Anda di halaman 1dari 39

LITERATURE REVIEW

PENGALAMAN PERAWAT DALAM MEMAKAI METODE


ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL MODULAR
TERHADAP KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN RUMAH
SAKIT

Oleh :

SYAKIRATUNIR RAHMAH
NIM: 1614201076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke-Hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya serta telah memberi nikmat kesehatan, kekuatan, pikiran

yang jernih dan keterbukaan hati, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Skripsi yang berbentuk Litteratur Review yang berjudul “Pengalaman

Perawat Dalam Memakai Metode Asuhan Keperawatan Profesional Modular

Terhadap Kualitas Asuhan Keperawatan Rumah Sakit ”. Penulisan ini merupakan

salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam rangka untuk menyelesaikan

pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Universitas Fort De

Kock Bukittinggi

Dalam penulisan Litteratur Review ini penulis banyak mendapat bimbingan,

arahan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih yang tulus terutama kepada yang terhormat Ibu

Ns. Ratna Dewi, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing I dan Ibu Yenni, M.Kep, Ns,

Sp.Kep.Kom selaku pembimbing II. Penulis juga mengucapkan terimakasih

kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, Ns, M.Kes selaku Rektor Universitas Fort De

Kock Bukittinggi.

2. Ibu Oktavianis, S.ST, M.Biomed selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

3. Ibu Aria Wahyuni, M.Kep, Ns, Sp.KepMB selaku ketua Program Studi

Keperawatan & Profesi Ners Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

4. Ibu Ns. Buk Sherly Amelia, S.Kep M.Kep dan Ibuk Ns. Fitrianola Rezkiki,

S.Kep M.Kep selaku Penguji I dan Penguji II.


5. Seluruh dosen Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi yang

telah membantu dalam kelancaran penulisan Litteratur Review ini.

6. Dan teristimewa dalam hidup penulis, Buya dan Ummi tercinta telah

memberikan semua yang terbaik dalam hidupku, yang tak putus-putusnya

memanjatkan doa untuk semua terbaik dalam hidupku, yang tak putus-

putusnya memanjatkan doa untuk mengiringi setiap langkahku, serta abang,

kakak, dan adik-adik tersayang yang telah memberikan dorongan dan

semangat sehingga selesainya Skripsi ini. Buat ukhti Habibah dan tika tika

rumba terimakasih sudah selalu mau direpotkan dalam penyelesaian skripsi

ini.

7. Serta semua sahabat, teman teman, partner, dan rekan-rekan yang senasib

dan seperjuangan yang tidak disebutkan lagi namanya satu persatu yang

telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

Selanjutnya walaupun penulis telah berusaha menyusun Skripsi ini sebaik

mungkin, namun apabila terdapat kesalahan dan kekurangan, penulis

mengharapkan kritik serta saran yang membangun. Akhirnya kepada-Nya jualah

kita berserah diri, memohon memberi manfaat untuk kita semua.

Padang, Juni 2020

Penulis
ABSTRAK
Kepuasan kerja perawat pada praktik keperawatan tercapai apabila
perawat merasa telah memberikan kontribusi, dianggap penting, mendapat
dukungan dari sumber-sumber yang ada dan outcome keperawatan banyak
tercapai. Metode Modular adalah suatu variasi dan metode keperawatan
primer. Metode keperawatan modular memiliki kesamaan baik dengan
metode keperawatan tim maupun metode keperawatan primer
(Gillies,1994). Metode ini sama dengan metode keperawatan tim karena
baik perawat professional maupun non-profesional bekerja bersama dalam
memberikan asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang perawat
professional. Disamping ini, dikatakan memiliki kesamaan dengan metode
keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab
atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang,
bahkan sampai dengan follow up care.
KataKunci : Pengalaman Perawat, Metode Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) Modular

ABSTRACT
Nurse job satisfaction in nursing practice is achieved when nurses
feel they have contributed, are considered important, have the support of
available sources and many nursing outcomes are achieved. Modular
method is a variation and primary nursing method. Modular nursing
methods have similarities with both team nursing methods and primary
nursing methods (Gillies, 1994). This method is the same as the team
nursing method because both professional and non-professional nurses
work together in providing nursing care under the leadership of a
professional nurse. Besides this, it is said to have similarities with primary
nursing methods because two or three nurses are responsible for a small
group of patients from admission to discharge, even to follow-up care.

Keywords: Nurse Experience, Modular Professional Nursing Care


(MAKP)
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Manajemen Keperawatan........................................................
B. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)...............................
C. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan.............................................

BAB III METODE


A. Desain Literatur Review.......................................................................
B. Kriteria Literatur Review......................................................................
C. Sumber Literatur Riview......................................................................
D. Cara Pencarian Literatur Riview..........................................................
E. Cara Seleksi Literatur Riview...............................................................
F. Prisma Diagram.................................................................................

BAB IV HASIL
..........................................................................................................................
BAB V PEMBAHASAN
..........................................................................................................................
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................
B. Saran.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan zaman menuntut perawat menjadi salah satu tenaga kesehatan

yang bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan

pelayanan yang berkualitas dan profesional tersebut adalah pengembangan model

praktek keperawatan profesional (MPKP) yang memungkinkan perawat

professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk

menompang pemberian asuhan tersebut (Bumulo, 2017).

Metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan

akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan

keperawatan yaitu fungsional (bukan model MAKP); MAKP Tim; MAKP

Primer; MAKP Kasus, dan modifikasi: MAKP Tim-Prime atau biasa disebut

modular. Penerapan model asuhan keperawatan profesional apabila tanggung

jawab atau peran perawat tidak baik dalam hal timbang terima, preconference,

postconference, ronde keperawatan, dan sentralisasi obat, discharge planning,

dokumentasi keperawatan tidak dijalankan dengan baik, menunjukan kinerja

perawat juga menurun (Andung, 2017).

Model metode asuhan keperawatan (MAKP) modular merupakan metode

penugasan dimana perawat bertanggung jawab kepada pasien selama 24 jam

mulai saat pasien masuk sampai dengan keluar, metode ini mewujudkan

kemandirian para perawat dalam melaksakan asuhan dan model metode asuhan
keperawatan (MAKP) modular dapat meningkatkan kualitas pelayanan asuhan

keperawatanya itu secara signifikan dapat menurunkan angka kejadian Infeksi

kateter urine, flebitis, angka kejadian jatuh dan kejadian decubitus (Molin et al,

2018).

Manajemen pelayanan keperawatan didukung oleh pengorganisasian

asuhan keperawatan melalui metode pemberian asuhan keperawatan sebagai

bagian dari fungsi pengorganisasian. Adapun komponen fungsi pengorganisasian

berupa struktur organisasi, pengelompokan aktivitas, bekerja dalam organisasi

dengan memahami kekuatan serta otoritas dan metode pemberian asuhan

keperawatan (Mogopo, 2017).

Istilah penanganan pelayanan menggambarkan sistem pelayanan kesehatan

dimana terdapat kontrol administratif fasilitas pelayanan kesehatan primer untuk

populasi klien tertentu. Penyelenggaraan atau sistem pelayanan kesehatan

menerima pembayaran kapitasi yang telah ditetapkan sebelumnya untuk setiap

klien yang mengikuti program tersebut. Dalam hal ini, organisasi pelayanan ini

juga menanggung resiko finansial ketika memberikan pelayanan pada klien.

Fokus organisasi beralih dari perawatan penyakit individu kepada kesehatan

populasi (Manurung, 2015).

Keperawatan menurut (Ilyas, 2002) adalah variabel individu (umur, jenis

kelamin,pendidikan, lama kerja, keterampilan), Faktor organisasi (Sumber daya,

kepemimpinan,imbalan, supervisi/pengawasan, desainpekerjaan) dan faktor

psikologis (Sikap,kepribadian, belajar, motivasi). Supervisi merupakan bagian

dari fungsi pengarahan yang diperlukan dalam pengelolaan pelayanan

keperawatan sebagai suatu bentuk kegiatan terstrutur untuk mengembangkan dan


meningkatkan kemampuan klinis yang disupervisi (Triyanto, 2008).

Direktorat pelayanan keperawatan Depkes RI bekerja sama dengan WHO

mengadakan penelitian tentang pelayanan keperawatan pada tahun 2000 di

Provinsi Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Sumatra Barat, DKI, dan Sulawesi

Utara. Hasil penelitian menujukan bahwa, 70,9% perawat selama 3 tahun terakhir

tidak pernah mengikuti pelatihan.Kemudian 39,8% perawat masih melakukan

berbagai tugas non keperawatan dan 47,4% perawat tidak memiliki uraian tugas

secara tertulis Ditemukan juga belum tersedia alat monitoring dan evaluasi

tentang kinerja perawat (DEPKES RI, 2012).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan dalam Literatur Review ini adalah “Pengalaman

Perawat Dalam Memakai Metode Asuhan Keperawatan Profesional Modular”.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari litteratur review ini adalah untuk mengetahui

pengalaman perawatan dalam memakai metode asuhan keperawatan

profesional modular di Rumah Sakit

2. Tujuan Khusus

Untuk mentelaah Pengalaman Perawat dalam memakai Metode Asuhan

keperawatan Profesional Modular untuk meningkatkan kualitas Asuhan

Keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Manajemen Keperawatan

1. Defenisi Manajemen Keperawatan

Hubar (1996) dalam Sitorus dan Panjaitan (2011) menyatakan

bahwa manajemen keperawatan merupakan suatu proses penyelesaian

pekerjaan melalui anggota staf perawat di bawah tanggung jawabnya,

sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan profesional kepada

klien dan keluarganya. Sementara itu, Gillies (1996) menjelaskan

bahwa manajemen keperawatan secara singkat diartikan sebagai proses

pelaksaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan

dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dan keluarganya.

2. Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara benar. Oleh

karena itu, perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar berikut :

a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan.

Perencanaan merupakan hal yang utama dan serangkaian

fungsi dan aktivitas manajemen. Tahap perencanaan dan proses

manajemen tidak hanya terdiri dan penetuan kebutuhan

keperawatan pada berbagai kondisi klien, tetapi juga terdiri atas

pembuatan tujuan, pengalokasian, anggaran, identifikasi

kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi dan

diinginkan.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan

waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai

waktu akan mampu menysun perencanaan yang terprogram

dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu

yang ditetapkan.

c. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.

Berbagai situasi dan permasalahan yang terjadi dalam

pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan

keputusan yang tepat diberbagai tingkatan manajerial.

d. Manajemen keperawatan harus terorganisasi.

Pengorganisasikan dilakukan sesuai dengan kebutuhan

organisasi dalam rangka mencapai tujuan.

e. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang

efektif.

f. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan.

Pengendalian dilakukan untuk mengarahkan kegiatan

manajemen sesuai dengan yang direncanakan.

B. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

Ada sebagian ilmuwan berpandangan bahwa ilmu keperawatan

sebagai ilmu di awang-awang, atau hanya sebagian kebenaran yang dapat

dilaksanakan dan sebagian besar kebenaran diabaikan dalam

ketidakjelasan. Fenomena sesungguhnya memang tidak ada alasan untuk

membantahnya, karena masih ada suatu kondisi skepticismyang dialami

oleh praktisi keperawatan untuk menegagkan kebenaran dari ilmu


keperawatan, termasuk penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional

(MPKP) sehingga terasa bermanfaat bagi manusia. Untuk itu, perlu adanya

upaya meningkatkan pemahaman dan keyakinan para ilmuwan dan

praktisi keperawatan, mahasiswa keperawatan, serta masyarakat tentang

kebenaran ilmu keperawatan seperti MPKP.

Sitorus dan Panjaitan (2011) menyatakan bahwa Model Praktik

Keperawatan Profesional(MPKP) merupakan penataan struktur dan proses

sistem pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat, sehinggan

memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional. Sementara

itu, Hoffart dan Woods (1996) menyatakan bahwa MPKP merupakan

suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang

memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan

keperawatan, termasuk ligkungan untuk menopang pemberian asuhan

tersebut.

Pemanfaatan pengetahuan dibidang ilmu keperawatan, menjadi

faktor penting dalam pertimbangan penggunaannya. Hal ini berguna untuk

perilaku pemberian pelayanan dan penetapan keputusan tindakan

keperawatan.

C. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

1. Metode Fungsional

Metode ini diterapkan dalam penugasan pekerja di dunia industri

ketika setiap pekerja dipuasatkan pada satu tugas atau aktivitas. Dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan menggunakan


metode fungsional, setiap perawat memperoleh satu tugas (kemungkinan

bisa lebih) untuk semua pasien unit/ruang tempat perawat tersebut bekerja.

