Anda di halaman 1dari 6

TIMELINE ISU POLUSI UDARA

Tanggal Kegiatan Keterangan


25 April Pembuatan grup aliansi (penyampaian substansi, timeline,
pembagian jobdesk)
27 April Rapat aliansi (opsional)
6 Mei Dispub Daring Propaganda Isu dan ‘Coming
Pembagian kerja aliansi: Soon Dispub’, dalam bentuk
a) Strategi gerak (BEM UI, video: kompilasi potongan
BEM FK dan BEM FMIPA) headline berita tentang kondisi
rekomendasi narasumber kualitas udara saat ini dan
b) Propaganda: mencari link dampaknya, ditutup dengan
berita sebagai bahan video ‘coming soon dispub’
7 Mei propaganda Infografis: H-1 Dispub Daring
8 Mei c) Video propaganda dan Hari H Diskusi Publik
9 Mei infografis H-1, Hari H Postingan Telah Berlangsung:
Dispub: BEM FMIPA hasil notulensi dan materi dispub
11-25 Mei Konstruksi kajian
25 Mei – 2 Quality Control kajian
Juni
5 Juni Rilis kajian di momentum Hari Lingkungan Hidup se-Dunia
Juni Permohonan audiensi ke KLHK

Catatan: ketika isu polusi udara naik lagi terutama ketika pandemi udah kelar, gak menutup
kemungkinan aliansi untuk gerak lagi terutama untuk membuat propaganda
Term of Reference (TOR)
Diskusi Publik Daring
“Kondisi Kualitas Udara Indonesia dan Pengaruhnya terhadap COVID-19”
Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FMIPA UI 2020

LATAR BELAKANG
Selama dua dekade terakhir, Indonesia telah memperlihatkan perubahan yang dramatis
pada kualitas udaranya. Dari tahun 1998 hingga 2016, Indonesia beralih dari salah satu negara
paling bersih di dunia menjadi salah satu dari dua puluh negara paling berpolusi, karena
konsentrasi polusi partikulat udaranya meningkat 171 persen.1 Polusi meningkat lebih dari dua
kali lipat dari tahun 2013 hingga 2016.2 Pada tahun 2018, AirVisual mengumpulkan data terbaru
tentang polusi PM2.5 dari sumber pemantauan publik untuk melaporkan status kualitas udara
dunia, dengan fokus data yang telah dipublikasikan kepada masyarakat secara real-time. Data
tersebut menunjukkan bahwa Jakarta mendapat peringkat sepuluh besar sebagai ibu kota negara
dengan kualitas udara terburuk di dunia.3 Kemudian menurut data IQ Air, dua kota di Indonesia
yaitu Bekasi dan Tanggerang Selatan termasuk 50 besar sebagai Kota-Kota Paling Berpolusi di
Dunia 2019 (World most polluted cities 2019 (PM2.5))4 bahkan pada Februari 2020 menurut
sumber data yang sama yakni IQ Air, beberapa kota di Indonesia mendominasi kualitas udara
teburuk di Asia Tenggara.5
Selama dua dekade terakhir, Indonesia telah mengalami peningkatan konsentrasi PM2,5
yang drastis, yaitu dari 8 μg/m3 hingga 22 μg/m3.6 Menurut Air Quality Life Index (AQLI), 80
persen dari populasi Indonesia terpapar polusi tahunan yang melebihi pedoman WHO
mengakibatkan negara ini kehilangan tahun harapan hidup tertinggi kelima di dunia akibat polusi
partikulat.7 Polusi udara yang tinggi ini kini merusak kesehatan orang Indonesia. Jika konsentrasi
saat ini tidak berubah, rata-rata harapan hidup akan dipangkas hingga 1,2 tahun. Beberapa

1
Michael Greenstone dan Qing Fan, “Kualitas Udara Indonesia yang Memburuk dan Dampaknya terhadap
Harapan Hidup”, https://aqli.epic.uchicago.edu/wp-content/uploads/2019/03/Indonesia.Indonesian.pdf, diakses pada
21 April 2020.
2
Ibid.
3
Fajri Fadhillah, “Hak Atas Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat dalam Konteks Mutu Udara Jakarta,”
Indonesian Centre for Environmental Law (2018), hlm. 8.
4
IQ Air, “World most polluted cities 2019 (PM2.5)”, https://www.iqair.com/world-most-polluted-cities,
diakses pada 23 April 2020
5
Andrea Lidwina, “Kota-kota Indonesia Dominasi Kualitas Udara Teburuk di Asia Tenggara”,
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/27/kota-kota-indonesia-dominasi-kualitas-udara-teburuk-di-asia-
tenggara, diakses pada 23 April 2020.
6
Michael Greenstone dan Qing Fan, “Kualitas Udara Indonesia yang Memburuk dan Dampaknya terhadap
Harapan Hidup”, https://aqli.epic.uchicago.edu/wp-content/uploads/2019/03/Indonesia.Indonesian.pdf, diakses pada
21 April 2020.
7
Ibid.
wilayah di Indonesia tingkatnya jauh lebih buruk. Di ibu kota Indonesia yaitu Jakarta, rata-rata
penduduknya akan hidup lebih singkat 2,3 tahun jika tingkat PM2,5 bertahan pada tingkat saat
ini. Sementara itu, harapan hidup untuk warga di pulau Sumatera dan Kalimantan rata-rata
berkurang sekitar 4 tahun. Di Sumatera Selatan, penduduk Palembang rata-rata kehilangan 4,8
tahun harapan hidup, dan penduduk Kabupaten Ogan Komering Ilir kehilangan 5,6 tahun
harapan hidup. Secara keseluruhan, populasi Indonesia saat ini akan kehilangan sekitar 309 juta
tahun hidup akibat polusi jika konsentrasi 2016 bertahan.8 Selain mengurangi tahun harapan
hidup, hasil riset Greenpeace Asia Tenggara dan Centre for Research on Energy and Clean Air
(CREA) terbaru menunjukkan, dampak polusi udara dikaitkan dengan kematian dini di seluruh
dunia sebanyak 4,5 juta orang per tahun dengan berbagai penyakit seperti kanker paru-paru,
serangan jantung, fungsi paru menurun, kelahiran prematur dan lain-lain. Sekitar 5-10%
peningkatan kematian karena penyakit-penyakit itu berhubungan dengan peningkatan PM10
sebesar 100 mikrogram per meter kubik per hari.9 Polusi udara tak hanya membawa dampak bagi
kesehatan fisik, tapi juga kesehatan mental penduduknya.101112 Paparan O3 dan PM2.5 secara
terus-menerus bisa mengakibatkan kerusakan neurovaskular. Gangguan pada sistem saraf itulah
yang menyebabkan tekanan pada otak manusia.1314 Selain memberikan dampak kesehatan, polusi
udara juga menyebabkan dampak yang lebih buruk bagi penderita COVID-19 yang tinggal di
daerah tersebut. Paparan polusi udara meningkatkan resiko kematian akibat COVID-19.1516 Hal
tersebut juga sesuai dengan keterangan resmi WHO bahwa suatu negara dengan tingkat polusi
udara tinggi harus memasukkan faktor tersebut dalam upaya menanggulangi COVID-19
dikarenakan polusi udara meningkatkan risiko angka kematian yang tinggi.17

8
Ibid.
9
Indra Nugraha, “Riset Sebut Mati Dini 4,5 Juta Orang dan Kerugian Ekonomi US$2,9 Triliun karena
Polusi Udara”, https://www.mongabay.co.id/2020/02/17/riset-sebut-mati-dini-45-juta-orang-dan-kerugian-ekonomi-
us29-triliun-karena-polusi-udara/, diakses pada 23 April 2020.
10
Atif Khan, et al., “Environmental pollution is associated with increased risk of psychiatric disorders in
the US and Denmark”, PLoS Biol, Vol. 17 (8), 2019.
11
Susanna Roberts, et al., “Exploration of NO2 dan PM2.5 air pollution and mental health problems using
high-resolution data in London-based children from UK longitudinal cohort study”, Psychiatry Research, Vol 272
(2019).
12
The Guardian, “Growing up in dirty air 'quadruples chances of developing depression'”,
https://www.theguardian.com/environment/2019/jan/30/children-exposed-to-air-pollution-more-likely-to-develop-
depression, diakses pada 23 April 2020.
13
Jacob King, “Air pollution, mental health, and implications for urban design: a review”, Journal of
Urban Design and Mental Health, Vol. 4 (6), 2018.
14
Anna Gładka, Joanna Rymaszewska , Tomasz Zatoński, “Impact of air pollution on depression and
suicide”, International Journal Occupational Medicine Environmental Health, Vol. 31 (6), 2018.
15
Xiao Wu, et al., “Exposure to air pollution and COVID-19 mortality in the United States”,
https://projects.iq.harvard.edu/covid-pm, diakses pada 23 April 2020.
16
Edoardo Conticinia, et al., “Can atmospheric pollution be considered a co-factor in extremely high level
of SARS-CoV-2 lethality in Northern Italy?”,
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0269749120320601?via%3Dihub, diakses 8 April 2020
17
Navin Singh Khadka, “Virus corona: Negara dengan polusi udara akut berpotensi pengaruhi risiko
kematian akibat Covid-19, menurut WHO”, https://www.bbc.com/indonesia/dunia-52351499, diakses pada 23 April
2020.
Gambar 2.

Dalam upaya pemenuhan hak atas udara bersih dan sehat bagi warganya, pemerintah
sudah menetapkan ambang batas maksimum bahan pencemar (zat, senyawa) yang diperbolehkan
ada di udara dikenal sebagai baku mutu udara ambien (BMUA) Nasional. BMUA Nasional
diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 yang memuat daftar 13 parameter untuk
menentukan kualitas udara tercemar atau tidak. Kualitas udara suatu daerah dikatakan tercemar
apabila status mutu udara ambien daerah berada di atas baku mutu udara ambien nasional.
Sayangnya, BMUA tersebut merupakan ambang batas yang digunakan sejak tahun 1999 dan
tidak pernah diperbarui hingga saat ini. Pada BMUA tersebut juga terdapat beberapa parameter
yang cukup longgar dengan standar mutu udara yang digunakan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health Organization/WHO).18 Upaya untuk merevisi dan mengetatkan BMUA
Nasional menjadi penting mengingat beberapa parameter dalam baku mutu tersebut memiliki
dampak yang signifikan terhadap kesehatan manusia, misalnya PM10. Pada eksposur jangka
pendek (24 jam) untuk parameter PM10, terjadi peningkatan resiko kematian sebesar 0.5% pada
setiap peningkatan konsentrasi sebesar 10 µg/m3.19 Dalam melaksanakan upaya tersebut perlu
mempertimbangkan sifat fisik dan kimia dari setiap partikulat untuk mengetahui karakteristik
masing-masing partikulat serta dampaknya terhadap kesehatan manusia. Selain itu, pengukuran
dan penentuan nilai konsentrasi ambang batas maksimum masing-masing partikulat juga perlu
mempertimbangkan standar pengukuran udara ambien, studi termutakhir, dan perkembangan
ilmu pengetahuan yang mencakup beberapa kriteria terutama perlindungan terhadap kesehatan
publik.

DESKRIPSI KEGIATAN
Kegiatan Diskusi Publik Daring merupakan wadah diskusi bagi khalayak umum
khususnya civitas akademika Universitas Indonesia untuk mengetahui kondisi kualitas udara
Indonesia serta legalitas hukum yang menjamin pemenuhan hak atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat, yang mana dalam konteks udara berarti pemenuhan hak atas udara yang bersih dan
sehat. Selain itu, pada masa pandemi seperti saat ini, pencemaran udara ternyata juga
memengaruhi tingkat kerentanan individu terhadap COVID-19 sehingga upaya pemulihan
kualitas udara menjadi penting untuk dilakukan agar jumlah kasus tidak bertambah. Oleh karena
itu, upaya pencerdasan kepada publik tentang pemulihan atau pemeliharaan kualitas udara
menjadi penting untuk dilakukan mengingat dampaknya terhadap kesehatan dan lingkungan.
Pada diskusi publik daring ini akan dihadirkan tiga narasumber dengan perspektif yang
berbeda untuk membahas “Kondisi Kualitas Udara Indonesia dan Pengaruhnya terhadap
COVID-19“. Adapun, subtopik bahasan masing-masing narasumber adalah sebagai berikut.

18
Rita, Rina Aprishanty, dan Ridwan Fauzi, “Perhitungan Indeks Kualitas Udara DKI Jakarta
menggunakan Berbagai Baku Mutu”, Ecolab, Vol. 12, No. 1 (Januari, 2018), hlm. 39.
19
Fajri Fadhillah, “Hak Atas Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat dalam Konteks Mutu Udara Jakarta”,
https://icel.or.id/wp-content/uploads/Brief-ICEL-Hak-Atas-Lingkungan-Hidup-yang-Baik-dan-Sehat-dalam-
Konteks-Mutu-Udara-Jakarta.pdf, diakses pada 21 April 2020.
a) Narasumber I membahas topik diskusi dari perspektif sains
i. Menjelaskan kondisi kualitas udara Indonesia
ii. Menjelaskan karakteristik (sifat fisik, kimia, sumber penghasil, atau dampak
terhadap lingkungan) 13 parameter yang diatur dalam BMUA Nasional sebagai
standar untuk menentukan kualitas udara tercemar atau tidak.
iii. Menjelaskan pengukuran kualitas udara yang baik dan benar agar informasi yang
dihasilkan cukup representatif dalam menjamin kesehatan publik.
b) Narasumber II membahas topik diskusi dari perspektif kesehatan
i. Menjelaskan dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia baik
kesehatan fisik maupun mental
ii. Menjelaskan dampak pencemaran udara terhadap tingkat kerentanan individu
dengan COVID-19
iii. Menjelaskan upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk memulihkan
atau memelihara kualitas udara baik saat dan setelah pandemi COVID-19.
c) Narasumber III membahas topik diskusi dari perspektif hukum
i. Menjelaskan sejauh mana hukum dan peraturan yang ada di Indonesia saat ini
serta implementasinya dalam memenuhi dan menjamin hak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat, dalam konteks udara berarti hak atas udara yang bersih dan
sehat.
ii. Menjelaskan upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam pemenuhan hak
warga negara atas udara yang bersih dan sehat

SASARAN KEGIATAN
Adapun sasaran kegiatan pada diskusi publik dari ini adalah khalayak umum khususnya
civitas akademika Universitas Indonesia.

WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Diskusi publik daring ini akan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Jumat, 8 Mei 2020
Pukul : 10.00 – 13.00 atau (13.00 – 16.00) kesepakatan aliansi
Tempat : Google Meet
SUSUNAN ACARA
Susunan acara diskusi publik daring ini adalah sebagai berikut

Waktu Durasi Keterangan


15’ Pembukaan dan perkenalan semua narasumber oleh
moderator
45’ Pemaparan Materi oleh Narasumber I
45’ Pemaparan Materi oleh Narasumber II
45’ Pemaparan Materi oleh Narasumber III
45’ Sesi tanya jawab
5’ Penutup oleh moderator

PENUTUP
Demikian TOR ini kami sampaikan kepada narasumber. Semoga dapat menjadi bahan
acuan terkait topik diskusi yang akan dibahas. Atas perhatiannya, kami mengucapkan terima
kasih.

Anda mungkin juga menyukai