Anda di halaman 1dari 17

REFLEKSI KASUS

Gangguan Bipolar Episode Mania Dan


Depresi Campuran Non Psikotik
Nama : sitti hajar
Pembimbing : dr. Dewi Suriyani . A. Sp.KJ
Identitas pasien
Identitas Pasien
Nama : Ny. RP
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Pelabuhan No.107 Donggala.
Agama : Islam
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Tanggal Pemeriksaan : 17 april 2017
Tempat Pemeriksaan : RSUD Undata palu
Deskripsi kasus
Seorang perempuan 34 tahun MRS seorang diri dengan
keluhan leher terasa tegang tapi tidak nyeri dan terasa
seperti tercekik dan jantung terasa tertusuk-tusuk yang
menyebabkan pasien susah tidur, selain itu pasien juga
merasa cemas dan selalu mengingat tentang kematian,
keluhan ini sudah dirasakan sejak 4 tahun lalu. Pasien
kontrol rutin oleh dokter ahli jiwa. Pasien rutin meminum
obat agar bisa tidur dan menghilangkan ketegangan di
leher. Keluhan diatas tidak dirasakan terus menerus tetapi
hilang timbul.
Saat ditanya mengenai tentang adanya beban pikiran, pasien
mengatakan bahwa dirinya saat ini stress memikirkan rumah
tangganya dimana pasien sedang mengalami masalah dengan
saudara ipar dimana suami dari saudara ipar berkelahi dengan
suami pasien menyebabkan suami pasien dilaporkan kepolisi
dan sekarang menjadi buronan oleh polisi menyebabkan pasien
sulit untuk bertemu dan berkomunikasi dengan suaminya
karena sekarang tinggal terpisah.

Dilain sisi pasien juga merasa dibenci oleh saudara iparnya


sudah sejak awal pernikahan dan hubungannya tidak baik hal
ini dikarenakan saudara iparnya cemburu terhadap pasien yang
lebih mendapat perhatian oleh mertua dibandingkan saudara
iparnya. Pasien mengatakan hal itu karena pasien selalu
memasak makanan dan membersihkan rumah jika berkunjung
kerumah mertua.
Saat ditanya mengenai pekerjaan, pasien mengatakan
tidak ada hambatan, pasien tetap bekerja seperti
biasanya. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi,
jantung dan diabetes militus, tetapi pernah konsultasi ke
bagian THT sekitar 1 tahun lalu dan pasien mengatakan
tidak mengalami masalah pada bagian leher dan
tenggorokannya. Pasien merupakan pasien
Emosi yang terlibat
Pada kasus ini menarik untuk dibahas karena gejala yang
dialami oleh pasien sudah menetap lama sehingga perlu
dipertimbangkan mengenai terapi non farmakologi.
Evaluasi
Pengalaman Baik
Pasien terlihat banyak bicara saat ditanya mengenai
keluhan yang membawa pasien ke dokter.

Pengalaman Buruk
tidak ada
Diagnosis multiaxial
Aksis I :
Gangguan Afektif Bipolar, Episodik Manik dan depresi tanpa Gejala Psikotik
Campuran.
Gangguan Somatisasi
Aksis II
Pasien adalah orang yang mempunyai banyak teman sehingga digolongkan dalam
ciri kepribadian tidak khas.
Aksis III
Tidak ditemukan diagnosis karena tidak ada ditemukan gangguan organik.
Aksis IV
Stressor psikososial yaitu masalah tidak diterima baik oleh keluarga mertua dan
sekarang terpisah/jauh dengan suami.
Aksis V
GAF scale 90-81
Analisa
Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang
menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana
seseorang mengalami kondisi atau episode dari depresi
dan/atau manik, hipomanik, dan/atau kondisi campuran. Jika
dibiarkan tanpa terapi, akan menghasilakan kondisi psikiatrik
dengan disabilitas berat.
Penelitian telah membuktikan faktor lingkungan memegang
peranan penting dalam Gangguan perkembangan bipolar.
Faktor lingkungan yang sangat berperan pada kehidupan
psikososial dari pasien dapat menyebabkan stress yang dipicu
oleh faktor lingkungan.
Stress yang menyertai episode pertama dari Gangguan
bipolar dapat menyebabkan perubahan biologik otak yang
bertahan lama.
Perubahan bertahan lama tersebut dapat menyebabkan
perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter
dan sistem pemberian signal intraneuronal.
Hasil akhir perubahan tersebut adalah menyebabkan
seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi untuk
menderita Gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa
adanya stressor eksternal
Disamping pengobatan medikamentosa, psikoterapi adalah salah
satu terapi yang efektif untuk gangguan bipolar. Terapi ini
memberikan dukungan, edukasi, dan petunjuk untuk seorang
dengan gangguan bipolar.
1. Cognitive behavioral therapy (CBT) membantu penderita
gangguan bipolar untuk mengubah pola pikir dan perilaku
negative.
2. Family-focused therapy melibatkan anggota keluarga. Terapi ini
juga memfokuskan pada komunikasi dan pemecahan masalah.
3. Interpersonal and social rhythm therapy membantu penderita
gangguan bipolar meningkatkan hubungan sosial dengan
orang lain dan mengatur aktivitas harian mereka.
4. Psychoeducation mengajarkan pada penderita gangguan
bipolar mengenai penyakit yang mereka derita beserta dengan
penatalaksanaannya. Terapi ini membantu penderita mengenali
gejala awal dari episode baik manik maupun depresi sehingga
mereka bisa mendapatkan terapi sedini mungkin.
Contoh terapi
Terapi kognitif episode depresi
Untuk menghentikan depresi, orang perlu menghentikan pola
pikir negative dan menggantikannya dengan pola pikir positif,
yang lebih tepat dan benar.

Terapi aktivasi perilaku episode depresi


Pasien diminta untuk mencatat kegiatan yang dilakukan
secara detil berupa kegiatan yang menyenangkan dan
kegiatan yang penting dilakukan, selanjutnya memilih
kegiatan untuk ditingkatkan kearah kegiatan mandiri,
selanjutnya pasien membuat jadwal kegiatan mandiri
dengan pembimbing dan mendiskusikan jika terjadi
hambatan
Contoh terapi
Terapi kognitif hipomania dan mania
Menyadari dan mampu mengenal adanya perubahan kecil
pada suasana hati, ppikiran, dan perilaku sehingga bisa
dilakukan intervensi awal, mengevaluasi dan mengubah
pikiran yang kurang tepat, percaya sesuatu yang tidak
benar, atau rasa curiga dan percaya diri yang berlebihan.
Sehingga perlu untuk menata ulang kegiatan, ide, atau
rencana dengan tujuan untuk mengurangi dan membatasi
ide-idenyang muncul..
Terapi perilaku hipomania dan mania
Cegah gangguan tidur sebagai usaha untuk mencegah
timbulnya mania/hipomania. Batasi kegiatan harian untuk
mencegah timbulnya mania/hipomania.
Contoh terapi
Memperkuat daya tahan
Melakukan pola hidup sehat dengan :
Mencegah agar tidak kambuh : dengan mengenali dan
mempelajari penyakit yang diderita
Membangun hubungan yang mendukung : memperbaiki
hubungan dengan keluarga, saudara dan teman-teman.
Menata ulang pola piker
Merawat dan menjaga diri sendiri
Berolahragadan makan makanan sehat

Mengendalikan stress

Pencegahan bunuh diri


Prognosis
Prognosis pada kasus ini cenderung memiliki perjalanan
penyakit yang panjang dan pasien cenderung memiliki
kekambuhan. Perubahan yang berlangsung di dalam
biologi otak menempatkan pasien berada pada risiko
benar untuk mengalami episode selanjutnya.
Kesimpulan
Pada pasien ini sebaiknya selain mengkonsumsi obat,
dianjurkan untuk melatih diri menyelesaikan
permasalahan-permasalahannya dan memulai
membangun hubungan baik dengan keluarga dan teman.
Pasien dapat terbantu dengan terapi keluarga, latihan
keterampilan sosial, dan rehabilitasi kognitif, serta terapi-
terapi kognitif dan perilaku lainnya.
Sikap terbuka dapat mengurangi keluhan yang dirasakan
pada kasus ini.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai