Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASKEB KEGAWATDARURATAN
TENTANG
SERVIKS
DOSEN PEMBIMBING : PUTRI YAYU M.Keb

OLEH :

WINDI WINANDA
NIM. 062401S18035

PROGRAM STUDI D III


AKBID HARAPAN BUNDA BIMA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الحيم‬


Syukur Alhamdulillah pembuat Makalah panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan
limpahan karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“SERVIKS” dapat diselesaikan.

Tidak lupa pula Pembuat Makalah menghaturkan salawat serta salam kepada
junjungan alam Nabiullah Muhammad SAW yang telah mampu mengantarkan umat manusia
dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang yaitu seperti nikmat iman dan
Islam yang kita nikmati secara bersam sampai pada detik ini dan mudah-mudahan kita semua
mendapatkan safaatnya di akhir kelak nanti. Amin

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 2
C. Tujuan............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHSAN
A. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks .................................................... 3
B. Bagaimana Etiologi kanker serviks ................................................................. 5
C. Bagaimana Manifestasi Klinis kanker serviks ................................................. 7
D. Bagaimana Klasifikasi Stadium kanker serviks .............................................. 9
E. Bagaimana Patofisiologi kanker serviks .......................................................... 10
F. Bagaimana Diagnosis kanker serviks .............................................................. 12
G. Bagaimana Prognosis kanker serviks .............................................................. 14
H. Bagaimana Penanganan kanker serviks ........................................................... 14
I. Bagaimana Uraian Studi Kasus kanker serviks ............................................... 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 21
B. Saran ................................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker serviks merupakan kanker tersering kedua di dunia pada perempuan,
namun merupakan kanker tersering di negara berkembang. Pada tahun 2002 prevalensi
kasus kanker serviks di dunia mencapai 1.4 juta dengan 493.000 kasus baru dan 273.000
kematian. Dari data tersebut, lebih dari 80% penderita berasal dari negara berkembang di
Asia Selatan, Asia Tenggara, Sub-Saharan Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.
Data dari WHO menyatakan bahwa setiap tahunnya 230.000 perempuan meninggal akibat
kanker serviks dan 190.000 penderita berasal dari negara berkembang .(Nurul Nadia H.W.L :
2009)
Insidens kanker serviks bervariasi dari 10/100.000 di negara barat sampai
40/100.000 di negara berkembang. Tingginya angka penderita kanker serviks di negara
berkembang disebabkan oleh kurangnya program skrining dan fasilitas kesehatan yang
berkualitas, serta tingginya prevalensi infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang
onkogenik. (Nurul Nadia H.W.L : 2009)
Kanker serviks merupakan kanker tersering di Indonesia dengan perkiraan
insidens 25-40/100.000.3,4. Menurut data tahun 2000 kanker serviks merupakan 28% dari
seluruh kanker perempuan dan 18% dari seluruh kanker di Indonesia dengan jumlah kasus
baru sebanyak 3256 kasus.
Kanker serviks di Indonesia menjadi masalah besar dalam pelayanan kesehatan
karena kebanyakan pasien datang pada stadium lanjut. Hal itu diperkirakan akibat
program skrining yang masih kurang.3,5 Schwartz et al8 menyatakan bahwa setengah dari
perempuan dengan kanker serviks belum pernah menjalani Pap smear dan pasien dengan
kanker stadium lanjut baru mencari pertolongan medis setelah mengeluarkan sekret,
perdarahan per vaginam, atau rasa nyeri yang tidak dapat dihindari lagi. Dalam penelitian itu
ditemukan juga sekelompok perempuan muda yang menjalani Pap smear secara teratur
namun masih mengalami kanker serviks kurang dari setahun setelah pemeriksaan Pap smear
yang normal. (Nurul Nadia H.W.L : 2009)
Pada usia di atas 30 tahun infeksi HPV berhubungan dengan tipe HPV yang
onkogenik. Tipe HPV tersebut dapat mempersingkat jangka waktu antara infeksi dan
1
terjadinya neoplasia dari hitungan tahun menjadi bulan. Tipe HPV yang agresif itu juga dapat
melewati stadium progresivitas sehingga lesi kanker yang invasif dapat muncul tiba-tiba.
Angka harapan hidup penderita kanker serviks stadium IV menurun sampai 5,7%
dan cenderung memiliki komplikasi dari perdarahan, anemia, dan radioterapi (Nurul Nadia
H.W.L : 2009)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kanker serviks ?
2. Bagaimana Etiologi kanker serviks ?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis kanker serviks ?
4. Bagaimana Klasifikasi Stadium kanker serviks ?
5. Bagaimana Patofisiologi kanker serviks ?
6. Bagaimana Diagnosis kanker serviks ?
7. Bagaimana Prognosis kanker serviks ?
8. Bagaimana Penanganan kanker serviks ?
9. Bagaimana Uraian Studi Kasus kanker serviks ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan kanker serviks ?
2. Untuk mengetahui Bagaimana Etiologi kanker serviks ?
3. Untuk mengetahui Bagaimana Manifestasi Klinis kanker serviks ?
4. Untuk mengetahui Bagaimana Klasifikasi Stadium kanker serviks ?
5. Untuk mengetahui Bagaimana Patofisiologi kanker serviks ?
6. Untuk mengetahui Bagaimana Diagnosis kanker serviks ?
7. Untuk mengetahui Bagaimana Prognosis kanker serviks ?
8. Untuk mengetahui Bagaimana Penanganan kanker serviks ?
9. Untuk mengetahui Bagaimana Uraian Studi Kasus kanker serviks ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Serviks berasal dari bahasa latin yang artinya leher. Serviks adalah organ yang
menghubungkan rahim dan vagina. Serviks terbagi menjadi dua bagian, yaitu porsio supra
vaginalis (leher rahim) dan porsio vaginalis (mulut rahim) (Tim CancerHelps : 2010).
Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan serviks
(organ yang menghubungkan uterus dengan vagina). Ada beberapa tipe kanker serviks. Tipe
yang paling umum dikenal adalah squamous cell carcinoma (SCC), yang merupakan 80
hingga 85 persen dari seluruh jenis kanker serviks. Infeksi  Human Papilloma Virus (HPV)
merupakan salah satu faktor utama tumbuhnya kanker jenis ini (Sarwono Prawiharjo : 1998)
Tipe-tipe lain kanker serviks seperti adenocarcinoma, small cell carcinoma,
adenosquamous, adenosarcoma, melanoma dan lymphoma, merupakan tipe kanker serviks
yang langka yang tidak terkait dengan HPV. Beberapa tipe kanker yang telah disebutkan,
tidak dapat ditanggulangi seperti SCC (Sarwono Prawiharjo : 1998)
Kanker leher rahim (serviks) merupakan kanker pembunuh wanita nomor dua di
dunia setelah kanker payudara. Di Indonesia, kanker serviks bahkan menduduki peringkat
pertama. Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian
dalam jangka waktu relatif cepat. Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering
ditemukan dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu
epithelium yang normal sampai menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan
merupakan proses yang perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun (Anonim :
2010)
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim
yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap,
tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia.
Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi
karsinoma in-situ (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat
displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi karsinoma

3
in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasif
berkisar 3-20 tahun.Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV)
onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah
memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh
penderita (Anonim : 2010)
Serviks terdiri atas banyak jaringan ikat. Struktur ini dilapisi oleh epitel kelenjar
selapis yang menghasilkan mucus di bagian dalam kanalis servikalis (endoserviks) dan epitel
skuamosa berlapis pada bagian serviks yang terlihat dalam vagina (ektoserviks). Transisi
antara epitel kelenjar dan skuamosa dikenal sebagai zona transformasi. Zona transformasi
secara tipikal terdapat sedikit di dalam ostium eksterna (mulut luar) dari serviks (Hartati
Nurwijaya : 2010)
Sel kanker yang membelah secara abnormal dapat merusak tubuh. Potensi berawal
ketika sel tunggal dalam jaringan mengalami transformasi, yaitu proses yang mengubah sel
normal menjadi sel kanker. Sistem imun tubuh secara normal mengenali sel hasil
transformasi tersebut kemudian sistem imun melakukan perlawanan dan menghancurkannya
(Hartati Nurwijaya : 2010)
Namun, jika sistem imun kurang kebal, maka sel itu akan mungkin berproliferasi
untuk membentuk tumor, yaitu gumpalan sel abnormal di dalam jaringan yang masih
normal. Jika sel abnormal ini tetap pada tempat asalnya, tumpukan itu disebut tumor jinak.
Tumor jinak akan berubah menjadi tumor ganas jika dibiarkan. Tumor ganas akan merebak
dan cukup merusak fungsi satu atau lebih organ. Seorang individu dengan tumor ganas
dikatkan mengidap penyakit kanker. Penyebaran sel kanker diluar dari tempat asalnya
disebut metastasis, dimana sel tumor ganas (kanker) tumbuh secara tidak terkontrol dan dapat
menyebar ke jaringan disekitarnya dan melalui sistem peredaran ke bagian tubuh lainnya
(Hartati Nurwijaya : 2010).
Secara umum kanker serviks diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Kanker Serviks Preinvasif (stadium diplasia dan karsinoma in situ)
Kanker serviks preinvasif dimulai dari perubahan abnormal, minimal dari serviks
sampai perubahan sel-sel kanker yang menutupi serviks secara abnormal. Kanker serviks
prainvasif akan tumbuh menjadi kanker serviks invasive jika tidak diobati.

