi. Makanan
kadaluarsa atau tercemar pestisida.

Tejadinya diare karena,

a. Minum air yang tak dimasak


b. Makan dengan tangan kotor
c. Menggunakan air kotor (air sungai)
d. Makan makanan yang dihinggapi lalat
e. Makanan dan minuman yang sudah basi atau menggunakan zat pewarna
yang berlebihan
- Cara Pencegahan
a. Masak makanan dengan benar dan simpan dalam suhu yang tepat agar
bakteri tak berkembangbiak

21
b. Susu harus di pasteurisasi
c. Cuci tangan dengan sabun setelah BAB
d. Simpan pestisida atau bahan beracun lain ditempat berlainan dengan tepat
makanan
e. Tidak makan makanan kadaluarsa
f. Simpan makanan pada suhu tertentu sesuai jenis/bahan makanan

5. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

- Penyebab
a. Bakteri Sreptococcus Pneumonia
b. Hemophilus Influenza
c. Asap dapur
d. Sirkulasi  udara yang tidak sehat
- Cara Penularan
a. Tempat berkembang biak saluran pernafasan
b. Melalui udara/ aerogen yaitu kontak lansung dengan mulut penderita dan
tidak langsung melalui udara yang terkontaminasi dengan bahteri karena
penderita batuk
c. Kontak tidak langsung melalui peralatan yang terkontaminasi discharge
saluran pernafasan.
d. Biasanya penularan organisme terjadi dari orang ke orang, namun
penularan melalui kontak sesaat jarang terjadi.
- Cara Pencegahan
a. Menjaga sirkulasi udara yang bersih dalam rumah dengan membuka
jendela/ ventilasi cukup
b. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar

c. Hindari polusi udara dalam rumah seperti: asap dapur dan asap rokok

d. Hindari jumlah hunian dalam satu kamar tidur tidak lebih dari 3 orang

e. Menyemen lantai rumah/plester

6.  Malaria

- Penyebab

22
Dikenal 4 jenis plasmodium,yaitu:

a. Plasmodium FALCIFARUM : penyebab malaria TROPIKANA.


b. Plasmodium VIVAX   : penyebab malaria TERTIANA.

c. Plasmodium MALARIAE  : penyebab malaria QUARTANA.

d. Plasmodium OVALE  : penyebab malaria OVALE.

Bisa terjangkit 2 plasmodium (infeksi campuran)

- Cara Penularan
a. Ditularkan melalui gigitan nyamuk anopeles, yang telah menggigit orang
yang sedang sakit malaria, maka parasit akan masuk tubuh nyamuk dan
berkembang dan tambah banyak.
b. Dalam beberapa hari nyamuk tersebut mengigit orang sehat maka parasit itu
ditularkan ketubuhnya
c. Parasit dalam tubuh orang tersebut berkembang bertambah banyak dan
menyerang sel darah merah, lalu orang tersebut terserang malaria
- Cara Pencegahan
a. Menghindari gigitan nyamuk, tidur pakai kelambu, bakar obat nyamuk,
pasang kawat kasa,jauhkan kandang ternak dari tempat tinggal
b. Hilangkan sarang nyamuk: mengalirkan genangan air, bersihkan semak/
rumput, usahakan rumah tidak gelap,jorok,buka jendela siang hari,lipat kain
bergantungan,kubur kaleng bekas, alirkan got, menimbun air tergenang.
c. Bunuh nyamuk dewasa (semprot nyamuk)
d. Bunuh jentik nyamuk (tebar ikan pemakan jentik)
e. Lapor penderita yang datang dari daerah malaria

7.  Filariasis

- Penyebab
a. Filariasis  disebabkan oleh cacing filaria yang menyerupai benang hidup di
dalam tubuh manusia.
b. Cacing ini dapat bertahan hidup selama 4 sampai 6 tahun dalm kelenjar
getah bening (bahagian tubuh yang melindungi kita dari penyakit).
c. Cacing ini berkembang biak di dalam tubuh dan menghasilkan jutaan anak
cacing yang beredar dalam darah

23
- Cara Penularan
a. Filariasis ditularkan dari seseorang  yang dalam darah terdapat  anak
cacing/ mikrofilaria kepada  orang lain melalui gigitan nyamuk.
Orang tersebut  mungkin sakit  filariasis  atau mungkin tidak.
b. Pada waktu nyamuk mengisap  darah, mikrofilaria akan terhisap  dan
masuk ke dalam badan nyamuk.
c. Dalam waktu 1-2 minggu kemudian berubah menjadi larva dan ditularkan
kepada  orang lain sewaktu nyamuk menggigitnya.
- Cara Pencegahan
a. Menghindari dari gigitan nyamuk dengan cara: tidur menggunakan
kelambu, memasang obat nyamuk, memakai obat gosok anti nyamuk/
repellent dan lubang-lubang angin/ ventilasi rumah ditutup dengan kawat
kasa halus.
b. Memberantas nyamuk dengan cara: membersihkan tempat-tempat
perindukan nyamuk dan menyemprot untuk membunuh nyamuk dewasa.
c. Mengikuti program pengobatan massal filariasis.
d. Memeriksakan diri ke puskesmas bila keluarga atau tetangga menderita
filariasis.

