Anda di halaman 1dari 17

BAB 4

KONSEPSI KOMPETENSI

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian kompetensi dikalangan


ahli sumber daya manusia, istilah kompetensi kadang-kadang diistilahkan
ability dan attribute. Sofo (1999:123) mendefinisikan kompetensi sebagai
berikut: A competency is composed of skill, knowledge, and attitude, but in
particular the consistent application of those skill, knowledge, and attitude to the
standard of performance required in employment. Difinisi tersebut mengandung
pengertian, bahwa kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, namun yang lebih penting adalah penerapan dari
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan dalam suatu pekerjaan.
Schermerhorn (1994:113) memberikan pengertian kompetensi dalam
bentuk lain, yaitu:
“Competency is the central issue concerning the aptitude and abilities of
people at work. Aptitude represents a person’s capability to learn
something. Ability reflects a person’s existing capacity to perform the
various tasks needed for a given job and includes both relevant
knowledge and skills,”
Kompetensi adalah kemampuan seseorang dalam mempelajari sesuatu
untuk dapat melaksanakan berbagai tugas yang diberikan untuk pekerjaan
yang ditetapkan.
Robbins (2001:37) menyebut kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas
seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Selanjutnya dikatakan bahwa kemampuan individu dibentuk dari suatu
perangkat faktor, yaitu faktor kemampuan intelektual dan faktor kemampuan
fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang
menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan.
Siagian (2000:182) tidak secara gamblang memberikan definisi
komptensi, tetapi secara implicit memperlihatkan keterkaitan antara kompetensi
dengan produktivitas, yaitu para pegawai yang sudah berpengalamanpun selalu
memerlukan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan karena

1
selalu ada cara yang lebih baik dan efisien untuk meningkatkan produktivitas
kerja. Kemampuan pegawai baru yang digabung dengan program pengenalan
(introduction) dan pelatihan tertentu (training) belum tentu menjamin hilangnya
kesenjangan (gap) kompetensi dan tuntunan tugas.
Amstrong (1999:68) membedakan kemampuan (performance) dalam
Atributes dan Cometencies attribute are learnable skill, knowledge, and
expertise, while Competencies refer to the behavior required to put that the
learning in to practices. Attributes adalah keterampilan, pengetahuan, dan
keahlian yang bisa dipelajari, sedangkan Competencies mengarah kepada
perilaku yang diperlukan untuk melaksanakan hasil pembelajaran dalam
praktek.
Mitrani et al., dalam Dhanna (2002) mendefinisikan kompetensi sebagai
karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektifitas kerja
individu dalam pekerjaannya. Definisi ini mengandung makna bahwa
kompetensi adalah bagian keperibadian yang mendalam dan melekat pada
seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan
tugas pekerjaan. Selanjutnya Mitrani et al., (1992), membagi karakteristik
kompetensi sebagai berikut:
1. Motives adalah sesuatu dimana seseorang secara konsisten berfikir
sehingga ia melakukan tindakan.
2. Traits adalah watak yang membuat orang untuk berperilaku atau
bagaimana seseorang merespon sesuatu dengan cara tertentu.
3. Self Concept adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang; Sikap dan
nilai diukur melalui tes kepada responden untuk mengetahui bagaimana
nilai yang dimiliki seseorang, apa yang menarik bagi seseorang melakukan
sesuatu.
4. Knowledge adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu.
Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks.
5. Skills adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik
secara fisik maupun mental.
Konsep komnpetensi Mitrani tersebut, menunjukkan bahwa kompetensi
dari pengetahuan dan keahlian cenderung lebih nyata dan relatif berada di