4
2. Kanker Serviks Invasif. Kanker serviks invasif sel-selnya telah menembus bagian
terdalam dari jaringan servikas dan telah tersebar ke jaringan lain melalui pembuluh
getah bening. (Hartati Nurwijaya : 2010)

B. Etiologi
1. Factor penyebab
Terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV) merupakan sebab paling umum atau
faktor utama terjadinya kanker serviks. Virus-virus ini ditularkan melalui hubungan
seksual, baik oral maupun anal. Setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki resiko
terkena kanker serviks. Akan tetapi wanita dengan partner seks lebih dari satu memiliki
resiko yang lebih besar. Wanita yang melakukan hubungan seks tanpa pelindung sebelum
umur 16 tahun memiliki tingkat resiko tertinggi.Beberapa vaksinasi telah dikembangkan
dan secara efektif membunuh HPV yang menjadi penyebab dari 70 hingga 85 persen
kanker serviks. Vaksin HPV ditujukan untuk anak perempuan dan wanita dewasa dari
usia 9 hingga 26 tahun karena vaksin hanya dapat bekerja sebelum infeksi terjadi. Akan
tetapi, vaksinasi masih dapat dilakukan pada wanita yang belum aktif secara seksual pada
usia dewasa. Mahalnya harga vaksin ini menjadi penyebab kekhawatiran. Akan tetapi,
karena vaksin in hanya ditujukan untuk beberapa tipe kanker beresiko tinggi, wanita tetap
harus melakukan Pap Smear, bahkan setelah vaksinasi (Satyadeng : 2010).
2. Faktor Resiko
Menurut Diananda (2007), faktor yang mempengaruhi kanker serviks yaitu :
a. Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim. Semakin tua
usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim.
Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia lanjut merupakan gabungan dari
meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta
makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia.
b. Usia pertama kali menikah. Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu
muda untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker leher rahim
10-12 kali lebih besar daripada mereka yang menikah pada usia > 20 tahun.
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang.
Ukuran kematangan bukan hanyadilihat dari sudah menstruasi atau belum.

5
Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa yang terdapat di selaput kulit
bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita
berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia
remaja, paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan
kematangan sel-sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada
serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap
menerima rangsangan dari luar termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena
masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel kanker
selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan adanya rangsangan, sel
bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga perubahannya tidak seimbang
lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker. Lain halnya
bila hubungan seks dilakukan pada usia di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak
lagi terlalu rentan terhadap perubahan.
c. Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti pasangan.
Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit kelamin, salah
satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di
permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak sehingga tidak terkendali
sehingga menjadi kanker.
d. Penggunaan antiseptik. Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-
obatan antiseptik maupun deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks yang
merangsang terjadinya kanker.
e. Wanita yang merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena
kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian
menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat
lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan
serviks di samping meropakan ko-karsinogen infeksi virus. Nikotin, mempermudah
semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada
mukosa tenggorokan, paru-paru maupun serviks. Namun tidak diketahui dengan pasti
berapa banyak jumlah nikotin yang dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker leher
rahim. Riwayat penyakit kelamin seperti kutil genitalia. Wanita yang terkena penyakit
akibat hubungan seksual berisiko terkena virus HPV, karena virus HPV diduga

6
sebagai penyebab utama terjadinya kanker leher rahim sehingga wanita yang
mempunyai riwayat penyakit kelamin berisiko terkena kanker leher rahim.
f. Paritas (jumlah kelahiran). Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak,
apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Dari berbagai literatur yang ada,
seorang perempuan yang sering melahirkan (banyak anak) termasuk golongan risiko
tinggi untuk terkena penyakit kanker leher rahim. Dengan seringnya seorang ibu
melahirkan, maka akan berdampak pada seringnya terjadi perlukaan di organ
reproduksinya yang akhirnya dampak dari luka tersebut akan memudahkan timbulnya
Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker leher
rahim.
g. Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama. Penggunaan kontrasepsi oral
yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko
kanker leher rahim 1,5-2,5 kali. Kontrasepsi oral mungkin dapat meningkatkan risiko
kanker leher rahim karena jaringan leher rahim merupakan salah satu sasaran yang
disukai oleh hormon steroid perempuan. Hingga tahun 2004, telah dilakukan studi
epidemiologis tentang hubungan antara kanker leher rahim dan penggunaan
kontrasepsi oral. Meskipun demikian, efek penggunaan kontrasepsi oral terhadap
risiko kanker leher rahim masih kontroversional. Sebagai contoh, penelitian yang
dilakukan oleh Khasbiyah (2004) dengan menggunakan studi kasus kontrol. Hasil
studi tidak menemukan adanya peningkatan risiko pada perempuan pengguna atau
mantan pengguna kontrasepsi oral karena hasil penelitian tidak memperlihatkan
hubungan dengan nilai p>0,05.

C. Manifestasi Klinis
Gejala yang ditimbulkan dari kanker serviks tergantung pada tingkat
pertumbuhan (stadium). Pada tahap dini sering tidak menimbulkan gejala sama sekali,
kecuali keluhan akibat infeksi, seperti keputihan. Kadang ditemukan adanya pendarahan
vagina di luar masa haid, keluhan sakit setelah bersenggama (hubungan seksual), dan infeksi
pada saluran dan kandung kemih. Pada stadium lanjut mengakibatkan rasa sakit pada
panggul, pendarahan yang mirip dengan air cucian daging dan berbau amis, nafsu makan

7
hilang, berat badan menurun, anemia karena pendarahan, dan timbul vistula vesikovaginal
atau fistula rektovaginal. (Tim CancerHelps : 2010)
Segera temui dokter bila Anda mengalami gejala-gejala kanker serviks sebagai
berikut :
1. Pendarahan vagina
2. Sakit punggung
3. Sakit saat buang air kecil dan air seni keruh
4. Konstipasi kronis dan perasaan kembung walaupun perut dalam keadaan kosong.
5. Rasa nyeri saat berhubungan seks dan keputihan
6. Salah satu kaki membengkak
7. Kebocoran urin atau feses dari vagina.(Tim CancerHelps : 2010)
Stadium Keterangan
0 Kanker serviks stadium 0 biasa disebut
karsinoma in situ. Sel abnormal haya
ditemukan di dalam lapisan serviks.
I Kanker hanya ditemukan pada leher rahim.
II Kanker yang telah menyebar di luar leher
rahim, tetapi tidak menyebar ke dinding pelvis
atau sepertiga bagian bawah vagina.
III Kanker telah menyebar hingga sepertiga bagian
bawah vagina. Mungkin telah menyebar ke
dinding panggul dan atau telah menyebabkan
ginjal tidak berfungsi.
IV Kanker telah menyebar ke kandung kemih,
rektum, atau bagian tubuh lain seperti paru-
paru, tulang dan hati.
(Tim Cancer Helps : 2010)
Ketika sel-sel serviks awalnya menjadi abnormal, jarang ada tanda-tanda
peringatan. Ketika kanker berkembang, gejala termasuk :
1. Vagina mengeluarkan kotoran yang tidak biasa
2. Perdarahan vagina diantara masa haid
3. Perdarahan setelah menopause
4. Perdarahan atau nyeri saat berhubungan seks.(Tim CancerHelps : 2010)

8
D. Klasifikasi
Menurut FIGO
1. Stadium I. Kanker leher rahim hanya terdapat pada daerah leher rahim (serviks)
a. Stadium IA. Kanker invasive didiagnosis melalui mikroskopik (menggunakan
mikroskop), dengan penyebaran sel tumor mencapai lapisan stroma tidak lebih dari
kedalaman 5 mm dan lebar 7 mm.
1) Stadium IA1. Invasi lapisan stroma sedalam 3 mm atau kurang dengan lebar 7
mm atau kurang.
2) Stadim IA2. Invasi stroma antara 3- 5 mm dalamnya dan dengan lebar 7 mm atau
kurang.
b. Stadium IB. tumor yang terlihat hanya terdapat pada leher rahim atau dengan
pemeriksaan mikroskop lebih dalam dari 5 mm dengan lebar 7 mm.
1) Stadium IB1. Tumor yang terlihat sepanjang 4 cm atau kurang.
2) Stadium IB2. Tumor yang terlihat lebih panjang dari 4 cm.
2. Stadium II. Kanker meluas keluar dari leher rahim namun tidak mencapai dinding
panggul. Penyebaran melibatkan vagina 2/3 bagian atas.
a. Stadium IIA. Kanker tidak melibatkan jaringan penyambung (parametrium) sekitar
rahim, namun melibatkan 2/3 bagian atas vagina.
b. Stadium IIB. Kanker melibatkan parametrium namun tidak melibatkan dinding
samping panggul.
3. Stadium III. Kanker meluas sampai ke dinding samping panggul dan melibatkan 1/3
vagina bagian bawah. Stadium III mencakup kanker yang menghambat proses berkemih
sehingga menyebabkan timbunan air seni di ginjal dan berakibat gangguan ginjal.
a. Stadium IIIA. Kanker melibatkan 1/3 bagian bawah vagina namun tidak meluas
sampai dinding panggul.
b. Stadium IIIB. Kanker meluas sampai dinding samping vagina yang menyebabkan
gangguan berkemih sehingga berakibat gangguan ginjal.
4. Stadium IV. Tumor menyebar sampai ke kandung kemih atau rectum, atau meluas
melampaui panggul.
a. Stadium IVA. Kanker menyebar ke kandung kemih atau rectum.

9
b. Stadium IVB. Kanker menyebar ke organ yang jauh.

E. Patofisiologi
Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel,
berubah menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau lebih.
Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa stadium displasia
(ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya invasif. Berdasarkan
karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi kanker diakibatkan oleh adanya mutasi gen
pengendali siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah onkogen, tumor supresor gene, dan
repair genes. Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam
karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna, sedangkan
tumor supresor gen akan menghambat perkembangan tumor yang diatur oleh gen yang
terlibat dalam pertumbuhan sel. Meskipun kanker invasive berkembang melalui perubahan
intraepitel, tidak semua perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi preinvasif akan
mengalami regresi secara spontan sebanyak 3 -35%.
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara
1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3
– 20 tahun (TIM FKUI, 1992). Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat,
diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini
dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma
mekanik atau kimiawi, infeksivirus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam
jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang
menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan.
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik
atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada
serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus
DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh
faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat
diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga
terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998). Berbagai jenis protein diekspresikan

10
oleh HPV yang pada dasarnya merupakan pendukung siklus hidup alami virus tersebut.
Protein tersebut adalah E1, E2, E4, E5, E6, dan E7 yang merupakan segmen open reading
frame (ORF).
Di tingkat seluler, infeksi HPV pada fase laten bersifat epigenetic. Pada infeksi
fase laten, terjadi terjadi ekspresi E1 dan E2 yang menstimulus ekspresi terutama terutama
L1 selain L2 yang berfungsi pada replikasi dan perakitan virus baru. Virus baru tersebut
menginfeksi kembali sel epitel serviks. Di samping itu, pada infeksi fase laten ini muncul
reaksi imun tipe lambat dengan terbentuknya antibodi E1 dan E2 yang mengakibatkan
penurunan ekspresi E1 dan E2. Penurunan ekspresi E1 dan E2 dan jumlah HPV lebih dari ±
50.000 virion per sel dapat mendorong terjadinya integrasi antara DNA virus dengan DNA
sel penjamu untuk kemudian infeksi HPV memasuki fase aktif (Djoerban, 2000). Ekspresi E1
dan E2 rendah hilang pada pos integrasi ini menstimulus ekspresi onkoprotein E6 dan E7.
Selain itu, dalam karsinogenesis kanker serviks terinfeksi HPV, protein 53 (p53) sebagai
supresor tumor diduga paling banyak berperan.
Fungsi p53 wild type sebagai negative control cell cycle dan guardian of genom
mengalami degradasi karena membentuk kompleks p53-E6 atau mutasi p53. Kompleks p53-
E6 dan p53 mutan adalah stabil, sedangkan p53 wild type adalah labil dan hanya bertahan
20-30 menit.
Apabila terjadi degradasi fungsi p53 maka proses karsinogenesis berjalan tanpa
kontrol oleh p53. Oleh karena itu, p53 juga dapat dipakai sebagai indikator prognosis
molekuler untuk menilai baik perkembangan lesi pre-kanker maupun keberhasilan terapi
kanker serviks (Kaufman et al, 2000).
Dengan demikian dapatlah diasumsikan bahwa pada kanker serviks terinfeksi
HPVterjadi peningkatan kompleks p53-E6. Dengan pernyataan lain, terjadi penurunan p53
pada kanker serviks terinfeksi HPV. Dan, seharusnya p53 dapat dipakai indikator molekuler
untuk menentukan prognosis kanker serviks. Bila pembuluh limfe terkena invasi, kanker
dapat menyebar ke pembuluh getah bening pada servikal dan parametria, kelenjar getah
bening obtupator, iliaka eksterna dan kelenjar getah bening hipogastrika. Dari sini tumor
menyebar ke kelenjar getah bening iliaka komunis dan pada aorta. Secara hematogen, tempat
penyebaran terutama adalah paru-paru, kelenjar getah bening mediastinum dan
supravesikuler, tulang, hepar, empedu, pankreas dan otak (Prayetni, 1997).

11
F. Diagnosis
Stadium klinik seharusnya tidak berubah setelah beberapa kali pemeriksaan.
Apabila ada keraguan pada stadiumnya maka stadium yang lebih dini dianjurkan.
Pemeriksaan berikut dianjurkan untuk membantu penegakkan diagnosis seperti palpasi,
inspeksi, kolposkopi, kuretase endoserviks, histeroskopi, sistoskopi, proktoskopi, intravenous
urography, dan pemeriksaan X-ray untuk paru-paru dan tulang.
Kecurigaan infiltrasi pada kandung kemih dan saluran pencernaan sebaiknya
dipastikan dengan biopsi. Konisasi dan amputasi serviks dapat dilakukan untuk pemeriksaan
klinis. Interpretasi dari limfangografi, arteriografi, venografi, laparoskopi, ultrasonografi, CT
scan dan MRI sampai saat ini belum dapat digunakan secara baik untuk staging karsinoma
atau deteksi penyebaran karsinoma karena hasilnya yang sangat subyektif.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan sebagai berikut (Suharto,
2007) :
1. Pemeriksaan pap smear
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien
yang tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang diambil
dari porsi serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau
ketika telah melakukan aktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan
pap smear setiap tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap smear dapat mendeteksi
sampai 90% kasus kanker leher rahim secara akurat dan dengan biaya yang tidak mahal,
akibatnya angka kematian akibat kanker leher rahim pun menurun sampai lebih dari 50%.
Setiap wanita yang telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani pap smear secara
teratur yaitu 1 kali setiap tahun.
Apabila selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal,
maka pemeriksaan pap smearbisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil
pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut (Prayetni,1999):
a. Normal.
b. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas).
c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas).
d. Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar).

12
e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke
organ tubuh lainnya).
2. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap’s smear
untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam skala besar mendapatkan
bahwa Pap’s smear negatif disertai DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan
ada CIN 3 sebanyak hampir 100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita
dengan umur diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan
waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2%
sementara infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda.
Walaupun infeksi ini sangat sering pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi
nantinya akan mereda seiring dengan waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV yang positif
yang ditentukan kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila hal ini
dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko
kanker serviks.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau
luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan suatu
abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik
yang biasa dilakukan adalah punch biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik
cone biopsy yang menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan
yang ada pada serviks. Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil
biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja
(Prayetni, 1997).
4. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia.
Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap smear, karena kolposkopi
memerlukan keterampilan dan kemampuan kolposkopis dalam mengetes darah yang
abnormal (Prayetni, 1997).
5. Tes Schiller

13
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada serviks normal
akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya glikogen.
Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna
yang tidak berubah karena tidak ada glikogen ( Prayetni, 1997).
6. Radiologi
a. Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran
pelvik atau peroartik limfe.
b. Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut,
yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal. Pemeriksaan
radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang
meliputi sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT abdomen / pelvis digunakan untuk
menilai penyebaran lokal dari tumor dan / atau terkenanya nodus limpa regional (Gale
& charette, 1999).

G. Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respons terhadap
pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam dua tahun setelah timbul gejala. Pasien
yang mengalami histerektomi dan memiliki risiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus
diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi
radikal terjadi 80% rekurensi dalam dua tahun. 

H. Penanganan
1. Pencegahan
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan
menghindari faktor- faktor penyebab kanker meliputi (Dalimartha, 2004)
a. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda, pernikahan
pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks. Wanita yang berhubungan seksual
dibawah usia 20 tahun serta sering berganti pasangan beresiko tinggi terkena infeksi.
Namun hal ini tak menutup kemungkinan akan terjadi pada wanita yang telah setia
pada satu pasangan saja.

14
b. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak perlu
melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut petunjuk dokter.
Pemeriksaan Pap smear adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif
terjangkau dan hasilnya akurat. Disarankan untuk melakukan tes Pap setelah usia 25
tahun atau setelah aktif berhubungan seksual dengan frekuensi dua kali dalam
setahun. Bila dua kali tes Pap berturut-turut menghasilkan negatif, maka tes Pap dapat
dilakukan sekali setahun. Jika menginginkan hasil yang lebih akurat, kini ada teknik
pemeriksaan terbaru untuk deteksi dini kanker leher rahim, yang dinamakan teknologi
Hybrid Capture II System (HCII). 3. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti
diafragma dan kondom, karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher
rahim.
c. Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat mengatasi
masalah kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan hubungan yang terbalik antara
konsumsi sayuran berwarna hijau tua dan kuning (banyak mengandung beta karoten
atau vitamin A, vitamin C dan vitamin E) dengan kejadian neoplasia intra epithelial
juga kanker serviks. Artinya semakin banyak makan sayuran berwarna hijau tua dan
kuning, maka akan semakin kecil risiko untuk kena penyakit kanker mulut rahim 5.
Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi HPV tipe 16 dan
18 yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin ini bekerja dengan cara
meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap virus sebelum memasuki sel-sel
serviks. Selain membentengi dari penyakit kanker serviks, vaksin ini juga bekerja
ganda melindungi perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan
kutil kelamin.Yang perlu ditekankan adalah, vaksinasi ini baru efektif apabila
diberikan pada perempuan yang berusia 9 sampai 26 tahun yang belum aktif secara
seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu tertentu. Dengan
vaksinasi, risiko terkena kanker serviks bisa menurun hingga 75%.

