Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN MATERNITAS

“ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA NEUNATORUM”

Disusun Oleh :

Elisa Oktaviana F. (1811006)


Nurisma Diana A. (1811014)
Riska Nasiron M. (1811015)
Shinta Maudi H. (1811017)
Yudhaty Andra N. (1811020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES PATRIA HUSADA BLITAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa terselesaikan
dengan baik, adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah “KEPERAWATAN MATERNITAS”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai
perbaikan,oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan
oleh penulis demi kesempurnaan penyusun makalah nanti.
Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca

Blitar, 5 Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ...................................................................................................... 2
2.2 Etiologi ......................................................................................................2
2.3 Patofisiologi ...............................................................................................2
2.4 Pathway .....................................................................................................4
2.5 Manifestasi Klinis .......................................................................................4
2.6 Penatalaksanaan ........................................................................................5
2.7 Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................6
2.8 Komplikasi .................................................................................................6
2.9 Konsep Askep .............................................................................................7
BAB III ASKEP KASUS SEMU
3.1 Pengkajian ...............................................................................................12
3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................15
3.3 Intervensi .................................................................................................15
BAB IV Kesimpulan
4.1 Kesimpulan ..............................................................................................17
4.2 Saran ........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Anfiksia neunatorum merupakan suatu kondisi dimana bayi tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaaan tersebut dapat
disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, sampa asidosis. Asfiksia ini dapat
terjadi karena kurangnya kemampuan organ bayi dalam menjalankan fungsinya,
seperti pengembagan paru. Anfiksia neunatorum dapat disebabkan oleh bebrapa
faktor, diantaranya adalah adanya(1) penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti
hipertensi, gangguan atau penyakit paru, dan gangguan kontraks uterus, (2) pada
ibu yang kehamilannya beresiko,(3) faktor plasenta, seperti janin dengan solusio
plasenta. (4) faktor janin itu sendiri seperti terjadi kelainan ada tali pusat, seperti
tali pusat menumbung atau melilit pada leher atau juga kompresi tali pusat, aeperti
tali puat membumbung atau melilit pada leher atau juga kompresi tali pusat antara
janin dan jalan lahir serta (5) faktor persalinan seperti partus lama atau dengan
tindakan tertentu.,(Hidayat, 2008)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi,etiologi anfiksia neunatorum ?
2. Bagaimana patofisiologi,pathway anfiksia neunatorum?
3. Bagaimana manifestasi klinis,penatalaksanaan anfiksia neunatorum?
4. Bagaimana pemeriksaan penunjang,komplikasi anfiksia neunatorum ?
5. Bagaimana konsep anfiksia neunatorum?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi,etiologi anfiksia neunatorum?
2. Mengetahui patofisiologi,pathway anfiksia neunatorum?
3. Mengetahui manifestasi klinis,penatalaksanaan anfiksia neunatorum?
4. Mengetahui pemeriksaan penunjang,komplikasi anfiksia neunatorum?
5. Mengetahui konsep askep anfiksia neunatorum?

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Anfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
spontan dan teratur setelah lahir (Fajar setiawati, 2014)
Anfiksia neunatorum merupakan suatu kondisi dimana bayi tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaaan tersebut dapat
disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, sampa asidosis. Asfiksia ini dapat
terjadi karena kurangnya kemampuan organ bayi dalam menjalankan fungsinya,
seperti pengembagan paru. Anfiksia neunatorum dapat disebabkan oleh bebrapa
faktor, diantaranya adalah adanya(1) penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti
hipertensi, gangguan atau penyakit paru, dan gangguan kontraks uterus, (2) pada
ibu yang kehamilannya beresiko,(3) faktor plasenta, seperti janin dengan solusio
plasenta. (4) faktor janin itu sendiri seperti terjadi kelainan ada tali pusat, seperti
tali pusat menumbung atau melilit pada leher atau juga kompresi tali pusat, aeperti
tali puat membumbung atau melilit pada leher atau juga kompresi tali pusat antara
janin dan jalan lahir serta (5) faktor persalinan seperti partus lama atau dengan
tindakan tertentu.,(Hidayat, 2008)

2.2 Etiologi
Penyebab Asfiksia Neonatorum dapat berasal dari faktor ibu, plasenta, fetus dan
neonatus. Faktor ibu yaitu preeklampsia dan eklampsia, hipertoni, hipotoni, tetani
uterus, hipotensi mendadak, dan hipertensi, faktor plasenta yaitu solusio plasenta
dan perdarahan plasenta, faktor fetus yaitu lilitan tali pusat, tali pusat menumbung,
kompresi tali pusat, dan prolapsus tali pusat, faktor neonatus yaitu bayi prematur,
persalinan dengan tindakan, kelainan bawaan (kongenital), air ketuban bercampur
mekonium, dan pemakaian analgetika/anastesi berlebihan (Fajar setiawati, 2014)

2.3 Patofisiologi
Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilical dapat terjadi pada
saat antepartum, intrapartum, dan pascapartumsaat tali pusat dipotong. Hal ini

2
diikuti oleh serangkaian kejadian yang diperkirakan ketika anfiksia bertambah
berat.
a Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksutkan untuk
mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala dijalan lahir
atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal , aktivitas singkat ini akan
diikuti oleh henti nafas komplit yang disebut apnea primer
b Setelah waktu singkat – lama asfiksia tidak dikaji dalam situasi klinis karena
dilakkan tindakan resusitasi yang sesuai usaha bernafas otomatis dimulai. Hal ini
yang akan membantu dalam waktu singkat , kemudian jika paru tidak
mengembang , secara bertahap terjadi penurunan kekuatan dan frekuansi
bernafas. Selanjutnya bayi akan memasuki periode apnea terminal. Kecuali jika
dilakukan resusitasi yang tepat pemulihan dari keadaan terminal ini tidak akan
terjadi
c Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turun dibawah
100x/mnt. Frekuensi jantung mungkin meningkat saat bayi bernapas terngah
engah bayi, frekuensi jantung terus berkurang. Keadaan asam-basa semakin
memburuk, metabolisme selular gagal, jantungpun berhenti. Keadaan ni akan
terjadi cukup lama.
d Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama dengan pelepasan
ketokolamin dan zat kimia sters lainnya. Walaupun demikian, tekanan darah
yang terakait erat dengan frekuensi jantung, megalami penurunan tajam selama
apnea terminal.
e Terjadi penurunan pH yang hamper linier sejak awitan asfiksia. Apnea primer
dan apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan. Pada umumnya
brakikardia berat dan kondisi syok memburuk apnea terminal. (legawati (SSiT,
2018)

3
2.4 Pathway

2.5 Manifestasi Klinis


Tanda dan Gejala Asfiksia. Pada asfiksia tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan
yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :
1. Hilang sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan
termasuk otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung.

4
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap
tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah mengalami
gangguan.
Gejala klinis :
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernapasan yang cepat dalam
periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti,
denyut jantung juga menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara
barangsur-angsur dan memasuki periode apnue.primer. Gejala dan tanda asfiksia
neonatorum yang khas antara lain meliputi pernapasan cepat, pernapasan cuping
hidung, sianosis, nadi cepat.
Gejala lanjut pada asfiksia :
1. Pernafasan megap-magap dalam
2. Denyut jantung terus menurun
3. Tekanan darah mulai menurun
4. Bayi terlihat lemas (flaccid)
5. Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)
6. Meningginya tekanan CO2 darah (PaCO2)
7. Menurunnya PH (akibat asidosis respiratorik dan metabolik)
8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
9. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular
10. Pernapasan terganggu
11. Detik jantung berkurang
12. Reflek / respon bayi melemah
13. Tonus otot menurun
14. Warna kulit biru atau pucat(Angita, 2017)

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menuru (Angita, 2017)
Tindakan resusitasi sesuai dengan tingkat asfiksia, antara lain :
1. Asfiksia Ringan (Apgar Score 7-10)
1) Bayi dibungkus dengan kain hangat.
2) Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lender pada hidung kemudian mulut.
3) Bersihkan badan dan tali pusat.

5
4) Lakukan observasi tanda vital dan apgar skor dan masukan kedalam
incubator.
2. Asfiksia sedang (Apgar Score 4-6)
1) Bersihkan jalan napas.
2) Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
3) Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum ada reaksi,
bantu pernapasan melalui masker.
4) Bila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. dekstrosa 40% sebanyak 4cc disuntikkan
melalui vena umbilicus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra
kranial meningkat.
3. Asfiksia berat (Apgar Score 0-3)
1) Bersihkan napas sambil pompa melalui ambubag.
2) Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
3) Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc, Dekstrosa 40% sebanyak 4cc.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya yaitu:
a. Analisa Gas Darah (AGD) : pH kurang dari 7,20
b. Penialaian APGAR score, meliputi warna kulit, frekuensi jantung, usaha
napas, tonus otot, dan reflek
c.  Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi

2.8 Komplikasi
Komplikasi menurut (Angita, 2017)
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang
berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan
otak.

6
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan
ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai
dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak
mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang
menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas
dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan
kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

2.9 Konsep Askep


A. Pengkajian
1. Biodata : nama bayi, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa
dan identitas orangtua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena
berkaitan dengan diagnosa asfiksia neonatorum.
2. Keluhan utama : pada bayi dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak
napas.
3. Riwayat kehamilan dan persalinan : bagaimana proses persalinan apakah
spontan, prematur, aterm, letak bayi dan posisi bayi
4. Kebutuhan dasar : pola nutrisi pada neonatus dengan asfiksia membatasi
intake oral karena organ tubuh terutama lambung belum sempurna, selain
itu bertujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumoni. Pola eliminasi :
umumnya bayi mengalami gangguan BAB karena organ tubuh terutama
pencernaan belum sempurna. Kerbersihan diri : perawat dan keluarga bayi
harus menjaga kebersihan terutama saat BAB dan BAK. Pola tidur : biasanya
terganggu karena bayi sesak napas.
5. Pemeriksaan fisik :

7
a. pengkajian umum : ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik,
adanya tanda distres :warna buruk, mulut terbuka, kepala terangguk-
angguk, meringis, alis berkerut.
b. Pengkajian pernapasan : bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan,
adanya insisi, selang dada, penggunaan otot aksesoris : pernapasan cuping
hidung, atau substernal, interkostal, atau retraksi subklavikular, frekuensi
dan keteraturan pernapasan, auskultasi dan gambarkan bunyi napas :
stridor, krekels, mengi, bunyi menurun basah, mengorok, keseimbangan
bunyi napas
6. Data penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat
memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah : darah rutin.
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari : Hb (normal 15-19 gr%)
biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun karena O2 dalam
darah sedikit. Leukosit lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct)
karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi. Trombosit
(normal 350 x 10 gr/ct) Trombosit pada bayi preterm dengan post asfiksia
cenderung turun karena sering terjadi hipoglikemi.
Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)
Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksia terdiri dari : pH (normal 7,36-
7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik. PCO2 (normal
35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia cenderung naik sering
terjadi hiperapnea. PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post
asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif. HCO3 (normal 24-
28 mEq/L).
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :Natrium (normal
134-150 mEq/L) . Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L). Kalsium (normal 8,1-10,4
mEq/L)
Photo thorax : Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

8
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d hipersekresi jalan napas d.d
sianosis
2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (mis. nyeri saat
bernapas, kelemahan otot pernapasan) d.d Dispnea
3. Risiko Termogulasi Tidak Efektif d.d kebutuhan oksigen meningkat
4. Risiko infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
5. Resiko defisit nutrisi d.d peningkatan kebutuha metabolisme

C. INTERVENSI
Dx Luaran Intervensi
1. Setelah dilakukan intervensi Manajemen jalan napas
keperawatan selama 2x24jam Observasi :
maka jalan napas meningkat 1. Monitor pola napas
dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas tambahan
1. Dispnea (cukup menurun) 3. Monitor sputum
2. Sianosis (cukup menurun) Terapetik
3. Frekuensi napas (cukup 1. Posisikan semi fowler
membaik) 2. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
3. Lakukan fisioterapi dada
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari jika perlu
Kolaborasi
1. Pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
2. Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
keperawatan selama 2x24jam Observasi:
maka pola napas membaik dengan 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
kriteria hasil: napas)
Frekuensi napas membaik 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
Kedalaman napas membaik wheezing, ronkhi kering)
Dipsnea menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
1. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
2. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

9
3. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
4. Berikan oksigen
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 200ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi oemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
3. Setelah dilakukan intervensi Regulasi Temperatur
keperawatan selama 2x24jam Observasi
maka termoregulasi membaik 1. Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5C- 37,5C)
dengan kriteris hasil: 2. Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
Menggigil cukup menurun 3. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan
Suhu tubuh cukup membaik nadi
Suhu kulit cukup membaik 4. Monitor warna dan suhu kulit
Terapeutik
1. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
2. Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah
kehilangan panas
3. Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat
stroke
2. Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar
udara dingin
3. Demonstrasikan teknik perawatan metode kanguru
(PMK) untuk bayi BBLR
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
4. Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi
keperawatan selama 2x24jam Observasi
maka tingkat infeksi menurun 1. Minitoer tanda dan gejala infeksi lokal dan sistamik

10
dengan kriteris hasil: Terapeutik
Demam menurun 1. Berikan perwatan kulit pada area edema
Nyeri menurun 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
Bengkak menurun pasien dan lingkungan pasien
Sputum berwarna hijau menurun 3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cuci tangan dengan benar
3. Anjurkan meningkatkan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi
5. Setelah dilakukan intervensi Manajeman nutrisi
keperawatan selama 2x24jam Observasi
maka status nutrisi membaik 1. Identifikasi status nutrisi
dengan kriteris hasil: 2. Identifikasi alergi intoleransi makanan
Porsi makan yang dihabiskan 3. Minitor asupan makanan
meningkat 4. Monitor berat badan
Perasaan cepat kenyang menurun 5. Montor hasil pemeriksaan laboraturium
Berat badan membaik Terapeutik
Indeks massa tubuh membaik 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,jika perlu
2. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
3. Berikan suplemen makanan,jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,jika perlu

BAB III
ASKEP DENGAN KASUS SEMU

3.1 Pengkajian

11
1. Identitas
Nama : Bn. P
Tanggal lahir : 03 Februari 2015
Nama ayah/ibu : Tn. S / Ny. P
Pekerjaan ayah/ibu : Buruh / IRT
Pendidikan ayah/ibu : SMA
Alamat : Delanggu, Klaten
Agama : Islam
Suku : Jawa
2. Keluhan utama
Bn. P masuk ruang perinatologi kiriman dari Rumah Sakit Rejosari Delanggu
dengan ibu mengatakan bayinya nangis merintih, sesak nafas disertai dengan
lender, akral dingin, reflek premitif positif tetapi lemah, tampak retraksi dada,
keadaan umum lemah, apgar skore lahir 4/5/6. Bn. P lahir spontan dengan
ekstraksi vakum usia kehamilan 39 minggu.
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
A. Prenatal
Ibu mengatakan sering memeriksakan kehamilannya ke bidan desa, ibu di
ajurkan banyak mengkonkumsi buah da sayur, mendapatkan penyuluhan
persiapan menjelang persalinan.
Selama hamil ibu mendapatkan vitamin dan suplemen penambah darah.
Ibu mengalami kenaikan berat badan selama hamil adalah 10 kg.
B. Natal
Ibu mengatakan ketuban sudah pecah sejak 15 jam, pada jam 06.00 pagi
ibu sudah pembukaan 7 tapi pembukaan tidak bertambah sehingga
dilakukan vakum ekstraks jam 12.30 siang, tidak ada komplikasi persalinan.
Cara melahirkan dengan spontan di RS Rejosari.
C. Post natal
Usaha nafas bayi spontan, apgar lahir 4/5/6, obat yang diberikan pada Bn. P
setelah masuk ke ruang perinatologi adalah infuse D 10 %*ml/jam,
ampisilin 80 gr/12jam, O2 headbox 5 lpm, belum ada reaksi antara bayi dan
orang tua, tidak ada trauma lahir.
4. Riwayat social

12
Hubungan orang tua dengan bayi belum terjalin karena Bn. P segera di rujuk ke
RSPA Boyolali karena Bn. P mengalami Asfiksia. Anak yang lain : ibu mengatakan
Bn P sekarang adalah anak pertama mereka. Lingkungan rumah dipedesaan yang
padat penduduknya.
5. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : lemah
2) Kesadaran : apatis E2 V4 M4
3) Tanda vital : HR : 145x/menit, RR : 66x/menit, suhu : 36 C,
4) Antropometri : BBL : 3800 gram, LiLa : 11 cm, LD : 32,5 cm, PB : 50 cm, LP :
34 cm, LK : 31,5 cm
5) Refleks : Moro (+), menggenggam (+), isap (+), reflex lemah.
6) Aktivitas / tonus : aktif, tanda-tanda kejang, menangis lemah
7) Kepala/ leher : frontal anterior lunak, sutura sagitalis tepat, gambaran wajah
simetris, molding bersesuaian
8) Mata : bersih, ada keduanya, reflex cahaya (+/+)
9) THT : telinga normal, palatum normal, hidung bilateral
10) Abdomen : tali pusat segar, lingkar perut 34 cm
11) Thorax : simetris, terdapat retraksi dada
12) Paru-paru :
a. Suara nafas : stidor sebelum di suction, terdengar di semua lapang
paru
b. Respirasi : spontan, tampak sesak, RR 66x/menit, menggunaka
headbox
13) Jantung : bunyi jantung normal
14) Extremitas : aktremitas bergerak semua, dan simetris, tidak ada kelainan
15) Umbilicus : normal
16) Genetalia : laki-laki normal, testil turun.
17) Anus : paten
18) Spina : normal
19) Kulit : warna kulit pucat, sianosis
20) Suhu : 36 C, penghangat radian
6. Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. Kemandirian dan bergaul : bayi hanya tidur

13
b. Motorik halus : gerakan mata ada, reflex (+)
c. Kognitif dan bahasa : bayi menangis jika merasa tidak nyaman
d. Motorik kasar : bayi menggerakkan kaki dan tangan jika ada respon dari
sekitar.
e. Kesimpulan : bayi menangis saat merasa tidak nyaman dan mengeluarkan
suara saat menangis ( merintih ).
7. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Ds : Paralisis, pusat penapasan Pola nafas tidak efektif
Ibu mengatakan bayinya sesak nafas
Do: Asfiksia
Dispnea
KU : lemah Janin kekurangan O2 dan kadar
Kulit pucat CO2 meningkat
RR 66x/menit
Nafas cepat

Apneu

DJJ & TD

Pola nafas tidak efektif


Ds : - Persalinan lama, presentasi Resiko termoregulasi tidak
Do: janin abnormal efektif
Suhu 36°C,penghangat radian
Asfiksia

Janin kekurangan O2 dan kadar


CO2 meningkat

Suplai O2 dalam darah


menurun

14
Resiko termogulasi tidak efektif
Ds: Paralisis, pusat pernafasan, Bersihan jalan nafas tidak
Ibu mengatakan bayinya sesak ada faktor lain: anestesi, obat- efektif
lendernya obatan narkotik
Do:
Sianosis Asfiksia
Sputum berlebih
Frekuensi napas berubah Paru-paru terisi cairan
KU lemah
Bersihan jalan nafas tidak
efektif

3.2 Diagnosa
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d hipersekresi jalan napas d.d sianosis
2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas,
kelemahan otot pernapasan) d.d Dispnea
3. Risiko Termogulasi Tidak Efektif d.d kebutuhan oksigen meningkat

3.3 Intervensi
NO LUARAN INTERVENSI
1. Setelah dilakukan intervensi Manajemen jalan napas
keperawatan selama 2x24jam maka Observasi :
bersihan jalan napas meningkat 4. Monitor pola napas
dengan kriteria hasil : 5. Monitor bunyi napas tambahan
4. Dispnea (cukup menurun) 6. Monitor sputum
5. Sianosis (cukup menurun) Terapetik
6. Frekuensi napas (cukup membaik) 4. Posisikan semi fowler
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan fisioterapi dada
Edukasi
2. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari jika perlu
Kolaborasi
2. Pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
2. Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Respirasi

15
keperawatan selama 2x24jam maka Observasi
pola nafas membaik dengan criteria 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
hasil : napas
1.Dispnea (cukup menurun) 2. Monitor pola napas
2.Penggunaan otot bantu napas 3. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
(cukup menurun) 4. Auskultasi bunyi nafas
3.Permanjangan fase ekspirasi 5. Monitor saturasi oksigen
(cukup menurun) Terapeutik
4.Frekuensi nafas (cukup membaik) 1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3. Setelah dilakukan intervensi Regulasi temperatur
keperawatan selama 2x24jam maka Observasi :
termoregulasi neonatus membaik 1. Monitor suhu bayi sampai stabil
dengan kriteria hasil : 2. Monitor TD,frekuensi pernapasan dan nadi
1. Konsumsi oksigen (cukup Terapeutik :
meningkat) 1. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
2. Suhu tubuh (cukup menurun) adekuat
3. Suhu kulit (cukup menurun) 2. Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah
kehilangan panas
3. Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan
panas pada bayi baru lahir
4. Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena
terpapar udara dingin
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

16
Anfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
spontan dan teratur setelah lahir. Faktor penyebab dari anfiksia diantaranya (1)
penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti hipertensi, gangguan atau penyakit paru,
dan gangguan kontraks uterus, (2) pada ibu yang kehamilannya beresiko,(3) faktor
plasenta, seperti janin dengan solusio plasenta. (4) faktor janin itu sendiri seperti
terjadi kelainan ada tali pusat, seperti tali pusat menumbung atau melilit pada leher
atau juga kompresi tali pusat, aeperti tali puat membumbung atau melilit pada
leher atau juga kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir serta (5) faktor
persalinan seperti partus lama atau dengan tindakan tertentu

4.2 Saran
Setelah pembaca mengetahui apa pengertian dan etiologi dari asfiksia
neonatorum,diharapkan pembaca bisa mengantisipasi terhadap terjadinya asfiksia
neonatorum dan dapat melakukan pencegahan serta memahami tindakan
pengobatan yang dapat dilakukan pada bayi dengan asfiksia neonatorum.

DAFTAR PUSTAKA

DPP PPNI.2016 : Standart Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI


DPP PPNI. 2018 : Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

17
DPP PPNI. 2019 : Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
Angita, arum novita sari. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN PADAKLIEN ASFIKSIA
NEUNATORUMDENGAN ASALAH KETIDAK EFEKTIFAN JALAN NAFAS DI RUANG
PERINATOLOGIRUMAH SAKIT DAERAH BANGIL PASURUAN.
Fajar setiawati, R. K. S. (2014). GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM
PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA
TAHUN 2014, 08.
Hidayat, aziz alimul. (2008). pengantar ilmu kesehatan anak , untuk pendidikan
kebidanan.
legawati (SSiT, M. (2018). asuhan persalinan pada bayi baru lahir.

18

Anda mungkin juga menyukai