Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KESEHATAN KESELAMATAN KERJA

“ OBSERVASI PERALATAN K3 DI TEMPAT KERJA”

DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. Soesanto, M. Pd.

Disusun Oleh :

BIOLADWIKO (NIM. 0613519016)

PROGRAM PASCASARJANA - ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2020
I. PENDAHULUAN

Di era globalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu
mengembangkan dan meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan
serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan
kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi. Dalam pelaksanaan
pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di sektor kesehatan tidak terkecuali di
Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajan dengan resiko bahaya di tempat
kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling
berat tergantung jenis pekerjaannya. Dari hasil penelitian di sarana kesehatan
Rumah Sakit, sekitar 1.505 tenaga kerja wanita di Rumah Sakit Paris mengalami
gangguan muskuloskeletal (16%) di mana 47% dari gangguan tersebut berupa nyeri
di daerah tulang punggung dan pinggang. Dan dilaporkan juga pada 5.057 perawat
wanita di 18 Rumah Sakit didapatkan 566 perawat wanita adanya hubungan kausal
antara pemajanan gas anestesi dengan gejala neoropsikologi antara lain berupa
mual, kelelahan, kesemutan, keram pada lengan dan tangan. Di perkantoran,
sebuah studi mengenai bangunan kantor modern di Singapura dilaporkan bahwa
312 responden ditemukan 33% mengalami gejala Sick Building Syndrome (SBS).
Keluhan mereka umumnya cepat lelah 45%, hidung mampat 40%, sakit kepala 46%,
kulit kemerahan 16%, tenggorokan kering 43%, iritasi mata 37%, lemah 31%. Dalam
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 mengenai
kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib diseleng-garakan
pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya
kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh
produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.
II. Pengertian Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3)
Menurut Mangkunegara (2002, p.163)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.
Menurut Suma’mur (2001, pasal.104)
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang
aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak (1994)
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan
kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi
mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .

Mathis dan Jackson (2002, pasal. 245)

Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik


seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk
pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, pasal.6)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat
dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

Jackson (1999, pasal. 222)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-


fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang
disediakan oleh perusahaan. Sekarang sudah cukup jelas tentang pengertian dari K3 ini.
Setiap orang bebas untuk memberikan pengertian menurut pemahaman dan pemikiran
mereka masing-masing dan Anda pun berhak memberikan pengertian tentang K3 ini
selama itu masih dalam kontek Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Teori Penyebab Kecelakaan Kerja.

Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia kerja, terjadinya
kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan diupayakan pencegahannya

Adapun beberapa teori mengenai penyebab kecelakaan kerja, yaitu :

Teori Domino

Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian kejadian .
Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu :

lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan,
dan cedera atau kerugian (Ridley, 1986).

Teori Multiple Causation

Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu
penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau situasi
yang tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja
tersebut perlu diteliti.

Teori Gordon

Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban
kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang
tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang
terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab
terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya
kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail.

Teori Domino terbaru

Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang suatu teori yang
mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja adalah ketimpangan
manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori Domino Heinrich untuk
memperlihatkan pengaruh manajemen dalam mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
III. TUJUAN PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA.

Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga.
Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja,
atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai
setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja
yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan
meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang
ketat. (Silalahi, 1995) Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu
kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.
Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan
kerja adalah sebagai berikut:

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
IV. Hasil Observasi Peralatan K3.
Berdasarkan hasil observasi di kantor Komisi Penanggulangan AIDS Kota
Semarang di Gedung Juang 45 Jalan Pemuda No.163 Semarang, didapatkan
hasil sebagai berikut :

APAR atau Alat Pemadam Api Ringan merupakan alat pemadam kebakaran yang
mudah untuk dibawa dan dapat dioperasikan satu orang. yang dilengkapi Alat Pengukur
Tekanan (Pressure Gauge) yang berfungsi untuk menunjukkan tekanan pada tabung.
Hal tersebut dapat membantu memudahkan kita untuk dapat mengontrol kinerja dari
tabung pemadam. Untuk ukurannya Alat Pemadam Api Ringan memiliki berat dari 1-
9Kg. Khusus untuk Tabung Pemadam Api berisi Carbon Dioxide memiliki berat 2-7Kg
(Standar).
Thermatic System (System Sprinkler) atau Alat Pemadam Api Thermatic merupakan
Alat Pemadam Api Otomatis. Untuk Thermatic System terpasang secara modulair yang
terdapat di plafon. Pemasangan dan banyaknya modul dapat disesuaikan dengan
ukuran dan kebutuhan ruangan yang akan dilindungi. Alat Pemadam Api Otomatis ini
akan berfungsi jika ada asap atau adanya api yang menyala dan terdeteksi oleh sensor.

Alat Pemadam Api Otomatis yang terpasang dalam satu ruangan akan berfungsi secara
bersamaan dikarenakan pada ujung sprinkler untuk alat ini sudah dilengkapi dengan
Actuator yang merupakan sistem elektronik. Alat ini memiliki fungsi sebagai Thermatic
yang artinya bila adanya kegagalan fungsi elektronik, maka akan tetap bekerja dari
panas temperatur ± 68°C.
Tangga darurat atau emergency exit ini sebagai pintu evakuasi bila terjadi sesuatu
diperkantoran, mall, atau apartement. Bila terjadi kebakaran atau gempa bumi lift dan
escalator akan mati. Maka jalan alternatif atau jalan satu-satunya untuk menyelamatkan
diri adalah melalui tangga darurat/emergency exit. Tangga darurat/emergency exit
dibuat dengan mudah yang berbentuk vertikal kebawah yang mampu di gunakan oleh
anak kecil, orang dewasa, dan orang cacat.
Namun disayangkan tidak semua orang mengerti akan kegunaan tangga darurat.
Kebanyakan mereka menggunakan tangga darurat hanya untuk turun dan naik yang di
karenakan mereka malas menunggu lift atau berjalan menuju tangga biasa yang telah
di siapakan untuk naik dan turun. Untuk mengurangi kejadian tersebut berikut ini yang
harus di perhatikan saat menggunakan tangga darurat atau emergency exit :
1. Jangan mengganjal pintu tangga darurat/emergency exit
2. Jangan letakkan barang di tangga darurat/emergency exit
3. Jangan menggunakan tangga darurat untuk istirahat, makan/minum/merokok,
menyimpan barang dan mengakses untuk naik dan turun apabila tidak terjadi
kebakaran atau gempa bumi
4. Pastikan petunjuk jalan dan lampu exit menyala
5. Laporkan kepada pihak pengelola gedung atau safety officer setempat atas
kerusakkan dari tanda-tanda emergency yang berada di setiap tangga darurat atau
pintu yang tidak dapat dibuka dan kerusakan pada perlengkapan fire emergency
lainnya.
6. Berpeganganlah pada handrill
7. Dilarang lari ( lebih baik jalan cepat )
8. Jangan membawa barang yang terlalu banyak dan berat kecuali barang atau
dokumen penting saja
9. Jangan panik
10. Tinggalkan gedung melalui pintu tangga darurat lalu tutup kembali dan jangan di
ganjal.
Pegangan besi pada kaca dinding, untuk menahan/pegangan seseorang apabila
mengalami kecelakan kerja, sehingga tidak jatuh langsung pada kaca dinding.

V. PENUTUP

Dalam pelaksanaan K3 perkantoran perlu memperhatikan 2(dua) hal penting yakni


indoor dan outdoor. Baik perhatian terhadap konstruksi gedung beserta
perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta kode
pelaksanannya maupun terhadap jaringan elektrik dan komunikasi, kualitas udara,
kualitas pencahayaan, kebisingan, display unit (tata ruang dan alat), hygiene dan
sanitasi, psikososial, pemeliharaan maupun aspek lain mengenai penggunaan
komputer. Hal diatas tidak hanya meningkatkan dari sisi kesehatan maupun sisi
keselamatan karyawan/pekerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai