Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Persalinan normal adalah proses persalinan pada ibu yang hamil cukup bulan,


dengan janin letak normal(letak kepala), dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan
obat dan alat yang berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam serta tidak
menimbulkan komplikasi pada ibu dan atau bayinya. Proses persalinan (partus)
diawali dengan terjadinya kontraksi/mules yang datang teratur setiap 10-15 menit.
Kontraksi tersebut akan makin sering dan makin kuat . Proses persalinan dibagi
dalam 4 tahapan yang di sebut “KALA”.
Kala I merupakan tahap pertama yaitu ditandai dengan dilatasi serviks hingga
mencapai pembukaan lengkap atau pembukaan 10 cm. Kala II yaitu merupakan
tahap pengeluaran janin yang di pengaruhi dengan bertambahnya HIS atau
kekuatan kontraksi ibu. Pada kala III terjadi setelah bayi lahir dan terjadi beberapa
kontraksi uterus untuk melepaskan plasenta dari dinding rahim. Kemudian, pada
kala IV yaitu pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uti lahir untuk
mengamati keadaan ibu. Dalam proses persalinan terdapat beberapa hormon yang
mempengaruhi terjadinya persalinan. Hormon-hormon tersebut yaitu kadar
estrogen yang tinggi, CRH, relaxin hormon yang berfungsing untuk
merelaksasikan serviks, oksitosin, prostaglandin, dan prolaktin.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari laporan ini, yaitu:


1. Untuk mengetahui struktur anatomi panggul.
2. Untuk mengetahui mekanisme persalinan normal.
3. Untuk mengetahui hormon-hormon yang berperan dalam proses
persalinan.
4. Untuk mengetahui tahapan pemeriksaan DJJ dan Leopold.
1 |PERJUANGAN SEORANG IBU
5. Untuk mengetahui langkah-langkah Asuhan Persalinan Normal (APN).
6. Untuk mengetahui fisiologi nifas.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari laporan ini, yaitu:


1. Agar mahasiswa dapat memahami struktur anatomi panggul.
2. Agar mahasiswa dapat memahami mekanisme persalinan normal.
3. Agar mahasiswa dapat memahami hormon-hormon yang berperan dalam
proses persalinan.
4. Agar mahasiswa dapat memahami tahapan pemeriksaan DJJ dan Leopold.
5. Agar mahasiswa dapat memahami langkah-langkah Asuhan Persalinan
Normal (APN).
6. Agar mahasiswa dapat memahami fisiologi nifas.

2 |PERJUANGAN SEORANG IBU


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Hari / Tanggal Sesi 1 : Senin, 13 Mei 2019

Hari / Tanggal Sesi 2 : Rabu, 15 Mei 2019

Tutor : dr. Halia Wanadiatri M. Si

Moderator : Gde Pande Rodiawan

Sekretaris : I Gede Sadhu Dharmika Utarayana

2.2 Skenario
PERJUANGAN SEORANG IBU

Ny. Ana 29 tahun, mengeluh perut mulas sejak sore hari. Ny. Ana sedang
hamil dengan usia kehamilan kira-kira 9 bulan dan merupakan kehamilan
pertamanya. Ia terakhir kontrol ke bidan 2 bulan yang lalu, saat usia kehamilan 7
bulan. Ny. Ana memang tidak rutin memeriksakan kehamilan, delama kehamilan
ia hanya 2 kali memeriksakan diri ke bidan.
Ny. Ana menyatakan mulas terasa semakin lama semakin sering, gerakan
janin masih terasa aktif, bloody slym (-). Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda
vital dalam batas normal, pemeriksaan abdomen fundus uteri 3 jari di bawah
processus xypoideus. Pemeriksaan Leopold di daatkan punggung kanan, kepala
bayi telah masuk dalam PAP, His (-), DJJ 12-13-12. Pemeriksaan VT didapatkan
hasil portio posterior, bukaan (-), promontorium tidak teraba. Dokter
menganjurkan pasien untuk kontrol ke poli esok hari untuk pemeriksaan USG.
Dokter juga menjelaskan tanda-tanda persalinan kepada Ny. Ana.
Lima hari kemudian Ny. Ana menyatakan kembali ke IGD mengeluh keluar
cairan dari jalan lahir, cairan bening, tidak berbau, dan tidak dapat di tahan oleh

3 |PERJUANGAN SEORANG IBU


ny. Ana. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal,
pemeriksaan Leopold TFU 31 cm, punggung kanan, kepala telah masuk PAP 3?5.
His (+) 2/40”, DJJ 12-12-12. Pemeriksaan VT didapatkan bukaan 2 cm,
effacement 75%, ketuban tidak teraba, teraba kepala, UUK anterior, Hodge II.
Dokter menjelaskan kondisi Ny. Ana kepada suami.
Tiga jam kemudian Ny. Ana merasakan kontraksi semakin kuat. Dokter
melakukan pemeriksaan fisik kembali, His 3-4?40”, DJJ 12-13-13, pemeriksaan
VT didapatkan pembukaan 6 cm, effacement 50%, hodge II. Dokter mulai
memasukkan pemantauan persalinan Ny. Ana dengan partograf, dan akan
melakukan pemeriksaan VT setiap 4 jam. Empat jam kemudian, NY. Ana
merasakan nyeri yang bertambah, terasa seperti akan buang air besar yang tak
tertahankan. Saat akan melakukan pemeriksaan dokter melihat kepala bayi pada
vulva Ny, ana. Dokter meminta bidan untuk mempersiapkan peralatan dan dokter
memimpin persalinan Ny. Ana. Lima belas menit kemudian bayi lahir, bayi laki-
laki, berat 3100 gr, panjang 50 cm, langsung menangis, gerakan aktif, dan tampak
kemeraham. Setelah bayi lahir dokter melakukan manjemen aktif kala III dan
melakukan inisisasi dini ibu dan bayi. Setelah selesai melakukan manajemen aktif
kala III, Ny. Ana dirawat di ruang nifas.
Keesokan harinya dokter mengunjungi Ny. Ana di ruang nifas, tidak ada
keluhan dari Ny. Ana, ASI keluar dengan baik, ochia rubra (+), tanda-tanda
infeksi (-). Dokter memberikan multivitamin untuk Ny. Ana.
Bagaimana anda menjelaskan keadaan yang dialami oleh Ny. Ana?

2.3 Pembahasan LBM

I. Klarifikasi Istilah

1. Pemeriksaan Leopold : Suatu teknik pemeriksaan pada ibu hamil


dengan cara perabaan yaitu merasakan
bagian yang terdapat pada perut ibu hamil
menggunakan tangan pemeriksa dalam
posisi tertentu, atau memindahkan bagian
4 |PERJUANGAN SEORANG IBU
bagian tersebut dengan cara-cara tertentu
menggunakan tingkat tekanan tertentu
(Sofian, 2011).

2. Pemeriksaan VT : Vagina Troche, yaitu pemeriksaan yang


dilakukan dengan memasukkan jari ke
dalam liang senggama (Sofian, 2011).
3. Janin : Janin atau fetus merupakan hasil fertilisasi
dari selesainya tahap pengembangan
embrio di minggu ke-8 setelah fertilisasi
sampai saat kelahiran atau abortus
(Wiknjosastro, 2005).
4. Persalinan : (Partus = labor), yaitu proses pengeluaran
produk konsepsi yang viable melalui jalan
lahir biasa (Sofian, 2011).
5. Partograf : Partograf adalah alat bantu untuk
memantau kemajuan kala satu persalinan
dan informasi untuk membuat keputusan
klinik (Prawiroharjo, 2002).
6. HIS : Salah satu kekuatan pada ibu yang
menyebabkan serviks membuka dan
mendorong janin ke bawah (Sofian, 2011).
7. Kontraksi : Serangkaian kontraksi rahim yang teratur,
yang secara bertahap akan mendorong
janin melalui serviks (rahim bagian
bawah) dan vagina (jalan lahir), sehingga
janin keluar dari rahim ibu (Wiknjosastro,
2005).
8. DJJ : Denyut Jantung Janin (Sofian, 2011).
9. PAP : Pintu atas panggul yang dibatasi oleh linea
terminalis (Sofian, 2011).

5 |PERJUANGAN SEORANG IBU


10. Hodge II : Merupakan bidang tepi bawah simfisis
(Sofian, 2011).
11. Effacement : Pemendekan dan penipisan serviks selama
tahap pertama persalinan (Wiknjosastro,
2005).

II. Identifikasi Masalah

1. Apa saja tanda-tanda persalinan?


2. Kenapa Ny. Ana merasakan perut mulas semakin lama semakin
sering?
3. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi persalinan ?
4. Jelaskan fase – fase persalinan (kala 1,2,3,4)

III. Brainstorming

1. Apa saja tanda-tanda persalinan?


Tanda–tanda persalinan, yaitu (Sumarah, 2008):
 Persalinan patut dicurigai jika usia kehamilan 22 minggu ke
atas, ibu merasa :
a. Nyeri abdomen berulang disertai dengan cairan lendir yang
mengandung darah.
b. Perubahan serviks.
c. Kontraksi yang cukup kuat atau adekuat dan bila terjadi 3
kali dalam 10 menit.
 Tanda-tanda persalinan sudah dekat
a. Terjadinya penurunan fundus uteri.
b. Terjadinya his permulaan

6 |PERJUANGAN SEORANG IBU


 Karakteristk persalinan yang sesungguhnya, yaitu :
a. Serviks menipis dan membuka.
b. Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin
pendek.
c. Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah.
d. Rasa nyeri terasa di bagian belakang dan menyebar ke bagian
depan.
e. Dengan berjalan bertambah intensitasinya.
f. Ada hubungan dengan tingkat kekuatan kontraksi dengan
intensitas nyerinya.
g. Lendir darah sering tampak.
h. Ada penurunan bagian terendah janin.
i. Kepala janin sudah terfiksasi di PAP di antara kontraksi

2. Kenapa Ny. Ana merasakan perut mulas semakin lama


semakin sering?
Diawali kontraksi karena normalnya, di minggu ke 38-40
kehamilan, kepala janin sudah mulai turun ke rongga panggul.
Bersamaan dengan itu, otot-otot rahim pun mulai melakukan
gerakan mengerut dan meregang secara bergantian, terus-menerus
secara teratur. Nah, gerakan otot rahim seperti inilah yang disebut
kontraksi (Armi, 2006).
Frekuensi terjadinya kontraksi semakin lama semakin meningkat,
begitu juga dengan kekuatannya. Awalnya, jarak waktu antara
kontraksi yang satu dan selanjutnya cukup panjang, biasanya
selang satu jam. Lalu, semakin memendek, bisa tiap 30 menit, 15
menit, dan menjelang waktunya bayi lahir, jarak kontraksi bisa
mencapai 2 atau 1 menit sekali (Armi, 2006).
Sewaktu jarak antar-kontraksi masih jauh, mungkin rasa nyeri
terasa hanya pada bagian atas perut. Namun seiring dengan
kemajuan proses awal ini, rasa nyeri semakin menjalar ke bagian
7 |PERJUANGAN SEORANG IBU
bawah perut, bahkan ke arah bawah punggung dan belakang
pinggang. Saat mulut rahim sudah membuka sempurna, rasa nyeri
yang hebat di daerah tadi akan terasa sangat kuat. Sehingga jalan
lahir membuka saat otot rahim mengerut, ukuran rahim akan
mengecil, sehingga kepala janin semakin terdorong ke arah bawah
(jalan lahir). Bersamaan dengan itu, mulut rahim sedikit demi
sedikit mulai membuka (Armi, 2006).
Mulut rahim yang semula hanya membuka sedikit, seiring dengan
datangnya kontraksi yang semakin kuat, akan terus melunak dan
terbuka semakin lebar. Lama-kelamaan, mulut rahim akan terlihat
semakin datar dan menyatu dengan rahim bagian bawah. Saat
inilah pembukaan lengkap terjadi. Pembukaan mulut rahim
biasanya dihitung dengan satuan sentimeter (cm). Bila dokter
mengatakan mulut rahim Anda sudah pembukaan 8, artinya jalan
lahir sudah membuka sepanjang 8 cm. Pembukaan mulut rahim
dikatakan lengkap bila sudah mencapai pembukaan 10, atau 10 cm
(Armi, 2006).
3. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan ?
1) Passengger (penumpang)
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga
harus melewati jalan lahir, maka plasenta dianggap juga11
sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun
plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan
normal (Sumarah et al, 2009)
2) Passageway (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Lapisan-
lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi
meskipun itu jaringan lunak, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan
8 |PERJUANGAN SEORANG IBU
dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu
ukuran dan bentuk panggul perlu diperhatikan sebelum persalinan
dimulai (Sumarah et al, 2009)
3) Power (Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-oto perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari
ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan
adalah his yaitu kontraksi otot-otot rahim, sedangkan sebagai
kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu (Rohani et
al.2011).
4. Jelaskan mekanisme persalinan normal!
Persalinan normal di bagi menjadi beberapa tahapan, yaitu
(Prawirohardjo, 2009):
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat, hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Inpartu
(partus mulai) di tandai dengan keluarnya lendir bercampur darah
(bloody slym,yaitu darah yang berasal dari pembuluh darah kapiler
sekitar kanalis servikalis karena adanya pergeseran pada saat
dilatasi dan pendataran serviks) karena serviks melai terbuka
(berdilatasi) dan mendatar (effacement).
Kala I terbagi atas dua fase :
 Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks
membuka 3 cm dan berlangsung hingga 8 jam.
 Fase Aktif, yang terbagi atas 3 fase :
 Fase Akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
 Fase Dilatasi Maksimal
9 |PERJUANGAN SEORANG IBU
Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung sangat
cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
 Fase Deselerasi
Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm (pembukaan
sempurna).
Kontraksi uterus disebabkan karena tekanan hidrostatik ke seluruh
selaput ketuban terhadap serviks dan segmen bawah uterus yang
tipis. Tekanan ini diberikan oleh cairan pada kesetimbangan karena
pengaruh gaya gravitasi. Kemudian selaput ketuban akan pecah.
Bagian terbawah janin dipaksa mendesak serviks dan segmen
bawah uterus.
b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Dimulai ketika pembukaan serviks sempurna (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi.
Ketika bayi mulai bergerak melewati serviks dan vagina, reseptor-
reseptor regang di vagina mengaktifkan suatu refleks saraf yang
memicu kontraksi dinding abdomen secara sinkron dengan
kontraksi uterus. Kontraksi abdomen ini sangat meningkatkan gaya
yang mendorong bayi melewati jalan lahir. Ibu dapat membantu
mengeluarkan bayinya dengan secara sengaja mengontraksikan
otot-otot abdomennya bersamaan dengan kontraksi uterus (yaitu,
"mengejan" saat timbul "nyeri persalinan").
Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul, sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui
lengkung refleks menimbulkan rasa mengejan. Tekanan pada
rektum menyebabkan ibu merasa seperti ingin buang air besar. Pada
saat his, kepala janin terlihat, vulva membuka, dan perineum
meregang dan menonjol. Pada saat his dan mengejan terlihat kepala
bayi keluar dan di ikuti oleh seluruh badan janin. Tahap ini terjadi

10 |PERJUANGAN SEORANG IBU


selama 1, 5 jam – 2 jam pada kehamilan pertama dan terjadi selama
½ jam - 1 jam pada multigravida (sudah pernah hamil sebelumnya).
Tahap 2 biasanya jauh lebih singkat daripada tahap pertama dan
berlangsung 30 hingga 90 menit. Bayi masih melekat ke plasenta
oleh tali pusat saat lahir. Tali pusat ini diikat dan dipotong, dengan
puntung akan menciut dalam beberapa hari untuk membentuk
umbilikus (navel).
c. Kala III (Kala Penegluaran Uri/Plasenta)
Normalnya, pada saat bayi selesai dilahirkan rongga uterus hampir
terobliterasi dan organ ini berupa suatu massa otot yang hampir
padat, dengan tebal beberapa sentimeter diatas segmen bawah yang
lebih tipis.
Fundus uteri sekarang terletak di bawah batas ketinggian umbilikus.
Penyusutan ukuran uterus yang mendadak ini selalu disertai dengan
pengurangan bidang tempat implantasi plasenta.
Agar plasenta dapat mengakomodasikan diri terhadap permukaan
yang mengecil ini, organ ini memperbesar ketebalannya, tetapi
elastisitas plasenta terbatas, plasenta terpaksa menekuk. Tegangan
yang dihasilkannya menyebabkan lapisan desidua spongiosa
mengalah, dan pemisahan terjadi di tempat ini. Oleh karena itu,
terjadi pelepasan plasenta dan mengecilnya ukuran tempat
implantasi di bawahnya.

d. Kala IV
Dimulai setalah lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum. Dan
merupakan pemulihan keadaan ibu pasca persalinan.

11 |PERJUANGAN SEORANG IBU


IV. Rangkuman Permasalahan

Bagan

PERSALINAN

FISIOLOGI ANATOMI

ANATOMI
MEKANISME HORMON PANGGUL
PERSALINAN YANG
BERPERAN

FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI

12 |PERJUANGAN SEORANG IBU


Penjelasan bagan

Persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi (janin dan plasenta)


yang telah cukup bulan melalui jalan lahir. Secara anatomi, proses
persalinan dipengaruhi oleh anatomi atau keadaan panggul seorang
wanita. Panggul atau pelvis terdiri atas 2 bagian yaitu bagian keras
atau tulang yang terdiri dari tulang panggul dan persendiannya, serta
bagian lunak yang terdiri dari otot-otot, jaringan-jaringan, dan
ligamen. Bagian keras pelvis yang dibentuk oleh tulang ada 2
bagian yaitu pelvis mayor yang mendukung isi perut seperti usus,
hati, ginjal, pankreas, dan pelvis minor sebagai tempat organ-organ
genetalia internal seperti uterus, ovarium, vagina, dan kandung
kemih. Tulang-tulang panggul terdiri dari os. Koksa sebanyak 2
buah, os. Sakrum, dan os. Koksigis. Panggul di bagi menjadi pintu
atas panggul dan pintu bawah panggul. Pintu atas panggul
merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium korpus
vertebra sakral 1, linea terminalis, dan pinggir atas simfisis. Pada
pintu atas panggul terdapat 4 diameter yaitu diameter
anteroposterior, diameter transversa, dan 2 diameter obliqua. Pintu
bawah panggul dalam keadaan normal besarnya sekitar 900.
Secara fisiologi, persalinan yang normal terjadi secara beberapa
tahap atau kala. Persalinan normal terdiri dari 4 kala. Kala I
merupakan tehap pertama yaitu ditandai dengan dilatasi serviks
hingga mencapai pembukaan lengkap atau pembukaan 10 cm. Kala
II yaitu merupakan tahap pengeluaran janin yang di pengaruhi
dengan bertambahnya HIS atau kekuatan kontraksi ibu. Pada kala
III terjadi setelah bayi lahir dan terjadi beberapa kontraksi uterus
untuk melepaskan plasenta dari dinding rahim. Kemudian, pada kala
IV yaitu pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uti lahir untuk
mengamati keadaan ibu. Dalam proses persalinan terdapat beberapa
hormon yang mempengaruhi terjadinya persalinan. Hormon-hormon
tersebut yaitu kadar estrogen yang tinggi, CRH, relaxin hormon
13 |PERJUANGAN SEORANG IBU
yang berfungsing untuk merelaksasikan serviks, oksitosin,
prostaglandin, dan prolaktin. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi persalinan yaitu kekuatan mendorong janin keluar
(HIS), keadaan janin, dan keadaan jalan lahir.

V. Learning Issues

1. Jelaskan struktur anatomis panggul!


2. Jelaskan peran hormon-hormon yang mempengaruhi persalinan!
3. Jelaskan tahapan pemeriksaan pemeriksaan Leopold!
4. Jelaskan tahapan pemeriksaan DJJ!

VI. Referensi

Persalinan (partus atau pelahiran) memerlukan dilatasi kanalis servikalis


untuk mengakomodasi lewatnya janin dari uterus melalui vagina dan ke
lingkungan luar dan kontraksi miometrium uterus yang cukup kuat untuk
mengeluarkan janin. Beberapa perubahan terjadi selama gestasi akhir sebagai
persiapan untuk dimulainya persalinan. Selama dua trimester pertama gestasi,
uterus relatif tetap tenang karena efek inhibitorik progesteron kadar tinggi
pada otot uterus. Namun, selama trimester terakhir, uterus menjadi semakin
peka rangsang sehingga kontraksi ringan (kontraksi Braxton-Hicks) dapat
dialami dengan kekuatan dan frekuensi yang bertambah. Kadang kontraksi ini
menjadi cukup teratur sehingga disangka sebagai awitan persalinan, suatu
fenomena yang dinamai "persalinan semu" (Sherwood, 2014).
Selama gestasi, pintu keluar uterus tetap tertutup oleh serviks yang kaku
dan tertutup rapat. Seiring dengan mendekatnya persalinan, serviks mulai
melunak (atau "matang") akibat disosiasi serat jaringan ikatnya yang kuat
(kolagen). Karena perlunakan ini, serviks menjadi lentur sehingga dapat secara
bertahap membuka pintu keluarnya sewaktu janin di dorong dengan kuat
melawan serviks selama persalinan. Perlunakan serviks ini terutama
disebabkan oleh relaksin, suatu hormon peptida yang dihasilkan oleh korpus
14 |PERJUANGAN SEORANG IBU
luteum kehamilan dan oleh plasenta. Faktor lain yang akan dijelaskan berikut
turut berperan dalam perlunakan serviks. Relaksin juga melemaskan jalan
lahir dengan melonggarkan jaringan ikat antara tulang-tulang panggul
(Sherwood, 2014).
Sementara itu, janin bergeser ke bawah (janin "turun") dan dalam
keadaan normal terorientasi sedemikian rupa sehingga kepala berkontrak
dengan serviks sebagai persiapan untuk keluar melalui jalan lahir. Pada
persalinan langsung, setiap bagian tubuh selain kepala adalah bagian yang
pertama kali mendekati jalan lahir (Sherwood, 2014).
Teori umpan balik positif mengatakan bahwa regangan serviks oleh
kepala fetus akhirnya menjadi cukup kuat untuk menimbulkan suatu
peningkatan refleks yang kuat pada kontraktilitas korpus uteri. Kontraksi ini
mendorong bayi maju, sehingga lebih meregangkan serviks dan memulai
umpan balik positif yang lebih kuat pada korpus uteri. Demikian, proses ini
berulang terus sampai bayi dilahirkan (Guyton, 2014).
Pertama, kontraksi persalinan mengikuti semua prinsip umpan balik
positif. Yaitu, segera setelah kekuatan kontraksi menjadi lebih besar dari nilai
kritis, setiap kontraksi akan menimbulkan kontraksi-kontraksi berikutnya yang
menjadi semakin kuat sampai efek maksimum tercapai. Kedua, dua jenis
umpan balik positif diketahui meningkatkan kontraksi uterus selama
persalinan yaitu regangan serviks menyebabkan seluruh korpus uteri
berkontraksi, dan kontraksi ini makin meregangkan serviks karena dorongan
kepala bayi ke bawah. Regangan serviks juga menyebabkan kelenjar hipofisis
menyekresi oksitosin yang merupakan cara lain untuk meningkatkan
kontraktilitas uterus (Guyton, 2014).

15 |PERJUANGAN SEORANG IBU


VII. Pembahasan Learning Issues

1. Jelaskan struktur anatomis panggul!

Tulang – tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang, yakni os koksa (2


buah kiri dan kanan), os sakrum, dan os koksigis. Tulang – tulang ini
satu dengan lainnya berhubungan dengan suatu persendian panggul.
Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis
mayor dan pelvis minor (Prawirohardjo, 2014).
Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis
yang disebut juga false pelvis. Bagian yang terletak di bawah linea
terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Bagian akhir ini adalah
bagian yang memiliki peranan penting dalam obsetri dan harus dapat
dikenal dan dinilai sebaik – baiknya untuk dapat meramalkan dapat –
tidaknya bayi melewatinya (Prawirohardjo, 2014).
Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang memiliki sumbu
lengkung ke depan (Sumbu Carus). Sumbu ini secara klasik adalah
garis yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa
dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik – titik sejenis di
Hodge II, III, dan IV. Sampai dekat Hodge III sumbu itu lurus, sejajar
dengan sakrum, untuk seterusnya melengkung ke depan, sesuai dengan
lengkungan sakrum. Hal ini penting untuk diketahui bila kelak
mengakhiri persalinan dengan cunam agar arah penarikan cunam itu
disesuaikan dengan arah sumbu jalan lahir tersebut (Prawirohardjo,
2014).
Bagian atas saluran ini berupa bidang bidang datar, normal berbentuk
hampir bulat, disebut pintu atas panggul. Bagian bawah saluran ini
disebut pintu bawah panggul yang terdiri atas dua bidang. Diantara
kedua pintu ini terdapat ruang panggul. Ruang pangguk memiliki
ukuran yang paling luas di bawah pintu atas panggul, kemudian
menyempit di panggul tengah, dan selanjutnya menjadi sedikit lebih
luas lagi di bagian bawah (Prawirohardjo, 2014).
16 |PERJUANGAN SEORANG IBU
Pintu Atas Panggul (PAP)
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh
promontorium korpus vertebra sakral 1, linea terminalis, dan
pinggir atas simfisis. Terdapat 4 diameter pada pintu atas panggul,
yaitu diameter anteroposterior, diameter transversa, dan 2 diameter
oblikua.
Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium kurang
lebih 11 cm yang disebut konjugata vera. Jarak terjauh garis
melintang pada pintu atas panggul kurang lebih 12,5 – 13 cm,
disebut diameter transversa. Bila ditarik garis dari artikulasio
sakro-iliaka ke titik persekutuan antara diameter transversa dan
konjugata vera dan diteruskan ke linea terminalis, ditemukan
diameter yang disebut diameter oblikua sepanjang kurang lebih 13
cm (Prawirohardjo, 2014).
Cara mengukur konjugata vera ialah dengan jari tengah dan
telunjuk dimasukkan ke dalam vagina untuk meraba
promontorium. Jarak bagian bawah simfisis sampai ke
promontorium dikenal sebagai konjugara diagonalis. Secara
statistik, konjugata vera sama dengan konjugata diagonalis
dikurangi 1,5 cm. Apabila promontorium dapat diraba, maka
konjugata diagonalis dapat diukur, yaitu sepanjang jarak antara
ujung jari kita yang merapa sampai ke batas pinggir simfisis
(Prawirohardjo, 2014).
Jika promontorium tidak teraba, berarti ukuran konjugata
diagonalis lebih panjang dari jarak antara ujung jari kita sampai ke
batas pinggir bawah simfisis. Jika jarak anatara ujung jari kita
sampai ke batas pinggir bawah simfisis adalah 13 cm, maka berarti
konjugata vera lebih dari 11,5 cm (13cm – 1,5 cm) (Prawirohardjo,
2014).
Konjugata obstretika, yaitu jarak dari jari tengah simfisis bagian
dalam ke promontorium. Sebenarnya konjugata obstretika ini yang
17 |PERJUANGAN SEORANG IBU
paling penting, walaupun perbedaannya dengan konjugata vera
sangat sedikit. Dalam obstretika dikenal 4 jenis panggul, yang
memiliki ciri – ciri pintu atas panggul sebagai berikut (Sofian,
2011) :
a. Jenis ginekoid, panggul yang paling baik untuk perempuan.
Bentuk pintu atas panggul hampir bulat. Panjang diameter
antero-posterior kira – kira sama dengan diameter transversa.
b. Jenis android, bentuk pintu atas panggul hampir segi tiga.
Panjang diameter antero-posterior hampir sama dengan
diameter transversa, akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih
mendekati sakrum. Dengan demikian, bagian belakangnya
pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya menyempit ke
depan.
c. Jenis antropoid, bentuk pintu atas panggul agak lonjong,
seperti telur. Panjang diameter antero-posterior lebih besar
daripada diameter transversa.
d. Jenis platipelloid, sebenarnya jenis ini adalah ginekoid yang
menyempit pada arah muka belakang. Ukuran melintang jauh
lebih besar daripada ukuran muka belakang.
Ruang panggul bagian bawah pintu atas panggul memiliki ukuran
yang paling luas. Di panggul tengah terdapat penyempitan dalam
ukuran melintang setinggi kedua spina iskiadika. Karena di pintu
atas panggul ukuran yang lebih lebar adalah ukuran melintang dan
di ruang panggul ukuran melintang yang sempit, maka janin saat
lewat di ruang panggul harus menyesuaikan diri dengan melakukan
putaran paksi dalam. Yang penting dari spina iskiadika ini bukan
tonjolannya, tetapi jarak antara kedua spina iskiadika (distansia
interspinarum) dan apakah spina itu runcing atau tumpul
(Prawirohardjo, 2014).

18 |PERJUANGAN SEORANG IBU


Ketika mengadakan penilaian ruang panggul hendaknya
diperhatikan bentuk os sakrum. Os sakrum yang kurang
melengkung dan kurang cekung akan mempersempit ruang
panggul dan mempersulit putaran paksi dalam, sehingga dapat
terjadi malposisi janin. Selanjutnya dinding samping ruang panggul
dinilai dari atas sampai bawah (Prawirohardjo, 2014).
 Bidang Hodge
Bidang – bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai di
manakah bagian terendah janin turun dalam panggul dalam
persalinan, terdiri atas (Prawirohardjo, 2014):
a. Bidang Hodge I, ialah bidang datar yang melalui bagian atas
simfisis dan promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran
pintu atas panggul.
b. Bidang Hodge II, ialah bidang yang sejajar dengan Bidang
Hodge I terletak setinggi bagian simfisis.
c. Bidang Hodge III, ialah bidang yang sejajar dengan Bidang
Hodge I dan II terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.
Pada rujukan lain, bidang Hodge III ini disebut juga bidang O.
Kepala yang berada di atas 1 cm disebut (-1) atau sebaliknya.
d. Bidang Hodge IV, ialah bidang yang sejajar dengan Bidang
Hodge I, II, III, terletak setinggi os koksigis.
 Ukuran-ukuran panggul
a. Distansia Spinarum, ialah jarak antar kedua SIAS yaitu sekitar
24-26 cm.
b. Distansia cristarum, ialah jarak antara kedua krista iliaka
dekstra dan sinistra yaitu 28-30 cm.
c. Konjugata eksterna, ialah jarak antara bagian atas simfisis ke
processus spinosus lumbal 5 yaitu sekitar 18 cm.
d. Distansia obliqua eksterna
e. Distansia intertrokonterika, ialah jarak antara kedua trokanter
mayor.
19 |PERJUANGAN SEORANG IBU
f. Distansia tuberum sekitar 10,5 cm.
 Pintu Bawah Panggul (PBP)
Dalam keadaan normal besarnya sekitar 900 atau lebih besar
sedikit. Bila lebih kecil dari 900 maka kepala janin akan lebih sulit
di lahirkan karena memerlukan tempat lebih banyak ke arah dorsal
(ke arah anus). Jarak antara tengah-tengah distansia tubernum ke
ujung sakrum harus cukup panjang agar bayi normal dapat di
lahirkan (Prawirohardjo, 2014).
 Bagian Lunak Jalan Lahir
Pada kala II segmen bawah uterus, serviks uteri, dan vagina ikut
membentuk jalan lahir. Pada akhir kehamilan, sekitar 38 minggu
serviks lebih pendek dari pada waktu kehamilan 16 minggu. Di
samping uterus dan vagina, otot-otot, jaringan ikat, dan ligamen
mempengaruhi jalan lahir (Prawirohardjo, 2014).
Muskulus elevator mempunyai peranan penting dalam mekanisme
putaran paksi bayi. Kemiringan dan kelentingannya membantu
mempermudah putaran paksi bayi (Prawirohardjo, 2014).

2. Jelaskan peran hormon-hormon yang mempengaruhi persalinan!


Hormon – hormon yang berperan pada saat persalinan yaitu :
(Sherwood, 2014).
a. Estrogen
Selama awal gestasi, kadar estrogen ibu relatif rendah, tetapi seiring
dengan kemajuan kehamilan, sekresi estrogen plasenta terus
meningkat. Pada hari-hari tepat menjelang persalinan, terjadi
lonjakan kadar estrogen yang menyebabkan perubahan pada uterus
dan serviks untuk mempersiapkan kedua struktur ini untuk
persalinan dan pelahiran. Pertama, estrogen kadar tinggi mendorong
sintesis konekson di dalam sel-sel otot polos uterus. Selsel
miometrium ini secara fungsional tidak berkaitan sama sekali
20 |PERJUANGAN SEORANG IBU
hampir di sepanjang masa gestasi. Konekson yang baru terbentuk
disisipkan di membran plasma miometrium untuk membentuk taut
celah yang secara elektrik menyatukan sel-sel otot polos uterus
sehingga mereka mampu berkontraksi secara terkoordinasi.
Secara bersamaan, estrogen kadar tinggi secara drastis dan progresif
meningkatkan konsentrasi reseptor oksitosin di miometrium.
Bersama-sama, perubahan-perubahan miometrium ini menyebabkan
responsivitas uterus terhadap oksitosin meningkat yang akhirnya
memicu persalinan. Selain mempersiapkan uterus untuk persalinan,
estrogen kadar tinggi juga mendorong pembentukan prostaglandin
lokal yang berperan dalam pematangan serviks dengan merangsang
enzim-enzim serviks yang secara lokal menguraikan serat kolagen.
Selain itu, berbagai prostaglandin itu sendiri meningkatkan
responsivitas uterus terhadap oksitosin.

b. Oksitosin
Oksitosin adalah suatu hormon peptida yang diproduksi oleh
hipotalamus, disimpan di hipofisis posterior, dan dibebaskan ke
dalam darah dari hipofisis posterior pada stimulasi saraf oleh
hipotalamus. Oksitosin menjalankan fungsinya melalui jalur
IP3/Ca2+/DAG. Sebagai stimulan otot uterus yang kuat, oksitosin
berperan kunci dalam kemajuan persalinan.
Namun, hormon ini semula bukan dianggap sebagai pemicu
persalinan karena kadar oksitosin dalam darah tetap konstan
sebelum awitan persalinan. Penemuan bahwa responsivitas uterus
terhadap oksitosin pada aterm adalah 100 kali lipat dibandingkan
wanita tak-hamil (karena adanya konekson dan meningkatnya
konsentrasi reseptor oksitosin miometrium) menyebabkan
ditariknya kesimpulan yang sekarang diterima luas bahwa
persalinan dimulai ketika konsentrasi res6ptor oksitosin mencapai
suatu ambang kritis yang memungkinkan awitan kontraksi kuat
21 |PERJUANGAN SEORANG IBU
terkoordinasi sebagai respons terhadap kadar oksitosin darah yang
biasa.
c. Corticotropin Releasing Hormone (CRH)

Corticotropin-Releasing Hormone (CRH) yang dikeluarkan oleh


plasenta bagian janin ke dalam sirkulasi ibu dan janin tidak saja
mendorong pembentukan estrogen plasenta sehingga akhirnya
menentukan saat dimulainya persalinan, tetapi juga mendorong
perubahan-perubahan di paru janin yang dibutuhkan untuk
menghirup udara. CRH dalam keadaan normal dikeluarkan oleh
hipotalamus dan mengatur pengeluaran ACTH oleh hipofisis
anterior, ACTH kemudian merangsang pembentukan kortisol dan
DHEA oleh korteks adrenal. Pada janin, sebagian besar CRH
berasal dari plasenta dan bukan semata-mata dari hipotalamus janin.
Sekresi kortisol tambahan yang dirangsang oleh CRH ekstra
mendorong pematangan paru janin. Secara spesifik, kortisol
merangsang sintesis surfaktan paru, yang mempermudah ekspansi
paru dan mengurangi kerja bernapas durasi kehamilan dan pelahiran
ditentukan terutama oleh kecepatan produksi CRH oleh plasenta.
Demikianlah, "jam plasenta" menandai rentang waktu hingga
persalinan. Saat persalinan telah ditentukan sejak awal kehamilan,
dengan pelahiran pada titik akhir proses pematangan yang
terbentang sepanjang proses gestasi. Dentingan jam plasenta diukur
oleh laju sekresi plasenta. Seiring dengan kemajuan kehamilan,
kadar CRH dalam plasma ibu meningkat. Para peneliti dapat secara
akurat memperkirakan waktu persalinan dengan mengukur kadar
CRH plasma ibu bahkan sejak akhir trimester pertama. Kadar yang
lebih tinggi daripada normal dilaporkan berkaitan dengan persalinan
prematur, sedangkan kadar yang lebih rendah daripada normal
mengisyaratkan persalinan melewati jadwal. Hal ini dan data lain
menunjukkan bahwa persalinan dimulai ketika kadar kritis CRH

22 |PERJUANGAN SEORANG IBU


plasenta tercapai. Kadar kritis CRH ini memastikan bahwa ketika
persalinan dimulai, bayi telah siap hidup di luar rahim. Hal ini
dicapai melalui peningkatan secara bersamaan kortisol janin yang
di-perlukan untuk pematangan paru dan estrogen yang diperlukan
untuk perubahan-perubahan uterus yang memulai persalinan.

3. Jelaskan cara dan interpretasi pemeriksaan Leopold!


.
Pemeriksaan Leopold
Pemeriksaan palpasi Leopold adalah suatu teknik pemeriksaan pada
ibu hamil dengan cara perabaan yaitu merasakan bagian yang
terdapat pada perut ibu hamil menggunakan tangan pemeriksa
dalam posisi tertentu, atau memindahkan bagian-bagian tersebut
dengan cara-cara tertentu menggunakan tingkat tekanan tertentu.
Teori ini dikembangkan oleh Christian Gerhard Leopold.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah UK 24 minggu, ketika
semua bagian janin sudah dapat diraba. Teknik pemeriksaan ini
utamanya bertujun untuk menentukan posisi dan letak janin pada
uterus, dapat juga berguna untuk memastikan usia kehamilan ibu
dan memperkirakan berat janin (Rachmawati, 2008).
Pemeriksaan palpasi Leopold sulit untuk dilakukan pada ibu hamil
yang gemuk (dinding perut tebal) dan yang mengalami
polihidramnion. Pemeriksaan ini juga kadang-kadang dapat menjadi
tidak nyaman bagi ibu hamil jika tidak dipastikan dalam keadaan
santai dan diposisikan secara memadai. Untuk membantu dalam
memudahkan pemeriksaan, maka persiapan yang perlu dilakukan
sebelum melakukan pemeriksaan adalah:
1) Instruksikan ibu hamil untuk mengosongkan kandung
kemihnya.
2) Menempatkan ibu hamil dalam posisi berbaring telentang,
tempatkan bantal kecil di bawah kepala untuk kenyamanan.
23 |PERJUANGAN SEORANG IBU
3) Menjaga privasi.
4) Menjelaskan prosedur pemeriksaan.
5) Menghangatkan tangan dengan menggosok bersama-sama
(tangan dingin dapat merangsang kontraksi rahim).
6) Gunakan telapak tangan untuk palpasi bukan jari.

Gambar 1: Pemeriksaan Palpasi Leopold 1 s.d. 4


A. Pemeriksaan Leopold I
Tujuan: untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk
mengetahui bagian janin apa yang terdapat di fundus uteri
(bagian atas perut ibu) (Rachmawati, 2008).

24 |PERJUANGAN SEORANG IBU


Gambar 2: Palpasi Leopold 1

Teknik:
 Memposisikan ibu dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 450 atau
lutut bagian dalam diganjal bantal) dan pemeriksa
menghadap ke arah ibu.
 Menengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan
dari arah samping umbilical.
 Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan TFU.
 Meraba bagian Fundus dengan menggunakan ujung kedua
tangan, tentukan bagian janin.
Hasil:
 Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan
teraba adalah keras,bundar dan melenting (seperti mudah
digerakkan).
 Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan
terasa adalah lunak, kurang bundar, dan kurang melenting.
 Apabila posisi janin melintang pada rahim, maka pada
Fundus teraba kosong.
B. Pemeriksaan Leopold II
Tujuan: untuk menentukan bagian janin yang berada pada
kedua sisi uterus, pada letak lintang tentukan di mana kepala
janin (Rachmawati, 2008).

25 |PERJUANGAN SEORANG IBU


Gambar 3: Palpasi Leopold 2
Teknik:
 Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan
pemeriksa menghadap ibu.
 Meletakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral
kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral
kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama.
 Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau
bersamaan (simultan) telapak tangan tangan kiri dan kanan
kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian
yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian
kecil (ekstremitas).
Hasil:
 Bagian punggung: akan teraba jelas, rata, cembung,
kaku/tidak dapat digerakkan.
 Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki): akan teraba kecil,
bentuk/posisi tidak jelas dan menonjol, kemungkinan teraba
gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.
C. Pemeriksaan Leopold III
Tujuan: untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau
bokong) yang terdapat di bagian bawah perut ibu, serta apakah
bagian janin tersebut sudah memasuki pintu atas panggul
(PAP) (Rachmawati, 2008).
26 |PERJUANGAN SEORANG IBU
Gambar 4: Palpasi Leopold 3

Teknik:
 Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan
pemeriksa menghadap ibu.
 Meletakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral
kiri bawah, telapak tangan kanan bawah perut ibu.
 Menekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk
mentukan bagian terbawah bayi.
 Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari
lainnya kemudian goyang bagian terbawah janin.
Hasil:
 Bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala
sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris adalah
bokong.
 Apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP, maka
saat bagian bawah digoyang, sudah tidak bias (seperti ada
tahanan).
D. Pemeriksaan Leopold IV
Tujuan: untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang
terdapat di bagian bawah perut ibu, serta untuk mengetahui
seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas
panggul (Rachmawati, 2008).

27 |PERJUANGAN SEORANG IBU


Gambar 5: Palpasi Leopold 4

Teknik:
 Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu, dengan posisi kaki
ibu lurus.
 Meletakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada
lateral kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan
kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis.
 Menemukan kedua ibu jari kiri dan kanan kemudian
rapatkan semua jari-jari tangan yang meraba dinding bawah
uterus.
 Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari-jari: bertemu
(konvergen) atau tidak bertemu (divergen).
 Setelah itu memindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
pada bagian terbawah bayi (bila presentasi kepala upayakan
memegang  bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi
bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi).
 Memfiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul
kemudian meletakkan jari-jari tangan kanan diantara tangan
kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian
terbawah telah memasuki pintu atas panggul.
Hasil:

28 |PERJUANGAN SEORANG IBU


 Apabila kedua jari-jari tangan pemeriksa bertemu
(konvergen) berarti bagian terendah janin belum memasuki
pintu atas panggul, sedangkan apabila kedua tangan
pemeriksa membentuk jarak atau tidak bertemu (divergen)
mka bagian terendah janin sudah memasuki Pintu Atas
Panggul (PAP).
 Penurunan kepala dinilai dengan: 5/5 (seluruh bagian jari
masih meraba kepala, kepala belum masuk PAP), 1/5
(teraba kepala 1 jari dari lima jari, bagian kepala yang
sudah masuk 4 bagian), dan seterusnya sampai 0/5 (seluruh
kepala sudah masuk PAP).
4. Jelasakan cara dan interpretasi pemeriksaan DJJ

Pemeriksaan DJJ (Denyut Jantung Janin)


a. Dari Janin
DJJ atau denyut jantung janin dapat terdengar pada bulan ke-
4 sampai ke-5. Terdengar juga bising tali pusat dan gerakan
serta tendangan janin (Sofian, 2011).
b. Dari Ibu
Terdengar bising rahim dan bising aorta, serta suara
peristaltik usus (Sofian, 2011).
Pemeriksaan denyut jantung janin menggunakan metode
AUVARD yaitu tempat auskultasi denyut jantung janin menurut
letak janin dalam rahim. Cara menghitung DJJ yaitu:
1) Setiap menit, misalnya 140 x/menit.
2) dihitung 3 x 5 detik secara berurutan. Dapat mengetahui
teratur tidaknya djj, misalnya : 11-12-11
DJJ = 4 x (11 + 12 + 11)
= 4 x 34
= 136x permenit (teratur)

29 |PERJUANGAN SEORANG IBU


Alat Pemeriksa Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin secara obyektif dapat diketahui oleh
pemeriksa dengan menggunakan:
1) Auskultasi periodik
Tersedia beberapa instrument untuk mendeteksi denyut
jantung janin seperti: Fetoskop (18-20 minggu), stetoskop
Pinard/Laenec(18-20 minggu), stetoskop ultrasonografi
dopler (12 minggu) (Prawirohardjo, 2002).
2) Electronic Fetal Monitoring
Ada dua alat pemantauan janin secara elektronik yaitu:
alateksternal (transducer eksternal) dan alat internal
(elektroda spiraldan kateter tekanan intrauterine)
(Prawirohardjo, 2002).
Cara Mendengarkan Denyut Jantung Janin (Prawirohardjo,
2002).
o Dengan menggunakan stetoskop Pinard
Dengan cara:
a. Tempat mendengarkan harus tenang, agar tidak
mendapat gangguan dari suara lain.
b. Ibu hamil diminta berbaring terlentang, kakinya lurus,
bagian yangtidak perlu diperiksa ditutup, pintu atau
jendela ditutup.
c. Alat disediakan. Pemeriksaan ini sebagai lanjutan dari
pemeriksaan palpasi.
d. Mencari daerah atau tempat dimana kita akan
mendengarkan.Setelah daerah ditemukan, stetoskop
pinard di pakai bagian yangberlubang luas
ditempatkan ke atas tempat atau daerah dimana
kitaakan mendengarkan. Sedangkan bagian yang
luasnya sempitditempatkan pada telinga kita, letakkan
tegak lurus.
30 |PERJUANGAN SEORANG IBU
e. Kepala pemeriksa dimiringkan, perhatian dipusatkan
pada denyutjantung janin. Bila terdengar suatu detak,
maka untuk memastikanapakah yang terdengar itu
denyut jantung janin, detak ini harusdisesuai dengan
detak nadi ibu. Bila detakkan itu sama dengannadi
ibu, yang terdengar bukan jantunt janin, tetapi detak
aorta abdominalis dari ibu.
f. Setelah nyata bahwa yang terdengar itu betul-betul
denyut jantungjanin maka dihitung untuk mengetahui
teraturnya dan frekuensinyadenyut jantung janin itu.
o Dengan menggunakan Doppler
Dengan cara (Prawirohardjo, 2002):
a. Nyalakan doppler, untuk memeriksa apakah doppler
dapat digunakan.
b. Usahakan jelly pada abdomen ibu, tepet pada daerah
yang telah ditentukan. Kegunaan jelly adalah sebagai
kontak kedap udara antara kulit abdomen dengan
permukaan sensor.
c. Tempatkan sensor pada daerah yang akan
didengarkan, kemudian tekan tombol start untuk
mendengarkan denyut jantung janin.
d. Lakukan penyesuaian volume seperlunya dengan
menggunakan tombol pengatur volume.
e. Lihat denyut jantung janin pada angka yang ditujukan
melalui monitor
Cara menghitung denyut jantung janin
Menghitung denyut jantung janin yaitu selama satu menit
penuh. Hal ini dikarenakan pada setiap detik itu terdapat
perbedaan denyut serta membandingkan dengan rentang
normal selama satu menit (Prawirohardjo, 2002).
Frekuensi Denyut jantung
31 |PERJUANGAN SEORANG IBU
o Bradikardi
Frekuensi denyut jantung janin yang berkurang dari
110denyut/menit. Keadaan ini dianggap sebagai tanda
akhir hipoksiajanin (Prawirohardjo, 2002).
Penyebabnya:
 Hipoksia janin tahap lanjut.
 Obat-obatan beta-adrenergetik (propanolol ; anestik
untuk blok epidural, spinal, kaudal, dan pudendal).
 Hipotensi pada ibu.
 Kompresi tali pusat yang lama.
 Blok jantung congenital pada janin
o Takikardia
Frekuensi denyut jantung janin yang lebih dari
160denyut/menit.Keadaan ini dianggap sebagai tanda
awal hipoksia janin (Prawirohardjo, 2002).
Penyebabnya:
 Hipoksia janin dini.
 Demam pada ibu.
 Obat-obatan parasimpatik (atropine, hidroksizin).
 Obat-obatan Beta-simpatomimetik (ritrodon,
isoksuprin).
 Amnionitis.
 Hipertiroid pada ibu.
 Anemia pada janin.
 Gagal jantung pada janin.
 Aritma jantung pada janin
o Variabilitas
Variabilitas denyut jantung janin digambarkan
sebagaiketidakteraturan irama jantung normal.Variabilitas

32 |PERJUANGAN SEORANG IBU


denyut demidenyut normal dianggap antara 6 dan 25
denyut/menit (Prawirohardjo, 2002).
a. Variabilitas jangka pendek yaitu ketidaksamaan satu
denyut dengan denyut berikutnya.
b. Variabilitas jangka panjang yaitu tampak sebagai
siklus ritmik aqtau gelombang dasar dan biasanya
terdapat tiga sampai limasiklus permenit.
Penyebab variabilitas meningkat:
 Hipoksia ringan dini.
 Stimulasi janin oleh palpasi rahim, kontraksi
rahim, aktivitasjanin, dan aktivitas ibu.
Penyebab variabilitas menurun:
 Hipertiroid pada ibu.
 Anemia pada janin.
 Gagal jantung pada janin.
 Aritma jantung pada janin
Frekuensi denyut periodik
o Akselerasi
Akselerasi adalah peningkatan sementara denyut jantung
janin di atas nilainormal. Akselerasi denyut jantung janin
yang timbul saat gerakanjanin terjadi merupakan indikasi
janin sehat (Prawirohardjo, 2002).
Penyebab:
 Gerakan janin spontan.
 Pemeriksaan dalam.
 Presentasi sungsang.
 Tekanan fundus.
 Kontraksi rahim.
 Palpasi perut

33 |PERJUANGAN SEORANG IBU


o Deselerasi
Deselerasi adalah penurunan sementara denyut jantung
janin di bawah nilainormal. Disebabkan oleh respon
parasimpatik, dapat dalam bentuk benigna atau bentuk
yang tidak menyenangkan (Prawirohardjo, 2002).
Tiga tipe deselerasi:
a. Deselerasi dini
Deselerasi dini yaitu penurunan sementara denyut
jantung janin dibawah nilai normal sejalan kontraksi
rahim
Penyebab: kompresi kepala sebagai akibat kontraksi
rahim, pemeriksaan dalam, tekanan fundus,
pemasangan alat pemantau internal.
b. Deselerasi lambat
Deselerasi lambat yaitu penurunan sementara denyut
jantung janin di bawah nilai normal fase kontraksi.
Penyebab: Insufisiensi uteruplasenta disebabkan oleh
hiperaktivitas atau hipertonisitas rahim, hipontensi
supin pada ibu, anestesi spinal atau epidural, plasenta
previa, solusio.
c. Deselarasi Variable
Deselerasi variable yaitu terjadi karena penekanan tali pusat pada masa
hamil atau kala 1. Penekanan tali pusat bisa karena lilitan tali pusat, tali
pusat tumbung atau jumlah air ketuban berkurang selama variabilitas
denyut jantung janin masih baik, biasanya janin tidak mengalami
hypoksia yang berarti. Penanganan dianjurkan pada keadaan perubahan
posisi Ibu, preposisi tali pusat bila ditemukan tali pusat terkemuka atau
menunggu, pemberian oksigen pada Ibu, amnio infusion mengatasi
oligo hidra dan oligohidramnion bila memungkinkan , dan terminasoi
persalinan bila diperlukan

34 |PERJUANGAN SEORANG IBU


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan melalui jalan lahir. Persalinan (partus atau pelahiran) memerlukan
dilatasi kanalis servikalis untuk mengakomodasi lewatnya janin dari uterus
melalui vagina dan ke lingkungan luar dan kontraksi miometrium uterus yang
cukup kuat untuk mengeluarkan janin. . Secara anatomi, proses persalinan
dipengaruhi oleh anatomi atau keadaan panggul seorang wanita. Panggul atau
pelvis terdiri atas 2 bagian yaitu bagian keras atau tulang yang terdiri dari tulang
panggul dan persendiannya, serta bagian lunak yang terdiri dari otot-otot,
jaringan-jaringan, dan ligamen.

Persalinan yang normal terjadi secara beberapa tahap atau kala. Persalinan
normal terdiri dari 4 kala. Kala I merupakan tahap pertama yaitu ditandai dengan
dilatasi serviks hingga mencapai pembukaan lengkap atau pembukaan 10 cm.
Kala II yaitu merupakan tahap pengeluaran janin yang di pengaruhi dengan
bertambahnya HIS atau kekuatan kontraksi ibu. Pada kala III terjadi setelah bayi
lahir dan terjadi beberapa kontraksi uterus untuk melepaskan plasenta dari dinding
rahim. Kemudian, pada kala IV yaitu pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan
uti lahir untuk mengamati keadaan ibu. Dalam proses persalinan terdapat beberapa
hormon yang mempengaruhi terjadinya persalinan. Hormon-hormon tersebut
yaitu kadar estrogen yang tinggi, CRH, relaxin hormon yang berfungsing untuk
merelaksasikan serviks, oksitosin, prostaglandin, dan prolaktin.

35 |PERJUANGAN SEORANG IBU

Anda mungkin juga menyukai