8.  Chikungunya

- Penyebab

Virus Chikungunya ditularkan lewat gigitan nyamuk termasuk dalam


kelompok  Alphavirus (group A    kalau  DBD group B) famili Togaviridae

- Cara Penularan
a. Dirtularkan oleh nyamuk AEDES AEGYPTI yang merupakan nyamuk
penular penyakit demam berdarah (DBD).
b. 3 faktor memegang peranan: manusia, virus dan vektor chikungunya.
c. Reservoirnya adalah: primata (monyet, kera)
d. Semua orang dapat tertular (anak-anak, dewasa, laki-laki, perempuan, kaya
ataupun miskin)
e. Bila penderita yang sakit (dalam keadaan viremia 2 hari sebelum demam
dan 5 sesudah demam) digigit oleh nyamuk penular (berkembang dalam

24
tubuh nyamuk 8-10 hari), lalu nyamuk tersebut menggigit orang lain (4-7
hari kemudian dia menjadi sakit)
f. Biasa tida terjadi penularan dari orang ke orang lain
g. Penyakit berlangsung beberapa hari kemudian sembuh sendiri
h. Masa inkubasi 1-12 hari (umumnya 2-4 hari)
- Cara Pencegahan

1. PERORANGAN

a. Jangan biarkan nyamuk berkembang biak


b. Lakukan PSN dengan 3M pada TPA, non TPA dan habitat alamiah secara
teratur tiap minggu
c. Menabur larvasida
d. Memelihara ikan pemakan jentik
e. Lindungi diri dari gigitan nyamuk terutama siang hari, dengan
menggunakan repellant, kelambu, pasang kawat kasa di rumah.

2.   KELOMPOK MASYARAKAT

      Gotong royong membersihkan lingkungan dari tempat


perkembangbiakan nyamuk penular.

9.  Penyakit Kulit

- Kudis /Scabies
a. Penyebab : tungau / sarcoptes scabiei menembus lapisan kulit tanduk dan
membuat terowongan di bawah kulit sambil bertelur
b. Cara penularan : melalui kontak langsung, melalui alat-alat (baju, handuk,
sprei,tikar dan bantal)
c. Mengenai sosio ekonomi rendah, kepadatan penghuni rumah, higiene buruk
pendidikan rendah, bisa terjadi di asrama

Cara pencegahan :

- Memutus rantai penularan dengan memberi obat

- Lingkungan agar tigak terlalu padat

- Hindari kebiasaan tukar menukar baju dan handuk

25
- Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih, minimal 2x/ hari dengan
sabun

- Jaga kebersihan lingkungan

- Buka jendela agar matahari masuk

9. Prinsip dasar sanitasi

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan


lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada
pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia. Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan
kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air
limbah.

1) Penyediaan Air Bersih

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga per empat bgaian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak
seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain
itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan
kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga digunkan untuk keperluan industri,
pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain.12

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.


416/MenKes/Per/IX/1990, yang di maksud air bersih adalah air bersih yang
digunakan untuk keperluan seharihari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah di masak. Air bersih merupakan
salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia
secara sehat. ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan.13

Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat


yaitu kuantitas dan kualitas.

a. Syarat Kuantitas
Kebutuhan masyarakat terhadap air bervariasi dan bergantung pada
keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat. Konsumsi air

26
bersih di perkotaan Indonesia berdasarkan keperluan rumah tangga,
diperkirakan sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk
mandi,cuci, kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan
rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2
liter, lain-lain 33,3 liter.14
b. Syarat kualitas
Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan
mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.15
1. Parameter Fisik
Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau,
tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu
sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga
menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang
rendah.
a) Bau
Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air.
b) Rasa
Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak
tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat
membahayakan kesehatan.
c) Warna
Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun
mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya
tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa,
berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang
tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena
khlor dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang
beracun. Warna pun dapat berasal dari buangan industri.
d) Kekeruhan

27
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang
bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya
berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik
dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri
dapat juga merupakan sumber kekeruhan.
e) Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat
membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia di
dalam saluran/pipa, mikroorganisme pathogen tidak mudah
berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan
dahaga.
f) Jumlah
Zat Padat Terlarut Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri
atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS
bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek TDS
ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies
kimia penyebab masalah tersebut.
2. Parameter Mikrobiologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah
dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang
mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari harus bebas dari bakteri pathogen. Bakteri golongan coli tidak
merupakan bakteri golongan pathogen, namum bakteri ini merupakan
indikator dari pencemaran air oleh bakteri pathogen.
3. Parameter Radioaktifitas
Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas efeknya
adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan
dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat
diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel
mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker
dan mutasi.
4. Parameter Kimia

28
Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar
secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain
air raksa (Hg), alumunium (Al), Arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), Flourida
(F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Air
sebaiknya tidak asam dan tidak basa (Netral) untuk mencegah terjadinya
pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air. pH yang dianjurkan
untuk air bersih adalah 6,5 – 9.
Sumber Air12
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi :
a. Air angkasa (hujan)
Air angkasa (air hujan) merupakan sumber utama air di bumi. Walau
pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut
cenderung mengalami pencemaran jika di atmosfer. Pencemaran yang
berlangsung di atmosfer dapat disebabkan oleh partikel debu,
mikroorganisme dan gas, misalnya karbon dioksida, nitrogen, dan
ammonia.
b. Air permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau,
telaga, waduk, rawa, terjun dan sumur permukaan, sebagian berasal dari air
hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan
mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, dan lainnya.
Dibandingkan sumber air lain, air permukaan merupakan sumber air yang
paling tercemar akibat perbuatan manusia, flora, fauna, dan zat-zat lain.
c. Air tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke
dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses
yang telah dialamu air hujan tersebut, didalam perjalannya ke bawah tanah,
membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air
permukaan.
Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber air lain. Pertama,
air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses
purifikasi atau penyernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang
tahun, saat musim kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah juga memiliki

29
beberapa kerugian atau kelemahan disbanding sumber air lainnya. Air tanah
mengadung zat-zat mineral dalam konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang
tinggi dari zat-zat mineral semacam magnesium, kalsium, dan logam berat seperti
besi dapat menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untuk mengisap dan
mengalirkan air ke atas permukaan, diperlukan pompa.

2) Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)


Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau atau tempat duduk dengan leher
angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkan.16
Sedangkan syarat jamban sehat menurut Depkes RI (1985), antara lain17 :
Tidak mencemari sumber air minum. Letak lubang penampungan kotoran paling
sedikit berjarak 10 meter dari sumur air minum (sumur pompa tangan, sumur gali,
dan lain-lain). Tetapi kalau keadaan tanahnya berkapur atau tanah liat yang retak-
retak pada musim kemarau, demikian juga bila letak jamban di sebelah atas dari
sumber air minum pada tanah yang miring, maka jarak tersebut hendaknya lebih
dari 15 meter ;
1. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus. Untuk
itu tinja harus tertutup rapat misalnya dengan menggunakan leher angsa atau
penutup lubang yang rapat;
2. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di
sekitarnya, untuk itu lantai jamban harus cukup luas paling sedikit berukuran
1×1 meter, dan dibuat cukup landai/miring ke arah lubang jongkok;
3. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-bahan
yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahal hendaknya dipergunakan
bahan-bahan yang ada setempat;
4. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
terang;
5. Cukup penerangan;
6. Lantai kedap air;
7. Luas ruangan cukup, atau tidak terlalu rendah;
8. Ventilasi cukup baik;
9. Tersedia air dan alat pembersih

30
Berdasarkan PERMENKES NO.3 Tahun 2014, standar dan persyaratan
kesehatan bangunan jamban terdiri dari18 : Bangunan atas jamban (dinding dan/atau
atap)

Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari


gangguan cuaca dan gangguan lainnya.

a) Bangunan tengah jamban Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban,


yaitu:
- Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi
oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang
dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.
- Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai
saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah
(SPAL).

b) Bangunan Bawah

Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja


yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja
melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu:

31
- Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan
limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia
akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari
tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Jika tidak
memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan
tersebut.

- Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan
cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah
tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian
padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis. Bentuk cubluk dapat
dibuat bundar atau segi empat, dindingnya harus aman dari longsoran, jika
diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu kali, buis
beton, anyaman bambu, penguat kayu, dan sebagainya.

3) Pengelolaan Sampah dan Salurannya


Menurut UU NO. 18 Tahun 2008 bahwa Pengelolaan sampah rumah tangga
dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas:
1. Pengurangan sampah
Pengurangan sampah meliputi kegiatan:
a. pembatasan timbulan sampah
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.
2. Penanganan sampah
Kegiatan penanganan sampah meliputi:
a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.

32
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu. Sampah dikumpulkan dari sumbernya seperti
rumah tangga, jalan dan taman, perkantoran, pertokoan, pasar, hotel, dsb.
Sampah–sampah tersebut dikumpulkan dalam suatu wadah berupa bak,
tong, kantong plastik, keranjang atau ember. Wadah sampah yang baik
adalah (a) selalu tertutup sehingga lalat, anjing, kucing atau tikus bisa
dicegah masuk ke dalamnya, (b) mudah dibersihkan atau dicuci sehingga
terpelihara kebersihannya, dan (c) mudah diambil sampahnya oleh tukang
sampah.
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir. Pengangkutan
sampah biasa dilakukan dengan gerobak kecil dari sumber sampah ke
tempat penampungan sementara (TPS) yang biasanya berupa transfer
depo, kontainer atau pool gerobak. Pengangkutan sampah secara teratur
dan berkala akan mencegah menumpuknya sampah di sekitar wadah. Di
TPS, sampah diangkut secara berkala ke TPA. Jika tidak, maka beberapa
permasalahan akan muncul seperti bau busuk, berkembangbiaknya ribuan
lalat, sarang nyamuk, tikus, kucing dan anjing, sampah tercecer ke jalanan
dan got sehingga terkesan kumuh dan dapat mengakibatkan banjir.
Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA menggunakan truk sampah.
d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah dan/atau
e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Pembuangan akhir merupakan kegiatan akhir dalam mengelola sampah.
TPA yang beroperasi saat ini umumnya menggunakan sistem landfill atau
open dumping. Area open dumping biasanya berupa area terbuka cukup
luas yang digali atau bekas jurang. Area tersebut kemudian digunakan
sebagai tempat pembuangan sampah dari segala penjuru kota.
Pengoperasian open dumping relatif mudah, murah dan luwes.

33
Untuk pengelolaan sampah spesifik baik B3 (bahan berbahaya dan
beracun) dan sampah medis yang bersifat infektius mengenai
pengelolaannya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan
Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.19,20

4) Pembuangan Air Limbah


Sanitasi tepat guna dalam bidang pembuangan air limbah domestik terdiri 2
(dua) sistem, yaitu:
1. Sistem pembuangan setempat (on-site system)
Sistem pembuangan setempat adalah fasilitas sanitasi yang berada di dalam
daerah persil (batas tanah yang dimiliki). Sarana sistem pembuangan
setempat dapat dibagi 2 (dua) yaitu: - Sistem individual: tangki septic,
cubluk - Sistem komunal: MCK
2. Sistem pembuangan terpusat (off-site system)
Sistem pembuangan terpusat adalah fasilitas sanitasi yang berada di luar
persil. Contoh sistem sanitasi ini adalah sistem penyaluran air limbah yang
kemudian dibuang ke suatu tempat pembuangan (disposal site) yang aman
dan sehat, dengan atau tanpa pengolahan sesuai dengan kriteria baku mutu
dan besarnya limpahan. Adapun tempat pembuangan dapat berupa lahan
terbuka sebagai tempat peresapan (misal di padang pasir) atau badan-badan
aliran air sebagai Badan Air Penerima (BAP). Di Indonesia umumnya
sungai sebagai badan-badan aliran air (Badan Air Mengalir (BAM) yang
sebagai BAP, kecuali di daerah perkotaan pantai. Badan Air Laut (BAL)
adalah sebagai BAP.

