Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

LOGIKA SABAGAI SARANA EPISTEMOLOGI

OLEH:

Brian K Lumamuly

Kelompok 4

FAKULTAS KESEHATAN

PRODY: KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan, atas berkat dan rahmatNya yang telah
dilimpahkan sehingga  saya dapat menyelesaikan Tugas Logika Epistemologi ini.

Dengan terselesaikannya Tugas ini saya berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan dari pembaca, serta dapat menjadikan pelajaran atas apa yang ada dalam laporan
ini.

Kiranya cukup sekian Pengantar dari saya, apabila Tugas ini kurang sempurna saya mohon
kritik dan sarannya guna pengembangan lebih lanjut. Kurang lebihnya saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

                                                                            

 
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………….. 2

Daftar Isi…………………………………………………………. 3

BAB I: PENDAHULUAN……………………………………….. 4

BAB II: PEMBAHASAN………………………………………... 5

1. Kodrat Hidup……………………………………………………  5

2. Sasaran Pengetahuan…………………………………………..    5

3. Proses Pemikiran………………………………………………..  6

4.Teori Keilmuan………………………………………………….. 7

 
BAB I

PENDAHULUAN

Suatu kegiatan dalam hidup manusia adalah berpikir. Ilmu, seni, agama, dan juga praktek
hidup, semuanya menggunakan pemikiran. Akal sebagai alat pikir digunakan manusia di segala
bidang. Ia menjadi penimbang dan pengukur bagi tindakan manusia, yaitu berpikir dan berbuat.

Hasil kegiatan berpikir disebut tahu. Salah satu bagian filsafat yang membahas pengetahuan
ialah epistemologi. Epistemologi membicarakan pengetahuan dari pangkal sampai ujung. Ia
membahas sendi pengetahuan, wilayahnya, prosesnya, serta bobotnya, dalam rangka menggapai
kebenaran sejati.
BAB II

PEMBAHASAN

1. KODRAT HIDUP

Kemampuan bawaan mengandung nilai intelek terdapat di dalamnya, berkenaan dengan nilai
intelek inilah, kemampuan orang disebut “mampu tahu”. Mampu tahu mengandung implikasi
bahwa setiap orang memiliki kesanggupan untuk tahu dan tidak tahu. Terhadap kenyataan ini Al-
Ghazali mengutip pendapat Al Khalil Bin Ahmad tentang adanya empat kemungkinan tahu
yaitu:

1. Tahu bahwa dirinya tahu


2. Tahu bahwa dirinya tidak tahu
3. Tidak tahu bahwa dirinya tahu
4. Tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu

Kemampuan tahu bersifat statis, untuk mengbahnya menjadi dinamis, diperlukan adanya daya
pendorong, yaitu keingin tahu. Mampu tahu dan ingin tahu berpadu satu saling membutuhkan.
Tanpa kemampuan, keinginan tak akan terwujud. Tanpa keinginan kemampuan pun tak akan
tumbuh. Disini tampaklah kerja sama keduanya.

Tujuan minimal keinginan tahu adalah memperpendek jarak antara subjek dan objek. Bilamana
mungkin, tujuan maksimalnya adalah menghapus jarak itu, sehingga tidak ada lagi jarak antara
keduanya.

Keinginan tahu merupakan salah satu dari sekian banyak naluri yang ada pada manusia.
Sebagai naluri, sudah tentu itu sulit dibendung. Ia berusaha terus untuk dapat menembus dinding
rahasia, sekalipun sampai rahasia tertinggi.

1. SASARAN PENGETAHUAN 

Berpikir juga menggunakan akal. Akal mengolah bahan, baik bahan pemikiran maupun bahan
pengalaman. Akal mencoba menerobos ke dalam bahan tadi untuk mengetahui hal sebenarnya.
mengetahui apa yang ada di balik itu. Daerah jelajah akal cukup luas, dalam, dan jauh.

Perlu diperhatikan perbedaan antara sasaran dan tujuan. Tujuan adalah sesuatu yang
dikehendaki, sedangkan sasaran adalah tempat atau wilayah dimana kehendak bisa terpenuhi.
Jadi, tujuan tidak mungkin dicapai tanpa adanya sasaran, sebab pada sasaran itulah tujuan
diperoleh. Dengan demikian, tempat seseorang berbuat adalah sasaran perbuatannya, sedangkan
maksud yang dikandung dalam perbuatan itu adalah tujuannya. Misalnya, seseorang berpergian
ke surabaya, maka kota ini adalah sasaran kepergiaanya, sedangkan tujuannya mungkin membeli
barang (di tunjungan), menghibur diri (di kenjeran). Surabaya merupakan sasaran luas,
sedangkan Tunjungan dan Kenjeran merupakan sasaran sempit.
Jenis sasaran pengetahuan, dilihat dari arah objek (yang diamati) itu sendiri, ada dua:

1. Objek material, ialah sesuatu yang diamati secara menyeluruh (integral). Misalnya,
wujud keseluruhan papan tulis.
2. Objek formal, bagian tertentu yang diamati dari sesuatu (parsial). Misalnya, warna papan
tulis.

Jenis sasaran pengetahuan, dilihat dari arah subjek (yang mengamati),

ada tiga:

1. Objek empiris, yaitu sasaran yang pada dasarnya ada dapat ditangkap oleh indra lahir
atau indra batin.
2. Objek ideal, yaitu sasaran yang pada dasarnya tiada dan menjadi ada berkait kegiatan
sukma atau akal.
3. Objek transenden, yaitu sasaran yang pada dasarnya ada, tetapi berada diluar jangkauan
pikiran dan perasaan manusia.

2. PROSES PEMIKIRAN

Perlu diketahui bahwa setiap pemikiran mendengar kata “pemikiran”, ada dua kemungkinan
tanggapan yang terbesit di benak:

1. Pemikiran dalam arti proses.

Misalnya: saya tidak bisa mengikuti pemikirannya.

1. Pemikiran dalam arti hasil.

Misalnya: pemikiranya bagus, saya bisa menerimanya.

Arti pertama, biasanya disebut pemikiran, sedangkan arti kedua, lazimnya disebut pengetahuan
(pendapat). Yang dibicarakan dalam bab ini ialah pemikiran dalam arti pertama.

Pemikiran ialah mencari sesuatu yang belum diketahui berdasarkan sesuatu yang telah
diketahui. Sesuatu yang telah diketahui merupakan bahan pemikiran yang disebut data atau fakta,
yaitu gejala atau peristiwa yang ditangkap oleh indra. Sedangkan sesuatu yang belum diketahui
akan menjadi hasil pemikiran, yang dinamakan konklusi atau konsekuensi, yaitu pengetahuan
baru yang dituju dalam proses berpikir.
Prose berpikir semacam di atas, dibahas oleh logika. Logika (logies) ialah ilmu tentang logos
(pikiran).ia adalah saluran yang dilalui dan harus dilalui oleh aliran pemikiran. Defenisi ini
menunjukkan adanya hal yang tidak bisa lain. Paduan antara kebiasaan (dassein) dan keharusan (
das sallen) menyebabkan adanya keharusan mutlak bagi akal untuk melewati pengertian. Sekali
menyimpang dari hal itu, maka pemikiran menjadi tidak logis, sehiingga dengan sendirinya
hasilnya pun tertolak. Saluran (wadah) menunjuk pada bentuk, sedangkan aliran (isi) menunjuk
pada bahan. Wujud bahan pikiran (pendapat) yang terasa terbelit, disebabkan oleh wadah yang
tidak beraturan. Logika hanya dengan berurusan dengan bentuk. Adapun bahannya (aliran
pemikiran) bukan wewenang logika untuk membahas.

3.TEORI KEILMUAN

Telah dikemukakan bahwa pengetahuan adalah hasil suatu proses berpikir. Proses berpikir
bertumpu pada pengetahuan yang berlaku dan darinya diperoleh pengetahuan baru. Dengan
demikian, pengetahuan baru tidak lain adalah kelanjutan dari pengetahuan yang mendahuluinya.
Disini terlihat bahwa pengetahuan orang tersusun dari umum ke khusus (deduksi) atau dari
khusus ke umum (induksi). Hal yang umum disebut genus (class), yaitu kelompok yang lebih
luas, dan hal yang khusus disebut species (subclass), yaitu kelompok yang lebih sempit.
Misalnya, binatang adalah genus (class), sedangkan kuda adalah species (subclass). Dalam
filsafat, masalah pengetahuan dibahas dalam epistemologi, yang mencakup: hakikat, unsur,
macam, tumpuan, batas, dan sasaranya.

Perlu ditegaskan sekali lagi bahwa pengetahuan tidak sama dengan pengertian. Istilah daya
serap yang lazim digunakan dalam lapangan pendidikan (pengajaran), tidak lain adalah
pengertian. Jadi, kalau antara pengetahuan dan pengertian dibandingkan, maka dapat dinyatakan
bahwa pengetahuan adalah pengamatan terhadap keseluruhan benda atau peristiwa.

Indra mempunyai batas jangkauan, dan juga memiliki kelemahan. Pada jarak yang melebihi
ketentuan, suara menjadi tidak terdengar. Tongkat dicelupkan sebagian ke dalam air, terlihat
bengkok. Maka, tinggal kepandaian akallah untuk memutuskannya.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Mudlor Achmad, Ilmu dan Keinginan Tahu Epistimologi dalam Filsafat, PT.Trigenda
Karya, Bandung, 1994

Anda mungkin juga menyukai