Anda di halaman 1dari 12

DESENTRALISASI KESEHATAN

1. Definisi
Desentralisasi dalam arti umum didefinisikan sebagai pernindahan
kewenangan atau pernbagian kekuasaan dalarn perencanaan dan pelaksanaan
pernerintahan, rnanajemen dan pengarnbilan keputusan dari tingkat nasional ke tingkat
daerah atau secara lebih umum adalah pemindahan dari tingkat pemerintahan yang
tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Desentralisasi kesehatan rnempunyai berbagai
rnacarn bentuk yang tidak hanya bergantung pada struktur politik pernerintahan dan
administrasi tetapi juga pada pola organisasi pelayanan kesehatan yang terdapat di
masing-masing negara. Bidang kesehatan merupakan satu dari berbagai fungsi
pemerintahan sehingga sangat dipengaruhi struktur pernerintahan. Akibatnya rnaka
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah akan berkaitan dengan sector kesehatan.
Desentralisasi kesehatan merupakan bentuk pembagian urusan pemerintahan
dibidang kesehatan dari pemerintah pusat ke daerah yang bertujuan untuk
mengoptimalkan pembangunan bidang kesehatan dengan cara lebih mendekatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan sistem ini diharapkan program
pembangunan kesehatan lebih efektif dan efisien untuk menjawab kebutuhan
kesehatan masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena sistem tersebut akan
memperpendek rantai birokrasi, dan juga member kewenangan bagi daerah untuk
menentukan sendiri program serta pengalokasian dana pembangunan kesehatan
didaerahnya. Keterlibatan masyarakat menjadi kebutuhan untuk dapat lebih
mengeksplorasi kebutuhan dan potensi lokal.
Menurut pendapat The Liang Gie Desentralisasi adalah pelimpahan
wewenang dari pemerintah pusat kepada satuan-satuan organisasi
pemerintahan untuk menyelenggarakan segenap kepentingan setempat dari
sekelompok penduduk yang mendiami suatu wilayah. Sementara itu menurut
UU No 5 Tahun 1974 tentang, Desentralisasi adalah penyerahan urusan
pemerintah dari pemerintah atau Daerah tingkat atasnya kepada Daerah,
menjadi urusan rumah tangganya. Sedangkan menurut UU Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah, Desentralisasi adalah : penyerahan
wewenang pemerintah oleh Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dari berbagai definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
Desentralisasi pada dasarnya adalah : suatu proses transfer/penyerahan
sebagian wewenang dan tanggungjawab dari urusan yang semula adalah urusan
pemerintah pusat kepada badan-badan atau lembaga-lembaga Pemerintah
Daerah agar menjadi urusan rumahtangganya sehingga urusan-urusan tersebut
beralih kepada Daerah dan menjadi wewenang dan tanggungjawab Pemerintah
Daerah.

2. Tujuan Desentralisasi
Tim Penyusun Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah (2008:10-
11) mengatakan bahwa desentralisasi dilaksanakan oleh adanya dorongan politik
yang bertujuan antara lain :
a. Untuk meningakatkan wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah
b. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan penyelenggaraan pelayanan
masyarakat yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan penyelenggaraan
pelayanan masyarakat yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat
c. Memperkuat kerja sama dan integrasi pelayanan masyarakat di daerah
d. Restrukturisasi dan efisiensi pelayanan masyarakat
e. Mendukung inovasi dan pengembangan pelayanan masyarakat
Penerapan desentralisasi dalam urusan pemerintahan telah membuka ruang
bagi pemerintahan di level daerah untuk menjalankan aktivitas kerjanya menurut
kebutuhan daerahnya masing-masing tanpa ada paksaan dalam urusan-urusan
pemerintahan yang berkaitan dengan kepentingan daerah, kecuali urusan yang bukan
hak pemerintah daerah. Desentralisasi ini juga mengisyarakatkan kepada pemerintah
daerah untuk bisa lebih optimal dalam melayani masyarakat terutama dalam layanan
kesehatan. Desentralisasi kesehatan dimaksudkan agar masyarakat dapat lebih mudah
dan cepat dalam mendapatkan layanan kesehatan.