Prinsip-prinsip penyaluran limbah adalah sebagai berikut:

1. Disalurkan kedalam saluran tertutup, dan harus rapat air

2. Jalur salurannya disesuaikan sedemikian rupa, sehingga sedapat mungkin


melalui daerah pelayanan (service area) sebanyak-banyaknya, sehingga
jalur seluruhnya sambung-menyambung dari mulai saluran awal
(lateral), menuju saluran cabang cabangnya, yang kemudian menuju

34
kedalam saluran-saluran induknya. Dari saluran– saluran induk tersebut,
air limbang dibuang ke pembuangan akhir yang aman dengan atau diolah
dalam bangunan pengolahan air limbah tertentu, dengan tingkat
pengolahan, sesuai dengan karakteristik air limbahnya, dan tempat
pembuangan akhirnya, sehingga badan air setelah bercampur dengan air
limbah, memenuhi persyaratan-persyaratan kaulitas tertentu.

3. Aliran air limbah harus mampu membawa kotoran-kotorannya (self


cleansing velocity) dan tidak boleh merusak salurannya.

4. Kedalaman aliran air limbah harus mampu dipakai berenangnya benda-


benda yang ada di dalamnya dan juga tidak boleh penuh. Kecuali yang
pengalirannya memerlukan pemompaan.

5. Sedapat mungkin aliran air limbah dapat terus-menerus membawa benda-


benda yang terhenti atau mengendap di dalam jalur salurannya. Bila
terjadi pembusukan di dalam saluran akan timbul gas yang berbahaya
dan beracun.21

10. Sanitasi makanan dan minuman yang baik


Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik
beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan
minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai
dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan,
penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman
tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi
makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan,
mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan
merugikan pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan.
Dalam pengelolaan makanan ada 6 prinsip yang harus di perhatikan yaitu:

Keadaan bahan makanan


Semua jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta
kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang mudah membusuk
atau rusak seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam kaleng, buah, dsb.
Baham makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan

35
perjalanan makanan yang begirtu panjangdan melalui jarngan perdagangan yang
begitu luas. Salah satu upaya mendapatkan bahan makanan yang baika dalah
menghindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber tidak jelas
(liar) karena kurang dapat dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.

Cara penyimpanan bahan makanan


Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh
masyarakat. Bahan makanan yang tidak segera diolah terutama untuk katering
dan penyelenggaraan makanan RS perlu penyimpanan yang baik, mengingat sifat
bahan makanan yang berbeda-beda dan dapat membusuk, sehingga kualitasnya
dapat terjaga. Cara penyimpanan yang memenuhi syarat hgiene sanitasi makanan
adalah sebagai berikut :
Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan
memenuhi syarat.
Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil, tidak
memberi kesempatan serangga atau tikus untuk bersarang, terhindar dari
lalat/tikus dan untuk produk yang mudah busuk atau rusak agar disimpan pada
suhu yang dingin.

Adapun tata cara penyimpanan bahan makanan yang baik menurut higiene dan
sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
a. Suhu penyimpanan yang baik
Setiap bahan makanan mempunyai spesifikasi dalam penyimpanan
tergantung kepada besar dan banyaknya makanan dan tempat
penyimpanannya. Sebagian besar dapat dikelompokkan menjadi:
1. Makanan jenis daging, ikan, udang dan olahannya
 Menyimpan sampai 3 hari : -50 sampai 00 C
 Penyimpanan untuk 1 minggu : -190 sampai -50 C
 Penyimpanan lebih dari 1minggu : dibawah -100 C
2. Makanan jenis telor, susu dan olahannya
 Penyimpanan sampai 3 hari : -50 sampai 70 C
 Penyimpanan untuk 1 minggu : dibawah -50 C
 Penyimpanan paling lama untuk 1 minggu : dibawah -50 C

36
3. Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan paling
lama 1 minggu yaitu 70 sampai 100 C.
4. Tepung, biji-bijian dan umbi kering pada suhu kamar (250C).

b. Tata cara Penyimpanan


Peralatan penyimpanan
 Penyimpanan suhu rendah dapat berupa:
 Lemari pendingin yang mampu mencapai suhu 100 – 150 C untu
penyimpanan sayuran, minuman dan buah serta untuk display penjualan
makanan da minuman dingin.
 Lemari es (kulkas) yang mampu mencapai suhu 10 – 40 C dalam
keadaanisi bisa digunakan untuk minuma, makanan siap santap dan
telor.
 Lemari es (Freezer) yang dapat mencapai suhu -50 C, dapat digunakan
untuk penyimpanan daging, unggas, ikan, dengan waktu tidak lebih dari
3 hari.
 Kamar beku yang merupakan ruangan khusus untuk menyimpan
makanan beku (frozen food) dengan suhu mencapai -200 C untuk
menyimpan daging dan makanan beku dalam jangka waktu lama.

c. Penyimpanan suhu kamar


Untuk makanan kering dan makanan terolahan yang disimpan dalam suhu
kamar, maka rang penyimpanan harus diatur sebagai berikut:
 Makanan diletakkan dalam rak-rak yang tidak menempel pada dinding,
lantai dan langit-langit, maksudnya adalah:
 Untuk sirkulasi udara agar udara segar dapatsegera masuk keseluruh
ruangan
 Mencegah kemungkinan jamahan dan tempat persembunyian tikus
 Untuk memudahkan pembersihan lantai
 Untuk mempermudah dilakukan stok opname
 Setiap makanan ditempatkan dalam kelompoknya dan tidak bercampur
baur.

