PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering kedapatan pada kehamilan trimester pertama.Mual biasanya terjadi pada pagi
hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.Gejala – gejala ini kurang
lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu.Mual dan muntah terjadi pada 60–80% primi gravida dan
40–60% multi gravida.Satu diantara seribu kehamilan, gejala–gejala ini menjadi lebih
berat.
Pada kehamilan, selain terjadi perubahan fisiologis juga disertai perubahan
psikologis.Menurut Prawihardjo (1996) selain faktor fisiologis. Psikologis memegang
peranan yang tak kalah penting dalam timbulnya hiperemesis seperti penelitian yang
pernah dilakukan oleh Hanim dkk (1996) yang meneliti tentang keadaan kecemasan
dan depresi pada hiperemesis gravidarum, dengan hasil penelitian pada korelasi
antara kecemasan dan hiperemesis menunjukkan korelasi positif rendah 0,273
(p<0,05) dengan koefisien positif rendah 0,342. Dengan demikian dapat dikatakan
bawa ada korelasi antara kecemasan dan depresi dengan hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum yang dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan
pada kehamilan yaitu ibu mengalami dehidrasi, terganggunya keseimbanganelektrolit,
perdarahan gastrointestinal (robekan pada selaput lender esophagus danlambung),
ablasia retina dan kematian ibu. Sedangkan janin akan mengalamiperkembangan
yang terganggu dan kematian janin (Cendy, 2008).
Bila adaptasi ibu tidak kuat dapat menimbulkan muntah bahkan ada
yangsampai tidak mampu lagi menjalankan aktifitas kehidupan sehari-hari,
misalnyamemasak, mencuci, mandi, makan, bahkan ada yang harus istirahat di
tempat tidur,sampai ada yang dirawat di rumah sakit. Ibu hamil yang mampu
beradaptasi terhadapperubahan keseimbangan hormon ini, perasaan mual tidak begitu
1
dirasakan, merekabiasa melaksanakan aktifitas sehari-hari seperti tidak hamil
(Mandiwarti,2008).
Kehamilan di awal ini kebanyakan wanita hanya sedikit meningkat berat
badannyadan ini tidak mempengaruhi perkembangan bayi. Keluhan mual muntah
akanmenghilang pada akhir trimester pertama. Hiperemesis gravidarum didefinisikan
sebagai vomitus yang berlebihan atautidak terkendali selama masa hamil, yang
menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbanganelektrolit, atu defisiensi nutrisi, dan
kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun
kebanyakan kasus hilang dan hilang seiringperjalanan waktu, satu dari setiap 1000
wanita hamil akan menjalani rawat inap.
Hiperemesis gravidarum umumnya hilang dengan sendirinya (self-limiting),
tetapipenyembuhan berjalan lambat dan relaps sering umum terjadi. Kondisi sering
terjadidiantara wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan
berikutnya.
2. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan laporan ini adalah mengetahui
perjalanan penyakit salah seorang pasien, sehingga dapat menilai kondisi pasien dari
awal terjadinya penyakit hingga post diberikan tindakan
3. MANFAAT
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan laporan ini adalah menjadikan
calon dokter terlatih untuk menangani pasien serta mengetahui dan mengawasi
perkembangan penyakit pasien dari hari ke hari.Di samping itu, melatih skill
berkomunikasi baik secara verbal maupun non-verbal demi mencapai hasil perawatan
yang maksimal bagi kesembuhan pasien.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
2. EPIDEMIOLOGI
Mual dan muntah merupakan gejala yang umum terjadi pada sekitar 50%
sampai 80% dari seluruh kehamilan.Kondisi ini umumnya disebut “morning
sickness”. Sebesar 0,05% - 2% pada seluruh kehamilan dapat terjadi mual dan
muntah yang berat, kondisi ini sering disebut dengan hiperemesis gravidarum,dengan
prevalensi 1% sampai 3% atau 5-20 kasus per 1000 kehamilan.
3. ETIOLOGI
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
3
biokimia. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan sebagai
berikut :
a) Umumnya terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan
ganda akibat peningkatan kadar HCG.
b) Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabollik akibat kehamilan serta resistensi yang
menurun dari pihak ibu terhadap perubahan–perubahan ini serta adanya
alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
c) Infeksi Helicobacter pylori (H. pylori). Ditemukannya organisme ini pada
pasien yang resisten terhadap pengobatan konservatif. Helicobacter pylori
adalah basil gram negatif yang telah dikaitkan dengan penyakit ulkus
peptikum. Pasien umumnya mengeluh mual, muntah dan mulas. Hal ini
gejala umum pada HEG. Skrining untuk Helicobacter pylori harus
ditambahkan pada investigasi hiperemesis gravidarum, terutama pada
kondisi yang memanjang dimana hanya terpaku pada penatalaksanaan
konvensional dan kasus-kasus yang berlanjut sampai trimester kedua.
Regimen non teratogenik untuk penanganan Helicobacter pylori harus
dipertimbangkan.Kenaikan human chorionic gonadotropin
(hCG)menyebabkan pergeseran pH selama kehamilan yang memicu
dismotilitas gastrointestinal danmengganggu sistem imunitas humoral
begitu juga imunitas seluler dalam kehamilan telahdipercaya menjadi
alasan terjadinya infeksi. Sosioekonomi yang rendah juga dapat
menjadifaktor penyebab yang penting untuk infeksi H. pylori dalam
kehamilan pada wanita denganhiperemesis gravidarum.
d) Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga
yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi
tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup.
4
e) Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.
4. PATOFISIOLOGI
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
a) Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam hidroksi butirik
dan aseton dalam darah.
b) Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan
dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan
khlorida darah dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan
hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang
c) Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan
terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan
d) Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan
pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) dengan
akibat perdarahan gastro intestinal.
5
Menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1) Tingkatan I (ringan)
Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita.
Muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang
terakhir keluar darah.
Ibu merasa lemah
Nafsu makan tidak ada
Berat badan menurun
Merasa nyeri pada epigastrium
Nadi meningkat sekitar 100 per menit
Tekanan darah menurun
Turgor kulit berkurang
Lidah mengering
Mata cekung
2) Tingkatan II (sedang)
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan
Penderita tampak lebih lemah dan apatis
Turgor kulit lemah
Lidah mengering dan tampak kotor
Nadi kecil dan cepat
Suhu badan naik (dehidrasi)
Mata mulai ikterik
Berat badan turun dan mata cekung
Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.
3) Tingkatan III (berat)
Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma)
Dehidrasi hebat
Nadi kecil, cepat dan halus
Suhu badan meningkat dan tensi turun
6
Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan enselopati
wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan mental
Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati.
6. DIAGNOSIS
Diagnosis Hiperemesis Gravidarum biasanya tidak sukar.Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi
keadaan umum.Hiperemesis Gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan
kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga
pengobatan perlu segera diberikan.
- Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
- Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada
keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
- Fisik : dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal
toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada
pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide).
- Pemeriksaan USG : untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk
mengetahui kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan
molahidatidosa.
- Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, benda
keton, dan proteinuria.
- Pemeriksaan elektrolit, tes fungsi hepar, tes fungsi tiroid, BUN, urinalisis, dan
hitungdarah lengkap merupakan beberapa pemeriksaan yang perlu pada
pemeriksaan hiperemesisgravidarum yang berat, setelah kelaparan dan
ketidakseimbangan cairan telah diatasi.
- Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk
konsultasi psikologi.
7. DIAGNOSIS BANDING
7
Diagnosis dari muntah yang tidak terkontrol dibuat dengan menyingkirkan
penyakit-penyakit yang lain. Hal ini penting untuk menyingkirkan banyak penyakit
kronik yang mengenaisistem lain seperti :
- penyakit pada sistem digestif seperti hepatitis, pankreatitis, ulkus peptikum,
appendisitis;
- penyakit sistem urogenital seperti pyolonefritis, uremia, batu ginjal;
- penyakit endokrinologi kronik contohnya ketoasidosis diabetikum
atauhipertiroidisme;
- penyakit neurologi seperti tumor otak , migren
- keadaan lain yangberhubungan dengan kehamilan contohnya degenerasi lemak
dari hepar dan preeklampsia.
Lamanya muntah penting untuk menilai risiko akan terjadinya komplikasi-
komplikasiseperti ensefalopati Wernicke sebagai akibat dari defisiensi tiamin,
komplikasi ini telahdilaporkan dari 3 minggu setelah munculnya gejala
8. RISIKO
a. Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus
ke-6, nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan
terjadi psikosis Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas),
ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemesis tingkat III perlu Ter
b. Fetal
9. PENATALAKSANAAN
a. Pencegahan
8
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan
jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
- Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan
4 bulan,
- Ibu dianjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil, tetapi lebih sering.
- Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
- Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
- Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin.
- Defekasi yang teratur.
- Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh
karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
b. Terapi Obat-obatan
Apabila dengan cara di atas keluhan dan gejala tidak berkurang maka
diperlukan pengobatan.
- Tidak memberikan obat yang teratogen.
- Sedativa yang sering diberikan adalah fenobarbital.
- Vitamin yang sering dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
- Antihistaminika seperti dramamine, avomine.
- Pada keadaan berat, anti emetik seperti diklomin hidroklorida atau
klorpromazine.
Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap di rumah sakit.
Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :
1) Isolasi
9
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran
udara baik.Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja
yang boleh masuk.Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang isolasi
dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan
2) Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,normal
dan fisiologik. Jadi tidak perlu takur dan khawatir.Yakinkan penderita bahwa
penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
3) Terapi parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukosa 5 %, dalam cairan gram fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila
perlu dapat ditambah dengan kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks
dn vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
esensial secara intravena.
Buat dalam daftar kontrol cairan yang masuk dan dikeluarkan.Air kencing
perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu
dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila
selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat
dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah
dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada umumnya
gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik..
4) Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk.Delirium,
kebutaan, takikardia, ikterik, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi
komplikasi organik.Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit
10
diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu capat dan dipihal
lain tidak boleh menunggu sampai terjadi irreversible pada organ vital.
11
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang.Diet
diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan
yang bernilai gizi tinggi.Minuman tidak diberikan bersamaan dengan
makanan.Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi
kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
3) Diet Hiperemesis III
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum
ringan.Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan
bersama makanan.Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan
semua zat gizi.
10. KOMPLIKASI
a) Abortus
Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu
atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gram.Abortus spontan adalah
penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22
minggu). Tahap-tahap abortus meliputi:
- Abortus iminens (kehamilan dapat berlanjut)
- Abortus insipiens (Kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang
menjadi abortus inkomplit/komplit)
- Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan)
- Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan)
12
11. PROGNOSIS
Dengan penanganan yang baik prognosis HEG sangat memuaskan.Namun
demikian pada tingkat yang berat penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
a. Prognosis janin
Beberapa penelitian melaporkan peningkatan angka prematuritas, bayi kecil
untuk usiakehamilan dan skor APGAR kurang dari 7 saat 5 menit pertama pada ibu
dengan hiperemesisgravidarum. Meskipun demikian, peningkatan efek yang tidak
diinginkan pada janin tidakditemukan pada penelitian terakhir dari 166 wanita. Risiko
bayi lahir kecil untuk usia kehamilanhanya meningkat pada kasus penambahan berat
badan maternal inadekuat karena hiperemesiskronik. 90 % kasus hiperemesis sembuh
dalam 16 minggu dan hampir semua berat badanmaternal tercapai pada masa tengah
kehamilan.
Paparan terapi dilektin (kombinasi lepas lambat doksilamin suksinat dan
piridoksin hidroklorida) pada mual muntah di masa kehamilan tidak menunjukkan
efek yang tidakdiinginkan pada perkembangan otak janin.
b. Prognosis maternal
Selain ensefalopati Wernicke, efek jangka panjang pada ibu tidak pernah
dilaporkan. Efek psikologis jangka panjang, ikatan ibu-bayi yang jelek, atau
ketakutan akankehamilan lagi di masa depan terjadi pada kasus hiperemesis
gravidarum tidak jelas dilaporkan.
Ada peningkatan risiko rekurensi hiperemesis, dimana risikonya akan menjadi
15,2% pada wanita yang pernah mengalami hiperemesis gravidarum sebelumnya,
dibandingkan denganwanita yang tidak pernah (hanya 0,7%). Penelitian di Korea
menunjukkan hiperemesisgravidarum sebelumnya dan pemakaian anti emetik
sebelum konsepsi atau dalam 7 minggugestasi, menemukan 40 % mengalami
hiperemesis gravidarum, dibandingkan 80% wanita dikelompok kontrol yang tidak
diberikan anti emetik.
13
BAB III
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.A
Umur : 22 tahum
Alamat : Majapahit
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
2. ANAMNESIS
a. Keluhan utama
Mual dan muntah sejak 3 hari yang lalu.
14
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami hal serupa.Riwayat hipertensi pada
keluarga disangkal.Memiliki riwayat DM pada keluarga yaitu pada ibu dan
kakak kandungnya.
e. Riwayat Pengobatan
Belum pernah diobati sebelumnya.
f. Riwayat menstruasi
Menstruasi teratur selama +7 hari.Nyeri ketika haid disangkal. Menarche
pada usia 13 tahun.
g. Riwayat KB
Belum pernah mengunakan KB sebelumnya.Menikah selama 1 tahun.
h. Riwayat obsetri
HPHT : os lupa
HPL :
Hamil I : Hamil ini
i. Sosial ekonomi
Kesan ekonomi cukup. Pasien menyangkal merokok dan minum alcohol.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Umum
- KU : Sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- Aktivitas : Normoaktif
- Kooperatif : Kooperatif
15
- Status gizi : Baik
- Tb : 150 cm
- Bb : 50 kg
b. Vital Sign
- TD : 100/65mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- RR : 24 x/menit
- Suhu : 370
c. Status generalis
- Kepala : kesan mesochepal
Mata : Ca (-)/(-)
Si (-)/(-)
Cekung (-)
Hidung : pernafasan cuping hidung (-) mukosa nasal normal
Mulut : sianosis (-) bibir lembab
- Leher : pembesaran KGB (-)
- Thorax
Paru
Ins : simetris
Pal : vocal fremitus ka = ki
Per : sonor seluruh lapangan paru
Aus : vesikuler, ronkhi (-)/(-), wheezing (+)
Jantung
Ins : iktus kordis tidak terlihat, bentuk dada normal
Pal : iktus kordis tidak kuat angkat
Per : batas jantung normal
Aus : BJ I dan II, murmur (-)
16
- Abdomen
Inspeksi : datar, TFU
Auskultasi : BU (+) dbn
Palpasi : supel, NT (+) di epigastrium, belum teraba bagian janin
Perkusi : timpani
- Ekstremitas
Superior : tidak terdapat kelainan, akral hangat, turgor kulit baik, CRT
<3detik
Inferior : tidak terdapat kelainan, akral hangat, turgor kulit baik, CRT
<3detik
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan lab
- WBC : 10,3 x103/mm3
- RBC : 4,35
- HGB : 12,6 gr/dL
- HCT : 36,8 L%
- PLT : 399 103/mm3
- MCV : 84,7
- MCH : 28,9
- MCHC : 34,2
6. DIAGNOSIS
GIP0A0 gravid ± 6-7 minggu + Hiperemesis Gravidarum
7. PENATALAKSANAAN
- Pasien dipuasakan bila masih muntah
17
- IVFD dextrose 5% guyur kemudian IVFD RL : Dextrose 5%, 1:1, 24
tetes/menit
- Maintenance Infus RL 20 tpm
- Ondansetron bolus per 8 jam
- Ondansetron drip per 8 jam
- Observasi KU dan TTV
8. FOLLOW UP
Perawata
n hari S O A P
H-1 Mual dan TD : 100/70 GIP0A0 - Observasi KU
muntah (+). N : 62 x/menit gravid ± 6-7 dan TTV
Semalam S : 36,5 minggu + - Infus RL 20
muntah 3x RR : 20x/m Hiperemesis tpm
berupa cairan Gravidarum - Ondansetron
dan sisa bolus per 8 jam
makanan, - Ondansetron
pusing (+), drip per 8 jam
lemas (+),
Nyeri perut
bawah
terutama
duduk, BAK
(+) terasa
panas
H-2 Mual (+), TD : 120/80 GIP0A0 - Injeksi
muntah (-), N : 78x/menit gravid ± 6-7 cefotaxim
lemas (+), S : 36,8 minggu + - Bricasma 3x1
nyeri perut RR : 20 x/m Hiperemesis - Ondansetron
bagian bawah, Gravidarum drip per 8 jam
pusing (+), - Cek lab darah
18
batuk - Observasi KU
berdahak dan TTV
19
DAFTAR PUSTAKA
pp. 527-539.
Physician 2007,36:698-701.
8. Chaterine M, Graham RH and Robson SC. Caring for women with nausea and
20
10. Einarson A, Maltepe C, Bukovic R, Koren G. Treatment of nausea and
(12):2109-2111.\
2008;63(3).
14. DC. Textbook of Obstetrics. 6th Edition. Calcutta: New Central Book Agency;
2009.
21