TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori dalam aljabar dan teori
2.1 Keterbagian
Definisi 2.1.1 Sebuah bilangan bulat dikatakan terbagi atau habis dibagi
oleh a.
tidak ada bilangan bulat c sehingga 10 = 3c, atau setiap bilangan bulat c
1997 ).
Istilah lain untuk | adalah a faktor dari pembagi b atau b kelipatan dari
a.
selalu terjadi berpasangan. Jadi dalam menentukan semua faktor dari suatu
bilangan bulat cukup ditentukan faktor-faktor positifnya saja, kemudian
| | | untuk
menyatakan bahwa bilangan tidak nol selalu habis membagi dirinya sendiri
Teorema 2.1.1
y (Sukirman, 1997).
4
Bukti.
Jadi terbukti | ,
yaitu | .
(2.1)
dan
(2.2)
4. Diketahui
(2.3)
dan
(2.4)
jadi terbukti
5
5. Diberikan b = ac untuk suatu Diambil nilai mutlaknya
| | | || | | |.
yang berarti |
2.2 Modulo
Definisi 2.2.1
Misalkan a adalah bilangan bulat dan m adalah bilangan bulat > 0. Operasi a
6
Contoh
Definisi 2.3.1
Contoh
(3 habis membagi
Contoh
Contoh
7
0 dapat ditulis sebagai
Teorema 2.3.1
(i) (a + c) ≡ (b + c) (mod m)
(ii) ac ≡ bc (mod m)
(i) (a + c) ≡ (b + d) (mod m)
Bukti
, untuk suatu
8
, dengan l = ck
{ }
( ) ( ) ( ) +
{( ) ( )
( ) + }
9
2.4 Faktor Persekutuan Terbesar ( FPB )
Definisi 2.4.1
Misalkan a atau b bilangan – bilangan bulat yang tidak nol, d adalah faktor
persekutuan terbesar ( FPB ) atau adalah greatest common divisor dari a dan
b ( ditulis ( a,b ) ) jika dan hanya jika d faktor persekutuan dari a dan b, jika c
Definisi 2.5.1
Sebuah bilangan bulat disebut bilangan prima, jika dan hanya jika
Teorema 2.5.1
Setiap bilangan bulat n, n > 1 dapat dinyatakan sebagai hasil kali bilangan-
10
Lebih lanjut dari teorema di atas , karena faktor-faktor prima itu mungkin
tidak saling berbeda, maka hasil kali bilangan-bilangan prima dari bilangan
2
n p1 1 p2 ... pk
a ak
Contoh 2.5.1
a. 360 = 23.32.5
b. 4725 = 33.52.7
c. 17460 = 23.32.5.72
Berikut ini akan diberikan teorema terkait bilangan prima dengan relasi
kongruensi.
Definisi 2.5.2
(Burton, 1980).
Contoh 2.5.2
Penyelesaian
cukup.
11
ditunjukan bahwa 538 4 (mod 11).
Bukti
Definisi 2.5.3
2
Bentuk n p1 1 p2 ... pk
a ak
disebut representasi n sebagai hasil kali bilangan-
Contoh 2.5.3
Buktikan bahwa 41 2 20 1 .
Penyelesaian
Bukti
Kongruensi(e)
12
Dengan kata lain 41 2 20 1 .
Sebarang bilangan bulat positif n > 1 dapat ditulis dengan tunggal dalam
bentu kanonik
n p1 1 p2 ... pk
a 2 ak
dan p1 p2 ... pk .
Teorema 2.5.5
dan
maka
13
2.6 Perkongruenan Linear
Definisi 2.6.1
perkongruenan.
Teorema 2.6.1
gcd( a, m) d b
Contoh 2.6.1
1. Perkongruenan :
3x 4 (mod 5)
x 4 3x 3 0 (mod 31)
2. Perkongruenan linear :
3x 4 (mod 5)
5x 2 (mod 4)
ax b (mod m)
14
2.6.2 Solusi Perkongruenan Linear
3x 4 (mod 5) (2.6.1)
Jika x pada (2.6.1) diganti dengan bilangan 3, maka akan dipeoleh 3.3 4
kekongruenan yang banar. Begitu pula jika x diganti berturut-turut oleh ..., -7,
sehingga ax = b + km .
Diantara bilangan-bilangan bulat (r + km), dengan k =1, 2, 3, ..., -1, -2, -3, ...
ada tepat satu dan hanya satu, katakan bilangan itu s, sehingga 0 s m ,
karena setiap bilangan bulat terletak di atara dua kelipatan m yang berurutan.
15
Dengan kata lain, s adalah residu terkecil modulo m (lihat Definisi 2.6.1)
Contoh 2.6.2
Penyelesaian :
mempunyai penyelesaian.
adalah ..., -19, -12, -5, 2, 9, 16,... . Jadi solusi dari perkongruenan linear
Penyelesaian :
(mod 6) adalah ..., -7, -4, -2,..., 2, 5, 8, 11, 14, .... Bilangan 2 dan 5
Akibat 2.6.2
mempunyai solusi.
16
2.6.3 Sistem Perkongruenan Linear
. .
. .
. .
dengan m1, m2, ..., mk bilangan bulat positif dan gcd(mi, mj) = 1 untuk .
berikut.
Teorema 2.6.3
Contoh 2.6.3
. .
. .
. .
Penyelesaian
a1 = 2 m1 = 3 M1 = 20
a2 = 3 m2 = 5 M2 = 12
17
a3 = 1 m3 = 4 M3 = 15
, maka
, maka
, maka
Teorema 2.6.4
. .
. .
. .
tersebut adalah
dengan
18
adalah bilangan yang memenuhi
perkongruenan linear.
Definisi 2.7.1
Bilangan komposit adalah bilangan asli lebih besar sama dengan 1 yang
sebagai faktorisasi bilangan bulat, atau hasil perkalian dua bilangan prima
atau lebih.
18. Atau bisa juga disebut bilangan yang mempunyai faktor lebih dari dua.
Definisi 2.8.1
himpunan
{ | }
(Dubner,2002)
19
Definisi 2.8.2
20