Contoh penugasan adalah membagi obat per oral, mengganti balut,

pendidikan kesehatan pada pasien yang akan pulang, dan sebagainya.

2. Metode Tim

Pengembangan metode tim ini dilandaskan pada falsafah

mengupayakan tujuan dengan meggunkan kecakapan dan kemampuan

anggota kelompok. Metode ini juga didasarkan atas keyakinan bahwa

setiap pasien berhak memperoleh pelayanan terbaik. Selain itu, setiap staf

berhak menerima bantuan dalam melaksanakan tugas memberi asuhan

keperawatan yang terbaik sesuai kemampuannya. Dalam keperawatan,

metode tim diterapkan dengan menggunakan sama tim perawat yang

haterogen, terdiri dari perawat profesional, non-profesional, dan pembantu

perawat untuk membersikan asuhan keperawatan. Ketua tim (perawat

profesional) memiliki tanggung jawab dalam perencanaan, kelancaran,

evaluasi, dan asuhan keperawatan untuk semua pasien dilakukan oleh tim

dibawah tanggung jawabnya.

Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien

sehingga pasien merasa puas.

3. Metode Modular

Metode ini adalah suatu variasi dan metode keperawatan primer.

Metode keperawatan modular memiliki kesamaan baik dengan metode

keperawatan tim maupun metode keperawatan primer (Gillies,1994).


Metode ini sama dengan metode keperawatan tim karena baik perawat

professional maupun non-profesional bekerja bersama dalam memberikan

asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang perawat professional.

Disamping ini, dikatakan memiliki kesamaan dengan metode keperawatan

primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas

sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang,

bahkan sampai dengan follow up care.

Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan

metode keperawatan modular, satu tim yang terdiri dari 2 hingga 3

perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien berkisar

dan 8 hingga 12 orang. Apabila perawat professional sebagai ketua tim

dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab

dapat digantikan oleh perawat professional lainnya yang berperan sebagai

ketua tim. Peran perawat kepala ruang (nurse unit manager) diarahkan

dalam hal membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan

anggota untuk bekerja sama, dengan berperan sebagai fasilitator,

pembimbing serta motivator.

Menurut Potter dan Perry (1989)dalam Handayaningsih

(2009),menyatakan bahwa kelengkapandokumentasi keperawatan

merupakansesuatu yang mutlak dan harus ada, yangdigunakan sebagai

bukti professionalkeperawatan dan juga merupakan bentukupaya membina

dan mempertahankanakontabilitas perawatan dan pelayanankeperawatan.

Tujuan dari pengisiankelengkapan dokumentasi keperawatandokumentasi

keperawatan ini agardokumentasi dapat secara efektif danefisien dalam

menggambarkanperkembangan pasien dan dapat menjadialat komunikasi


antar profesi kesehatan.Selain menjadi alat komunikasi antarprofesi

kesehatan, dokumentasi juga dapatdimanfaatkan untuk keperluan

pendidikanserta digunakan sebagai dokumen legalbila diperlukan dalam

proses peradilan.

Metode modular ini sama dengan metode primer. Dalam aplikasi

netode keperawatan primer, perawat primer bertanggung jawab pada setiap

pasien untuk mengkaji kondisi kesehatan, keadaan kehidupannya, dan

kebutuhan perawatan. Selain itu, perawat primer memberikan perawatan

sesuai rencana yang dibuat dan mengoordinasikan perawatan yang

diberikan oleh anggota tim kesehatan lain, misalnya melakukan rujukan

atau konsultasi dengan dokter atau lainnya, untuk memberikan asuhan

keperawatan individual, mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan

yang dicapai, serta menyiapkan pasien pulang (discharge planning).

a. Kelebihan Dalam Memakai Metode Modular:

1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif

2. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap

hasil dan memungkinkan pengembangan diri

3. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan

rumah sakit (Gillies, 1989)

Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan

karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan

yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif

terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.


Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena

senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang

selalu diperbarui dan komprehensif.

b. Kelemahan Dalam memakai Metode Modular :

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman

dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,

kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan

klinis, akuntabel, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin

ilmu.

c. Konsep dasar metode Modular :

a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat

b. Ada otonomi

c. Ketertiban pasien dan keluarga

d. Tugas perawat Modular :

a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara

komprehensif

b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan

c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas

d. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang

diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain

e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

f. Menerima dan menyesuaikan rencana

g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang

h. Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan

lembaga sosial di masyarakat


i. Membuat jadwal perjanjian klinis

j. Mengadakan kunjungan rumah

e. Peran Kepala Ruang/Bangsal dalam Metode Modular :

a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer

b. Orientasi dan merencanakan kerjawan baru

c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat

asisten

d. Evaluasi kerja

e. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf

f. Membuat 1-2 pasien untuk modal agar dapat mengenal

hambatan yang terjadi

f. Ketenangan Metode Modular :

a. Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”

b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer

c. Penugasan ditentukan oleh Kepala Bangsal

d. erawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun

non profesional sebagai perawat asisten.


BAB III
METODE

A. Desain Literatur Riview


Studi literature ini menggunakan literature review untuk mengkaji lebih

dalam keterkaitan pengalaman perawat dalam memakai asuhan

keperawatan profesional modular di Rumah Sakit

B. Kriteria Literatur Riview

a. Kriteria inklusi dalam studi literature ini adalah :

• Paper tertulis dalam bahasa Indonesia / bahasa inggris

• Di publish tahun 2015 - 2020

• Merupakan hasil penelitian

• Berisi terkait metode asuhan keperawatan profesional

• Berisi terkait metode metode yang terdapat dalam asuhan

keperawatan

b. Kriteria eksklusi pada studi literature ini adalah :

• Tidak full paper

• Paper hasil konferens

C. Sumber Literatur Riview

• Studi literature ini dilakukan pencarian melalui mesin pencari artikel

google scholar, pubmed, science direct, dan sinta.


• Google scholar merupakan mesin pencari yang memberikan layanan untuk

melakukan pencarian materi-materi pelajaran berupa teks dalam berbagai

format publikasi. Google scholar mencakup jurnal-jurnal online dari

publikasi ilmiah.

• Mesin pencarian ini bisa diakses dengan melaului link

https://scholar.google.co.id/. Mesin pencari lain yang digunakan adalah

Pubmed, yaitu basis data gratis yang digunakan untuk mencari referensi

dan abstrak tentang ilmu alam dan topik biomedis MEDLINE.

• Mesin pencarian ini bisa diakses dengan menggunakan link

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/.

• Selain itu, juga dilakukan pencarian dengan Science Direct yang

merupakan situs web yang menyediakan akses berlangganan ke pangkalan

data penelitian ilmiah dan medis.

• Mesin pencarian ini bisa diakses dengan melalui link

https://www.sciencedirect.com/.

• Mesin pencari berikutnya yaitu SINTA yang merupakan sebuah portal

berisi pengukuran kinerja ilmu pengetahuan dan teknologi yang meliputi

kinerja peneliti/penulis/author, kinerja jurnal, kinerja institusi Iptek untuk

mendorong budaya publikasi ilmiah.

• Mesin pencarian ini bisa diakses melalui link

http://sinta.ristekbrin.go.id/journals.
D. Cara Pencarian Literatur Riview

Metode yang digunakan dalam Literature review ini diawali dengan

pemilihan topik, kemudian menulisakan kata kunci sesuai dengan MESH

(Medical Subject Heading) yaitu “nursing care” untuk pencarian jurnal

berbahasa Inggris, sedangkan untuk literatur berbahasa Indonesia

menggunakan kata kunci “asuhan keperawatan”, “kualitas, “perawat”.

Jurnal yang digunakan dalam literature review didapatkan melalui

database antara lain Proquest, Ebsco Host dan juga Google Scholar.

Pencarian jurnal ini dibatasi tanggalnya, yaitu mulai dari tahun 2015

sampai dengan Januari 2020. Jumlah artikel yang muncul adalah sebanyak

128 temuan, kemudian penulis mempersempit untuk disiplin ilmu

keperawatan menjadi sebanyak 84 temuan, dan dipersempit kembali

dengan memilih artikel yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh penulis,

temuan selanjutnya diurutkan dari yang terbaru.

E. Cara Seleksi Literatur Riview

• Seleksi artikel dalam studi literature ini menggunakan 4 tahapan yaitu:

Identification (identifikasi), Screening (penyaringan), Eligibility

(kelayakan), dan Included (memasukkan) dengan menggunakan gambar

seperti diagram.

• Identification merupakan sebuah proses identifikasi artikel melalui

pencarian dalam basis data.

• Tahap selanjutnya adalah screening, yang merupakan proses penyaringan

artikel yang akan digunakan sesuai dengan topik. Ketiga adalah tahap
eligibility, yaitu proses seleksi dimana sebuah artikel dinyatakan layak

atau tidak untuk dijadikan tinjauan literature.

• Tahap terakhir yaitu included, yakni memasukkan artikel yang telah sesuai

dengan topic sebagai tinjauan literatur (Polit & Beck, 2009).

F. Prisma Diagram

Google scholer dengan kata kunci


“MAKP” , “Kualitas”, “Perawat”

n= 150

Setelah ditelaah yang sesuai dengan kriteria


inklusi
n= 19

Setelah ditelaah yang memenuhi syarat


jurnal
n=10

Karena Cuma 10 ini yang mempunyai


abstrak, hasil,kesimpulan
BAB IV
HASIL

A. Tabel 1

Penerbit/ Tujuan Desain Subyek Hasil Kesimpulan


Tahun penelitian peneltian
terbit
(Bumulo, Tujuan Jenis Teknik Hasil Menunjukkan
2017) penelitian ini penelitian pengambil penelitian ada pengaruh
untuk ini adalah an sampel menunjukka manajemen
menganalisis pre dalam n jumlah terhadap
Pengaruh eksperimen penelitian responden kualitas
Manajemen tal dengan ini saat pre test pelayanan
Model rancangan mengguna menyatakan keperawatan. .
Asuhan penelitian kan kualitas
Keperawatan pre and simple pelayanan
Profesional post test random keperawatan
Tim without sampling baik
Terhadap control. dengan sebanyak 10
Kualitas jumlah 16 responden
Pelayanan sampel. (62,5%) dan
Keperawatan Pengumpu post test
Di Bangsal lan data sebanyak 16
Pria RSUD dilakukan responden
Datoe dengan (100%) dan
Binangkang mengguna didapatkan
Kabupaten kan nilai (p)=
Bolaang kuesioner. 0,014.
Mongondow. Pengolaha
n data
mengguna
kan
program
komputer
dengan uji
wilcoxon
dengan
tingkat
kemaknaa
n 95% (a
= 0.05).
(Andung, Tujuan Jenis Populasi Hasil Gambaran
2017) penelitian ini penelitian dalam penelitian kinerja perawat
untuk mengunaka penelitian membuktika yang optimal
menggambar n metode ini n bahwa dengan jumlah
kan kinerja deskriptif. sebanyak perawat tenaga yang
perawat Populasi 12perawat melakukan cukup dalam
dalam dalam di kegiatan penerapan
penerapan penelitian Ruangan timbang metode makp
MAKP ini Dahlia terima modifikasi tim-
modifikasi sebanyak RSUD dengan baik primer untuk
tim – 12perawat Umbu sebanyak 75 membandingka
primerdi di Ruangan Rara %, perawat n kinerja
ruangan Dahlia Meha melakukan perawat di
Dahlia RSUD Waingapu pre ruangan yang
RSUD Umbu Umbu Rara Sumba conference sudah
Rara Meha Meha Timurdan dengan baik menerapkan
Waingapu Waingapu sampel sebanyak 42 makp dengan
Sumba Sumba penelitian %, perawat ruangan yang
Timur. Timurdan mengguna melakukan belum
sampel kan total post menerapkan
penelitian sampling. conference makp.
menggunak Teknik dengan
an total pengumpu cukup
sampling. lan data sebanyak
Teknik yang 42%,
pengumpul digunakan perawat
an data adalah melakukan
yang kuesioner. ronde
digunakan Metode keperawatan
adalah analisa dengan
kuesioner. data yang kurang
Metode di sebanyak
analisa data gunakan 100%,
yang di yaitu perawat
gunakan deskripsi melakukan
yaitu data. discharge
deskripsi planning
data. dengan
cukup
sebanyak 50
%, perawat
melakukan
sentralisasi
obat dengan
baik
sebanyak
67%, dan
perawat
melakukan
dokumentas
i
keperawatan
dengan baik
sebanyak
67%. Total
rata-rata
kinerja
responden
(perawat) di
ruangan
dahlia
RSUD
Umbu Rara
Meha
Waingapu
Sumba
Timur yang
telah
menerapkan
metode
asuhan
keperawatan
(MAKP)
modifikasi
tim-primer
adalah
cukup
sebanyak
58%.
(Mogopo, Tujuan Observasio Teknik Analisis Terdapat
2017) Penelitian nal analitik pengambil menggunak hubungan
untuk dengan an sampel an Fisher’s antara peran
mengetahui pendekatan mengunak Exact Test ketua tim
hubungan cross an total dengan dengan kinerja
peran ketua sectional. sampling tingkat perawat
tim dengan Populasi dengan kemaknaan pelaksana
kinerja adalah jumlah 30 95% dalam
perawat seluruh sampel. (α=0.05) pendokumentasi
pelaksana perawat di Pengumpu dan an asuhan
dalam irina f rsup lan data menunjukan keperawatan.
pendokument prof. Dr. R. mengguna nilai
asian asuhan D. Kandou kan p=0.003.
keperawatan. manado. kuisioner
dan
lembar
observasi.
(Manurun Mengetahui Jenis Teknik Rata-rata Ada perbedaan
g, 2015) perbedaan penelitian analisis kelengkapan yang bermakna
kelengkapan ini bersifat mengguna dokumentas antara
dokumentasi komparatif, kan uji i kelengkapandok
keperawatan dilakukan statistik keperawatan umentasi yang
antara pada uji T dengan dilakukanperaw
metoda tanggal21 independe menggunak at yang bekerja
modular dan Juni n. an metoda secara tim
metoda tim sampai 5 modular dengan perawat
di RS Mitra Juli 2014 adalah yang bekerja
Husada dengan 85,75 dan secara metoda
Pringsewu mengaudit metodatim modular.
230 adalah Disarankan
dokumenta 90,89. pihak
si Berdasarkan manajemen
(populasi), analisis pelayanan
teknik diketahui kesehatan rs
sampel terdapat mitra husada
dengan perbedaan pringsewu
Proportiona yang untuk
l Classified signifikan meningkatkan
Random. pada manajemen
kelengkapan dengan
dokumentas melakukan
i perhitungan
keperawatan ketenagakerjaan
antara , agar seimbang
metoda antara tenaga
modular dan keperawatan
metoda tim yang ada
di rs mitra dengan rata-rata
husada junlah pasien,
pringsewu dan beban kerja
(nilai < 0,05 perawat tidak
yaitu 0,00). menjadi tinggi,
melakukan
supervisi dan
memberikan
reward
bagiruangan
yang berkinerja
baik.
(Triyanto, Tujuan dari Penelitian Teknik Faktor 73% perawat
2008) penelitian ini adalah Pengambil intrinsik menyatakan
adalah untuk survei an sampel mengenai setuju dengan
mengetahui dengan dengan kualitas adanya
data yang cross purposive pekerjaan dokumentasi
memotivasi sectional. sampling menentukan didasarkan pada
perawat Populasi selama 1 kualitas komputerisasi.
untuk penelitian bulan. Itu layanan Kesimpulan
melakukan adalah terdiri perawatan, penelitian
dokumentasi perawat meminima perawat adalah perawat
keperawatan rawat lkan menyatakan mengungkapkan
di Prof. Dr. untuk perawat setuju setuju dengan
Margono menginap DIII, satu (91%). dokumentasi
Soekardjo di RSUD pekerjaan Untuk keperawatan
Rumah Sakit Rumah tahun meningkatk menggunakan
Purwokerto. Sakit Prof. pengalama an sistem
Dr. n dan siap fungsional komputer.
Margono menjadi perawat
Soekardjo responden dinilai dari
Purwokerto , kepala kemampuan
. ruang perawat
yang dalam
diharapka perawat
n, kepala dokumentas
instalasi. i, perawat
menyatakan
setuju
(60%).
Dokumentas
i perawat
dapat
menjadi
pertimbanga
n
menerima
poin
penghargaa
n, sebagian
besar
perawat
menyatakan
setuju
(62%).
(Rohayan Untuk Deskriptif Dengan Diketahui Pelaksanaan
i, 2015) mengetahui korelasiona sampel bahwa supervisi
apakah ada l dengan sebanyak supervisi perawat primer
hubungan pendekatan 83 perawat di ruang MPKP
supervisi cross perawat primer Dewasa RSUD
perawat sectional associate hampir Sumedang
primer dalam di ruang setengah hampir setengah
meningkatka MPKP responden responden baik.
n tindakan Dewasa baik Pelaksanaan
keperawatan RSUD sebanyak tindakan
perawat Sumedang 48,2%. keperawatan di
associate di . Pelaksanaan Ruang MPKP
RSUD tindakan dewasa RSUD
Sumedang. keperawatan Sumedang
perawat sebagian besar
associate responden baik.
sebagian Tidak terdapat
besar hubungan yang
responden signifikan
baik antara persepsi
sebanyak perawat
63,9%. associate
Hasil tentang
penelitian pelaksanaan
menunjukka supervisi
n tidak perawat primer
terdapat dengan
hubungan pelaksanaan
yang tindakan
signifikan keperawatan di
antara Ruang MPKP
supervisi Dewasa RSUD
perawat Sumedang.
primer Dengan nilai p
meningkatk value yaitu
an tindakan 0,223.
keperawatan Berdasarkan
perawat hasil penelitian
associate di peneliti
ruang mpkp memberikan
dewasa rsud saran sebagai
sumedang. berikut: Adanya
P-value SOP tinakan
=0,223. supervise,
Penelitian Adanya arahan,
ini bimbingan dan
diharapkan feedback hasil
dapat evaluasi
meningkatk tindakan
an fungsi keperawatan,
supervisi Perlu dilakukan
perawat penelitian lebih
primer lanjut tentang
untuk faktor-faktor
mengoptima yang
lkan memengaruhi
pelaksanaan pelaksanaan
mpkp. tindakan
keperawatan
pada perawat
associate.
(Suardan Mengidentifi Deskriptif 12 sampel Rata-rata
a, 2014) kasi tingkat analitik yang melakukan
produktifitas dengan dipilih pengkajian
perawat pendekatan dengan (2,3%),
dengan crossection total melakukan
penugasan al sampling perumusan
primer di dengan diagnosa
Ruang 1728 kali keperawatan
Angsoka pengamata (0,2%),
RSUP n. Dengan menyusun
Sanglah pengamata rencana
Denpasar. n sesaat perawatan
berkala sebanyak
dengan (0,4%).
studi Sedangkan
kerja. tindakan
implementa
si rata-rata
dilakukan
sebanyak
(1,31%) dan
evaluasi
keperawatan
dilakukan
sebanyak
(26,3%).
(Kairupa Untuk Metode Data Hasil Pendokumentasi
n dkk, menganalisis kualitatif. primer penelitian an asuhan
2016) pendokument penelitian menunjukan keperawatan di
asian asuhan ini bahwa ruang rawat
keperawatan diperoleh pendokume inap Rumah
dari tahap dari ntasian Sakit Umum
pengkajian wawancar asuhan Daerah Dr Sam
sampai tahap a keperawatan Ratulangi
evaluasi di mendalam di ruang Tondano masih
ruang rawat pada 11 rawat inap jauh dari yang
inap Rumah informan. RSUD Dr diharapkan.
Sakit Umum Data Sam Disarankan bagi
Daerah Dr sekunder Ratulangi pihak
Sam dari telaah Tondano manajemen
Ratulangi dokumen pada tahap keperawatan
Tondano. asuhan pengkajian Rumah Sakit
keperawat keperawatan Umum Daerah
an dengan sampai Dr Sam
mengguna tahap Ratulangi
kan evaluasi Tondano agar
panduan keperawatan meningkatkan
observasi. ada tiga kualitas dan
Informan ruangan kuantitas
penelitian rawat inap sumber daya
ini yaitu yang tidak manusia di
Direktur melakukan bidang
Rumah pendokume keperawatan
Sakit (1 ntasian dan kesadaran
orang), asuhan akan pentingnya
Kepala keperawatan dokumentasi
Bidang dan satu asuhan
Keperawat ruangan keperawatan
an (1 rawat inap untuk
orang), yang meningkatkan
Kepala melakukan pelayanan
Seksi pendokume kesehatan.
Keperawat ntasian
an (1 asuhan
orang), keperawatan
Kepala .
Ruangan
(4 orang)
dan
Perawat
Pelaksana
(4 orang).
Data
diolah
secara
manual
dengan
membuat
transkrip
kemudian
disusun
dalam
bentuk
matriks
dan
dilakukan
teknik
pemeriksa
an dengan
triangulasi
sumber
dan
metode.
(Zhao, Untuk Deskripsi Sebanyak Hasil Asuhan
2011) mengeksplor sampel 440 pasien penelitian keperawatan
asi persepsi yang menyatakan menghadirkan
pasien memenuhi bahwa tantangan bagi
tentang syarat model administrator
asuhan dipilih dan primary keperawatan
keperawatan 383 nursing juga untuk
yang (87,05%) dapat mengembangka
berkualitas. adalah meningkatk n strategi untuk
Di bawah kasus an kepuasan meningkatkan
Perubahan pasien pasien dan Asuhan
lingkungan yang valid kualitas keperawatan
perawatan untuk asuhan yang dalam kategori
kesehatan, analisis diberikan. tersebut di mana
lebih banyak data. pasien memiliki
penekanan Untuk asuhan
ditempatkan sedikit keperawatan
pada banyak, berkualitas
perawatan lebih dari lebih rendah
yang separuh daripada yang
berpusat pasien lain, seperti
pada pasien. (59,01%) Dukungan
psikologis atau
selera humor
perawat.
(Claessen Artikel ini Analisis Isi PC Tiga ratus Sebagai hasil
,2013 ) memberikan statistik indeks CQ sembilan dari proses
wawasan Beberapa didasarkan puluh dua pengembangan
tentang analisis pada kerabat ini, PC indeks
perkembanga psikometri kuesioner yang CQ untuk
n dan k dilakukan yang ada, meninggal kerabat
psikometrik untuk literatur, memenuhi sekarang
karakteristik mempersin dan syarat untuk tersedia
kuesioner ini, gkat wawancar penyertaan. untuk
serta prioritas kuesioner a dan Respon mendapatkan
peningkatan oleh diskusi bersih wawasan
kualitas. menghapus kelompok adalah 52% tentang kualitas
item dan fokus (n = 204). perawatan
untuk dengan Analisis paliatif dari
menilai kerabat, psikometri perspektif yang
keandalan pasien, menghasilka berduka
kuesioner. dan n keluarga.
pengasuh. dalam enam Kuisioner ini
Kuesioner skala (Alpha berbeda dari
diuji di 31 Cronbach instrumen
fasilitas mulai dari kualitas lain
perawatan 0,71 hingga dalam
yang 0,90). perawatan
menyedia Aspek paliatif
kan kualitas karena
perawatan kerabat memeriksa
paliatif. yang pengalaman
dianggap perawatan
paling aktual kerabat
penting serta kerabat
sedang yang penting
sekarat melekat pada
dengan berbagai aspek
damai, perawatan.
mendapatka Menggabungka
n bantuan n pengalaman
dalam aktual dengan
kebaikan skor penting
waktu memungkinkan
dalam prioritas untuk
situasi akut, peningkatan
dan kualitas
perhatian ditetapkan.
pribadi. Saat ini, indeks
CQ-indeks
hanya diuji
dalam bahasa
Belanda.

BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Andung, 2017) dengan judul

Gambaran Kinerja Perawat Dalam Penerapan Metode Asuhan Keperawatan

Profesional (Makp) Modifikasi Tim-Primer Di Ruangan Dahlia Rsud Umbu Rara

Meha Waingapu Sumba Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa,

Berdasarkan kegiatan dokumentasi keperawatan, didapatkan sebagian besar

sebanyak 8 (67%) perawat melakukan dokumentasi keperawatan dengan baik dan

sebagian kecil 8 % (1) perawat melakukan dokumentasi keperawatan dengan

kurang baik di ruangan Dahlia RSUD Umbu Rara Meha Waingapu Sumba Timur.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Bumulo, 2017) dengan judul

Pengaruh Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim Terhadap

Kualitas Pelayanan Keperawatan Di Bangsal Pria Rsud Datoe Binangkang

Kabupaten Bolaang Mongondow. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah

responden saat pre test menyatakan kualitas pelayanan keperawatan baik sebanyak

10 responden (62,5%) dan post test sebanyak 16 responden (100%) dan


didapatkan nilai (p)= 0,014.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Molin et al, (2018)

menyatakan bahwa model modular juga dapat meningkatkan kepuasan pasien dan

kualitas asuhan yang diberikan, hasil penetian Adelia (2019) juga menunjukkan

bahwa ada peningkatan kepuasan perawat dan pasien setelah dilaksanakan

penerapan modular.

Kualitas keperawatan (quality nursing care) sebagai suatu proses yang

berusaha untuk mencapai tingkat keunggulan tertinggi dalam memberikan

perawatan, tanpa menyebabkan kerusakan, memenuhi kebutuhan, membantu

untuk mencapai tujuan, pemeliharaan kesehatan dan pemulihan dari penyakit

(Zhao, dan Akkadechanunt, 2011), kualitas keperawatan terfokus terhadap dua

dimensi yaitu 1) apakah individu mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan

dan 2) apakah perawatan yang mereka terima telah efektif (Claessen. Et al, 2013),

terdapat enam elemen inti asuhan keperawatan yang berkualitas yaitu :

1) pendekatan holistik dengan kebutuhan fisik, mental dan emosional,

berpusat pada pasien dan perawatan yang terus menerusterus menerus.

2) efisiensi dan efektivitas yang dikombinasikan dengan rasa kemanusiaan

dan rasa iba.

3) profesional, praktik berbasis bukti yang berkualitas tinggi.

4) aman, efektif dan intervensi keperawatan yang tepat.

5) pemberdayaan pasien, dukungan dan advokasi.

6) pelayanan yang tulus melalui kerja sama tim yang efektif dengan

profesi lain (Maben, dan Griffiths, 2008).


Karakteristik responden berdasarkan jenjang pendidikan yang diperoleh

dari data perawat yang terdapat di setiap ruang rawat inap RSUD Prof. Dr.

Margono Soekardjo Purwokerto sampai bulan Oktober tahun 2007. Jumlah

responden yang berjenjang S1 Keperawatan adalah 25 orang (12%). Sedangkan

jumlah responden yang berjenjang D3 Keperawatan adalah 176 orang (88%). Dari

jumlah responden tersebut hanya 117 responden yang mengumpulkan kuisioner .

Jumlah ini sudah dapat dikatakan telah mewakili populasi dengan berdasarkan

rumus sampel minimal. Dokumentasi keperawatan merupakan indikator mutu

pelayanan keperawatan. Perawat menyatakan 24 % sangat setuju, 54 % setuju, 21

% tidak setuju dan 2 % tidak sesuai terhadap pernyatan tersebut (Triyanto, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penelitian (Rohayani, 2015)

menyatakan bahwa Faktor masa kerja dan pendidikan merupakan salah satu faktor

yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh

Perawat associate dan masih terdapat faktor lain yang ada kaitannya dengan

tindakan keperawatan selain pelaksanaan supervisi. Supervisi memberikan

pembelajaran yang baik kepada staf tentang hal-hal yang belum dipahami atau

belum sesuai dengan standar. Supervisi yang dilakukan dengan baik dan benar

akan menigkatkan kualitas asuhan keperawatan, hal ini sesuai dengan pernyataan

bahwa supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk

membantu tenaga keperawatan dalam melakukan tindakan secara efektif.

Tenaga perawat mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan

kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang

diberikannnya berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual dan dilaksanakan

selama 24 jam secara berkesinambungan. Ketenagaan yang kurang dan tidak

sesuai pada setiap ruangan akan mempengaruhi terhadap penurunan kualitas


dokumentasi asuhan keperawatan. Menurunnya kualitas dokumentasi asuhan

keperawatan berarti fungsi dokumentasi sebagai alat komunikasi, mekanisme

pertanggung gugatan, metode pengumulan data, sarana pelayanan keperawatan,

sarana evaluasi, sarana meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan, sarana

pendidikan, audit pelayanan keperawatan akan tidak mempunyai fungsi dan

manfaat yang maksimal dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah

sakit (Kairupan, 2016).

Mewujudkan pelayanan yang optimal membutuhkan tenaga perawat yang

professional. Profesionalisme perawat dalam bekerja dapat dilihat dari asuhan

keperawatan yang diberikan kepada klien yang dirawatnya.

Pentingnya peran dokter dalam pelaksanaan dokumentasi yang dilakukan

perawat sehingga baik diagnosa medis maupun diagnosa keperawatan dapat

berjalan bersama-sama. Dokumentasi proses asuhan keperawatan yang baik dan

berkualitas haruslah akurat, lengkap dan sesuai standar. Apabila kegiatan

keperawatan tidak didokumentasikan dengan akurat dan lengkap maka sulit untuk

membuktikan bahwa tindakan keperawatan telah dilakukan dengan benar.

Kualitas keperawatan (quality nursing care) sebagai suatu proses yang

berusaha untuk mencapai tingkat keunggulan tertinggi dalam memberikan

perawatan, tanpa menyebabkan kerusakan, memenuhi kebutuhan, membantu

untuk mencapai tujuan, pemeliharaan kesehatan dan pemulihan dari penyakit

(Zhao, dan Akkadechanunt, 2011), kualitas keperawatan terfokus terhadap dua

dimensi yaitu 1) apakah individu mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan

dan 2) apakah perawatan yang mereka terima telah efektif (Claessen. Et al, 2013).

Terdapat enam elemen inti asuhan keperawatan yang berkualitas yaitu 1)


pendekatan holistik dengan kebutuhan fisik, mental dan emosional, berpusat pada

pasien dan perawatan yang terus menerusterus menerus, 2) efisiensi dan

efektivitas yang dikombinasikan dengan rasa kemanusiaan dan rasa iba, 3)

profesional, praktik berbasis bukti yang berkualitas tinggi, 4) aman, efektif dan

intervensi keperawatan yang tepat, 5) pemberdayaan pasien, dukungan dan

advokasi, dan 6) pelayanan yang tulus melalui kerja sama tim yang efektif dengan

profesi lain (Maben, dan Griffiths, 2008).


BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tanggung jawab perawat dalam penerapan MAKP modular

mempunyai hubungan yang sangat kuat terhadap kepuasan pasien.

Semakin baik tanggung jawab perawat semakin tinggi pula kepuasan

pasien. Tanggung jawab kepala ruangan berhubungan sangat kuat dengan

kepuasan pasien. Semakin baik tanggung jawab kepala ruangan semakin

tinggi kepuasan pasien. Tanggung jawab ketua tim primer berhubungan

sangat kuat dengan kepuasan pasien. Hambatan melaksanakan asuhan

keperawatan dalam memakai metode modular dengan baik, tanggung

jawab dan tuntutan organisasi, hambatan menyeimbangkan tanggung

jawab dan tuntutan organisasi, perlu peningkatan keterampilan profesional

dan reward. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pembelajaran bagi perawat

dan semua pihak yang terkait dalam melaksanakan asuhan keperawatan di

ruangan. mengoptimalkan supervisi, melengkapi sarana dan prasarana


ruangan, menyeimbangkan antara jumlah perawat di ruang dengan pasien

yang ada di ruangan tersebut, mempasilitasi ronde keperawatan,

memberikan kebijakan adanya reward khusus bagi perawat yang selalu

memberikan Motivasi, pendalaman penanganan kasus pasien, dan

sebagainy menjadi hal penting dalam berjalannya secara optimal asuhan

keperawatan tersebut kepada pasien nya.

B. Saran

Tanggung jawab kepala ruangan, tanggung jawab ketua tim, dan

tanggung jawab anggota tim di Rumah sakit terhadap pasien perlu

ditingkatkan terus menerus dan harus dipertahankan selamanya. Kegiatan

tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan penyegaran setiap 6 bulan

sekali. Rawat inap Rumah sakit perlu memperhatikan dan mengevaluasi

metode pemberian asuhan keperawatan secara primary serta apakah

perawat dalam melaksanakan sentralisasi obat untuk memenuhi /

membantu kebutuhan diri pasien terhadap penyediaan obat sudah dapat

diandalkan sehingga dapat mempertahankan dan terus menerus

meningkatkan kualitas pelayanan. Pelaksanaan dokumentasi keperawatan

di beberapa Rumah Sakit masih jauh dari sempurna banyak sekali yang

mengisi formulir askep dengan tidak mengacu kepada relevan, lengkap

dan valid.
DAFTAR PUSTAKA

XAndung, P. J. R. (2017) ‘Gambaran Kinerja Perawat Dalam Penerapan Metode


Asuhan Keperawatan Profesional (Makp) Modifikasi Tim-Primer Di
Ruangan Dahlia Rsud Umbu Rara Meha Waingapu Sumba Timur Pendrita’,
Nursing News, 2(3), pp. 746–758.

Bumulo, M. I. (2017) ‘Pengaruh Manajemen Model Asuhan Keperawatan


Profesional Tim Terhadap Kualitas Pelayanan Keperawatan Di Bangsal Pria
Rsud Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow’, e-Jurnal
Keperawatan (e-Kp), 5(2), pp. 1–6. Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/105437-ID-pengaruh-
manajemen-model-asuhan-keperawa.pdf.

Mogopa, dkk. (2017). Hubungan penerapan metode tim dengan kinerja perawat

pelaksana di Irin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Melalui <


http://ejournal >[ 17 Februari 2017]

Sri, L., Panjaitan, R. and Manurung, I. (2015) ‘Perbedaan kelengkapan


dokumentasi antara metoda modular dan metoda tim di rs mitra husada
pringsewu’, XI(2), pp. 318–323. doi: 10.1103/PhysRevA.71.052320.

DEPKES RI, (2012). Peraturan Menteri Kesehatan Republic Indonesia Nomor:


659/

Menkes/PER/VIII/2009 Tantang Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia.


Jakarta: Depkes RI.

Molin, D. A., Gatta, C., Gilot, B.C., Ferrua, R., Cena, T., Manthey, M., & Croso,
A .(2018).

The impact of primary nursing care pattern : result from a before-after


study. Journal of Clinical Nursing, 2, 5-6

Adelia, G. (2019). Pengembangan Model Penugasan Primary Nursing di Ruang


Rawat InapRumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Tesis : Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Claessen, S. J. J., Francke, A. L., Sixma, H. J., Veer, A. J. E. de., & Deliens, L.
(2013). Measuring relatives’ perspective on the quality of palliative care: the
consumer quality index palliative. Care Journal of Pain and Symptom
Management, 45(5), 875-884.

Zhao, S. H., & Akkadechanunt, T. (2011). Patients perceptions of quality nursing


care in a chinese hospital. International Journal of Nursing and Midwifery,
3(9), 145-149. ISSN 2141-2499.

Agus, K. (2010) ‘Buku ajar manajemen Keperawatan’. Jogjakarta: Nuha Medika.

Kairupan, M. J., Rattu, A. J. M. and Raule, J. H. (2016) ‘Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Dr Sam Ratulangi Tondano’, pp. 90–101.
Kesehatan, J. et al. (2014) ‘Manajemen model asuhan keperawatan profesional
(makp) tim dalam peningkatan kepuasan pasien di rumah sakit’, VII(2).
Muninjaya, A. A. G. (2004) Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.

Maben, J., & Griffiths, P. (2008). Nurses in society: Starting the debate. National
Nursing Research Unit King’s College London.

Perry, P. (2009) Fundamental Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.

Rohayani, L. and Banuwati, N. (2015) ‘Supervisi Perawat Primer Perawat


Associate dalam Melakukan Tindakan Keperawatan Primary Nurses
Supervision on Nursing Inervention by Associate Nurses’, Jurnal Keilmuan
Manajemen Keperawatan, 3, pp. 104–110.
Suardana, I. K. (2014) ‘Produktifitas Kerja Perawat yang Menggunakan Metode
Penugasan Perawatan Primer’, Jurnal Politeknik Kesehatan Denpasar, 2(1).
Suarli (2002) ‘Manajemen Keperawatan’. Jakarta: Erlangga.

Suni, A. (2018) ‘Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan’. Jakarta: Bumi


Medika.

Tim, P. K. and Keperawatan, P. A. (2016) ‘cross sectional .’, 4, pp. 3–7.

Triyanto, E. and Kamaluddin, R. (2008) ‘Gambaran Motivasi Perawat Dalam


Melakukan Dokumentasi Keperawatan Di Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto’, Jurnal Keperawatan Soedirman, 3(2), pp. 66–80.
Wayan (2015) ‘Penerapan Teori Model dalam Pelayanan Keperawatan’.
Jogjakarta: Gosyen.

Anda mungkin juga menyukai