Anda di halaman 1dari 23

Patofisiologi

Gangguan yang terjadi pada stenosis pulmonal disebebkan oleh menurunnya


aliran darah ke paru dan adanya hipertrofi otot ventrikel kanan yang konsekuensinya
adalah gagal jantung Terkumpulnya darah akibat obstruksi jalan keluar ventrikel
kanan akan menyebabkan peningkatan tekanan di ventrikel tersebut. Apabila
peningkatan tekanan ni tidak besar dan masih dapat di kompensasi oleh ventrikel,
tekanan di atrium kanan tidak akan meningkat tinggi sehingg tidak terjadi aliran balik
dari jantung kanan ke kiri melewati foramen ovale. pada keadaan ini, saturasi oksigen
di jantung kiri tidak berkurang dan sianosis tidak akan terjadi.

Karena stenosis yang terjadi pada katup pulmonal ( tipe valvuler ), atau pada
pangkal arteri pulmonal ( tipe supravalvuler ), atau pada infundibulum ventrikel
kanan ( tipe subvalveler ), maka ventrikel kanan akan menghadapi beban tekanan
berlebihan yang kronis. Dilatasi pasca stenotik pada arteri pulmonal merupakan
pertanda yang karakteristik bagi stenosis pulmonal tipe valvuler dan tidak ditemukan
pada tipe stenosis pulmonal yang lain. Katup pulmonal tampak doming pada waktu
systole, tebal dan mengalami fibrosis, tapi jarang sekali disertai klasifikasi. Jika
ditemukan proses klasifikasi, biasanya disebabkan oleh infiksi endokarditis bacterial.
Adanya hipertrofi ventrikel kanan menunjukkan bahwa stenosis pulmonal cukup
signifikan. Bagian infundibuler akan mengalami hipertrofi pula dan hal ini akan
memperberat stenosis pulmonal. Tekanan akhir diastolic dalam ventrikel kanan pun
meninggi. Elastisitas miokard berkurang dan akhirnya timbul gejala gagal jantung
kanan.

Severitas stenosis pulmonal umumnya dibedakan sebagai stenosis pulmonal


yang ringan, yang moderat dan yang berat, walaupun perbedaan ini hanya bersifat
arbitrer dan sering overlapping, bahkan mengalami perubahan yang progresif. Pada
stenosis pulmonal yang ringan, tekanan sistolik di ventrikel kanan biasanya kurang
dari 50 mmHg dan itu berarti kurang dari 50% tekanan sistemik. Pada stenosis
pulmonal yang moderat, tekanan sistolik ventrikel kanan berkisar antara 50-75% dari
tekanan sistemik, atau antara 50-75mmHg. Dan stenosis pulmonal dianggap berat,
apabila tekanan sistolik ventrikel kanan lebih dari 75% tekanan sistemik, atau lebih
dari 75 mmHg. Kemudian stenosis pulmonal dianggap sudah kritis apabila tekanan
sistolik ventrikel kanan melebihi tekanan sistemik. Pada pasien PS, tentu dapat
dilakukan upaya agar pembukaannya dapat lebih lebar. Pertama dengan jalan operasi.
Tetapi dalam 15 tahun terakhir ini dapat dilakukan pula dengan upaya non-bedah
yakni dengan balonisasi katup untuk melebarkan katup yang sempit tersebut (pasien
datang pagi hari, dan pulang keesokan harinya). Dapat dilakukan di RS2 yang ada
fasilitas kateterisasi dan dilakukan dokter jantung yang berpengalaman melakukan
tindakan ini.
Pathways

Stenosis pulmonaris

Endogen : penyakit geenetik, riwayat Eksogen : riwayat kehamilan,


PBJ, riwayat keluarga menderita riwayat infeksi rubella, pajanan
sinar X

Obstrksi aliran darah dari ventrikel


kanan ke arteri pulmonal

Penambahan tekanan sistolik dan


hipertrofi ventrikel kanan

Tekanan akhir distollik ventrikel


kanan meningkat

Elastisitas

Fungsi gangguan miokard Gagal jantung kanan

Nyeri dada
Penurunan curah jantung
Nyeri akut Suplay O2
Hipoksemia menurun

Sesak Kelelahan dan kelemahan

Ketidakefektifan pola nafas Bayi/anak cepat lelah

Intoleransi Aktivitas
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN STENOSIS
PILMONAL (SP)

1. Pengkajian

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JEMBER

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Jl. Karimata no 49 Telp. (0331) 332240, Fax.


