Anda di halaman 1dari 4

Tujuh Pejabat Negara Diputus Melakukan Perbuatan Melawan Hukum

Atas Pencemaran Udara Jakarta


Majelis Hakim akhirnya mengabulkan sebagian gugatan setelah persidangan berlangsung lebih
dari dua tahun dan mengalami penundaan sidang putusan hingga delapan kali

JAKARTA, 16 September 2021 -- Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat


yang memeriksa dan mengadili Gugatan Warga Negara atas Pencemaran Udara
Jakarta akhirnya memutuskan bahwa tujuh pejabat negara yang di antaranya,
Presiden RI, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Kesehatan,
Menteri Dalam Negeri, dan tiga gubernur yaitu Gubernur Provinsi DKI Jakarta,
Gubernur Banten, dan Gubernur Jawa Barat, bertanggung jawab atas terjadinya
pencemaran udara di ibu kota selama ini dan mengabulkan gugatan para
tergugat sebagian.

“Pertama, mengabulkan gugatan para tergugat sebagian, kedua menyatakan


Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV dan Tergugat V telah melakukan
perbuatan melawan hukum, ketiga menghukum tergugat I untuk mengetatkan
baku mutu udara ambien nasional yang cukup untuk melindungi kesehatan
manusia, lingkungan, dan ekosistem termasuk kesehatan populasi yang sensitif
berdasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata Ketua
Majelis Hakim Saifuddin Zuhri di ruang sidang Hatta Ali PN Jakarta Pusat hari ini.

Keempat, kata Hakim Saifuddin, menghukum Tergugat II untuk melakukan


supervisi terhadap Gubernur DKI, Gubernur Banten dan Gubernur Jawa Barat
dalam melakukan pengetatan emisi lintas batas provinsi DKI, Banten dan Jawa
Barat. Kelima, menghukum Tergugat III untuk melakukan pengawasan dan
pembinaan kinerja Tergugat V dalam pengendalian pencemaran udara.

Keenam, lanjut Hakim Saifuddin, menghukum Tergugat IV untuk melakukan


penghitungan penurunan dampak kesehatan akibat pencemaran udara di
Provinsi DKI yang perlu dicapai sebagai dasar pertimbangan Tergugat V dalam
penyusunan strategi rencana aksi pengendalian pencemaran udara.
Ketujuh, menghukum Tergugat V untuk: (a) melakukan pengawasan terhadap
ketaatan setiap orang terhadap setiap ketentuan peraturan perundangan di
bidang pengendalian pencemaran udara dan atau ketentuan dokumen
lingkungan hidup (b) menjatuhkan sanksi terhadap setiap orang yang
melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan tentang pengendalian
pencemaran udara (c) menyebarluaskan informasi pengawasan dan penjatuhan
sanksi berkaitan pengendalian pencemaran udara kepada masyarakat (d)
mengetatkan baku mutu udara ambien daerah untuk provinsi DKI Jakarta yang
cukup untuk melindungi kesehatan manusia lingkungan dan ekosistem
termasuk kesehatan populasi yang sensitif berdasarkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Kedelapan, menghukum Tergugat V untuk: (a) melakukan inventarisasi terhadap


baku mutu udara ambien, potensi pencemaran udara, kondisi meteorologis dan
geografis serta tata guna lapangan dengan mempertimbangkan penyebaran
emisi dari sumber pencemar yang melibatkan partisipasi publik (b) menetapkan
status mutu udara ambien setiap tahunnya dan mengumumkannya kepada
masyarakat (c) menyusun dan mengimplementasikan strategi dan rencana aksi
pengendalian pencemaran udara, dengan mempertimbangkan penyebaran
emisi dari sumber pencemar secara terfokus tepat sasarn dan melibatkan
partisipasi publik.

Kesembilan, menolak gugatan para tergugat untuk selain dan selebihnya dan
menghukum para tergugat untuk membayar perkara sejumlah Rp 4.255.000.00.

Mewakili tim kuasa hukum penggugat, Ayu Eza Tiara menyatakan para
penggugat dan tim advokasi yang selama ini mendampingi proses persidangan,
mengapresiasi putusan yang dibuat oleh Majelis Hakim dan berpihak pada
kepentingan seluruh warga.

“Di sini ada beberapa putusan yang dikabulkan sebagian. Hakim menolak
adanya pelanggaran hak asasi manusia di sana namun yang lainnya terpenuhi.
Dan soal Turut Tergugat I dan II (Pemprov Banten dan Jabar) itu mengikuti
putusan yang ada. Meski begitu kami menilai bahwa putusan tersebut
merupakan putusan yang tepat dan bijaksana, mengingat dari proses
pembuktian di persidangan sudah sangat jelas bahwa Pemerintah telah
melakukan kelalaian dalam mengendalikan pencemaran udara,” ujar Ayu.

Ayu menambahkan, dengan adanya putusan ini seharusnya para Tergugat


dapat menerima kekalahannya dengan bijaksana dan memilih fokus untuk
melakukan upaya-upaya perbaikan kondisi udara daripada melakukan hal yang
sia-sia seperti upaya hukum perlawanan banding maupun kasasi.

“Dan perlu kami tegaskan kembali bahwa tim advokasi Koalisi Ibukota sangat
terbuka untuk turut serta dalam perbaikan kualitas udara di Jakarta, serta
Banten dan Jawa Barat. Kami juga akan mengawal agar pemerintah betul-betul
menuntaskan kewajibannya,” tutur Ayu.

Dalam perkara ini, tuntutan 32 warga negara yang menjadi Penggugat di


antaranya adalah agar pemerintah merevisi baku mutu udara ambien dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara agar sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan oleh Badan
Kesehatan Dunia (WHO) dan menjamin hak lingkungan hidup yang baik dan
sehat kepada masyarakat.

Selain itu, pemerintah juga diminta untuk menempatkan alat pengukur polusi
dengan jumlah yang memadai mengacu pada penelitian dari beberapa ahli;
memberikan informasi mengenai kualitas udara secara real time dan upaya
mitigasinya; serta menyusun strategi dan rencana aksi pengendalian
pencemaran udara.

Di tempat yang sama, Khalisah Khalid sebagai salah satu penggugat,


mengungkapkan perasaan lega sekaligus senang. Menurut dia, majelis hakim
membuktikan bahwa pengadilan bisa menjadi jalan untuk warga yang ingin
mendapatkan keadilan.
“Meski begitu, kami sebagai penggugat sekaligus warga akan mengawal
perubahan kebijakan yang dimandatkan oleh pengadilan terhadap tujuh
tergugat. Selain itu, kami berharap para Tergugat tidak mengajukan banding,
karena yang kami gugat sesungguhnya adalah untuk kepentingan, kesehatan
dan keselamatan seluruh warga negara, termasuk generasi mendatang agar
mendapatkan kualitas hidup yang baik,” tutur Khalisah.

-o-

Catatan:
Tergugat I : Presiden Republik Indonesia
Tergugat II : Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Tergugat III : Menteri Kesehatan
Tergugat IV : Menteri Dalam Negeri
Tergugat V : Gubernur DKI Jakarta
Turut Tergugat I : Gubernur Banten
Turut Tergugat II : Gubernur Jawa Barat

Narahubung kuasa hukum:


Ayu Eza Tiara : +62821-1134-0222
Alghifari Aqsa : +62812-8066-6410
Jeanny Sirait : +62858-1042-3390

Anda mungkin juga menyukai