37
 Untuk bahan yang mudah tercecer seperti gula pasir, tepung, ditempatkan
dalam wadah penampungan sehigga tidak mengotori lantai
d. Cara penyimpanan
 Setiap bahan makanan yan disimpan diatur ketebalannya, maksudnya
agar suhu
dapat merata keselutuh bagian
 Setiap bahan makanan ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya,
dalam
wadah (container) masing-masing. Wadah dapat berupa bak, kantong
plastik atau lemari yang berbeda.
 Makanan disimpan didalam ruangan penyimpanan sedemikian hingga
terjadi sirkulasi udara dengan baik agar suhu merata keseluruh bagian.
Pengisian lemari yang terlalu padat akan mengurangi manfaat
penyimpanan karena suhunya tidak sesuai dengan kebutuhan.
a. Penyimpanan didalam lemari es:
Bahan mentah harus terpisah dari makanan siap santap
Makanan yang berbau tajam harus ditutup dalam kantong plastik
yang rapat dan dipisahkan dari makanan lain, kalau mungin dalam
lemari yang berbeda, kalau tidak letaknya harus berjauhan.
Makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 atau 3 hari harus sudah
dipergunakan.
Lemari tidak boleh terlalu sering dibuka, maka dianjurkn lemari
untuk keperluan sehari-hari dipisahkan dengan lemari untuk
keperluan penyimpanan makanan
b. Penyimpanan makanan kering:
Suhu cukup sejuk, udara kering dengan ventilasi yang baik
Ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak lembab
Rak-rak berjarak minimal 15 cmdari dinding lantai dan 60cm dari
langit-langit.
Rak mudah dibersihkan dan dipindahkan.
Penempanan dan pengambilan barang diatur dengan sistem FIFO
(first in first out) artinya makanan yang masuk terlebih dahulu harus
dikeluarkan lebih dulu;

38
e. Administrasi penyimpanan
Setiap barang yang dibeli harus dicatat dan diterima oleh bagian gudang
untuk ketertiban adminisrasinya. Setiap jenis makanan mempunyai kartu
stock, sehingga bila terjadi kekurangan barang dapat segera diketahui.

Proses pengolahan
Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat
perhatian yaitu :
1. Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan
diolah, tempat pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai
peranan yang penting dalam proses pengolahan makanan, karena itu
kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan
diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan sanitasi.
2. Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan
Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara
langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap
persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai penyajian.
Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan
sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang
untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi yang ditularkan melalui
penjamah makanan, antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui
hidung dan tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, Streptococcus,
Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah
makanan harus selalu dalam keadan sehat dan terampil.
3. Cara pengolahan makanan
Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan
makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikui kaidah
atau prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP
(good manufacturing practice).

Cara pengangkutan makanan yang telah masak

39
Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat penyajian atau
penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik
dari serangga, debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh,
kuat dan tidak berkarat atau bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama
harus diatur suhunya dalam keadaan panas 600C atau tetap dingi 40C.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan matang
adalah sebagai berikut:
 Makanan yang disajikan panas harus tetap disimpan dalam suhu diatas
600C.
 Makanan yang akan disajikan dingin disimpan dalam suhu dibawah 40C.
 Makanan yang disajikan dalam kondisi panas yang disimpan dengan suhu
dibawah 40C harus dipanaskan kembali sampai 600C sebelum disajikan

Suhu makanan yang diangkut dari tempat pengolahan ke tempat penyajian


harus dipertahankan, yaitu:
1. Makanan yang akan disajikan lebih dari 6 jam dari waktu pengolahan
harus diatur suhunya pada suhu dibawah 40C atau dalam keadaa beku 00C.
2. Makanan yang akan disajikan kurang dari 6 jam dapat diatur suhunya
dengan suhu kamar asal makanan segera dikonsumsi dan tidak menunggu.
3. Pemanasan kembali makanan beku (reheating) dengan pemanasan biasa
atau microwave sampai suhu stabil terendah 600C.
Hindari suhu makanan berada pada suhu antara 24 0C sampai 600C, karena
pada suhu tersebut merupakan suhu terbaik untuk pertumbuhan bakteri
pathogen dan puncak optimalnya pada suhu 370 C.
Makanan matang yang akan disajikan jauh dari tempat pengolahan
makanan, memerlukan pengangkutan yang baik agar kualitas makanan
tersebut tetap terjaga. Prinsip pengangkutan makanan matang / siap saji
adalah sebagai berikut:
1. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing. Isi makanan tidak
terlampau penuh untuk mencegah tumpah. Wadah harus mempunyai tutup
yang rapat dan tersedia lubang hawa (ventilasi) untuk makanan panas.
Uap makanan harus dibiarkan terbuang agar tidak terjadi kondensasi. Air
uap kondesasi merupakan media yang baik untuk pertmbuhan bakteri
sehingga makanan menjadi basi.

40
2. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai
dengan makanan yang ditempatkan dan tidak berkarat atau bocor.
3. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya dalam
keadaan tetap panas 600 C atau tetap dingin 40 C.
4. Wadah selama perjalanan tidak dibuka sampai tempat penyajian.
5. Kedaraan pengangkut disediakan khusus dan tidak bercampur dengan
keperluan mengangkut bahan lain.

Cara penyimpanan makanan masak


Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tempat
penyimpanan makanan pada suhu biasa dan tempat penyimpanan pada suhu
dingin. Makanan yang mudah membusuk sebaiknya disimpan pada suhu
dingin yaitu < 40C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam, disimpan
dalam suhu -5 s/d -10C.

Cara penyajian makanan masak


Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan
tersebut terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam kondisi
baik dan bersih, petugas yang menyajikan harus sopan serta senantiasa
menjaga kesehatan dan kebersihan pakaiannya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan sesuai
dengan prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
1. Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah
terpisah dan diusahakan tertutup. Tujuannya adalah :
 Makanan tidak terkontaminasi silang
 Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan
 Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan
makanan.
2. Prinsip kadar air atinya penempatan makanan yang mengandung kadar
air tinggi (kuah, susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan
untuk mencegah makanan cepat rusak. Makanan yang disiapkan dalam
kadar air tinggi (dalam kuah) lebih mudah menjadi rusak (basi)
3. Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian
adalah merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari

41
pemakaian bahan yang membahayakan kesehatan seperti steples besi,
tusuk gigi atau bunga plastk.
4. Prinsip Pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam
wadah seperti makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan
setiap jenis makanan agar tidak saling bercampur. Tujuannya agar tidak
terjadi kontaminasi silang.
5. Prinsip Panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan
tetap dalam keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu
perlu diperhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan dalam food
warmer harus masih berada diatas 600 C. Alat terbaik untuk
mempertahankan suhu penyajian adalah dengan bean merry (bak penyaji
panas).
6. Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah
dan tutupnya, dus, pring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi
baik. Bersih artinya sudah dicuci dengan cara yang hygienis. Baik
artinya utuh, tidak rusak atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya untuk
mencegah penularan penyakit dan memberikan penampilan yang estetis.
7. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan
tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir.
Tujuannya adalah:
c. Mencegah pencemaran dari tubuh
d. Memberi penampilan yang sopan, baik dan rapi

11. Standar sanitasi tempat-tempat umum

A. Sanitasi Mesjid22
Mesjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya yang dipakai untuk
berkumpul oleh umum pada waktu-waktu tertentu guna untuk melakukan
ibadah keagamaan Islam.
Persyaratan sanitasi yang berkaitan dengan mesjid antara lain :
1. Letak sesuai dengan rencana tata kota
2. Konstruksi kuat dan sesuai petunjuk dinas pekerjaan umum
3. Bagian luar

42
 Halaman bersih, tidak terdapat sampah-sampah berserakan dan
genangan air
 Tersediannya tempat sampah yang tertutup rapat, kedap ai, dan
mudah dibersihkan, mudah diangkat. Jumlah dan kapasitasnya
disesuaikan dengan kebutuhan .
 Pembuangan air kotor lancar (tidak tersumbat), saluran tersambung
dengan saluran pembuangan air kotor umum yang kedap air.
 Persediaan air selalu ada dan memenuhi persyaratan air minum
 Tersedia jamban atau peraturasan minimal satu yang dilengkapi
dengan kran pembersih
 Ruang tempat mengambil air wudhu terpisah dari jamban dan
ruangan mesjid.
4. Bagian dalam
 Ruang sembahyang harus bersih
 Alat sembahyang harus bersih dan bebas dari kutu busuk dan
serangga. Sepanjang bagian depan tiap shaf dipasang kain putih yang
bersih dengan lebar 30 cm sebagai tempat sujud.
 Lantai mudah dibersihkan dan tidak lembab
 Untuk ventilasi, harus terdapat lubang penghawaan dengan luas
minimal 10% dari luas lantai.
 Pencahayaan minimal 10fc dan tidak menyilaukan.
 Tersedia tempat sandal dan sepatu khusus.

B. Sanitasi Panti Pijat22


Panti pijat adalah tempat beserta fasilitasnya yang memberikan pelayananan
pemijatan bagi masyarakat umum.
Persyaratan panti pijat :
1. Ruang tunggu
 Tersedia tempat duduk yang bebas kutu dan serangga serta selalu dijaga
kebersihannya.
 Luas lubang ventilasi minimal 10% dari luas lantai ruang tunggu
 Pencahayaan 10-15 fc
 Lantai tidak lembab dan mudah dibersihkan.

43
 Dinding dan langit-Lngit bersih dan mudah dibersihkan
 Tersedia tempat puntung rokok dan tempat sampah
2. Ruang kerja
 Pencahyaan minimal 10 fc
 Susunan bangunan sedemikian rupa diatur terpisah untuk pria dan wanita
 Tersedia tempat duduk dan tempat perawatan yang khusus dan bersih
 Tersedia tempat cuci tangan dan fasilitasnya
3. Fasilitas sanitasi
 Tersedia air bersih yang cukup
 Tersedia jamban dan urinoir yang bersih dan mudah dibersihkan
 Tersedia tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan
 Tersedia kamar mandi khusus pria dan wanita
 Air buangan tidak menimbulkan genangan
4. Peralatan dan bahan
 Alat kerja yang berhubungan dengan kulit, seperti alat pijat harus selalu
dijaga kebersihannya setiap kali akan dipakai dan setelah dipakai
 Tersedia handuk putih sebanyak rata-rata tamu yang datang sehari dan
hanya dipergunakan sekali
 Tempat kosmetik yang dipakai untuk memijat harus bersih
 Kosmetik yang digunakan seperti krim tubuh dan lain lain harus terdaftar
di Depkes.
 Tersedia larutan atau alat-alat sterilisasi untuk mendesinfeksi alat pijat.
5. Karyawan
 Ahli pijat haru sehat, tidak mengidap penyakit kulit dan pernafasan
 Ahli pijat harus memiliki sertifikat atau pernah mengikuti kursus pijat
 Setiap karyawan harus mengenakan pakaian kerja yang bersih
 Tersedia alat pemadam kebakaran yang mudah dilihat dan dijangkau serta
dilengkapi dengan petunjuk pemakaiannya.

C. Sanitasi Taman Hiburan22


Taman hiburan adalah tempat umum yang mempunyai letak dan bangunan
menetap yang menyediakan fasilitas hiburan bagi masyarakat umum.

44
Persyaratan sanitasi yang harus dipenuhi berkaitan dengan taman hiburan
antara lain :
1. Perizinan
Harus memiliki izin dari pemerintah daerah atau terdaftar pada dinas
kesehatan setempat
2. Letak
 Fasilitasnya disesuaikan ddengan perencannan pemerintah daerah
setempat
 Harus jauh dari sumber pencemaran dan tidak mudah tergenang air
 Mudah dicapai dengan kendaraan
 Keamanan terjamin
3. Bagian luar
 Tersedia tempat parkir yang baik, aman, dan dilengkapi dengan
penerangan yang cukup pada waktu malam. Pemandangan bersih tidak
terdapat sampah yang berserakan, genangan air dan lain-lain yang
membahayakan kesehatan.
 Tersedia bak-bak penampungan sampah yang dilengkapi dengan tutup
dan mudah diangkut.
 Tempat penjualan karcis harus memiliki sumber penerangan yang cukup
dan jendela karcis tersekat dengan kaca
4. Bagian dalam
 Pintu masuk tidak jauh dengan tempat parkir dan tersedia bak sampah.
 Tersedia bak-bak sampah yang tertutup, kedap air, dan mudah diangkat,
terutama di tempat rekreasi.
 Tersedia minimal satu jamban untuk setiap 40 pengunjung wanita dan
satu jamban serta urinary closet untuk setiap 40 pengunjung pria terpisah
dan memenihi syarat kesehatan.
 Tersedia urinoir satu buah untuk setiap 40 pengunjung.
 Terdapat sistem pembuangan air hujan dan air kotor yang baik yang
bersambungan dengan saluran umum. Saluran terbuat dari bahan kedap
air sehingga tidak terjadi gangguan pada aliran air dan pencemaran
lingkungan lain.

45
D. Terminal Angkutan Darat dan Stasiun Kereta Api22
Terminal angkutan darat sangat penting keberadaannya bagi masyarakat.
Karena termasuk tempat umum yang banyak didatangi masyarakat, walaupun
hanya untuk transit, sanitasi dan kebersihan harus dijaga. Terminal bus atau
stasiun kereta api adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya yang didatangi
oleh masyarakat untuk menunggu, naik dan turun bus atau kereta api.
Persyaratan yang harus di penuhi :
1. Bagian luar
a. Tempat parkir
 Terdapat tempat parkir kendaraan umum yang bersih
 Tidak terdapat sampah berserakan, genangan air dll
b. Pembuangan sampah
 Tersedianya tempat pengumpulan sampah sementara sebelum dibuang.
 Tempat pengumpulan sampah harus tertutup dan kedap air.
c. Penerangan
 Di tempat parkir, pintu masuk dan pintu keluar terminal perlu diberi
penerangan yang cukup dan tidak menyilaukan.
2. Bagian dalam
a. Ruang tunggu
 ruangan bersih
 tempat duduk bersih dan bebas dari kutu
 penerangan minimal 10 fc
 tersedia bak sampah dan terbuat dari benda yang kedap air
 lantai terbuat dari bahan kdap air, tidak licin, dan mudah dibersihkan.
b. Jamban dan urinoir
 Digunakan jamban tipe leher angsa
 Jamban untuk pria harus dipisahkan dari wanita
 Jumlah jamban 1 buah untuk setiap 1-250 pengunjung pada suatu saat
dengan jumlah minimal 2 buah.
 Urinoir bersih, tidak berbau dan memiliki air pembersih yang memadai
 Terminal dengan kapasitas minimal 250 pengunjung harus memiliki 1
urinoir
 Jika pengunjung meningkat menjadi 500 orang, urinoir ditambah 1 lagi.

46
c. Tempat cuci tangan
Tersedia minimal 1 buah tempat cucia tangan untuk umum yang dilengkapi
dengan sabun dan serbet.
d. Pembuangan air hujan dan air kotor
Memiliki sistem pembuangan yang baik, terhubung dengan saluran umum
atau dengan septic tank sendiri
e. Pemadam kebakaran
Tersedia alat pemadam kebakaran yang dapat dilihat dan dicapai dengan
mudah oleh umum. Pada alat ini harus terdapat cara penggunaannya.
f. Kotak P3K
Tersedia kotak P3K minimal 1 buah yang berisi obat-obatan lengkap untuk
P3K
g. Sirkulasi udara
Sirkulasi dalam stasiun kereta api harus baik dan tidak terdapat sudut-sudut
ruangan yang mengakibatkan udara terhenti
h. Pengeras suara
Terdapat alat pengeras suara yang dapat dipergunakan untuk memberikan
informasi kepada penumpang.

E. Terminal Angkutan Air dan Udara22


Selain sarana transportasi darat, masyarakat juga menggunakan sarana
transportasi air maupun udara untuk bepergian. Sarana tersebut tentunya
memerlukan tempat untuk transit atau singgah, dalam hal ini terminal.
Persyaratan sanitasi dan kebersihan pelabuhan dan bandar udara :
1. Bagian luar
a. Tempat parkir
Harus bersih, tidak ada sampah berserakan dan tidak ada genangan air
b. Tempat sampah
Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup dan
kedap air serta dalam jumlah yang cukup
c. Pencahayaan
Penerangan harus cukup dan tidak menyilaukan mata , terutama pada
pintu masuk dan keluar tempat parkir
2. Bagian dalam

47
a. Ruang tunggu
 Ruangan harus bersih
 Tempat duduk harus bersih dan bebas dari kutu busuk
 Pencahayaan harus cukup dan tidak menyilaukan sehingga dapat
digunakan untuk membaca
 Ventilasi harus cukup, minimal 10% dari luas lantai
 Lantai tidak licin, kedap udara dan mudah dibersihkan
 Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup,
kedap air dan dalam jumlah yang cukup.
b. Pembuangan kotoran manusia
 Tersedia jamban yang memenuhi syarat minimal 1 jamban untuk
100 pengunjung atau minimal 2 buah jamban
 Tersedia peturasan yang baik, minimal 1 peturasan untuk 200 orang
dan tersedia air yang mencukupi.
 Harus ada tanda yang jelas untuk membedakan antara jamban pria
dan wanita
 Jamban dan peturasan harus dalam keadaan bersih dan tidak berbau.
c. Pembuangan sampah
 Tersedia TPS sementara yang tertutup, kedap air dan dalam jumlah
yang cukup
 Pengangkutan sampah dilakukan setiap hari sehungga tidak berbau
dan tetap bersih
d. Pembuangan air limbah
 Pembuangan air limbah harus dialirkan melalui saluran tertutup dan
dibuang ke septic tank atau kesaluran air kotor perkotaan
e. Tempat cuci tangan
 Harus tersedia tempat cuci tangan yang baik, minimal satu
dilengkapi dengan sabun atau kain serbet

48
Contoh checklist inspeksi sanitasi tempat-tempat umum
1. Taman Hiburan

49
2. Bandara Udara

50
3. Mesjid

1. Panti pijat

51
4. Panti pijat

52
5. Sanitasi stasiun

53
DAFTAR PUSTAKA

1. Dorlan,W.A.Newman; Alih Bahasa , Huriawati, Hartanto, Dkk ; Editor Edisi Bahasa


Indonesia, Huriawati, Hartanto, Dkk. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.
Jakarta : EGC
2. Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1996
3. Acute viral hepatitis dalam buku harrison’s principles of internal medicine 16th
Edition. L.Kasper MD, Dennis dkk United States of America : Mc Graw Hill. 2005
4. Acute viral hepatitis dalam buku harrison’s principles of internal medicine 17th
Edition. L.Kasper MD, Dennis dkk United States of America : Mc Graw Hill. 2008
5. Hepatitis virus akut dalam buku panduan pelayanan medik. Perhimpunan dokter
specialis penyakit dalam indonesia. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. 2009.
6. Arief, Syamsul. Hepatitis Virus. Dalam: Juffrie M, Soenarto Yati SS, Oswari Hanifah,
Arief S, Rosaline Ina, Mulyani SS, penyunting. Buku Ajar Gastroenterologi-
Hepatologi. Edisis ke-1. Jakarta: Badan Penerbitan IDAI ; 2012. H. 87.
7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.

8. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Kelaikan Higiene
Sanitasi pada Kantin. Jakarta: Departemen Kesehatan

9. Syarat Kesehatan di Sekolah (online).2015 (diakses 14 September 2015) Diunduh dari


URL: http://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/kesehatan-lingkungan-
sekolah.html
10. Depkes RI. Penyakit Berbasis Lingkungan.jakarta.2001
11. Mubarak,Wahid Iqbal.2009 . Ilmu Kesehatan Masyarakat:Teori dan Aplikasi.
Jakarta:Salemba medika
12. Chandra, B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta:EGC, 2007; Hal. 39, 42-44
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990 diunduh dari
http://baristandpalembang.kemenperin.go.id/download/regulasi-syarat-pengawasan-
kualitas-air.pdf pada 7 Agustus 2017
14. Slamet, J., 2007. Kesehatan Lingkungan, Bandung: Gajah Mada University Press

54
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 Tahun 1990 diunduh dari
http://baristandpalembang.kemenperin.go.id/download/regulasi-syarat-pengawasan-
kualitas-air.pdf pada 7 Agustus 2017
16. Soeparman dan Suparmin. Pembuangan Tinja dan Limbah: Suatu Pengantar.
Jakarta:EGC, 2002
17. Standar Jamban Keluarga. 2014 Mei 02. Available: http://www.indonesian-
publichealth.com/syarat-jamban-keluarga/ [2017 Sept 08]
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO.3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat. Available:
https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/Permenkes_3_2014.pdf [2017 Sept
08].
19. Wahyono, S. Pengolahan Sampah Organik dan Aspek Sanitasi. Jurnal Teknologi
Lingkungan [internet]. 2001;2(2):113-118. Available from:
http://kelair.bppt.go.id/Jtl/2001/vol2-2/01organik.pdf
20. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008
TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH. Available from:
http://www.menlh.go.id/DATA/UU18-2008.pdf
21. Departemen pekerjaan umum direktorat jenderal cipta karya. Tata Cara Dasar-dasar
Pengelolaan Air Limbah. Available from: http://pplp-
dinciptakaru.jatengprov.go.id/airlimbah/file/430633541_dasar_pengelolaan_air_limba
h.pdf
22. Chandra,B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC. 2007. Hal 184-189

55

Anda mungkin juga menyukai