2
permukaan sebagai salah satu karakteristik yang dimiliki manusia. Self conceft,
trait dan motive, kompetensi lebih tersembunyi, dalam dan berada pada titik
sentral keperibadian seseorang.
Kompetensi pengetahuan dan keahlian relatif lebih mudah
dikembangkan sehingga program pelatihan merupakan cara yang baik untuk
meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia. Sedang trait cukup sulit
untuk dinilai dan dikembangkan sehingga salah satu cara yang paling efektif
adalah memilih karakteristik tersebut pada saat seleksi. Self concept dapat
dirubah melalui pelatihan, psikoterapi sekalipun memerlukan waktu yang lebih
lama dan sulit.
McClelland dalam Dhanna (2002) mendefinisikan kompetensi adalah
karakteristik dasar personal yang menjadi faktor penentu sukses tidaknya
seseorang dalam mengerjakan pekerjaan atau suatu situasi. McClelland
mengembangkan pengukuran kompetensi untuk memprediksi karakteristik
sumberdaya manusia yang melakukan pekerjaan dengan baik. Pertama,
mencari individu yang memilki kinerja yang tinggi, dan membandingkannya
dengan individu yang berkinerja rendah. Kedua, mengembangkan teknik
Behavioral Event.
Interview (BEl). Teknik BEI meminta individu untuk memikirkan beberapa
aspek penting tentang keadaan atas keadaan yang berkaitan dengan
pekerjaannya sehingga menimbulkan basil yang baik atau buruk. Ketiga,
menganalisis transkrip BEI atas informasi tentang keberhasilan dan ketidak
berhasilan para pemimpin untuk mengidentifikasi karakteristik yang
membedakan kedua sampel (individu berkinerja tinggi dan berkinerja rendah).
Bergenhenegouwen et al., dalam Raharso (2004) menjelaskan secara
struktural bahwa kompetensi manusia dapat diibaratkan sebagai gunung es
yang dibagi dalam empat level, yaitu level satu terdiri dari know-haw skills, level
kedua, intermediate skills, level ketiga value, standard, profesional,ettequite
and moral creteria, dan level keempat meliputi self imeage-motives, efforts,
enthusiasmse, fan persuasiveness.
Pada level pertama mempakan komptensi yang berhubungan dengan
knowledge dan skills. Jenis kompetensi ini diperlukan seseorang untuk

3
menduduki jabatan, pekerjaan atau tugas agar dapat dilakukan dengan baik.
Kompetensi ini dipelajari melalui kursus pelatihan profesional dan vokasional.
Level kedua menggambaikan kompetensi manusia berhubungan dengan
intermediate skills yang dapat diaplikasikan dalam berbagai situasi (vokasional).
Kompetensi ini berisi tentang ketrampilan sosial dan komunikasi, ketrampilan
umum dan pandangan vokasional, kualitas organisasional, serta pendekatan
dasar terhadap pekerjaan dan situasi.
Level ketiga dari sturktur kompetensi manusia berisi nilai (value), standar,
etik dan moral seseorang, seperti halnya etik organisasi dan kelompok, yang
dimiliki dan dilaporkan. Value dan standar tersebut diinternalisasi seseorang
berdasarkan pengertian mendalam yang dimiliki individu tersebut, pengalaman
dan juga pendidikan. Value dan standar diekspresikan melalui hal-hal seperti:
mentalitas khusus, pandangan tertentu terhadap dunia/orang lain, opini khusus
tentang kebudayaan, kebajikan, dan tradisi.
Level keempat dari struktur kompetensi manusia terdiri dari karakteristik
personal yang lebih dalam, seperti citra diri, motif aktual dan sumber-sumber
antusiasme serta usaha-usaha untuk menjadi seseorang profesional. Aspek
kompetensi manusia ini hampir tidak kelihatan dan sulit diidentifikasi,
dikembangkan, atau diajarkan.
Berbagai konsep kompetensi tersebut, ternyata tidak mengindikasikan
perbedaan yang nyata mengenai karakteristik dasar dari kompetensi
(knowledge dan skills) yang harus dimilki individu dalam melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan. Akan tetapi, untuk memahami kompetensi lebih
mendalam. kompetensi individu berhubungan dengan keperibadian seseorang,
yang biasanya sulit diukur dan dirubah dengan pelatihan.
Penyusunan anggaran sangat memerlukan kompctensi teknik dan
analisis. Kompetensi teknik diperlukan dalam mengisi format-format anggaran
secara benar, sedangkan kompetensi analisis diperlukan dalam penyusunan
strategi, program dan kegiatan. Disamping itu pejabat yang terlibat dalam
penyusunan anggaran juga memerlukan pengalaman, dengan pengalamannya
akan lebih mudah menyelesaikan pekerjaan yang terkait dengan anggaran.
Pendidikan, pelatihan dan pengalaman sangat diperlukan untuk meningkatkan

4
kompetensi individu, dan kompetensi individu pegawai sangat diperlukan untuk
menunjang implementasi penganggaran kinerja.
Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa kompetensi,
merupakan kapasitas seseorang dalam mengerjakan tugas suatu pekerjaan.
Dimana kopetensi ini ditentukan oleh faktor-faktor pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill), dan sikap atau perilaku (attitude).
Atas dasar kesimpulan uraian sebelumnya, maka batasan kompetensi
yang diberikan Sofo lebih sempurna dibanding pendapat ahli-ahli lain,
berhubung Sofo sudah memasukkan sikap/perilaku (attitude) sebagai salah
satu faktor penentu.

Faktor-faktor Kompetensi
Pada uraian sebelumnya telah disimpulkan bahwa kompotensi
(competency) adalah merupakan kapasitas seseorang dalam melaksanakan
tugas suatu pekerjaan. Kompetensi ini ditentukan oleh faktor-faktor
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap atau perilaku
(attitude). Oleh karena itu yang akan dijadikan faktor kompetensi adalah
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap atau perilaku
(attitude). Disamping faktor kompetensi, faktor motivasi juga akan disertakan
dalam pembahasan karena bagaimanapun motivasi punya andil yang
menentukan dalam pokok bahasan ini.
Oleh sebab itu berikut ini akan diuraikan masing-masing faktor tersebut:
Pengetahuan (knowledge)
Pengertian antara ilmu pengetahuan dan pengetahuan seringkali kabur.
Tapi, umumnya dikalangan ilmuwan maupun para filsuf terdapat kesepakatan
bahwa ilmu adalah suatu kumpulan pengetahuan sistematis. Demikian lazim
perumusan demikian itu sehingga pengertian ilmu sebagai aktivitas dan metode
tampak terselubung dan kurang dikenali. Aktivitas itu menggunakan metode
tertentu dan terakhir aktivitas dengan metode itu mendatangkan hasil berupa
pengetahuan. The (2000:120) mengatakan, “secara sederhana pengetahuan
pada dasarnya adalah keseluruhan keterangan, ide yang terkandung dalam
pernyataan-pernyataan yang dibuat mengenai sesuatu gejala/peristiwa baik
yang bersifat ilmiah atau sosial maupun perorangan. Jadi, pengetahuan

5
menunjuk kepada sesuatu yang merupakan isi subtantif yang terkandung dalam
ilmu”.
Selanjutnya The menyadur definisi dari The Concise dictionary of
Education, mengatakan pengetahuan sebagai “aggregate of facts, information
and principle that an individual has acquired through to learning and
experience” artinya: keseluruhan fakta-fakta, keterangan, dan azas yang
diperoleh seseorang melalui proses belajar dan berpengalaman.
Dari rumusan tersebut, sumber-sumber pengetahuan diperoleh dari hasil
telaah (study, learning) dan pengetahuan (experience), ilham (intuition) juga
dapat menjadi sumber dari pengetahuan.
Sofo (1999:78) mengatakan pengetahuan sebagai berikut: “knowledge
ability to carryout a certain task by learning (learning is seen as linking together
data and reacting with one’s own information, experiences, and attitudes)”.
Disini Sofo mengartikan pengetahuan sebagai kemampuan untuk
menyelesaikan tugas tertentu melalui belajar (belajar adalah mengartikan
secara bersama-sama antara data dengan informasi, pengalaman, dan sikap
yang dimiliki seseorang). Contoh: menjadi bisa berenang atau membersihkan
kaca jendela pecah. Sofo mengatakan data: “the (symbolic) reproduction of
they state of a variable (eg. 30° C, a broken window pane, a telephone
number). Information: attribute meaning to data (eg. Warm enough to have a
swim, shard of glass are sharp)”. Jadi data berarti reproduksi simbolis dari
variabel yang tercatat (missal 30° C, pecahan jendela kaca tipis, nomer
telepon), sedangkan informasi yaitu symbol yang mengandung arti bagi data
(misal cukup hangat untuk berenang, pecahan kaca tajam).
Perbandingan antara data, informasi dan pengetahuan adalah data
dapat diibaratkan membangun (katakanlah perpustakaan), informasi adalah
mengorganisir sistem perpustakaan dan pengetahuan adalah menyewakan
perpustakaan.

Jenis-jenis Pengetahuan
Bartrand Russel dalam The (2000:121) membedakan pengetahuan
manusia dalam dua jenis, yaitu pengetahuan mengenai fakta-fakta (knowledge
of facts) dan pengetahuan hubungan umum diantara fakta-fakta (knowledge of

6
the general connection between facts). Selain itu menurut filsuf Inggris
terkemuka ini, pengetahuan juga dapat digolongkan menjadi dua lainnya, yakni
pengetahuan empiris murni (pure empirical knowledge) yang menunjukkan
adanya benda-benda menurut ciri-cirinya yang dikenal manusia dan
pengetahuan apriori murni (pure a priory knowledge) yang menunjukkan
hubungan-hubungan diantara hal-hal umum. Ledger Wood dalam The
(2000:122) membedakan pula pengetahuan dalam dua jenis utama, yaitu:
1. Non-Inferential Apprehension.
Pengetahuan non-penyimpulan yang merupakan pengenalan langsung
terhadap benda, orang atau sifat tertentu. Ini mempunyai dua bentuk, yaitu:
a. Perception (penerapan) – pengenalan terhadap objek-objek di luar diri
seseorang.
b. Intropection (pengenalan diri) – pengenalan seseorang terhadap dirinya
sendiri dengan segenap kemampuaanya (pikiran, kehendak, dan
perasaan).
2. Inferential Knowledge
Yaitu pengetahuan penyimpulan yang merupakan pengenalan terhadap
objek-objek yang tidak hadir dihadapan seseorang, dimana dapat
dibedakan menjadi:
a. Knowledge of other selves (pengetahuan mengenai diri-diri pihak lain)
b. Hystorical knowledge (pengetahuan histories) pengetahuan yang
menyangkut masa lampau.
c. Scientific knowledge (pengetahuan ilmiah) yang melibatkan penyimpulan
dan penyusunan dengan data pengamatan.
George Klubertanz dalam The (2000:123) membagi pengetahuan
menjadi tiga, yaitu:
1. Pengetahuan langsung sehari-hari yang dimiliki seseorang berdasarkan
pengenalannya terhadap objek-objek pengalaman seperti misalnya
makanan, cuaca, tetangga, mesin, dan lain-lain.
2. Pengetahuan kemanusiaan (humanistic knowledge) yang diperoleh
seseorang karena mempelajari sajak, sejarah, drama dan keterangan

7
lainnya yang melukiskan sifat dasar manusia atau mengacu kepada
keperibadian manusia seutuhnya.
3. Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) yang disusun berdasarkan azas-
azas yang cocok dengan pokok soalnya dan dapat membuktikan
kesimpulan-kesimpulannya
Dari urain tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah
keterangan/fakta yang berkaitan dengan kehidupan/alam/generik dan diperoleh
melalui pengalaman/belajar dan berguna melaksanakan tugas.

Keterampilan (Skill)
Robbins (2001:481) mengatakan persaingan makin sengit, perubahan
teknologi dan upaya meningkatkan produktivitas memotivasi manajemen untuk
menaikan pengeluaran bagi pelatihan. Melalui pelatihan, akan diperoleh
keterampilan yang diinginkan, sehingga pada gilirannya akan menuju kepada
peningkatan produktivitas atau kinerja.
Dalam penggunaan sehari-hari sering kita jumpai kata keterampilan
diganti dengan skill yang mengandung arti sama dengan keterampilan ini
seolah sudah menjadi bagian dari pembendaharaan kata dalam bahasa
Indonesia.
Schermerhorn (1994:24) memberikan definisi skill sebagai: “a skill is an
ability to translate knowledge into action that result in desired performance. It is
a competency that allows a person to achieve superior performance in one or
more aspect of this or the work”. Dia mengartikan sebagai kemampuan
menggunakan pengetahuan dalam tindakan yang menghasilkan kinerja yang
didinginkan. Kemampuan ini memungkinkan seseorang untuk mencapai kinerja
tinggi dalam bidang pekerjaannya.
Katz dalam Schermerhorn (1994:24) membagi skill dalam tiga kategori,
yaitu:
1. Technical Skill, yaitu kemampuan untuk melaksanakan tugas
khusus.
2. Human Skill, yaitu kemampuan untuk bekerja dengan baik dengan
orang lain.

8
3. Conceptual Skill, yaitu kemampuan untuk menganalisis dan
menyelesaikan masalah rumit.
Greenberg (1997:109) memberikan pengertian Abilities – “mental and
physical capacities to perform various tasks, and the role of such abilities in
work related behavior”- Kemampuan sebagai kesiapan mental dan fisik untuk
mengerjakan berbagai tugas dan berperan termasuk pekerjaan yang terkait
perilaku. Pada bagian lain Greenberg mengatakan terdapat dua katagori utama
abilities yaitu “intellectual abilities, which involve the capacity to perform various
cognitive task, and physical abilities, which capacity to perform physical action”-
Intelektual meliputi kemampuan untuk mengerjakan berbagai tugas yang
berhubungan dengan pengamatan dan physical abilities mengarah kepada
kemampuan untuk mengerjakan tugas fisik.
Yukl (1994:213) mengatakan bahwa istilah keterampilan (skill) merujuk
kepada kemampuan dari seseorang untuk melakukan berbagai jenis kegiatan
kognitif atau keperilakuan (behavioral) dengan suatu cara yang efektif.
Megginson (1999:171) mendefinisikan Skill sebagai “kemampuan untuk
menghasilkan efek yang dikehendaki secara koefisien, biasanya berhubungan
dengan khusus dengan hasil karya seseorang”. Sofo (1999:260) mengatakan:
“the two set skill-people and task-is essential to maximize effectiveness
and efficiency. The people maintenance skill includes capacity to achieve
a full sense of satisfaction among team members. This likely to occur if
all team members strive to improve their skills in communicating, creative
problem solving, team interacting, developing each other’s performance
and respecting each other capacities for cooperation and for choise of
task”.

Selanjutnya diakatakan “there is necessary interaction between the


behavior and performance people”. Dalam pengertian ini keterampilan yang
menyangkut pemeliharaan kerjasama antar anggota suatu team untuk
pencapaian kinerja tinggi.
Robbins (2001:481) mengatakan “kita dapat membagi keterampilan ke
dalam tiga kategori, yaitu teknis, antar pribadi, dan pemecahan masalah”.
1. Teknis
Kebanyakan pelatihan diarahkan untuk menatar dan memperbaiki
keterampilan teknis karyawan. Ini berlaku baik pekerjaan kerah biru maupun

9
kerah putih. Pekerjaan berubah akibat teknologi baru dan metode yang
diperbaiki. Banyak personil reparasi mobil harus menjalani pelatihan ekstensif
untuk memperbaiki dan merawat mobil keluaran setelah tahun 2000. pada
dasawarsa terakhir, hampir semua personil tata usaha harus meninggalkan
mesin tik manual dan sistem penyimpanan data manual dan mereka beralih
kepada electronik file di computer. Sesungguhnya jutaan karyawan semacam
itu harus dilatih menjalankan dan melakukan interface dengan komputer.
2. Antar pribadi
Hampir semua karyawan termasuk suatu unit kerja, dimana kinerja
mereka bergantung kepada kemauan mereka untuk berinteraksi secara efektif
dengan rekan sekerja dan atasan mereka. Beberapa karyawan mempunyai
keterampilan yang cukup untuk pekerjaan itu, tapi beberapa karyawan malah
masih memerlukan bimbingan dan membutuhkan pelatihan untuk bisa
menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka. Disini mereka harus
belajar bagaimana menjadi pendengar yang baik, bagaimana
mengkonsumsikan gagasan dengan lebih jelas, dan bagaimana menjadi
pemain yang lebih efektif di tim tersebut.
3. Pemecahan Masalah
Para manajer, juga banyak karyawan yang melakukan tugas tidak rutin
harus memecahkan masalah pada pekerjaan mereka. Bila orang-orang
menuntut keterampilan, tetapi keterampilan itu kurang memadai, maka mereka
dapat ambil bagian dalam pelatihan pemecahan masalah. Kegiatan itu
mencangkup mempertajam logika, penalaran, dan keterampilan mendefinisikan
masalah, disamping kemampuan untuk menilai sebab dan akibat,
mengembangkan alternatif, menganalisis alternatif yang ada, dan memilih
metode pemecahan. Pelatihan pemecahan masalah telah menjadi bagian dasar
dari hampir semua upaya organisasi untuk memperkenalkan tim swakelola atau
melaksanakan Total Quality management (TQM).
Katz (1996:49) menyatakan keterlibatan antara skill, on the job training
dan industry sebagai berikut:
“that skill formation is based on longterm experience is a common point.
Skill formation hrough work is referred to as on the job training. Japanese

10
belive that American worker acguires skill by moving from company to
company or by studying at trained centers outside companies. Skill
formation takes various forms depending on the industry”.
Dalam hal ini Katz menyatakan bahwa “skill terbentuk karena
pengalaman dan juga praktek”. Orang jepang percaya bahwa pekerja Amerika
memperoleh keterampilan karena berpindah pindah dari perusahaan ke
perusahaan lainnya atau belajar melalui pusat training diluar perusahaan.
Bentuk keterampilan tergantung jenis dari industrinya.
Dia juga membagi skill menjadi empat, yaitu:
1. Type – A: High skill that do not change over the time (skilled workers or
crafts man) - keterampilan tinggi seperti pemahat,
2. Type – B: Low kills that do not change over the time (unskilled workers or
laborer) - keterampilan rendah, seperti buruh.
3. Type – C: High skills that improve greatly ove the time (internal promotion
worker) - keterampilan tinggi karena selalu ditingkatkan setiap waktu.
4. Type – D: Skill that improve slightly over the time (semy skilled workers) -
keterampilan yang perkembangannya lamban.
Armstrong (1999:69) memberikan batasan Skill sebagai learning skill:
“a learning skill is used to increase either skill or knowledge and
represents broad categories of job behavior which need to be learned.
The learning skills are the following: physical skills, required instructions,
practice and repetition to get right: operating and maintaing plant,
required and machines”.
Dikatakan keterampilan dan pengetahuan dan mewakili perilaku kerja
yang luas yang perlu dipelajari.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan
(skill) adalah kemampuan seseorang yang tercermin dari perilaku kerjanya
yang diperoleh melalui pengalaman atau belajar dan berguna bagi pelaksanaan
tugas atau menyelesaikan masalah guna meningkatkan kinerja atau efisiensi.

Sikap (Attitude)
Sebetulnya sikap itu tidak sesederhana yang dibayangkan orang kalau
belum diwujudkan dalam bentuk perilaku. Sikap yang dalam psikologi sosial

11
disebut sebagai attitude dapat saja mengarah kepada benda, orang, peristiwa,
pemandangan, lembaga, norma, nilai, dan lain-lain.
Myers (1998:36) mengemukakan arti sikap sebagai “a favorable or
unfavorable evaluative reaction toward something or someone, exhibited in
one’s believe, feeling, or intended behavior”. Dari pengertian tersebut dapat
dikatakan bahwa Myers memandang sikap sebagai reaksi suka atau tidak suka
terhadap sesuatu atau seseorang, yang kelihatan dari perilaku atau perasaan.
Handoko (2001:109) mengatakan: “sikap merupakan organisasi
pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relative
benar, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada
orang tersebut untuk membuat respon atau perilaku dalam cara tertentu yang
dipilihnya”. Selanjutnya Handoko menyatakan bahwa perilaku seseorang akan
diwarnai atau dilatar belakangi oleh sikap yang ada pada orang yang
bersangkutan. Namun demikian, tidak semua ahli menerima pendapat bahwa
perilaku itu dilatar belakangi oleh sikap orang yang bersangkutan.
Siagian (2000:149) memberikan batasan tentang sikap. “ Attitude dapat
diterjemahkan dengan sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan
sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek tadi”. Selanjutnya
dinyatakan bahwa attitude lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap dan
kesedian bereaksi terhadap sesuatu hal. Attitude itu senantiasa terarahkan
terhadap sesuatu hal, seperti objek. Tidak ada attitude tanpa ada objeknya.
Schuler (1999:64) mengemukakan pengertian sikap dengan batasan –
“sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap
objek atau situasi secara konsisten”. Selanjutnya dikatakan bahwa sikap adalah
konsep yang membantu kita memahami tingkah laku. Sejumlah perbedaan
tingkah laku dapat merupakan pencerminan atau manifestasi dari sikap yang
sama.
Dari beberapa definisi itu pada umumnya dapat dimasukkan kedalam
salah satu diantara tiga pemikiran dibawah ini:
1. Sikap adalah salah satu evaluasi atau reaksi perasaan

12
2. Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek
dengan cara tertentu
3. Sikap merupakan kontelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan
konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan
berperilaku terhadap suatu objek.
Dari berbagai pendapat tentang sikap atau attitude para ahli yang
dikemukakan, maka beberapa objek aspek yang dapat disimpulkan adalah
bahwa sikap itu merupakan pandangan/keyakinan seseorang terhadap sesuatu
objek/situasi yang bisa positif/negatif, dan akan menjadi kecenderungan untuk
bertindak.

Struktur Sikap
Dalam membahas sikap, para ahli mempunyai pandangan yang berbeda
satu sama lain. Demikian pula halnya dengan struktur sikap, ada yang
berpendapat struktur sikap ini sebagai aspek sikap. Namun demikian, terdapat
kesamaan pandangan bahwa struktur sikap ini menyangkut aspek kognitif,
afektif, dan konotif.
Pada umumnya pendapat yang banyak diikuti ialah sikap itu
mengandung tiga komponen yang membentuk sikap, yaitu:
1. Komponen kognitif (komponen perceptual) yaitu komponen yang berkaitan
dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal berhubungan
bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
2. Komponen afektif (komponen emosial) yaitu komponen yang berkaitan
dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang
merupakan hal positif sedangkan rasa tidak senang merupakan hal negatif.
Komponen ini menunjukan arah sikap yaitu positif atau negatif.
3. komponen konotif (komponen perilaku atau action component), yaitu
komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap
objek sikap.

13
Fungsi Sikap
Sikap selain mengandung komponen yang membentuk struktur diatas,
juga mempunyai fungsi macam-macam. Sikap itu mempunyai empat fungsi,
antara lain:
1. Fungsi Instrumental
Fungsi ini berkaitan dengan sarana dan tujuan. Orang memandang sampai
sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau alat dalam
rangka mencapai tujuannya, maka orang itu akan bersikap positif terhadap
objek sikap tersebut, demikian pula sebaliknya.
2. Fungsi Pertahankan Ego
Ini merupakan sikap yang diambil seseorang demi untuk mempertahankan
ego atau ke-akuannya. Sikap ini diambil seseorang pada waktu orang yang
bersangkutan terancam ke-akuannya atau egonya.
3. Fungsi Ekspresi Nilai
Sikap yang ada pada seseorang merupakan jalan bagi individu untuk
mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan
diri seseorang akan mendapat kepuasan batin.
4. Fungsi Pengetahuan
Individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan pengalaman-
pengalaman, untuk memperoleh pengetahuan elemen-elemen dari
pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui individu,
akan disusun kembali atau di ubah sedemikian rupa sehingga menjadi
konsisten. Ini berarti, bila seseorang mempunyai sikap tertentu sesuatu
objek, menunjukan tentang orang tersebut terhadap objek sikap yang
bersangkutan.
Handoko (2003:179) mengemukakan bahwa fungsi atau tugas sikap
dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
1. Alat untuk Menyesuaikan Diri
Sikap adalah sesuatu yang communicable, artinya mudah menjalar dan
mudah pula menjadi milik bersama. Karena itu sesuatu golongan yang
mendasar atas kepentingan bersama dan pengalaman bersama ditandai

14
oleh adanya sikap anggotanya yang sama terhadap sesuatu objek sehingga
dengan sikap bisa menjadi rantai penghubung orang dengan kelompoknya.
2. Alat Pengikat Tingkah Laku
Tingkah laku anak kecil dan binatang umumnya merupakan aksi spontan
terhadap sekitarnya, tetapi pada anak dewasa dan lanjut usia terdapat
adanya proses secara sadar menilai perangsang. Antara perangsang dan
reaksi terdapat sesuatu yang diinginkan berupa keinginan/penilaian terdapat
perangsang itu bukan berdiri sendiri tetapi erat hubungannya dengan cita-
cita tujuan hidup orang, peraturan kesusilaan dalam masyarakat, keinginan
pada orang itu.
3. Alat Pengatur Pengalaman
Manusia dalam menerima pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif,
tapi menerima secara efektif, artinya memilih mana yang perlu dan mana
yang ditolak.
4. Pernyataan Kepribadian
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Oleh karena itu dengan
melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang mengetahui pribadi
orang tersebut.

Tipe Sikap
Seseorang dapat mempunyai berbagai sikap, tetapi berkaitan dengan
pekerjaan perlu adanya identifikasi.
Robbins (2001:68-69) membagi tipe sikap menjadi tiga, seperti berikut:
1. Kepuasan Kerja
Istilah kepuasaan kerja (job satisfaction) merujuk kepada sikap umum
individu terhadap pekerjaannya. Seorang dengan tingkat kepuasaan kerja
tinggi menunjukan sikap yang positif terhadap kerja itu, sebaliknya
seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukan sikap
negative terhadap kerja tersebut.
2. Ketertiban Kerja
Ketertiban kerja mengukur derajat sejauh mana seseorang memihak secara
psikologis pada pekerjaannya dan menganggap tingkat kinerjanya yang
dipersepsikan sebagai hal yang penting untuk harga diri. Karyawan dengan

15
keterlibatan kerja yang tinggi dengan kuat memihak pada jenis kerja yang
dilakukan dan benar-benar peduli dengan jenis kerja itu. Tingkat
keterlibatan kerja yang tinggi umumnya berkaitan dengan absensi yang
lebih rendah dan kadar permohonan berhenti yang lebih rendah juga.
3. Komitmen Organisasi
Yaitu suatu keadaan dalam mana seorang karyawan memihak pada suatu
organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara
keanggotaan dalam organisasi tersebut. Komitmen organisasi yang tinggi
berarti pemihakan pada organisasi yang mempekerjakannya. Bukti riset
memperagakan hubungan negative antara komitmen organisasi baik
dengan kemungkinan maupun tingkat keluarnya karyawan. Apabila ketidak
puasan menjalar ke organisasi itu sendiri, lebih besar individu-individu
untuk mempertimbangkan mengundurkan diri dari organisasi tersebut.

Pembentukan Sikap
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh
individu”. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi
diantara individu yang satu dengan yang lainnya dimana terjadi hubungan
timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu
sebagai anggota masyarakat. Diantara pribadi, kebudayaan, orang lain yang
dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan
lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu.
Pembentukan attitude tidak terjadi dengan sendirinya tapi, senantiasa
berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan objek tertentu.
Interaksi sosial di dalam maupun diluar kelompok dapat mengubah attitude atau
membentuk attitude baru”. Selanjutnya mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan interaksi diluar kelompok adalah interaksi dengan buah hasil
kebudayaan manusia yang sampai kepada seseorang melalui media
komunikasi seperti radio, tv, internet, buku-buku, dan lainnya. Faktor-faktor
intern dalam pribadi manusia, yaitu selektifitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri,
atau minat perhatiaanya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh
yang datang dari luar.

16
Sikap timbul karena ada stimulus dari lingkungan sosial dan
kebudayaan, seperti keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat”.
Pada bagian ini Ahmadi mengatakan bahwa sikap seseorang tidak selamanya
tetap, disamping itu antara perbuatan dan sikap ada hubungan timbal balik.
Myers (1998:72) juga memberikan sumbangan pikiran untuk hal ini. Dia
mengatakan bahwa ada hubungan timbal balik antara sikap dan tindakan
dimana masing-masing saling mengisi: “attitudes and actions have a reciprocal
relationship, each feeding others”.

Perubahan Sikap
Gerungan (2000:154) dan Ahmadi (1999:171) sama-sama
mengemukakan bahwa terdapat dua faktor yang menyediakan terjadinya
perubahan sikap, yaitu:
1. Faktor Intern
Yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini
berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah
pengaruh-pengaruh luar.
2. Faktor Ekstern
Yaitu faktor yang terdapat di luar pribadi manusia. Faktor ini berupa
interaksi sosial diluar kelompok, misalnya interaksi manusia dengan hasil
kebudayaan manusia yang sampai pada seseorang melalui media
komunikasi, seperti radio, TV, internet, buku-buku dan lainnya.
Faktor ekstern tersebut sebagai perubahan sikap melalui persuasi
dengan memasukan ide, pikiran, pendapat dan fakta baru lewat pesan-pesan
komunikatif.

17

Anda mungkin juga menyukai