3. Jenis-Jenis Desentralisasi Kesehatan


Menurut Mills dkk. (1991) ada empat jenis desentralisasi kesehatan yang
urnum dijumpai dalam praktek yaitu :
a. Dekonsentrasi
Pemindahan sebagian kewenangan dari pemerintah pusat ke kantor-kantor daerah
secara administratif. Kantor-kantor daerah tersebut mempunyai tugas-tugas
administratif yang jelas dan derajat kewenangan tersendiri, tetapi mereka
mempunyai tanggung jawab utama ke pemerintah pusat.
b. Devolusi
Kebijakan untuk membentuk atau memperkuat pemerintah daerah yang dalam
beberapa fungsi benar-benar independen dari pemerintah pusat, misal pencarian
sumber daya.
c. Delegasi
Pemindahan tanggung jawab manajerial untuk tugas-tugas tertentu ke organisasi-
organisasi yang berada di luar struktur pemerintah pusat dan pelaksanaannya
secara tidak langsung dikontrol oleh pemerintah pusat, misal pengadaan dokter
PTT yang merupakan kebijakan pemerintah pusat (termasuk penggajian),
sedangkan pengelolaannya/penugasan merupakan wewenang Pemda melalui
Dinas Kesehatan.
d. Privatisasi
Pemindahan tugas-tugas pengelolaan atau fungsi kepemerintahan ke organisasi-
organisasi sukarelawan atau perusahaan swasta for profit maupun nonprofit.
Praktek desentralisasi kesehatan adalah dekonsentrasi yaitu pernindahan
beberapa fungsi administratif dari Departemen Kesehatan ke daerah. Penyelenggaraan
UU No 22 tahun 1999 tentang Pernerintah Daerah yang diikuti PP No 25 tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Sebagai Daerah
Otonom, menyebabkan perubahan yang rnendasar dalam pelayanan kesehatan. Karena
fungsi Pernerintah
Menurut R. Tresna desentralisasi dapat dibedakan kedalam :
a. Desentralisasi Jabatan (dekonsentrasi), adalah pemberian atau pemasrahan
kekuasaan dari atas ke bawah dalam rangka kepegawaian, guna kelancaran
pekerjaan semata-mata.
b. Desentralisasi Ketatanegaraan, merupakan pemberian kekuasaan untuk
mengatur bagi daerah di dalam lingkungannya guna mewujudkan azas
demokrasi dalam pemerintahan negara. Desentralisasi ketatanegaraan ini
dibagi menjadi : Desentralisasi teritorial dan desentralisasi fungsional.
Sementara itu Koesoemaatmadja, Desentralisasi adalah sistem untuk
mewujudkan demokrasi yang memberikan kesempatan kepada rakyat untuk
ikutserta dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Desentralisasi menurutnya dapat dibedakan menjadi : dekonsentrasi dan
desentralisasi ketatanegaraan atau desentralisasi politik, yaitu : pelimpahan
kekuasaan perundang-undangan dan pemerintahan kepada daerah-daerah
otonom di dalam lingkungannya. Dalam Desentralisasi politik/ketatanegaraan
ini masyarakat dilibatkan dalam penyelenggaraan pemerintahan melalui
saluran-saluran perwakilan. Desentralisasi politik/ketatanegaraan ini dibagi
lagi menjadi (1) desentralisasi teritorial, yaitu : pelimpahan kekuasaan untuk
mengatur dan mengurus rumahtangga daerah masing-masing; (2)
Desentarlisasi fungsional, yaitu pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan
mengurus sesuatu atau beberapa kepentingan tertentu.
Ahli lainnya adalah Amrah Moeslim yang tidak memasukkan
dekonsentrasi sebagai salah satu jenis desentralisasi. Menurut Meoslim,
desentralisasi dibedakan dalam tiga jenis, yaitu :
a. Desentralisasi Politik, yaitu : pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat
yang menimbulkan hak mengatur dan mengurus kepentingan rumahtangga
sendiri bagi badan politik di daerah-daerah yang dipilih oleh rakyat
daerah.
b. Desentralisasi Fungsional, yaitu : pemberian hak kepada golongan-
golongan tertentu untuk mengurus satu macam atau segolongan
kepentingan tertentu dalam masyarakat baik terikat ataupun tidak.
c. Desentralisasi Kebudayaan adalah pemberian hak kepada golongan
minoritas dalam masyarakat untuk menyelenggarakan kebudayaan sendiri
(pendidikan, agama dll).