(0331) 337957 Kotak Pos 104 Jember 68121

Website:http://www.unmuhjember.ac.id e-mail:
Kantorpusat@unmuhjember.ac.id

Kode A

FORMAT PENGKAJIAN

Tgl / jam MRS : 10 Oktober 2019


Ruang : Mawar
No. Register : 1068121
Diagnosa Medis : SP
Tgl / jam pengkajian : 12 Oktober 2019 / 10.00 WIB

A. Identitas Klien

Nama : Nn.Y Suami / Istri / Orang tua :


Umur : 8 Tahun Nama : Ibu A

Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Ibu rumah


tangga
Agama : Islam Alamat : Balung

Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia

Bahasa : Madura

Pendidikan :- Penanggung Jawab :

Pekerjaan :- Nama : Bpk. B

Status : Belum menikah Alamat : Balung

Alamat : Balung

B. Keluhan Umum

Sesak nafas, nyeri dada

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien menyatakan nyeri dibagian dada bahakan sampai tubuhnya lemas selama
beberapa hari. Lalu pada saat melakukan aktifitas yang lumayan berat rasa sesak dan
nyeri terasa seperti di tekam dan irama nafas yang tidak teratur

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan pernah sakit panas dan sesak

E. Riwayat Keluarga

Keluarga ada yang pernah mengidap penyakit kelainan jantung

Genogram:

8 th
th
F. Keadaan Lingkungan Yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit

Ibu pasien mengatakan lingkungan rumahnya bersih

G. Pola fungsi kesehatan


1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Ibu pasien mengatakan jika anaknya sakit langsung memeriksakan anaknya ke
rumah sakit atau puskesmas terdekat.

2. Pola nutrisi dan metabolism


Makanan :

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Frekuensi 3 x/Hari 3 x/hari
Jenis Bubur , lauk, sayur, Bubur, lauk, sayur
buah
Porsi 1 porsi habis ½ porsi habis
Total konsumsi 1650 kkal/hari 1035 kkal/hari
Keluhan Tidak ada Tidak ada

Minuman :

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Frekuensi 6-7 x/hari 6-7 x/hari
Jenis Susu, air putih Susu
Total konsumsi 1750 cc 840 cc
Keluhan Tidak ada Tidak ada

3. Pola eleminasi
Eliminasi Uri

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Frekuensi 6 x/hari 5 x/hari
Pancaran Kuat Lemah
Jumlah + 250 cc + 250 cc
Bau Amoniak Amoniak
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Perasaan setelah BAK Lega Lega
Total produksi Urin + 1300 cc + 1250 cc
Eliminasi Alvi

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Frekuensi 2 x/hari 2 x sehari
Konsistensi Lunak berbentuk Encer berlendir
Bau Khas Khas
Warna Kuning kecoklatan Hijau kehitaman

4. Pola aktivitas dan kebersihan diri


KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Mobilitas rutin Bermain Bedrest dan mobilisasi
di tempat tidur
Waktu senggang Nonton tv Bedrest
Mandi Bantuan sebagian Tergantung penuh
Berpakaian Bantuan sebagian Tergantung penuh
Berhias Bantuan sebagian Tergantung penuh
Toileting Bantuan sebagian Tergantung penuh
Makan minum Bantuan sebagian Tergantung penuh
Tingkat Bantuan sebagian Tergantung penuh
ketergantungan

5. Pola istirahat tidur


KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Jumlah jam tidur siang - 1 jam
Jumlah jam tidur 6-7 jam 4 jam
malam
Pengantar tidur Dongeng Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Sering terbangun dan
gelisah
Perasaan waktu Nyaman Cemberut dan gelisah
bangun

6. Pola kognitif dan persepsi sensori


Pasien dapat berfikir dengan rasional, berbicara kurang lancer, melihat dengan
jelas, dapat mendengar

7. Pola konsep diri


Gambaran diri: pasien dapat memahami perubahan fungsi tubuhnya

Ideal diri: pasien ingin cepat sembuh agar dapat melakukan aktivitasnya lagi
seperti biasanya

Identitas diri: pasien menyadari bahwa apa yang terjadi padanya adalah takdir
dari Allah swt.

Harga diri: pasien senang keluarga mendukungnya dan ingin cepat sembuh

Peran diri: pasien adalah anak tunggal dikeluarganya

8. Pola hubungan – peran


Hubungan dengan keluarga harmonis dan baik dengan masyarakat sekitar

9. Pola fungsi sexual – sexualitas


Anak masih ngompol, tetapi sudah dapat mengkomunikasikan keinginan
BABnya walaupun sering terlambat

10. Pola mekanisme koping


Menangis keras, memukul-mukul Ibu, dan tidak berhenti sampai keinginan
terpenuhi
11. Pola nilai dan kepercayaan
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Nilai khusus Tidak ada _
Praktik ibadah Belajar do’a hendak Belajar do’a hendak
mau tidur mau tidur
Pengetahuan tentang _ _
praktik ibadah selama
sakit

H. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaaan / penampilan umum : Post op open heart

Kesadaran : Somnolen

BB sebelum sakit : 16 Kg

BB saat ini : 10 Kg

BB ideal : 18 Kg

Perkembangan BB : Mengalami penurunan 6 Kg

Status gizi : KEP Berat

Status hidrasi : normal

TTV:

Suhu : 36,2 c
TD : 110/70 mmHg
Nadi: 79 x/menit
RR : 25 x/menit

Anamnesa : Pasien terlihat sesak nafas pola nafas tidak teratur frekuensi
nafas melebihi normal
Hidung : Bunyi nafas adventisius ( krekels dan mengi ), secret/ ingus
tidak ada, oedem pada mukosa tidak ada

Inspeksi : Dada tidak simetri


Palpasi : Nyeri tekan ada, fraktur tulang nasal tidak ada

2. Mulut

Inspeksi : Mukosa bibir tidak sianosis, alat bantu nafas ETT ada sinus
paranasalis
Inspeksi : Pemeriksaan sinus paranasalis normal
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada

3. Leher

Inspeksi : Trakheostomi tidak ada


Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, adanya massa tidak ada, pembesaran
kelenjar limfe tidak ada, posisi trachea di tengah

4. Dada :
Inspeksi :

- bentuk dada : normal simetris, tidak ada lesi


- payudara : normal, tidak ada benjolan pada payudara
- ictus cordis : jantung membesar ke kanan dan ke kiri
- retraksi : ada / tidak ada, di intercostal
Palpasi :

- fokal fremitus : getarannya terasa


- ekspansi dada : simetris
- ictus cordis : ICS teraba, tidak ada pembesaran setiap ICS
Perkusi :

- Suara ketuk : sonor


- ……………………………………………………………………………

Auskultasi :

- suara nafas : krekel kasar


- suara nafas tambahan : Ronchi (+) , pernafasan cuping hidung (+),
wheezing (-), stridor (-)
suara jantung : S1 S2 tunggal
5. Abdomen
- inspeksi : simetris

- Auskultasi : bising usus 22 x/menit, kembung (+)


- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : timpani
6. Ekstermitas ( atas / bawah )
Ekstremitas atas:terpasang infus divena kava (bilument), edema tidak ada
Ektremitas bawah : kaki simetris kanan dan kiri, tidak ada pergerakan
abnormal

7. Tulang belakang / punggung – pinggaang


Tidak ada kelainan

8. Anus – genetalia:
Kulit sekitar pantat, genetalia tampak kemerahan (bintik-bintik merah), sedikit
terkelupas

9. Pemeriksaan neurologis
GCS 6, gerakan sangat lemah

I. Pemeriksaan diagnostik
1. Laboratorium
2. Radiologi
Terapi Oral
No Nama obat ( ditulis lengkap ) Dosis / hari

1 Digoxin Dosis awal 45 mcg/kgBB per hari, dalam


3 kali pemberian. Dilanjutkan 10
mcg/kgBB per hari, dalam 1 atau 2 kali
pemberian.

Dosis dewasa untuk ankylosing


2 Indometachin spondylitis

Immediate-release: 25 mg per oral


setiap 8-12 jam. Dosis dapat ditingkatkan
hingga 25 atau 50 mg setiap minggu
hingga mencapai dosis harian maksimum
yaitu 150-200 mg.
Extended-release: 75 mg per oral
sekali sehari. Dosis dapat ditingkatkan
hingga 75 mg dua kali sehari.

Dosis dewasa untuk osteoarthritis

Immediate-release: 25 mg per oral


setiap 8-12 jam. Dosis dapat ditingkatkan
hingga 25 atau 50 mg setiap minggu
hingga mencapai dosis harian maksimum
yaitu 150-200 mg.
Extended-release: 75 mg per oral
sekali sehari. Dosis dapat ditingkatkan
hingga 75 mg dua kali sehari.

Dosis dewasa untuk rheumatoid


arthritis

Immediate-release: 25 mg per oral


setiap 8-12 jam. Dosis dapat ditingkatkan
hingga 25 atau 50 mg setiap minggu
hingga mencapai dosis harian maksimum
yaitu 150-200 mg.
Extended-release: 75 mg per oral
sekali sehari. Dosis dapat ditingkatkan
hingga 75 mg dua kali sehari.

Dosis dewasa untuk acute gout


50 mg per oral atau melalui dubur
3 kali sehari hingga serangan pegal
berkurang, biasanya 2-3 hari.

Dosis dewasa untuk bursitis

75-150 mg per hari dalam 3-4


dosis yang terpisah.

Dosis dewasa umum untuk tendonitis

75-150 mg per hari dalam 3-4


dosis yang terpisah.

Dosis dewasa umum untuk cluster


headache

Immediate-release: 25-50 mg per


oral 3 kali sehari.
Extended-release: 75 mg per oral
sekali atau dua kali sehari.

Dosis anak untuk patent ductus


arteriosus

Indometasin intravena:

Kurang dari 48 jam:

Dosis pertama: 0.2 mg/kg


intravena.
Dosis kedua: 0.1 mg/kg intravena.
Dosis ketiga: 0.1 mg/kg intravena.

Dosis diberikan pada interval 12-24 jam


selama 2-7 hari:

Dosis pertama: 0.2 mg/kg


intravena.
Dosis kedua: 0.2 mg/kg intravena.
Dosis ketiga: 0.2 mg/kg intravena.

Dosis diberikan pada interval 12-24 jam,


lebih dari 7 hari:

Dosis pertama: 0.2 mg/kg


intravena.
Dosis kedua: 0.25 mg/kg
intravena.
Dosis ketiga: 0.25 mg/kg
intravena.

Dosis diberikan pada interval 12-24 jam.

Dosis anak untuk rheumatoid arthritis

2-14 tahun: 2 mg/  kg/hari berikan


dalam dosis yang terpisah. Dosis titrasi
hingga maksimal 4 mg/ kg/ hari atau 200
mg setiap harinya.

Dosis anak untuk nyeri 

1-2 mg/ kg/ hari dalam 2-4 dosis


terpisah. Dosis maksimum setiap harinya
4 mg/ kg.

Dosis anak untuk bartter syndrome

0.5-2 mg/ kg/ hari pada dosis


terpisah.

Dosis anak untuk gitelman syndrome

Kasus terlapor (n=3): 1-2


mg/kg/hari diberikan dalam 3 dosis
berbeda. Dosis maksimum adalah 4 mg/
kg/ hari jika perkembangan lambat.
3 Captopril
Dosis anak untuk Langerhans’ Cell
Histiocytosis

Penelitian (n=10)
Lebih dari 2 tahun: 1-2.5 mg/ kg/ hari
diberikan dalam 2-3 dosis terpisah dalam
rata-rata waktu 6 minggu (rata-rata 2-16
minggu).

 Hipertensi
Dewasa: Dosis awal 25-75 mg
terbagi menjadi 2-3 dosis. Dosis
dapat ditingkatkan hingga 100-
150 mg terbagi menjadi 2-3 dosis
setelah 2 minggu penggunaan.

 Gagal jantung
Dewasa: Dosis awal 6,25-12,5 mg
dikonsumsi 2-3 kali sehari.
Dosis pemeliharaan 75-150 mg
dosis terbagi. Dosis maksimal 450
mg perhari.

 Pasca serangan jantung


Dewasa: Dosis awal 6,25-12,5 mg
dikonsumsi 3 kali sehari. Dosis
dapat ditingkatkan hingga 50 mg
dikonsumsi 3 kali sehari.

Parental

No Nama Obat ( ditulis lengkap ) Cara pemberian Dosis / hari

1.

2.

3.
Lain – lain, sebutkan

…………………………………………………………………………………………

Jember, 12 Oktober 2019

…………………………………..

NIM. ……………………………
I. Pemeriksaan Fisik

Suhu : 36,2 c
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 79 x/menit
RR : 25 x/menit
ANALISA DATA

Tgl/Jam Pengelompokan Masalah Kemungkinan


Data Penyebab
12 Oktober DS : Penurunan Curah Malformasi
2019 / Ibu mengatakan Jantung jantung
10.00 WIB anaknya sesak
nafas

DO :
- RR 52
x/menit
- Nadi 135
x/menit
-Suhu 36,0 C
-CRT 3 detik
-Ada oedema
-Warna kulit
pucat
12 Oktober DS : - Ketidakefektifan Penurunan suplai
2019 / DO : Perfusi Jaringan oksigen ke
10.00 WIB - Sianosis Perifer jaringan perifer
- Akral dingin
- Denyut nadi
perifer tidak
teraba

12 Oktober DS : Ketidakseimbangan Kelelahan pada


2019 / Ibu mengatakan Nutrisi Kurang saat makan dan
10.00 WIB anaknya tidak Dari Kebutuhan meningkatnya
mau makan. Tubuh kalori
DO :
- Penurunan
berat badan
- Pasien
tampak lemah
-Membran
mukosa pucat

12 Oktober DS : Intoleransi Kelemahan otot


2019 / Ibu Aktivitas dan kelelahan
10.00 WIB mengatakan
anaknya sangat
lemah dan tidak
lincah
DO :
-pasien hanya
berbaring
ditempat tidur
-pasien tampak
lemah
- kekuatan otot
3 3
3 3

12 Oktober DS : Risiko Tidak


2019 / Ibu mengatakan Keterlambatan adekuatnya
10.00 WIB anak sukar Perkembangan suplai oksigen
berinteraksi dan zat nutrisi ke
dengan keluarga jaringan
maupun orang
lain

DO :
-BB : 8 kg
-TB : 75 cm
-LK : 43 cm

Diagnosa Keperawatan

DIAGNOSIS KEPERAWATAN/ MASALAH KOLABORATIF

No Tgl/Jam Diagnosis Keperawatan / Masalah Kolaboratif Paraf


1 12 Oktober Penurunan Curah Jantung b.d malformasi jantung
2019/10.00 d.d sesak, RR 52x/menit
WIB
2 12 Oktober Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer b.d
2019/10.00 penurunan suplai oksigen ke jaringan perifer d.d
WIB denyut nadi perifer tidak teraba

3 12 Oktober Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan


2019/10.00 Tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan
WIB meningkatnya kalori d.d tidak nafsu makan dan
mengalami penurunan berat badan

4 12 Oktober Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan otot dan


2019/10.00 kelelahan d.d kekuatan otot skala 3
WIB
5 12 Oktober Risiko Keterlambatan Perkembangan b.d tidak
2019/10.00 adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke
WIB jaringan

Evaluasi

Nomor Tgl/Jam Evaluasi Tanda


diagnosis Tangan
1. 7-10-19 S: keluarga mengatakan anak
09.00 WIB sudah tidak mengalami
kesulitan dalam bernafas
O: - TD:100/70mmHg
-
-
-
A: tujuan tidak tercapai
P: intervensi 1,2,3 dilanjutkan
2. 7-10-19 S: keluarga mengatakan anak
09.00 WIB sudah tidak mengalami nyeri
di dada
O: - Tanda tanda vital dalam
keadaan rentang normal
-
-
ketidaknyamanan
menurun

A: tujuan tercapai sebagian


P: intervensi 1,2,3 dilanjutkan

3. 7-10-19 S: keluarga mengatakan anak


09.00 WIB sudah tanpak tidak lemas
O: -Tanda tanda vital dalam
keadaan normal
-
-
kesadaran
-
menjelaskan tentang
penurunan curah
jantung

A: tujuan tercapai sebagian


P: intervensi 1,2b, 3,4
dilanjutkan
4. 7-10-19 S: keluarga mengatakan anak
09.00 WIB sudah tidak gelisah
O: - Tanda tanda vital dalam
keadaan normal
-
normal
-
menurun

A: tujuan tercapai sebagian


P: intervensi 2.3,4 dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai