PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
PEMBAHASAN
2.2 Skenario
PERJUANGAN SEORANG IBU
Ny. Ana 29 tahun, mengeluh perut mulas sejak sore hari. Ny. Ana sedang
hamil dengan usia kehamilan kira-kira 9 bulan dan merupakan kehamilan
pertamanya. Ia terakhir kontrol ke bidan 2 bulan yang lalu, saat usia kehamilan 7
bulan. Ny. Ana memang tidak rutin memeriksakan kehamilan, delama kehamilan
ia hanya 2 kali memeriksakan diri ke bidan.
Ny. Ana menyatakan mulas terasa semakin lama semakin sering, gerakan
janin masih terasa aktif, bloody slym (-). Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda
vital dalam batas normal, pemeriksaan abdomen fundus uteri 3 jari di bawah
processus xypoideus. Pemeriksaan Leopold di daatkan punggung kanan, kepala
bayi telah masuk dalam PAP, His (-), DJJ 12-13-12. Pemeriksaan VT didapatkan
hasil portio posterior, bukaan (-), promontorium tidak teraba. Dokter
menganjurkan pasien untuk kontrol ke poli esok hari untuk pemeriksaan USG.
Dokter juga menjelaskan tanda-tanda persalinan kepada Ny. Ana.
Lima hari kemudian Ny. Ana menyatakan kembali ke IGD mengeluh keluar
cairan dari jalan lahir, cairan bening, tidak berbau, dan tidak dapat di tahan oleh
I. Klarifikasi Istilah
III. Brainstorming
d. Kala IV
Dimulai setalah lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum. Dan
merupakan pemulihan keadaan ibu pasca persalinan.
Bagan
PERSALINAN
FISIOLOGI ANATOMI
ANATOMI
MEKANISME HORMON PANGGUL
PERSALINAN YANG
BERPERAN
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
V. Learning Issues
VI. Referensi
b. Oksitosin
Oksitosin adalah suatu hormon peptida yang diproduksi oleh
hipotalamus, disimpan di hipofisis posterior, dan dibebaskan ke
dalam darah dari hipofisis posterior pada stimulasi saraf oleh
hipotalamus. Oksitosin menjalankan fungsinya melalui jalur
IP3/Ca2+/DAG. Sebagai stimulan otot uterus yang kuat, oksitosin
berperan kunci dalam kemajuan persalinan.
Namun, hormon ini semula bukan dianggap sebagai pemicu
persalinan karena kadar oksitosin dalam darah tetap konstan
sebelum awitan persalinan. Penemuan bahwa responsivitas uterus
terhadap oksitosin pada aterm adalah 100 kali lipat dibandingkan
wanita tak-hamil (karena adanya konekson dan meningkatnya
konsentrasi reseptor oksitosin miometrium) menyebabkan
ditariknya kesimpulan yang sekarang diterima luas bahwa
persalinan dimulai ketika konsentrasi res6ptor oksitosin mencapai
suatu ambang kritis yang memungkinkan awitan kontraksi kuat
21 |PERJUANGAN SEORANG IBU
terkoordinasi sebagai respons terhadap kadar oksitosin darah yang
biasa.
c. Corticotropin Releasing Hormone (CRH)
Teknik:
Memposisikan ibu dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 450 atau
lutut bagian dalam diganjal bantal) dan pemeriksa
menghadap ke arah ibu.
Menengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan
dari arah samping umbilical.
Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan TFU.
Meraba bagian Fundus dengan menggunakan ujung kedua
tangan, tentukan bagian janin.
Hasil:
Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan
teraba adalah keras,bundar dan melenting (seperti mudah
digerakkan).
Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan
terasa adalah lunak, kurang bundar, dan kurang melenting.
Apabila posisi janin melintang pada rahim, maka pada
Fundus teraba kosong.
B. Pemeriksaan Leopold II
Tujuan: untuk menentukan bagian janin yang berada pada
kedua sisi uterus, pada letak lintang tentukan di mana kepala
janin (Rachmawati, 2008).
Teknik:
Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan
pemeriksa menghadap ibu.
Meletakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral
kiri bawah, telapak tangan kanan bawah perut ibu.
Menekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk
mentukan bagian terbawah bayi.
Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari
lainnya kemudian goyang bagian terbawah janin.
Hasil:
Bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala
sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris adalah
bokong.
Apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP, maka
saat bagian bawah digoyang, sudah tidak bias (seperti ada
tahanan).
D. Pemeriksaan Leopold IV
Tujuan: untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang
terdapat di bagian bawah perut ibu, serta untuk mengetahui
seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas
panggul (Rachmawati, 2008).
Teknik:
Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu, dengan posisi kaki
ibu lurus.
Meletakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada
lateral kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan
kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis.
Menemukan kedua ibu jari kiri dan kanan kemudian
rapatkan semua jari-jari tangan yang meraba dinding bawah
uterus.
Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari-jari: bertemu
(konvergen) atau tidak bertemu (divergen).
Setelah itu memindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
pada bagian terbawah bayi (bila presentasi kepala upayakan
memegang bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi
bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi).
Memfiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul
kemudian meletakkan jari-jari tangan kanan diantara tangan
kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian
terbawah telah memasuki pintu atas panggul.
Hasil:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan melalui jalan lahir. Persalinan (partus atau pelahiran) memerlukan
dilatasi kanalis servikalis untuk mengakomodasi lewatnya janin dari uterus
melalui vagina dan ke lingkungan luar dan kontraksi miometrium uterus yang
cukup kuat untuk mengeluarkan janin. . Secara anatomi, proses persalinan
dipengaruhi oleh anatomi atau keadaan panggul seorang wanita. Panggul atau
pelvis terdiri atas 2 bagian yaitu bagian keras atau tulang yang terdiri dari tulang
panggul dan persendiannya, serta bagian lunak yang terdiri dari otot-otot,
jaringan-jaringan, dan ligamen.
Persalinan yang normal terjadi secara beberapa tahap atau kala. Persalinan
normal terdiri dari 4 kala. Kala I merupakan tahap pertama yaitu ditandai dengan
dilatasi serviks hingga mencapai pembukaan lengkap atau pembukaan 10 cm.
Kala II yaitu merupakan tahap pengeluaran janin yang di pengaruhi dengan
bertambahnya HIS atau kekuatan kontraksi ibu. Pada kala III terjadi setelah bayi
lahir dan terjadi beberapa kontraksi uterus untuk melepaskan plasenta dari dinding
rahim. Kemudian, pada kala IV yaitu pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan
uti lahir untuk mengamati keadaan ibu. Dalam proses persalinan terdapat beberapa
hormon yang mempengaruhi terjadinya persalinan. Hormon-hormon tersebut
yaitu kadar estrogen yang tinggi, CRH, relaxin hormon yang berfungsing untuk
merelaksasikan serviks, oksitosin, prostaglandin, dan prolaktin.