d. Dasar Hukum Desentralisasi


Dasar hukum desentralisasi dibidang kesehatan adalah SK MENKES
No.4/MENKES/SK/2003 tanggal 06 Januari 2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi dalam bidang kesehatan. Dalam pelaksanaan desentralisasi
kemudian diterbitkan PP 8 tahun 2003, sebagai pengganti PP No. 84 tahun 2000
tentang struktur organisasi daerah yang diantaranya menyebutkan:
1) Untuk Provinsi dalam pasal 5 ayat (2): Dinas Daerah Provinsi mempunyai
tugas melaksanakan kewenangan desentralisasi dan dapat ditugaskan untuk
melaksanakan penyelenggaraan wewenang yang dilimpahkan kepada
Gubernur selaku Wakil Pemerintah dalam rangka dekonsentrasi. Ayat (4):
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). Dinas
Daerah Provinsi menyelenggarakan fungsi:
a) Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lkut tugasnya
b) Pernberian perijinan dan pelaksanaan layanan umum
c) Pembinaan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya
2) Untuk Kabupaten/kota dalam pasal 9 ayat (2): Dinas Daerah Kabupaten/kota
mempunyai tugas melaksanakan kewenangan desentralisasi Ayat (3): Dalam
rnelaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Dinas Daerah
Kabupaten/Kota menyelenggarakan fungsi:
a) Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya
b) Pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umurn
c) Pembinaan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya.
Dalam aplikasinya, PP No. 8 tahun 2003 merubah struktur sistem
kesehatan wilayah dan mempertegas peran dan mernperkuat fungsi Dinas
Kesehatan.

4. Masalah Yang Muncul Dalam Pelaksanaan Desentralisasi Kesehatan


Inti munculnya permasalahan yang ada dalam era desentralisasi kesehatan ini
adalah adanya kegagalan konsolidasi pemerintah daerah pada level provinsi dan
kabupaten/kota. Hal lain yang memperberat masalah desentralisasi kesehatan adalah
fakta bahwa kesehatan di Indonesia belum pernah menjadi isu politik yang penting.
Padahal di Amerika Serikat sebagai contoh, calon presiden bisa mendapat dukungan
yang besar karena program jaminan kesehatannya. Desentralisasi disertai berbagai
upaya menuju akuntabilitas yang leblh baik dan salah satu pilar good governance
adalah akuntabilitas. Ada dua rnacarn akuntabilitas yaitu akutanbilitas politik sebagai
contoh melalui sistern pemilu yang diperbaharui dan akuntabilitas publik diantaranya
melalui kebebasan pers dan berbagai mekanisme partisipasi masyarakat.
Dari berbagai studi kasus dan penelitian menunjukkan bahwa di era
desentralisasi kesehatan ini ada beberapa ha1 penting terkait dengan partisipasi
masyarakat (Dewi Shita L dan Basri Hasan M, 2004):
a. Mulai terbentuknya niat para pengambil keputusan di daerah untuk memperhatikan
opini publikdalam kebijakan kesehatan.
b. Masih rendahnya kepercayaan para pengambil keputusan terhadap kemampuan
masyarakat dalam membuat penilaian yang baik. Hal ini menjadi pendorong bagi
masyarakat untuk lebih meningkatkan kapasitas dalam membuat analisis kebijakan
yang seimbang, komprehensif, obyektif dan bersifat solusif. Sedangkan di sisi
pemerintah dibutuhkan sikap yang lebih matang dalam berdemokrasi dan
legitimasi yang lebih kuat untuk partisipasi masyarakat.
c. Media masa memainkan peran penting dalam menyuarakan opini publik mulai dari
munculnya berbagai topik kesehatan dalam pemberitaan khususnya yang dipicu
oleh laporan masyarakat.
d. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai salah satu faktor civilsociety sudah
menempatkan diri dalam hubungannya antara pemerintah dan masyarakat.

