Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN

“LEUKAMIA”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners


Departemen Anak

Oleh :
DENNY
190070300011052

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
“LEUKAMIA”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners
Departemen Anak

Oleh :
DENNY
190070300011052

Menyetujui,

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

(……………....……………..) (……………………..………..)

LEUKAMIA

A.  KONSEP MEDIK
1.   DEFINISI
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih” pada
tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel
induk hematopoetik.
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu atau
banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada waktu
sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis. Keganasan
hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi
pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif
kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara
sistemik.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan, dapat menyebabkan
kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya meninggi.

2.      ETIOLOGI
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil
penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya
penyakit leukemia.
a.  Host
a) Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA
merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak, dengan puncak
insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-39 tahun, sedangkan
LMK banyak ditemukan antara umur 30-50 tahun. LLK merupakan kelainan pada
orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria
dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara
Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9
dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali
kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling
sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi
paling sering sebelum usia 4 tahun.
Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los Angeles
County-University of Southern California (LAC+USC) Medical Centre
melaporkan bahwa penderita leukemia menurut etnis terbanyak yaitu hispanik
(60,9%) yang mencerminkan keseluruhan populasi yang dilayani oleh LCA +
USA Medical Center. Dari pasien non-hispanik yang umum berikutnya yaitu Asia
(23,0%), Amerika Afrika (11,5%), dan Kaukasia (4,6%).

b). Faktor Genetik


Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali
lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan
leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan
kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van
Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott
Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat
dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung
penderita naik 2-4 kali.19 Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar
identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case
control menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif
leukemia berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75; CI=1,32-10,99) artinya orang
yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga
positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukemia.
b.  Agent
a) Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang.
Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu
penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah
penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus
onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia
pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya
leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah
ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis
khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan
sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
b) Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat
setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif
rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih
besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan
Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi
LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5
sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita
ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai
insidens 14 kali lebih banyak.
c) Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon)
diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-obatan
dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi
leukemia nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan
bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia
terutama LMA (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita leukemia
kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita
leukemia.
d) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya leukemia.
Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia
terutama LMA.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko
LMA. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko kejadian
LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang menderita LMA
kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang yang
tidak menderita LMA. Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya
hubungan antara LMA dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di Canada oleh
Kasim menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko LMA.
Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang merokok tergantung pada
frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.
c.    Lingkungan (Pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan dengan
kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang, sebagian besar
kasus berasal dari rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan
desain case control meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai, ibu
rumah tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien tersebut, 26% adalah
mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah petani. Berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja di pertanian atau peternakan
mempunyai risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI = 1,0-5,19), artinya orang yang
menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja di pertanian atau peternakan
dibanding orang yang tidak menderita leukemia.

3.      PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang
yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak
berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak
kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada
sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai
oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal
yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi
perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau
perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi.
Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan
perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel
abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut
seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang
kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel
darah yang normal. Kanker ini juga bias menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati,
limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.

4.      MANIFESTASI KLINIS


Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia, neutropenia,
infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme.
a.     Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum
tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak,
nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang
dan sendi, hipermetabolisme.21 Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum,
tibia dan femur.
b.     Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh
sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura
atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100
ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan
priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia
dan hipoglikemia.
c.     Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang
mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat
badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan
kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah
sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
d.    Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase
kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan
lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase
akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan
demam yang disertai infeksi.

5.   PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan
sumsum tulang.
1) Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-
kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan
trombosit. Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm3, sedangkan
pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3.
2) Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan
hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat
perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic
gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang. Pada penderita
LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari
total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan
limfosit B. Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular
dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit
lebih dari 30.000/mm3.

6.   PENATALAKSANAAN
A.  Kemoterapi
a) Kemoterapi pada penderita LLA
Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar
sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi
biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat
menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel leukemia.
Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin,
vincristin, prednison dan asparaginase.
·         Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang
bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan
juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6
bulan kemudian.
·         Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan
yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah.
Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang
dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak
dan sistem saraf pusat.
·         Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini
biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.
Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak
hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh.
Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami
harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang
diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.

b) Kemoterapi pada penderita LMA


·         Fase induksi
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk
mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi komplit.
Walaupun remisi komplit telah tercapai, masih tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh
penderita tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi menyebabkan
kekambuhan di masa yang akan datang.

Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Kemoterapi
konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat
dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase
induksi.
Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-rata hidup
masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.
c) Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi dan
prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:
·         Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
·         Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
·         Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
·         Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
·      Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3 dengan / tanpa
gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat
konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan kepada
penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II,
pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV
diberikan kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup
lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata 10
tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup
kurang dari 2 tahun.

d) Kemoterapi pada penderita LGK/LMK


-Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan pasien
bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat
yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada
tindakan transplantasi sumsum tulang.
-Fase Akselerasi,
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.

b.   Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam
tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau
partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini
dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah
bening setempat.
c.   Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang
rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan
oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang
juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Pada penderita
LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi
dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen
(HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita
yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang
pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
d.   Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit
leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita
leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan
antibiotik untuk mengatasi infeksi.

B.   KONSEP KEPERAWATAN
1.    PENGKAJIAN
a.    Riwayat penyakit
b.    Kaji adanya tanda-tanda anemia:
Pucat
Kelemahan
Sesak
Nafas cepat
c.    Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
Demam
Infeksi
d.   Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:
Ptechiae
Purpura
Perdarahan membran mukosa
e.   Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:
Limfadenopati
Hepatomegali
Splenomegali
f.    Kaji adanya pembesaran testis
g.   Kaji adanya:
Hematuria
Hipertensi
Gagal ginjal
Inflamasi disekitar rectal
Nyeri
2.   ANALISA DATA
a.      Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut :
@ Lelah
@ Letargi
@ Pusing
@ Sesak
@ Nyeri dada
@ Napas sesak
@ Priapismus
@ Hilangnya nafsu makan
@ Demam
@ Merasa cepat kenyang
@ Waktu ycng cukup lama
@ Nyeri Tulang dan Persendian.
b.      Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut :
@ Pembengkakan Kelenjar Lympa
@ Anemia
@ Perdarahan
@ Gusi berdarah
@ Adanya benjolan tiap lipatan
@ Ditemukan sel-sel muda

3.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga,
atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan diamana perawat bertanggung gugat “ (Wong,D.L, 2004: 331).
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
a.   Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
b.   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c.  Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
d.   Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
e.   Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
f.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
g.    Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
i.    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
j.   Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.
k.  Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

4.   INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk
mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah
preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang
harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun
rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L: 2004)
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan:
Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

Intervensi:
 Pantau suhu dengan teliti
Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
 Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional: untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
 Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci
tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
 Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive
Rasional: untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
 Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional: untuk intervensi dini penanganan infeksi
 Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional: rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organism
 Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
 Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional: untuk mendukung pertahanan alami tubuh
 Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

b.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

Tujuan:
terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi:
 Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
aktifitas sehari-hari
Rasional: menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
 Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan
 Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
 Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

c. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan


jumlah trombosit
Tujuan:
klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi:
 Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional: karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia
 Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional: karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
 Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional: untuk mencegah perdarahan
 Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional: untuk mencegah perdarahan
 Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan
pucat)
Rasional: untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
 Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional: karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
 Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional: untuk mencegah perdarahan

d.     Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan:
Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi:
 Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional: untuk mencegah mual dan muntah
 Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional: untuk mencegah episode berulang
 Kaji respon anak terhadap anti emetic
Rasional: karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
 Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional: bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
 Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
 Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional: untuk mempertahankan hidrasi\

e. Perubahan membran mukosa mulut: stomatitis yang berhubungan dengan efek


samping agen kemoterapi
Tujuan:
pasien tidak mengalami mukositis oral
Intervensi:
 Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional: untuk mendapatkan tindakan yang segera
 Hindari mengukur suhu oral
Rasional: untuk mencegah trauma
 Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
Rasional: untuk menghindari trauma
 Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan
bikarbonat
Rasional: untuk menuingkatkan penyembuhan
 Gunakan pelembab bibir
Rasional: untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
 Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional: karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang
mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
 Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional: agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak
 Inspeksi mulut setiap hari
Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
 Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional: untuk membantu melewati area nyeri
 Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional: dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
 Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional: untuk mencegah atau mengatasi mukositis
 Berikan analgetik
Rasional: untuk mengendalikan nyeri

f.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan:
pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi:
 Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional: jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan
muntah serta kemoterapi
 Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional: untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
 Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen
yang dijual bebas
Rasional: untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
 Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional: untuk mendorong agar anak mau makan
 Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional: karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
 Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional: kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
 Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila
BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal

g.     Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia


Tujuan:
pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima
anak
Intervensi:
 Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional: informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi
 Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses
vena
Rasional: untuk meminimalkan rasa tidak aman
 Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional: untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
 Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional: sebagai analgetik tambahan
 Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional: untuk mencegah kambuhnya nyeri

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,


radioterapi,
Tujuan:
pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi:
 Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional: karena area ini cenderung mengalami ulserasi
 Ubah posisi dengan sering
Rasional: untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
 Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional: mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
 Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional: efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area
radiasi pada beberapa agen kemoterapi
 Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional: membantu mencegah friksi atau trauma kulit
 Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional: untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
 Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional: untuk meminimalkan iritasi tambahan

i.  imobilitas Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat
pada penampilan
Tujuan:
pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Intervensi:
 Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut
anak sebelum rambut mulai rontok
Rasional: untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan
rambut
 Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau
dingin
Rasional: karena hilangnya perlindungan rambut
 Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional: untuk menyamarkan kebotakan parsial
 Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda
Rasional: untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut
baru
 Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig,
skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional: untuk meningkatkan penampilan

j.     Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita


leukemia
Tujuan:
pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostic atau terapi
Intervensi:
 Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak
Rasional: untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
 Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional: untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
 Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak menjalani
kehidupan yang normal
Rasional: untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal
 Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak sebelum
diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup
Rasional: memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara
realistis
 Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang hasil
tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional: untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
 Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional: untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga

k.  Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak


Tujuan:
pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak
Intervensi:
 Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga
Rasional: pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan atau
reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga lebih efektif
menghadapi kondisinya
 Berikan kontak yang konsisten pada keluarga
Rasional: untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong komunikasi
 Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap terminal
Rasional: untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan
 Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain
Rasional: memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami
ASKEP KASUS LEUKEMIA
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan

1 Ds: Proliferasi sel kanker Nyeri Akut


- Pada saat pengkajian, ↓
pasien mengeluh nyeri Sel kanker bersaing dengan sel
sariawan normal untuk mendapat nutrisi

- Intensitas nyeri sering ↓


dan nyeri terus Infiltrasi
menerus ↓

- Nyeri terasa panas Sel normal diganti dengan sel kanker

dengan skala 6 ↓

- Pasien sering Depresi sumsum tulang

terbangun tidurnya ↓

karena nyeri mukositis Leukosit ↓


oral ↓
- Terdapat rasa nyeri di Infeksi
mukosa oral sinistra ↓
Do: Terdapat lesi pada mukosa oral

- TD 93/62 mmHg bucal kiri

- N 110x/mnt ↓
Terdapat rasa nyeri di mukosa oral
- RR 24x/mnt
sinistra
- Terdapat lesi

berdiameter 1 cm di
Nyeri Akut
mukosa oral bucal kiri -
Terapi: paracetamol
300mg/ 8 jam
2 Ds: Leukemia Harga Diri
- Pasien merasa malu dan ↓ Rendah
sering diejek teman Psikososial Situasional
karena rambut ↓
botak Adanya tindakan kemoterapi

Klien mengalami rambut botak

- Pasien merasa saat ini ↓


sakit yang tidak Klien merasa malu dengan

sembuh-sembuh kondisinya

- Pasien rutin menjalani ↓

kemoterapi Do: Harga Diri Rendah Situasional

- Diagnosa media Acute


Myeloblastic
Leukemia (AML) sejak
bulan Mei tahun 2017
3 Ds: Leukemia Defisit Nutrisi
- Saat datang ke IGD ↓
RSCM, pasien BAB B5
darah 2x dengan ↓
jumlah sedikit, muntah Infiltrasi sel leukosit ke hati
darah 1x sedikit ↓
- Nyeri perut di bagian Hepatomegali
ulu hati hilang timbul ↓
dengan skala 1-2 Penurunan sekresi empedu
- Nafsu makan menurun ↓
- Intake makan Penurunan absorpsi di usus
menurun Do: ↓
- Terapi diet: makanan Nafsu makan dan intake makan ↓
cair 4x200 ml, makanan ↓
bubur dan lauk lunak Defisit Nutrisi
3x, snack 2x - Terapi:
omeprazole
20mg/ 24 jam

4 Ds: Proliferasi sel kanker Hipertermia


- Saat datang ke IGD ↓
RSCM, pasien demam Sel kanker bersaing dengan sel
4 hari SMRS dan normal untuk mendapat nutrisi
puncak demam 420C

Infiltrasi
- Keluhan utama: ↓
demam naik turun Do: Sel normal diganti dengan sel
- Suhu: 37,80C kanker

- N 110x/mnt
Depresi sumsum tulang
- Warna kulit pucat

- Terapi: paracetamol
Leukosit ↓
300mg/ 8 jam

Infeksi

Demam

Hipertermi
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)

Ruang : R 110B Nama Pasien : An. B Diagnosa Medis : Acute


Myeloblastic Leukemia relaps (post kemoterapi)
No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanda
Diagnosa Tangan
Muncul Teratasi
1 18 September
2018 Nyeri akut b.d. agen pencedera
fisik d.d. mengeluh nyeri dengan
skala 6

2 18 September
2018 Hipertermi b.d. proses penyakit
d.d. suhu tubuh 37,80C dan
demam naik turun

3 18 September
2018 Defisit nutrisi b.d.
ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien d.d. nafsu makan dan
intake makan menurun

4 18 September
2018 Harga diri rendah situasional b.d.
perubahan pada citra tubuh d.d.
merasa malu
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


Keperawatan

1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, Manajemen Nyeri
nyeri klien berkurang 1. Observasi
Kriteria hasil: sesuai indikator pada SLKI - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
Kontrol Nyeri
mengurangi rasa nyeri
Indikator 1 2 3 4 5
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
Kemampuan nyeri terkontrol
nyeri
Kemampuan menggunakan
- Fasilitas istirahat dan tidur
teknik non -farmakologis
3. Edukasi
Penggunaan analgesik
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredekan nyeri
Keterangan:
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
1. Menurun/meningkat/memburuk - Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
2. Cukup menurun/cukup meningkat/cukup memburuk - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
3. Sedang mengurangi rasa nyeri
4. Cukup meningkat/cukup menurun/cukup membaik 4. Kolaborasi
5. Meningkat/menurun/membaik - Kolaborasi pemberian analgetik

Pemantauan Tanda Vital


1. Observasi
- Monitor tekanan darah
- Monitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
- Monitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
- Monitor suhu tubuh
- Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
2. Terapeutik
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
2 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, Manajemen Hipertermia
suhu pada klien menurun 1. Observasi
Kriteria hasil: sesuai indikator pada SLKI - Identifikasi penyebab hipertermia
Termoregulasi
- Monitor suhu tubuh
Indikator 1 2 3 4 5
- Monitor kadar elektrolit
Takikardi
2. Terapeutik
Suhu tubuh
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
Pucat
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
Keterangan:
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
1. Menurun/meningkat/memburuk
- Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut
2. Cukup menurun/cukup meningkat/cukup memburuk
hipotermia atau kompres dingin pada dahi,
3. Sedang
leher, dada, abdomen, aksila)
4. Cukup meningkat/cukup menurun/cukup membaik
3. Edukasi
5. Meningkat/menurun/membaik
- Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena

3 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, Manajemen Nutrisi
nutrisi klien terpenuhi
1. Observasi
Kriteria hasil: sesuai indikator pada SLKI - Identifikasi status nutrisi
Status Nutrisi - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Monitor asupan makanan
2. Terapeutik
- Fasilitasi menentukan pedoman diet
3. Edukasi
- Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
Keterangan:
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
1. Menurun/meningkat/memburuk
makan
2. Cukup menurun/cukup meningkat/cukup memburuk
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
3. Sedang
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
4. Cukup meningkat/cukup menurun/cukup membaik
yang dibutuhkan
5. Meningkat/menurun/membaik

Pemantauan Nutrisi
1. Observasi
- Identifikasi faktor yang mempengaruhi
asupan gizi
- Identifikasi pola makan
- Monitor mual dan muntah
- Monitor asupan oral

- Monitor hasil laboratorium


2. Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
4 Harga Diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, Promosi Harga Diri
Rendah masalah harga diri rendah situasional dapat teratasi 1. Observasi
Situasional Kriteria hasil: sesuai indikator pada SLKI - Monitor verbalisasi yang merendahkan diri
Harga Diri sendiri
Indikator 1 2 3 4 5
- Monitor tingkat harga diri setiap waktu
Penilaian diri positif
2. Terapeutik
Perasaan malu
- Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif
Penerimaan penilaian positif
untuk diri sendiri
terhadap diri sendiri
- Diskusikan penyataan tentang harga diri
- Diskusikan pengalaman yang meningkatkan
Keterangan:
harga diri
1. Menurun/meningkat/memburuk
- Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang
2. Cukup menurun/cukup meningkat/cukup memburuk meningkatkan harga diri
3. Sedang 3. Edukasi
4. Cukup meningkat/cukup menurun/cukup membaik - Jelaskan kepada keluarga pentingnya
5. Meningkat/menurun/membaik dukungan dalam perkembangan konsep
positif diri pasien
- Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang
dimiliki
- Latih pernyataan/kemampuan positif diri
- Latih cara berfikir dan berperilaku positif

Promosi Citra Tubuh


1. Observasi
- Identifikasi perubahan citra tubuh yang
mengakibatkan isolasi sosial
- Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap
diri sendiri
- Monitor apakah pasien bisa melihat bagian
tubuh yang berubah
2. Terapeutik
- Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
- Diskusikan perbedaan penampilan fisik
terhadap harga diri
- Diskusikan kondisi stress yang
mempengaruhi citra tubuh
- Diskusikan cara mengembangkan harapan
citra tubuh secara realistis
- Diskusikan persepsi pasien dan keluarga
tentang perubahan citra tubuh
3. Edukasi
- Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan
perubahan citra tubuh
- Anjurkan mengungkapkan gambaran diri
terhadap citra tubuh
- Latih peningkatan penampilan diri
- Latih pengungkapan kemampuan diri kepada
orang lain maupun kelompok
EVALUASI

Nama Klien : An. B Ruang : R 110B Dx


Medis : Acute Myeloblastic Leukemia relaps (post kemoterapi)
Waktu No Diagnosa Evaluasi PPA
21 September 1 S: Klien mengatakan nyeri berkurang
2018 O: TD 120/80 mmHg, N 95x/mnt, RR 22x/menit
A: Masalah teratasi
P: Melakukan rawat jalan dan pengobatan leukemia

21 September 2 S: Klien mengatakan tidak demam


2018 O: N 95x/mnt, RR 22x/menit, Suhu 36,50C
A: Masalah teratasi
P: Melakukan rawat jalan dan pengobatan leukemia

21 September 3 S: Klien mengatakan tidak muntah dan nafsu makan meningkat


2018 O: Bising usus normal (5-15x/mnt)
A: Masalah teratasi
P: Melakukan rawat jalan dan pengobatan leukemia
21 September 4 S: Klien mengatakan tidak malu terhadap perubahan pada tubuh saat kemoterapi
2018 O: -
A: Masalah teratasi
P: Melakukan rawat jalan dan pengobatan leukemia
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.

http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-anak-
leukimia/ Diposkan oleh Abdul Aziz di akses pada tanggal 7 November 2016

http://bantarmerak64.com/2013/04/asuhan-keperawatan-leukemia-pada-anak.html diakses
pada 6 November 2016
HIPERTERMI LEOKEMIA
B. REGULASI TEMPERATUR (I.14578)

1. Observasi
o Monitor suhu bayi sampai stabil ( 36.5 C -37.5 C)
o Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika perlu
o Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
o Monitor warna dan suhu kulit
o Monitor dan catat  tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia
2. Terapeutik
o Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
o Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
o Bedong bayi segera setelah lahir, untuk mencegah kehilangan panas
o Masukkan bayi BBLR ke dalam plastic segera setelah lahir ( mis. bahan
polyethylene, poly urethane)
o Gunakan topi bayi untuk memcegah kehilangan panas pada bayi baru
lahir
o Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant warmer
o Pertahankan kelembaban incubator 50 % atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas Karena proses evaporasi
o Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
o Hangatkan terlebih dahulu bhan-bahan yang akan kontak dengan bayi
(mis. seelimut,kain bedongan,stetoskop)
o Hindari meletakkan bayi di dekat jendela terbuka atau di area aliran
pendingin ruangan atau kipas angin
o Gunakan matras penghangat, selimut hangat dan penghangat ruangan,
untuk menaikkan suhu tubuh, jika perlu
o Gunakan kasur pendingin, water circulating blanket, ice pack atau jellpad
dan intravascular cooling catherization untuk menurunkan suhu
o Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
3. Edukasi
o Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion,heat stroke
o Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin
o Demonstrasikan teknik perawatan metode kangguru (PMK) untuk bayi
BBLR
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian antipiretik jika perlu

Pertanyaan :
LP ASKEP PNEMONIA
- Chima : menambahkan MK resiko gangguan pertumbuhan
MK :
Bersihan jalan nafas
Polanafas tidak efektif
Penurunan curah jantung
Deficit nutrisi
Intoleran aktifitas

LP ASKEP LEUKEMIA
- a.   Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
b.   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c.  Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
d.   Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
e.   Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
f.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
g.    Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
i.    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
j.   Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.
k.  Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

Anda mungkin juga menyukai