SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Disusun Oleh :
BELA NOVELA SARI
NIM : 15.0223.558.01
1
2
3
Nim : 15.0223.558.01
Judul Laporan Tugas Akhir : Pengaruh Pemberia Rebusan Bayam Merah Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin pada Ibu Postpartum
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dari semua sumber,
baik yang dikutif maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
NIM : 15.0223.558.01
4
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena
berkat Rahmat dan BimbinganNya saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul
“Pengaruh Pemberian Bayam Merah (Amaranthus Tricolor L) Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Putih Samarinda” penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada
Program Studi Keperawatan STIKES Wiyata Husada Samarinda.
Saya menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan semua proses tepat pada waktunya. Oleh karena itu, perkenankanlah
saya megucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :
1. Bapak H. Mujito Hadi, S.Pd., MMselaku Ketua Yayasan STIKES Wiyata
Husada Samarinda
2. Ns. Edy Mulyono, S.Pd. ,S.Kep., M.Kep, selaku Ketua STIKES Wiyata
Husada Samarinda
3. Ns. Rusdi, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKES Wiyata Husada Samarinda.
4. Ns. Sumiati Sinaga .,S.Kep.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing 1 yang penuh
semangat dan sabar dalam membimbing dan mengarahkan serta memberikan
masukan masukan yang sangat membantu serta dengan ketelitian beliau tugas
akhir ini dapat terselesaikan dengan baikdan telah menyediakan waktu, tenaga
dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tugas akhir ini
5. Hj. Sumiati selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah menyediakan waktu,
tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tugas akhir
ini.
6. Ns. Desy Ayu Wardani, S.Kep. M.Kep., Sp.Mat selaku Dosen Penguji 1,
Terimakasih atas bimbingan dan saran motivasi serta ilmu yang diberikan.
5
Samarinda, _______________
iv
6
Nim : 15.0223.558.01
Dengan ini menyetujui dan memberikan hak kepada STIKES Wiyata Husada
Samarinda atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak ini, STIKES Wiyata
Husada berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat dan mempublikasi tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pemilik hak cipta.
Samarinda, 2019
Yang menyatakan
(…………………………)
7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN......................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI.....................................................v
DAFTAR ISI...................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................viii
DAFTAR SKEMA..........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................x
ABSTRAK.......................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..................................................................................5
D. Manfaat Penelitian................................................................................5
E. Penelitian Terkait..................................................................................6
BAB V PENUTUP..........................................................................................46
A. Kesimpulan ..........................................................................................46
B. Saran.....................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
9
Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi per 100 gram Bayam Merah............................26
Tabel 3.1 Tabel Distribusi Z.............................................................................32
Tabel 3.2 Nilai Mean dan SD...........................................................................32
Tabel 3.3 Definisi Operasional.........................................................................36
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden..................................................42
Tabel 4.2 Distribusi Nilai Hemoglobin............................................................42
Tabel 4.3 Perbedaan Nilai Hemoglobin............................................................43
DAFTAR SKEMA
10
DAFTAR LAMPIRAN
11
Email : belanovela123@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang : Postpartum merupakan masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, pada masa postpartum ibu juga banyak mengalami kejadian penting,
mulai dari peruahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis. anemia postpartum
didefinisikan sebagi kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl, salah satu alternatif untuk
mencegah anemia pada postpartum dengan mengkonsumsi sayuran dengan besi yang tinggi
salah satunya yaitu bayam merah. Bayam merah merupakan salah satu sumber zat besi non-
heme yang dibutuhkan untuk mensintesis hemoglobin. Tujuan : untuk mengetahui pengaruh
bayam merah dalam meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu postpartum. Metode : Quasi
Experiment dengan rancangan penelitian pre test – post test, teknik sampling dalam
penelitian ini Consecutive Sampling. Responden pada penelitian ini ibu postpartum usia 0-40
hari yang mengalami anemia ringan (10 gr/dl) yang dilakukan intervensi selama 1 minggu.
Instrumen menggunakan Standar Operasional Prosedur Pembuatan dan penggunaan Bayam
merah dan lembar observasi. Hasil : ada pengaruh pemberian rebusan bayam merah terhadap
peningkatan kadar hemoglobin yang ditunjukkan dari hasil uji t-test berpasangan dengan nilai
p-value 0,000 (<0,05). Kesimpulan : Pemberian bayam merah dapat meningkatkan kadar
hemoglobin pada ibu post partum dengan anemia. Saran : bagi peneliti selanjutnya hasil
penelitian ini sebagi landasan yang kuat untuk penelitian-penelitian yang selanjutnya. Pada
penelitian selanjutnya agar meneliti lebih lanjut pada faktor internal maupun eksternal
lainnya tentang rebusan bayam merah terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu
postpartum.
BAB I
14
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap,
mengkonsumsi sumber makanan nabati yang merupakan sumber zat besi
yang tinggi tetapi sulit diserap (Briawan, 2014).
Bayam merah (Amaranthus tricolor L.) merupakan salah satu jenis
tanaman sayuran yang mengandung antosianin, protein, lemak karbohidrat,
kalium, zat besi (Fe), amaratin, beta karotin, vitamin A, C, 1 2 E, asam folat,
dan glutation. Sayuran bayam merupakan salah satu jenis makanan yang
dikonsumsi oleh masyarakat setiap hari, karena mengandung gizi, vitamin,
dan garam mineral seperti zat besi yang penting diperlukan oleh tubuh
manusia (Lingga, 2010).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Resty Himma Muliani, (2017)
tentang “pengaruh mengonsumsi bayam merah (Amaranthus tricolor l)
ekstrak tingkat hemoglobin pada ibu post partum” dengan populasi ada 30
ibu nifas yang dilakukan kunjungan rumah, termasuk menggunakan
purposive sampling, menggunakan desain quasy dengan pre test post test,
yang dilakukan di Oktober – Desember 2017 di Puskesmas Poned Tarub,
Kabupaten Tegal, dengan dosis yang diberikan selama 14 hari 1.400 mg per
hari atau dikonsumsi tiga kali per hari. Pengambilan sampel darah dan
pemeriksaan dilakukan sebelum dan sesudah intervensi (15 hari), semua
pemeriksaan darah adalah pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan analisis
menunjukkan p-value > 0,5 disemua variabel, uji-t berpasangan
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan dari bayam merah dan nilai dari
hemoglobin p-value = 0,023.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Martina maljeti (2017)
tentang “pengaruh kapsul bayam merah (Amaranthus tricolor l) untuk
meningkatkan tingkat hemoglobin (hb) pada ibu hamil di desa mahia,
kecamatan tobelo tengah, kabupaten halmahera utara” dengan sampel 10
orang ibu hamil trimester II yang dilakukan di desa mahia, kecamatan tobelo
tengah, kabupaten halmahera utara, dilakukan dalam 1 minggu 3 kali dalam
sehari dengan dosis 0,3 – 0,5 % gr/ml per satu kali pemberian. Berd asarkan
17
hasil analisis bivariat ada pengaruh pemberian kapsul bayam merah terhadap
peningkatan kadar hemoglobin dengan nilai p = 0,000 < 0,05, dengan
koefisien korelasi 0,084.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan Dinas Kesehatan Kota Samarinda
menggambarkan data jumlah ibu post partum pada tahun 2018 dari Bulan
Januari hingga Bulan Desember berjumlah 16.099 orang. Data yang
diberikan oleh RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada tahun 2018
dari Bulan Januari hingga Desemberibu post partum dengan HB rendah
berjumlah 47 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan 6 ibu postpartum
8 hari pasca persalinan yang mengalami hb rendah diantaranya, 2 ibu
postpartum dengan hb 9,3 g/dl dan 4 ibu postpartum dengan hb 10,0 mg/dl,
penanganan yang dilakukan ibupostpartum 3 diantaranya mengkonsumsi
obat-obatan penambah darah dan 3 ibu postpartum tidak mengkonsumsi, dan
2 ibu postpartum mengetahui banyam merah dapat meningkatkan kadar
hemoglobin dan 4 ibu postpartum tidak mengetahui bayam merah dapat
meningkatkan kadar hemoglobin. Berdasarkan uraian dari latar belakang
diatas, peneliti melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Pemberian Rebusan
Bayam Merah Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin pada Ibu
Postpartum”.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
18
1. Tujuan Umum
Peneliti bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Bayam Merah
Dengan Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Postpartum.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Mengindetifikasikan kadar hemoglobin sebelum diberikan rebusan
bayam merah pada Ibu postpartum
b. Mengidentifikasi kadar hemoglobin setelah diberikan rebusan
bayam merah pada ibu post partum
c. Menganalisis pengaruh pemberian bayam merah terhadap
peningkatan kadar hemoglobin pada ibu post partum sebelum dan
sesudah diberikan rebusan bayam merah.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Bagi keperawatan, salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kadah hemoglobin pada ibu post partum yaitu dengan
memberikan rebusan bayam merah, dengan diberikannya rebusan bayam
merah menjadi salah satu pilihan yang dapat dilakukan sebagai intervensi
keperawatan dalam meningkatkan kadar hemoglobin.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Ibu Postpartum
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi
ibu yang sedang hamil tentang benyaknya manfaat rebusan bayam
merah terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu postpartum
b. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan bagi
pendidik keperawatan dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan
pendidikan khususnya yang berkaitan dengan keperawatan maternitas.
c. Bagi Peneliti
19
E. Penelitian Terkait
Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh pemberian bayam merah terhadap
peningkatan kadar hemoglobin pada anemia antara lain :
1. Resty (2017) meneliti tentang pengaruh mengkonsumsi ekstrak bayam
merah terhadap peningkatan hemoglobin pada ibu nifas, penelitian ini
menggunakan “Quasy experimenta pre-post test design with control
group” dengan teknik pengambilan sampel Purposive sampling kepada 15
responden dan dilakukan pemeriksaan darah pada masing-masing
responden. Analisa data yang digunakan dengan uji independen t-test.
Hasil menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan kadar
hemoglobin yang diberikan rebusan bayam merah dengan p-value 0,047.
Kesimpulan penggunaan bayam merah dapat meningkatkan kadar
hemoglobin pada ibu nifas.
Perbedaan penelitianini dengan penelitian saya lakukan yaitu, peneliti
diatas mengambil melakukan pemberian ekstrak bayam merah terhadap
tingkat hemoglobin pada inu nifas. Dan penelitian diatas menggunakan
Quasy experimenta pre-post test design with control group. Persamaan
penelitian diatas dengan penelitian saya yaitu sama-sama jenis penelitian
kuantitatif dengan jenis eksperimen dan variabel independennya yaitu
pemberian rebusan bayam merah terhadap peningkatan kadar
hemoglobin.
2. Martina (2017) meneliti tentang pengaruh capsul bayam merah untuk
meningkatakan tingkat hemoglobin pada wanita hamil, penelitian ini
menggunakan rancangan “Quasy experimenta pre-post test design”
dimana hal itu akan dilakukan dalam pengukuran depan sebelum
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Konsep Dasar Postpartum (masa nifas)
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta
sampai alat-alat reproduksi pulih sebelum hamil dan secara normal masa
nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010)
Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat
melahirkan (Suherni, 2009).
Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian yang penting,
Mulai dari perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis
menghadapi keluarga baru dengan kehadiran buah hati yang sangat
membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Namun kelahiran bayi juga
merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu, kemungkinan timbul
masalah atau penyulit, yang bila tidak ditangani segera dengan efektif
akan dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan kematian bagi
ibu, sehingga masa postpartum ini sangat penting dipantau oleh bidan
(Syafrudin dan Fratidhini, 2009).
a. Tahapan dalam masa nifas
1) Puerperium dini (immediate puerperium) : 0-24 jam postpartum.
Masa kepulihan, yaitu masa ketika ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial (early puerperium) : 1-7 hari postpartum.
Masa kepulihan menyeluruh organ genetalia. Waktu tang
dibutuhkan sekitar 6-8 minggu.
22
2) Lochea sanguilenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 post
partum.
3) Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, hari ke 7-14 post partum.
4) Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu
5) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6) Lochiostatis
Lochea tidak lancar keluar.
Perubahan (pengeluaran lochea) menunjukkankeadaan yang abnormal
yang memerlukan penanganan seperti :
1) Perdarahan berkepanjangan.
2) Pengeluaran lochea tertahan (lochea statika)
3) Lochea purulenta, berbentuk nanah
4) Rasa nyeri yang berlebihan
5) Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan
Terjadi infeksi interauterin. (Imelda Fitri, 2017).
e. Perubahan pada masa nifas
1) Sistem vaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300 – 400 cc.
Bila persalinan pervaginam haemokosentrasi akan naik dan
haemokosentrasi cenderung stabil dan kembali normal 4 – 6 minggu.
2) Sistem reproduksi
Involusi alat – alat kandungan
a) Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan
mengalami kontraksi dan akan menjadi keras, sehingga dapat menutup
pembulih darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta.
25
Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot yang membentuk anyaman sehingga
pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindar dari
perdarahan post partum.
Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses
proteolitik, berangsur – angsur akan mengecil sehingga pada akhir kala nifas
besarnya seperti semula dengan berat 30 gram. Proses proteolitik adalah
pemecahan protein yang akan dikeluarkan melalui urin. Dengan penimbunan
air saat hamil akan terjadi pengeluaran urin setelah persalinan, sehingga hasil
pemecahan protein dapat dikeluarkan. Involusi terjadi karena masing –
masing sel menjadi lebih kecil, karena cytoplasma yang berlebihan dibuang.
Involusi disebabkan oleh proses autolysis, yang mana zat protein dinding
rahim dipecah, diabsorpsi dan kemudian dibuang melalui BAK.
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada
stratum spongiosum bagian atas. Setelah 2-3 hari tampak bahwa lapisan atas
dari stratum spongiosum yang tinggal menjadi nekrotis, sedangkan lapisan
yang bawahnya yang berhubungan dengan otot terpelihara dengan baik.
Bagian yang nekrotis dikeluarkan dengan lochea sedangkan lapisan
yang tetap sehat menghasilkan endometrium yang baru. Epitel baru terjadi
dengan proliferasi sel – sel kelenjer, sedangkan stroma baru dibentuk dari
jaringan ikat di antara kelenjer –kelenjer. Epitelisasi siap dalam 10 hari,
kecuali pada tempat plasenta di mana epitelisasi memakan waktu tiga
minggu.
b) Bekas implantasi uri
Setelah persalinan, tempat bekas implantasi plasenta segera setelah
plasenta lahir seluas 12 x 15 cm, dengan permukaan tidak rata, kira – kira
sebesar telapak tangan dan permukaan kasar, dimana pembuluh darah bersar
bermuara. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Biasanya luka yang
demikian sembuh dengan menjadi parut, tetapi luka bekas plasenta tidak
meninggalkan parut karena pertumbuhan endometrium baru di bawah
26
permukaan luka. Endometrium ini tumbuh baru dari pinggir luka dan juga
dari sisa – sisa kelenjer pada dasar luka.
c) Luka pada jalan lahir
Bila tidak disertai infeksi akan sembuh 6 -7 hari.
d) Rasa sakit yang disebabkan after paint (meruyan/mules – mules)
Disebabkan oleh kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2 – 4 hari
pasca persalinan.
e) Serviks
Setelah perssalinan, bentuk serviks agak mengangga seperti condong
berwarna kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang – kadang terdapat
perlukaan – perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk
rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2 – 3 jari dan setelah 7 hari
hanya dapat dilalui oleh 1 jari.
f) Vagina
Vagina yang diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran
– ukurannya yang normal. Pada minggu ke – 3 post partum rugae mulai
tampak kembali.
g) Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar, tetapi biasanya pulih kembali
dalam 6 minggu.
h) Saluran kencing
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia.
Kadang – kadang oedema dari trigonum, menimbulkan obstruksi dari
urethra sehingga terjadi retensio urin. Kandung kemih masa puerperium
kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga sesudah berkemih
masih tinggal urine residu. Sisa urin ini dan trauma pada dinding kandung
kemih waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter
dan pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu.
27
i) Ligamen – ligamen
Ligamen, fasia dan diagfragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur – angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor (Imelda Fitri,
2017).
Cut off pint yang umum dipakai ialah kriteria WHO tahun 1968. Dinyatakan
anemia bila. (Made Bakta, 2018)
1) Laki-laki dewasa : hemoglobin < 13 g/dl
2) Perempuan dewasa tak hamil : hemoglobin < 12 g/dl
3) Perempuan hamil : hemoglobin < 11 g/dl
4) Anak umur 6-14 tahun : hemoglobin < 12 g/dl
5) Anak umur 6 bulan-6 tahun : hemoglobin < 11 g/dl
6) Wanita hamil dan nifas : hemoglobin < 11,0 g/dl
c. Derajat anemia
Derajat anemia antara lain ditemukan oleh kadar hemoglobin. Derajat
anemia perlu disepakati sebagai dasar pengelolaan kasus anemia. Klasifikasi
derajat anemia yang umum menurut Made Bakta, (2018) dipakai adalah
sebagai berikut :
1) Ringan sekali : Hb 10 g/dl – cut off point
2) Ringan : Hb 8 g/dl – Hb 9,9 g/dl
3) Sedang : Hb 6 g/dl – Hb 7,9 g/dl
4) Berat : Hb < 6 g/dl
d. Jenis – jenis anemia
a) Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalh anemia yang timbul akibat kosongnya
cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang, yang padaakhirnya pembentukan hemoglobin
berkurang. Kelainan ini ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer, besi
serum menurun, TIBC (total iron binding capacity) meningkat, satu rasi
transferin menurun, feritin serum menurun, pengecatan besi sumsum
tulang negatif dan adanyarespon terhadap pengobatan dengan preparat
besi. (I Made Bakta, 2018)
Anemia jenis inimerupakan anemia yang paling sering dijumpai,
terutama dinegara – negara tropik atau negara dunia ke tiga karena sangat
berkaitan erat dengan taraf sosial ekonomi. Anemiaini mengenai
29
defisiensi asam folat merupakan penyebab kedua anemia pada wanita hamil
setelah defisiensi besi. (I Made Bakta, 2018)
e) Anemia hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses
hemolisis. Hemolisis adalah pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah
sebelum waktunya (sebelum masahidup rata – rata eritrosit yaitu 120 hari).
Hemolisis berbeda dengan proses penuaan (senescence), yaitu pemecahan
eritrosit karena memang sudah cukup umurnya. Hemolisis dapat terjadi dalam
pembuluh darah (intravaskuler) atau diluar pembuluh darah (ekstravaskuler)
yang membawa konsekuensi patofisiologik yang berbeda. (I Made Bakta,
2018)
Anemia hemolitik merupakan anemia yang tidak terlalu sering
dijumpai, tetapi bila dijumpai memerlukan pendekatan diagnostik yang tepat.
Pada kasuk – kasus penyakit dalam yang dirawat di RSUP Sanglah tahun
1997, anemia hemolitik merupakan 6 % dari kasus anemia, menempati urutan
ketiga setelah anemia aplastik dan anemia sekunder karena keganasan
hematologik. (I Made Bakta, 2018)
f) Anemia hemolitik autoimun
Anemia hemolitik autoimun (AHA) atau autoimune hemolytc anemia
(AIHA) adalah suatu anemia hemolitik yang timbul karena terbentuknya
autoantibodi terhadap eritrosit sendiri hingga menimbulkan destruksi
(hemolisis) eritrosit. (I Made Bakta, 2018)
g) Anemia hemolitik non-imun
Anemia hemolitik nonimun adalah anemia hemolitik
ekstrakorpuskuler nonimun yang disebabkan oleh faktor – faktor luar bukan
oleh proses imunologik, dimana eritrosit mengalami destruksi prematur
akibat. (I Made Bakta, 2018)
1) Stres mekanik
2) Akibat infeksi/toksin atau bahan kimia
3) Defek didapat (acquired) pada membran
31
yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen
dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah.
Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-
jaringan (Evelyn, 2009).
Sel darah merah merupakan sel yang paling banyak dibandingkan
dengan 2 sel lainnya, dalam keadaan normal mencapai hampir separuh dari
volume darah. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dipakai untuk membentuk
energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbondioksida, yang akan
diangkut oleh sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru (Endah,
2010)
Hemoglobin (Hb) merupakan bagian komponen sel darah merah yang
berfungsi sebagai pembawa oksigen dari paru-paru ke tubuh melalui
peredaran darah. Jika tubuh menggalami kekurangan kadar Hb maka akan
mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen dan akan menyebabkan
metabolisme tubuh dan sel-sel saraf tidak bekerja dengan optimal, misalnya
pada ibu hamil yang anemia dapat menyebabkan anak lahir dengan berat
rendah, keguguran dan juga mengakibaktan anemia pada bayi. Haemoglobin
mengandung kira-kira 95% besi dan berfungsi membawa oksigen dengan cara
mengikat oksigen (Oksihemogobin) dan diedarkan keseluruh tubuh untuk
kebutuhan metabolisme (Tarwoto and Wasnidar, 2013).
Hemoglobin adalah molekul protein yang mengandung zat besi dan
merupakan pigmen darah yang membuat darah menjadi merah (Minarno,
2008). Hemoglobin merupakan protein berpigmen merah yang terdapat pada
eritrosit. Hemoglobin terdiri dari heme yang terdiri dari cincin porfirin sebagai
pengikat oksigen dan globin yaitu protein yang terdiri dari dua pasang rantai
asam amino yang disebut alfa dan non alfa (Bunn, 2011).
Salah satu dampak negatif yang disebabkan oleh kekurangan zat gizi
mikro adalah anemia. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin dalam darah lebih rendah dari normal, akibat kekurangan satu
33
macam atau lebih zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan darah(Gibson,
2005 dalam Ause, 2016).
Dalam masyarakat dikenal penyakit kurang darah yang biasa disebut
dengan anemia. Sebenarnya anemia bukanlah penyakit kurang darah. Definisi
yang lebih tepat adalah kurangnya (defisiensi) sel darah merah karena kadar
hemoglobin yang rendah dalam darah. Anemia adalah kekurangan zat gizi
yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, terutama besi, vitamin B12, asam
folat. Selebihnya merupakan akibat berbagai kondisi seperti pendarahan,
kelainan genetik penyakit kronik atau keracunan (Wijayakusuma, 2009).
Penyebab langsung terjadinya anemia beraneka ragam antara lain :
defisiensi asupan gizi dari makanan (zat besi, asam folat, protein, vitamin C,
ribovlavin, vitamin A, seng dan vitamin B12), konsumsi zat-zat penghambat
penyerapan besi, penyakit infeksi, malabsorpsi, perdarahan dan peningkatan
kebutuhan. Zat gizi seperti protein, besi, asam folat dan vitamin B12 dll
diperlukan dalam pembentukan sel darah merah. Pembentukan sel darah
merah akan terganggu apabila zat gizi yang diperlukan tidak mencukupi.
Umur sel darah merah hanya 120 hari dan jumlah sel darah merah harus selalu
dipertahankan. Zat-zat yang diperlukan oleh sumsum tulang untuk
pembentukan hemoglobin antara lain : logam (besi,mangan, kobalt, seng,
tembaga), vitamin (B12, B6, C, E, asam folat, tiamin, riboflavin, asam
pantotenat), protein, dan hormon (eritropoetin, androgen, tiroksin)
(Wijayakusuma, 2009)
b. Fungsi hemoglobin
Hemoglobin memiliki sifat daya gabung terhadap oksigen dengan
oksigen tersebut membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah.
Hemoglobin yang mengikat oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke
seluruh tubuh. Selain mengikat oksigen, hemoglobin juga dapat mengikat zat-
zat di antaranya karbondioksida (CO2), karbonmonoksida (CO) dan asam
karbonat yang terionisasi (Giri Wiarto, 2013: 31).
34
4. Bayam Merah
Bayam (Amaranthus spp.) merupakan tanaman semusim yang berasal dari
daerah Amerika Tropis. Di Indonesia hanya dikenal dua jenis bayam budidaya,
yaitu bayam cabut (Amaranthus tricolor) dan bayam kakap ( Amaranthus
hybridus ). Bayam kakap disebut juga sebagai bayam tahun, bayam turus atau
bayam bathok, dan ditanam sebagai bayam petik. Bayam cabut terdiri dari dua
varietas, yang salah satunya adalah bayam merah (Saparinto dan Maya, 2014).
Bayam merupakan tanaman yang berbentuk perdu dan tingginya dapat
mencapai ± 1½ meter. Bayam merah memiliki ciri- ciri berdaun tunggal, ujung
runcing, lunak, dan lebar. Batangnya lunak dan berwarna putih kemerah-merahan.
Bunga bayam merah ukurannya kecil mungil dari ketiak daun dan ujung batang
pada rangkaian tandan. Buahnya tidak berdaging, tetapi bijinya banyak, sangat
kecil, bulat, dan mudah pecah. Tanaman ini memilki akar tunggang dan berakar
samping. Akar sampingnya kuat dan agak dalam (Sunarjono, 2014).
Tanaman yang bernama latin Alternanthera amoena voss ini banyak
mengandung kasiat yang dapat mengobati berbagai macam penyakit. Bayam
merah juga dipercayai dapat membersihkan darah setelah melahirkan,
memperkuat akar rambut, mengobati disentri dan anemia.
36
Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi per 100 gram Bayam Merah
Input Output
Keterangan :
: Diteliti
: Arah Hubungan
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian. Hipotesis adalah suatu pertanyaan asumsi tentang
hubungan antara duaatau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu
pertanyaan penelitian (Nursalam, 2016)
Hipotesis berdasarkan rumusan pernyataan dibagi 2 yaitu : hipotesis
kerja (hipotesis alternative) dan hipotesis statistik (hipotesis null). Hipotesis
alternatif (Ha) adalah pernyataan tentang prediksi hasil penelitian berupa
pengaruh antara variabel yang diteliti atau dugaan sementara. Sedangkan
hipotesis statistik atau hipotesis null (Ho) adalah menyatakan tidak adanya
perbedaan atau ada tidaknya hubungan antara variabel (Dharma, 2015)
Dalam penelitian ini hipotesis yang didapat sementara yaitu :
H0 ditolak : Karena ada pengaruh pemberian rebusan bayam merah terhadap
peningkatan kadar hemoglobin sebelum dan sesudah diberikan
rebusan bayam merah.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan :
44
a. Kreteria inklusi
Kriteria inklusi adalah syarat-syarat seseorang bisa masuk dalam
penelitian (Dahlan, 2014). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Responden ibu post partum yang mengalami anemia ringan dan
ringan sekali (10 – 8 gr/dl)
2. Bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang
tidak bisa dijadikan sampel penelitian (Dahlan, 2014). Kriteria
eksklusi pada penelitian ini adalah :
1. Responden yang memiliki mengalami artritis gout
2. Responden yang tidak mengikuti sampai akhir penelitian
3. Tidak bersedia menjadi responden
a. Uji Normalitas
50
Uji normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk
menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah
sebaran data tersebut berdistribusi normal atau tidak.
Untuk mengetahui distribusi data penelitian ini menggunakan
Shapiro-Wilk karena sampel <50 (Dahlan, 2011). Hasil dari uji
normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk dengan hasil pretest
(0,171) dan hasil posttest (0,576), dari hasil uji normalitas tersebut
dapat diketahui sebaran data tersebut normal.
b. Analisa Univariat
Analisa Univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya
menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini, peneliti menganalisa
variabel dependen yaitu menampilkan distribusi frekuansi lama
postpartum dan nilai kadar hemoglobin ibu postpartum.
f
p= x 100 %
n
Keterangan :
p : presentase yang dicari
f : jumlah frekuensi
n : jumlah pengamatan atau populasi
c. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,
2012). Analisis bivariat dalam penelitaian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh pemberian rebusan daun bayam merah terhadap
anemia menggunakan Uji t – berpasangan karena data tersebut normal.
H. Etika penelitian
51
BAB IV
52
Bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh pemberian rebusan bayam
merah terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu postpartum. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 07 juli 2019 sampai 13 juli 2019, dengan jumlah responden
sebanyak 12 orang ibu postpartum yang diberikan intervensi dengam memberikan
rebusan bayam merah.
b. Kadar Hemoglobin
Hasil penelitian terhadap kadar hemoglobin pada ibu post partum di
sajikandalam tabel berikut ini :
Tabel 4.2 Distribusi nilai hemoglobin pada ibu post partum sebelum
dan setelah pemberian rebusan bayam merah di wilayah
kerja Puskesmas Air Putih Tahun 2019 (n=12)
Variabel N Mean Sd Min-Max 95%CI
Lower-Upper
Pre 12 10,233 0,4735 9,1-10,8
2,0640-1,1026
Post 12 11,817 0,4859 11,0-12,5
Sumber :analisa data 2019
Berdasarkan analisa data pada tabel 4.2 diketahui bahwa rata-rata nilai
sebelum diberikan rebusan bayam merah sebelum dan sesudah, nilai pada
pre test nilai mean 10,233 dengan standar devisiasi 0,4735, maximal 10,8
dan minimum 9,1, sedangkan nilai pada post test nilai mean 11,817 dengan
standar devisiasi 0,4859, maximal 12,5, minimum 11,0, dengan tingkat
kepercayaan 95% dari hasil uji statistik terdapat perbedaan nilai
54
3. Analisa Bivariat
Pada tabel berikut ini disajikan data penelitian tentang pengaruh
pemberian rebusan bayam merah terhadap peningkatan kadar hemoglobin
pada ibu postpartum 0-40 hari.
Tabel 4.3 Perbedaan nilai hemoglobin pada ibu postpartum sebelum dan
setelah diberikan rebusan bayam merah di wilayah kerja
Puskesmas Air Putih Tahun 2019 (n=12)
Variabel N Mean(Min- Selisih rerata P value
Maks
Sebelum 12 10,233
intervensi (10,8 - 9,1)
11,817 1,584 0,000
Setelah 12
intervensi (12,5 - 11,0)
Sumber : analisa data 2019
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa selisih rata-rata kadar
hemoglobin adalah 1,584 dengan p-value <0,05 (0,000), sehingga dapat
diartikan bahwa ada perbedaan nilai sebelum dan sesudah diberikan rebusan
bayam merah pada ibu postpartum.
B. Pembahasan
Pada penelitian ini terdapat 12 responden, semua responden dilakukan
pengukuran kadar hemoglobin terlebih dahulu sebelum dilakukan intervensi
pemberian rebusan bayam merah terhadap peningkatan kadar hemoglobin, lalu
diberikan rebusan bayam merah 2 kali sehari selama 1 minggu. Setelah dilakukan
analisis dengan menggunakan uji paired t-test, didapatkan bahwa ada perbedaan
kadar hemoglobin sebelum dan setelah diberikan rebusan bayam merah pada ibu
post partum.
Hemoglobin (Hb) adalah komponen sel darah merah yang berfungsi
menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb berkurang maka jaringan tubuh
kekurangan oksigen. Hemoglobin terdiri dari materi yang mengandung besi yang
disebut heme dan globulin. Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam satu
sel darah merah. Setiap molekul hemoglobin memiliki empat tempat peningkatan
55
C. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini ditemukan beberapa keterbatasan, baik dari peneliti maupun
responden dalam penelitian ini, adapun keterbatasan dalam penelitian ini :
1. Jumlah sampel dalam penelitian sangat terbatas, sehingga penelitian ini
belum bisa di generalisasi untuk seluruh ibu post partum yang ada di
wilayah Kalimantan.
2. Dalam penelitian, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan kadar hemoglobin yang belum di restriksi atau dikendalikan,
seperti pola makan sehari-hari dan pengetahuan ibu, sehingga belum dapat
dikatakan bahwa pemberian rebusan bayam merah merupakan satu-
satunya faktor yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin secara
signifikan.
58
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
59
Dari hasil uji t-test dengan nilai p=0,000 karena nilai p<0,05 maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa “terdapat pengaruh pemberian rebusan bayam merah terhadap
peningkatan kadar hemoglobin pada ibu postpartum”, secara selisih menggunakan
uji t-test “terdapat perbedaan nilai kadar hemoglobin hari ke-1 dengan hari ke-7,
semua responden mengalami peningkatan kadar hemoglobin.
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Institusi pendidikan diharapkan dapat meningkatkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan menjadikan penelitian ini sebagai standar operasional
proseduratau sebagai pelajaran dalam mata ajar terapi komplementer dalam
penanganan anemia pada ibu postpartum. Perawat juga disarankan untuk
memahami prosedur pemberian rebusan bayam merah sehingga perawat dapat
meningkatkan ilmu terapi komplementer.
2. Bagi responden
Disarankan kepada responden yang mengalami anemia untuk memperhatikan
pola makan, dan memenuhi kebutuhan nutrisi yang baik, seperti memenuhi
zat besi.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Disarankan bagi peneliti selanjutnya melakukan penelitian terkait faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kadar hemoglobin, seperti pola
makan dan pengetahuan, sehingga belum bisa dikatakan bahwa pemberian
rebusan bayam merah menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan
kadar hemoglobin.
DAFTAR PUSTAKA
Taufiq Arif Setyawan. (2010). Hubungan antara Status Gizi dan Kadar Hemoglobin
dengan Daya Tahan Paru Jantung Atlet Bolabasket Putra Daerah Istimewa
Yogyakarta Kelompok Umur 14, 16 dan 18 Tahun. Skripsi. UNY. Yogyakarta.
WHO. Maternal Mortality: World Health Organization; 2014.
Wiarto, Giri (2013). Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu
Wiknjosastro H. 2014. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Yayasan Bina Pustakia
Sarwono Prawirohardjo. hlm. 362-401
Kepada Yth.
Calon Responden
Di-
63
Tempat
Dengan hormat,
Nim : 15.0223.558.01
No. Hp : 082252509772
Jika ada suatu perihal yang ingin ditanyakan, mohon menghubungi nama-
nama di bawah ini :
Dengan surat penjelasan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Samarinda, 2019
Peneliti
Umur : ......................................
Alamat .: .....................................
No. Telp : .....................................
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, dengan ini saya menyatakan
bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang berjudul Pengaruh
Pemberian Rebusan Bayam Merah terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin pada
pasien Anemia. Adapun bentuk kesediaan saya ini adalah :
1. Bersedia meluangkan waktu untuk diberikan rebusan bayam merah selama 7 hari
dan melakukan pemeriksaan tekanan darah sebelum diberikan rebusan bayam
merah dan sesudah diberikan rebusan daun belimbing wuluh pada hari ke-7.
2. Memberikan informasi yang benar dan selanjutnya terhadap apa yang diminta
atau ditanyakan oleh peneliti.
Ketulusan saya ini sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat diprgunakan
sebagaimana mestinya.
Samarinda,
2019
Mengetahui,
Lembar Observasi
PROSEDUR
PEMBUATAN REBUSAN BAYAM MERAH
67
A. Pengertian
Rebusan daun bayam merah merupakan air yang direbus dengan ditambahkan
bayam merah lalu disaring dan diminum.
.
B. Tujuan
Rebusan bayam merah yang digunakan untuk meningkatkan kadar hemoglobin
pada anemia
Explore
Notes
Comments
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Input Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 12
User-defined missing values for
Definition of Missing dependent variables are treated
as missing.
Missing Value Handling Statistics are based on cases
with no missing values for any
Cases Used
dependent variable or factor
used.
EXAMINE VARIABLES=prepost
posttest
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF
HISTOGRAM NPPLOT
Syntax /COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Processor Time 00:00:07,14
Resources
Elapsed Time 00:00:05,47
[DataSet0]
Case Processing Summary
Cases
Descriptives
Median 10,200
Variance ,224
Minimum 9,1
Maximum 10,8
Range 1,7
Interquartile Range ,6
Median 11,800
Variance ,236
Minimum 11,0
Maximum 12,5
Range 1,5
Interquartile Range ,9
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Prepost
Posttest
73
3,00 11 . 033
5,00 11 . 57889
3,00 12 . 334
1,00 12 . 5
T-Test
Notes
[DataSet0]
76
N Correlation Sig.
prepost -
Pair 1 -1,5833 ,7566 ,2184 -2,0640 -1,1026 -7,249 11 ,000
posttest
Frequencies
Statistics
Lamapostpartum
Valid 12
N
Missing 0
Lamapostpartum
SKRIPSI
2018/2019
DOKUMENTASI
78
79
80
PENDAHULUAN
Postpartum merupakan masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali
organ – organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan saat
melahirkan. Pada masa postpartum ibu juga banyak mengalami kejadian yang
penting, mulai dari perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis
menghadapi keluarga baru dengan kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan
perhatian dan kasih sayang. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis
81
bagi kesehatan ibu, kemungkinan timbul masalah atau penyulit, yang bila tidak
ditangani segera dengan efektif akan dapat membahayakan kesehatan atau
mendatangkan kematian bagi ibu, sehingga masa postpartum ini sangat penting
dipantau (Suherni, 2009).
Anemia memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan,
persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyakit yang dapat timbul
akibatanemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran prematurs, persalinan yang
lama akibat kelelahan otot rahim didalam berkonstraksi, perdarahan pasca
melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi
baik saat bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat
menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan
syok dan kematian ibu pada persalinan (Wiknjosastro, 2013)
Menurut data World Health Organitation (WHO) Kematian ibu di berbagai
Negara berkembang seperempatnya disebabkan oleh perdarahan. Proporsinya
berkisar antara kurang dari 10 % sampai hampir 60 %. Pendarahan menempati
persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28 %), anemia dan kekurangan energi
kronis (KEK) pada ibu menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi
yang merupakan faktor kematian utama ibu. Walaupun seorang perempuan bertahan
hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita
akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah
kesehatan yang berkepanjangan (WHO, 2014).
Angka Kematian Ibu (AKI) di kota Samarinda dari tahun 2012 sampai dengan
tahun 2016 cenderung fluktuatif, setelah mengalami peningkatan pada tahun 2015,
yaitu 76 per 100.000 Kelahiran Hidup, di tahun 2016 menunjukkan penurunan yang
signifikan yakni 40 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehetan Kota Samarinda,
2016).
Anemia post partum didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 10
g/dl, hal ini merupakan masalah yang umum dalam bidang obstetri. Menurut analisa
terbaru, kehilangan darah pada saat post partum diatas 500 ml masih merupakan salah
satu masalah yang dapat menyebabkan anemia meskipun pada obstetri modern (usia
82
kelahiran 37 minggu). Pengaruh anemia pada masa nifas terjadinya subvolusi uteri
yang dapat menimbulkan pendarahan post partum, memudahkan infeksi peurperium,
pengeluaran ASI berkurang dan mudah terjadi infeksi mamae (Fitria Elmeida, Gusti,
Mirah, & Sastri, 2014).
Anemia yang paling banyak terjadi adalah anemia akibat kekurangan zat besi.
Zat besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin. Oleh karena itu, ketika tubuh
kekurangan zat besi, produksi hemoglobin pun akan menurun. Kebutuhan zat besi
pada wanita juga meningkat pada saat hamil dan melahirkan (Ikhsan, 2009).
Secara umum tingginya prevalensi anemia disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, C, folat,
riboplafin dan B12 untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam seharinya bisa
dilakukan dengan mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu sumber
zat besi yang mudah diserap, mengkonsumsi sumber makanan nabati yang
merupakan sumber zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap (Briawan, 2014).
Bayam merah (Amaranthus tricolor L.) merupakan salah satu jenis tanaman
sayuran yang mengandung antosianin, protein, lemak karbohidrat, kalium, zat besi
(Fe), amaratin, beta karotin, vitamin A, C, 1 2 E, asam folat, dan glutation. Sayuran
bayam merupakan salah satu jenis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setiap
hari, karena mengandung gizi, vitamin, dan garam mineral seperti zat besi yang
penting diperlukan oleh tubuh manusia (Lingga, 2010).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Resty Himma Muliani, (2017)
tentang “pengaruh mengonsumsi bayam merah (Amaranthus tricolor l) ekstrak
tingkat hemoglobin pada ibu post partum” dengan populasi ada 30 ibu nifas yang
dilakukan kunjungan rumah, termasuk menggunakan purposive sampling,
menggunakan desain quasy dengan pre test post test, yang dilakukan di Oktober –
Desember 2017 di Puskesmas Poned Tarub, Kabupaten Tegal, dengan dosis yang
diberikan selama 14 hari 1.400 mg per hari atau dikonsumsi tiga kali per hari.
Pengambilan sampel darah dan pemeriksaan dilakukan sebelum dan sesudah
intervensi (15 hari), semua pemeriksaan darah adalah pemeriksaan laboratorium.
Berdasarkan analisis menunjukkan p-value > 0,5 disemua variabel, uji-t berpasangan
83
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan dari bayam merah dan nilai dari
hemoglobin p-value = 0,023.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Martina maljeti (2017) tentang
“pengaruh kapsul bayam merah (Amaranthus tricolor l) untuk meningkatkan tingkat
hemoglobin (hb) pada ibu hamil di desa mahia, kecamatan tobelo tengah, kabupaten
halmahera utara” dengan sampel 10 orang ibu hamil trimester II yang dilakukan di
desa mahia, kecamatan tobelo tengah, kabupaten halmahera utara, dilakukan dalam 1
minggu 3 kali dalam sehari dengan dosis 0,3 – 0,5 % gr/ml per satu kali pemberian.
Berd asarkan hasil analisis bivariat ada pengaruh pemberian kapsul bayam merah
terhadap peningkatan kadar hemoglobin dengan nilai p = 0,000 < 0,05, dengan
koefisien korelasi 0,084.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan Dinas Kesehatan Kota Samarinda
menggambarkan data jumlah ibu post partum pada tahun 2018 dari Bulan Januari
hingga Bulan Desember berjumlah 16.099 orang. Data yang diberikan oleh RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada tahun 2018 dari Bulan Januari hingga
Desember ibu post partum dengan HB rendah berjumlah 47 orang. Berdasarkan hasil
wawancara dengan 6 ibu postpartum 8 hari pasca persalinan yang mengalami hb
rendah diantaranya, 2 ibu postpartum dengan hb 9,3 g/dl dan 4 ibu postpartum
dengan hb 10,0 mg/dl, penanganan yang dilakukan ibupostpartum 3 diantaranya
mengkonsumsi obat-obatan penambah darah dan 3 ibu postpartum tidak
mengkonsumsi, dan 2 ibu postpartum mengetahui banyam merah dapat meningkatkan
kadar hemoglobin dan 4 ibu postpartum tidak mengetahui bayam merah dapat
meningkatkan kadar hemoglobin. Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas,
peneliti melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Pemberian Rebusan Bayam Merah
Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin pada Ibu Postpartum”.
METODE
84
post test Designt, (Sastroasmoro dan Ismael, 2014).. Penelitian ini dilakukan di
Puskesmas Air Putih Samarinda yang terletak di jalan P. Suryanata RT. 33 No.
41 Samarinda, yang meliputi dua kelurahan yaitu kelurahan Air Putih dan
Kelurahan Bukuit Pinang. Dilakukan pada tanggal 07 Juli - 13 Juli 2019 selama
1 minggu. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non
Probability Sampling dengan teknik Consecutive Sampling. Instrument yang
digunakan untuk Variabel independen menggunakan Standar Prosedur
Operasional (SOP) dan variabel dependent dalam penelitian ini menggunakan
hemometer digital (easy touch)
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur kadar hemoglobin dengan
menggunakan alat ukur hemoglobin sebelum dan sesudah intervensi.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat bertujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel dan
bivariat dilakukan untuk menguji perbedaan rebusan bayam merah terhadap
peningkatan kadar hemoglobin dengan menggunakan uji t – berpasangan.
Karena sebaran data berdistribusi normal.
HASIL PENELITIAN
1. Uji univariat
Tabel 4.1 Distribusi nilai hemoglobin pada ibu post partum sebelum dan
setelah pemberian rebusan bayam merah di wilayah kerja
Puskesmas Air Putih Tahun 2019 (n=12)
mean 10,233 dengan standar devisiasi 0,4735, maximal 10,8 dan minimum 9,1,
sedangkan nilai pada post test nilai mean 11,817 dengan standar devisiasi 0,4859,
maximal 12,5, minimum 11,0 , dengan tingkat kepercayaan 95% dari hasil uji
statistik terdapat perbedaan nilai.
2. Uji buvariat
Tabel 4.2 Perbedaan nilai hemoglobin pada ibu postpartum sebelum dan
setelah diberikan rebusan bayam merah di wilayah kerja
Puskesmas Air Putih Tahun 2019 (n=12)
Variabel N Mean(Min Selisih P value
-max) rerata
Pre 12 10,233
(9,1-10,8)
1,584 0,000
Post 12 11,817
(11,0-12,5)
Sumber : analisa data 2019
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa selisih rata-rata kadar hemoglobin
adalah 1,584 dengan p-value <0,05 (0,000), sehingga dapat diartikan bahwa ada
perbedaan nilai sebelum dan sesudah diberikan rebusan bayam merah pada ibu
postpartum.
PEMBEHASAN
Pada penelitian ini terdapat 12 responden, semua responden dilakukan
pengukuran kadar hemoglobin terlebih dahulu sebelum dilakukan intervensi
pemberian rebusan bayam merah terhadap peningkatan kadar hemoglobin, lalu
diberikan rebusan bayam merah 2 kali sehari selama 1 minggu. Setelah dilakukan
analisis dengan menggunakan uji paired t-test, didapatkan bahwa ada perbedaan
kadar hemoglobin sebelum dan setelah diberikan rebusan bayam merah pada ibu post
partum.
Hemoglobin (Hb) adalah komponen sel darah merah yang berfungsi
menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb berkurang maka jaringan tubuh
kekurangan oksigen. Hemoglobin terdiri dari materi yang mengandung besi yang
disebut heme dan globulin. Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam satu sel
darah merah. Setiap molekul hemoglobin memiliki empat tempat peningkatan untuk
86
DAFTAR PUSTAKA
Atikah, Proverawati.2011. Anemia Dan Anemia Kehamilan Nuha
Merdeka:Jogjakarta
Bakta, I Made. 2018. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC
Briawan, D. 2014. Anemia Masalah Gizi Pada Remaja Wanita. Jakarta : EGC.
Fitria Elmeida, Gusti, Mirah, & Sastri, 2014 Analisis Determinan Perdarahan Post
Partum Di Rumah Sakit Ika
Ikhsan, S, 2009. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta : Bangkit
89