5. Sistem Desentralisasi Pembangunan Kesehatan Di Indonesia


Sistem Desentralisasi yang sekarang ini berlaku di
Indonesia,membawa perubahan tersendiri dalam Pembangunan Kesehatan di
Indonesia.Sesuai Undang–undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
telah dicantumkan bahwa Tujuan Nasional Pembangunan Kesehatan adalah
terwujutnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal berupa keadaan
sejahtra dari badan, jiwa dan sosial yang optimal, yang memungkinkan orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal, bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan,pencegahan
penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan
secara menyeluruh,terpadu dan berkesinambungan, pelaksanaan pelayanan
kesehatan yang merupakan perwujudan dari paradigma sehat pada saat ini
lebih banyak dilaksanakan di pusat kesehatan masyarakat.
Undang–undang No 22 tahun 1999 tentang Otonomi daerah
menjelaskan bahwa pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh adalah
melalui penerapan azas desentralisasi, pada daerah kabupaten/kota.
Pemerintah daerah kabupaten/kota, bertanggung jawab sepenuhnya dalam
penyelenggara pembangunan pada umumnya dan pembangunan kesehatan
pada khususnya dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dituntut
adanya sumberdaya manusia yang professional dan mampumemberikan
kontribusi yang maksimal bagi organisasi dan kesehatan adalah dinas
kesehatan yang mempuyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Mewujudkan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang
berlandaskan prakarsa dan aspirasi masyarakat dengan cara memberdayakan,
menghimpun, dan mengoptimalkan potensi Daerah untuk kepentingan Daerah
dan prioritas Nasional dalam mencapai Indonesia Sehat.
Point dalam desentralisasi kesehatan
a. Mendekatkan Pengambilan Keputusan
b. Pembangunan Kesehatan Lebih Sesuai Dgn Local Specific
c. Potensi Masyarakat Lebih Diberdayakan
d. Derajat Kesehatan Meningkat
e. Human Development Index Indonesia Meningkat
f. Indonesia Sehat – Masyarakat Mandiri Untuk Hidup Sehat
ditengah keterbatasan sumber daya dalam hal pembiayaan dan tenaga adalah
memprioritaskan bidang-bidang pembangunan kesehatan, seperti Kesehatan
Ibu dan Anak. Oleh karena itu, Depkes akan menempuh 4 strategi utama,
yaitu :
a. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.
Sasaran utama strategi ini adalah seluruh desa menjadi desa siaga, seluruh
masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat serta seluruh keluarga sadar
gizi.
b. Meningkatkan akses masyarakat tehadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
Sasaran utama strategi ini adalah ; Setiap orang miskin mendapatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu; setipa bayi, anak, dan kelompok
masyarakat risiko tinggi terlindungi dari penyakit; di setiap desa tersedia
SDM kesehatan yang kompeten; di setiap desa tersedia cukup obat
esensial dan alat kesehatan dasar; setiap Puskesmas dan jaringannya dapat
menjangkau dan dijangkau seluruh masyarakat di wilayah kerjanya;
pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit, Puskesmas dan jaringannya
memenuhi standar mutu.
c. Meningkatkan sistem surveillans, monitoring dan informasi kesehatan.
Sasaran utama dari strategi ini adalah : setiap kejadian penyakit
terlaporkan secara cepat kepada desa/lurah untuk kemudian diteruskan ke
instansi kesehatan terdekat; setiap kejadian luar biasa (KLB) dan wabah
penyakit tertanggulangi secara cepat dan tepat sehingga tidak
menimbulkan dampak kesehatan masyarakat; semua ketersediaan farmasi,
makanan dan perbekalan kesehatan memenuhi syarat; terkendalinya
pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan; dan
berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence based di seluruh
Indonesia.
d. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.
Sasaran utama dari strategi ini adalah : pembangunan kesehatan
memperoleh prioritas penganggaran pemerintah pusat dan daerah;
anggaran kesehatan pemerintah diutamakan untuk upaya pencegahan dan
promosi kesehatan; dan terciptanya sistem jaminan pembiayaan kesehatan
terutama bagi rakyat miskin.
Implikasi desentralisasi pembangunan kesehatan. Adanya kebijakan
desentralisasi dalam bidang kesehatan akan membawa implikasi yang luas
bagi pemerintah daerah dan masyarakat. Implikasi tersebut dapat memberikan
dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positif desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain,
adalah sebagai berikut:
a. Terwujudnya pembangunan kesehatan yang demokratis yang berdasarkan
atas aspirasi masyarakat.
b. Pemerataan pembangunan dan pelayanan kesehatan,
c. Optimalisasi potensi pembangunan kesehatan di daerah yang selama ini
belum tergarap
d. Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang
selama ini hanya mengacu pada petunjuk atasan,
e. Menumbuhkembangkan pola kemandirian pelayanan kesehatan (termasuk
pembiayaan kesehatan) tanpa mengabaikan peran serta sektor lain.
Dampak negatif muncul pada dinas kesehatan yang selama ini terbiasa
dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat diharuskan
membuat program dan kebijakan sendiri. Jika pemerintah daerah tidak
memiliki sumber daya yang handal dalam menganalisis kebutuhan,
mengevaluasi program, dan membuat program, maka program yang dibuat
tidak akan bermanfaat. Selain itu, pengawasan dana menjadi hal yang harus
diperhatikan untuk menghindari penyelewengan anggaran.
Arus desentralisasi semakin menuntut pemotongan jalur birokrasi
aparatur pemerintahan. Hal ini menjadi kendala karena perubahannya
membutuhkan waktu yang lama dan komitmen dari aparatur pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

 J. Hendrartini, A. G. Mukti, Perubahan dalam Pembiayaan Kesehatan:


Desentralisasi dan Jaminan Sosial Kesehatan, 2004.
 L. Trisnantoro, Perubahan Sistem Kesehatan Wilayah Akibat Kebijakan
Desentralisasi, 2001.

Koiruddin, 2005,Sketsa Kebijakan Desentralisasi di Indonesia : Format


Masa Depan Otonomi Menuju Kemandirian Daerah, Averroes Press : Malang.

https://kebijakankesehatanindonesia.net/32-pelatihan/1723-modul-1c-
desentralisasi-di-sektor-kesehatan-dan-otonomi-rumah-sakit (Diakses pada 05
April 2019)

http://digilib.unila.ac.id/325/11/BAB%20II.pdf (Diakses pada 05 April 2019)

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=2ahUKEwiUs5_M98fhAhUF
Y48KHXx_B84QFjAEegQIABAC&url=https%3A%2F
%2Fdentosca.files.wordpress.com%2F2012%2F11%2Fdesentralisasi-kesehatan-
1.ppt&usg=AOvVaw1qsDoVKXWHj8aBzl7feWwv (Diakses pada 05 April
2019)
PENGEMBANGAN DAN PENGORGANISASIAN

Dosen

(Khusnul Kotimatun Inayah ,M.Kes)

DESENTRALISASI KESEHATAN

Disusun Oleh :

Tri Rahmelia Cafriati (17070513)

Dara Faradilla Kholipah (17070458)

Shella Ramadhani Putri (17070183)

Muhammad Rahman (17070140)

PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN

MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY


2019

Anda mungkin juga menyukai