2. Pengobatan kanker serviks

15
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran
tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk
hamil lagi. Diantaranya yaitu :
a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar),
seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui
LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena
kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap
smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika
penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani
histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur
di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening.
Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak
diangkat.
b. Terapi penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang
masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi
tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya.
Efek samping dari terapi penyinaran :
1) Iritasi rektum dann vagina
2) Kerusakan kandung kemih dan rectum
3) Ovarium berhenti berfungsi.
c. Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk
menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-
sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui
mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan
diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi denga
pemulihan, begitu seterusnya.

d. Terapi biologis

16
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan
tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon,
yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi (Izza Ayu : 2009).
Kemudian tindakan pengobatan akan dilakukan sesuai dengan stadium
penderita kanker serviks saat didiagnosis. Ada beberapa pengobatan untuk kanker
serviks, yaitu: tindakan bedah (operasi), radioterapi, kemoterapi. Berdasarkan
stadiumnya, pengobatan yag dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Stadium prakanker (stadium 0 dan I)
Stadium prakanker hingga stadium I awal biasanya diobati dengan histerektomi
(pengangkatan rahim). Apabila pasien masih ingin memiliki anak biasanya
dilakukan metode LEEP atau cone biopsy.
2) Stadium awal (stadium I dan II)
Apabila ukuran kanker kurang dari 4 cm biasanya dilakukan pengangkatan
seluruh rahim atau radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi. Apabila ukuran
kanker lebih dari 4 cm biasanya dilakukan radioterapi dan kemoterapi berbasis
cisplatin, pengangkatan seluruh rahim.
3) Stadium lanjut (stadium II akhir-IV awal)
Dapat diobati dngan radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin. Pada stadium
IV akhir dokter dapat mempertimbangkan kemoterapi dengan kombinasi obat
misalnya hycamtin dan cisplatin (Departemen Kesehatan RI : 2009

I. STUDI KASUS CANCER CERVIKS


Profil pasien
Nama : ny.k
Usia : 66 tahun
Berat badan:149 kg
Tinggi badan 151 cm
Tanggal  MRS : 27 mei 2013
Alasan MRS : nyeri perut bagian bawah 1 bulan yang lalu, perut terasa kembung, keputihan
1 bulan yang lalu, pendarahan sedikit- sedikit sebelum keluar keputihan

17
Diagnose : ca cx IIIB pro ER-AFL+pro cisplatin I
Data pendukung
Tanggal 1 bulan 5 PA cervix biopsy = keratizing epidermal carcinoma
Tanggal 14 bulan 5 thorax = tak tampak proses metastate
Tanggal 22 bulan 5 USG abdomen = batu GB
                     Massa Cx
Tak tampak proses metastate diporaaorta dan hepar
Hepar/lien/GB/pankreas/ginjal ka-ki/uterus/adnexaka-ki tak TAK
tanggal 23 bulan 5 IVP = F. kedua ginjal dan ureter normal
tanggal 29 buln 5 = pasien tampak pendarahan setelah menerima kemoterapi.

1. DATA KLINIK DAN LABORATORIK

No Data klinik 28/5 29/5 30/5

1 Kondisi umum Cukup Cukup Cukup


2 TD 120/70 110/70 110/70
3 Nadi 88 84 84
4 Suhu 36 36,6 36,6
5 RR 18 20 20

Laboratory Normal value 24/5


GDA < 200 mg/dL 95
SGOT < 38 U/L 22
SGPT < 41 U/L 12
Creatinin < 1,25 mg/dL 1,0
BUN 10-20 mg/dL 13
Albumin 3,8-4,4 mg/dL 3,1
Bilirubin direk 0,1-0,3 mg/dL
Bilirubin total 0,3-1,0 mg/dL
WBC 4,7-11,3 x 103/mm3 11,9
RBC 4,0-5,0 x 106/µL 4,69

18
Hb 11,4-15,1 g/dL 12,9
HCT 38-42 % 41,4
MCV 80,0-99,9 mm3 88,4
MCH 27-31 pg 27,6
MCHC 33-37 g/dL 31,2
LED < 20
PLT 150-450x103/mm3 308
MPV 7,8-11,0 FI 5,80
APTT/control 30-40 s
PTT/control 60-70 s
Na 136-144 mmol/L 148
K 3,8-5,0 mmol/L 3,8
Cl 97-103 mmol/L 110
Ca 2,25-2,75 mmol/L

2. TERAPI

Jenis obat Regimen Tanggal pemberian obat


No
Nama dagang/gen dosis 28/5 29/5 30/5
1 Diet TKTP         K
2 Rob 1x1         R
3 Cisplatin 75 mg 90,27     S
4 Asam tranexamat 500 mg    
5 Dexamethasone 2 amp    
6 Ondansetron 8 mg    
7 Mannitol 30 mg    
8 MgSO4 1g    

Pasien dengan kanker serviks stadium IIIB pro ER-AFL + pro cisplatin I, dari data
lab yang tertera menunjukkan kadar WBCnya agak tinggi, berarti terjadi infeksi.
Cisplatin merupakan first line therapy untuk kanker serviks. Cisplatin atau cisplatinum

19
atau cis diamminedichloroplatinum(II) adalah obat kemoterapi kanker yang berbasis
logam platinum.
Premedikasi:
Sebelum diberikan cisplatin atau obat kemoterapi pasien harus baik
kondisinya/dalam keadaan mendekati normal, dilakukan dengan pemberian MgSO4.
Sedangkan Dexametason dan Ondansetron di beri sebelum cisplatin pada hari pertama,
yakni terapi untuk menekan mual dan muntah.
Mannitol sebagai terapi supportif
Sedangkan asam traneksamat Merupakan obat hemostatik yang merupakan
penghambat bersaing dari aktivator plasminogen dan penghambat plasmin. Oleh karena
itu dapat membantu mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolisis yang berlebihan.
Sebaiknya di berikan precisplatin 500 ml yang berfungsi untuk mengurangi
nefrotoksisitas agar tidak menyerap cairan terlalu banyak untuk menanggulangi dehidrasi.
Selain itu, juga diberikan post cisplatin 200 cc

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan serviks
(organ yang menghubungkan uterus dengan vagina). Kanker serviks uterus adalah keganasan
yang paling sering ditemukan dikalangan wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan
dari suatu epithelium yang normal sampai menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan
merupakan proses yang perlahan-lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun. Serviks atau
leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke liang
sanggama (vagina).
Gejala Klinis Kanker Serviks : Pendarahan vagina, Sakit punggung, Sakit saat
buang air kecil dan air seni keruh, Konstipasi kronis dan perasaan kembung walaupun perut
dalam keadaan kosong, Rasa nyeri saat berhubungan seks dan keputihan, Salah satu kaki
membengkak, Kebocoran urin atau feses dari vagina.

B. Saran
Berhati-hatilah dengan penyakit kanker serviks, lebih baik mencegah dari pada
mengobati.Ternyata tidak mudah menjadi seorang wanita, tapi bukan berarti sulit untuk
menjalaninya. Penyakit bisa kita hindari asal kita selalu berusaha hidup sehat dan teratur.
Untuk pencegahan kanker serviks diharapkan untuk melakukan deteksi dini, dan
apabila timbul gejala-gejala maka segera menindak lanjuti, agar kanker serviks dapat diatasi
cepat oleh petugas kesehatan. Selain itu diharapkan untuk membiasakan diri dengan pola
hidup sehat dan bersih dan menghindari faktor-faktor resiko pemicu kanker serviks.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Izza. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks.


(http://ayuizza.blogspot.com/2009/12/epidemiologi-kanker-serviks.html).
Departemen Kesehatan RI. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker
Payudara. E-book:
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/bukusaku_kanker.pdf
Departemen Kesehatan RI, Gerakan Perempuan Melawan Kanker Serviks,
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1668-gerakan-perempuan-melawan-
kanker-serviks-.html
Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., 2009
Kumpulan info sehat. 2009. Kanker Serviks Pembunuh Banyak Wanita.
http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/237-kanker-serviks-leher-
rahim-pembunuh-wanita.html).
Nurwijaya, Hartati, dkk., 2010. Cegah dan deteksi kanker serviks. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Prawiharjo, sarwono. 1998. Ilmu Kebidanan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka
Satyadeng. 2010. Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks).
(http://drvegan.wordpress.com/2010/01/10/kanker-leher-rahim-kanker-serviks/).
Tim CancerHelps. 2010. Stop Kanker. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
http://www.cancer.gov/cancertopics diakses : tanggal 13 November 2012
http://www.cdc.gov/cancer/knowledge diakses : tanggal 13 November 2012
http://www.womenshealth.gov diakses : tanggal 13 November 2012
MMWR, Quadrivalent Human Papillomavirus Vaccine Recommendation of the Advisory
Committee on Immunization Practices. 2007. Dept. of Health & Human Services. Center for
Disease Control & Prevention.
Visser, O., Coebergh, JWW., Otter.R. Gynecologic Tumors In Netherland. 1997.
Cancer incidence in five continents, IARG VIII; No. 155, 1-5.
www.kankerserviks.comdiakses : tanggal 13 November 2012
http://nurhikmahramadhani.blogspot.com/2015/07/studi-kasus-kanker-serviks.html?m=1

22

Anda mungkin juga menyukai