Anda di halaman 1dari 14

KESULITAN-KESULITAN DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Fihris, M.Ag

Disusun Oleh:
Kelompok 10
1. Azza tsurayya (1903016119)
2. M. Zaki Masfu’in (1903016121)
3. Aisyatul Luthfiyah (1903016142)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2D


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan diartikan sebagai sebuah proses pengubahan sikap atau tingkah
laku menuju kedewasaan melalui pengajaran dan pembelajaran. Dalam
memperoleh keberhasilan meraih tujuan pendidikan, dibuatlah suatu sistem
pendidikan oleh pemerintah negara. Dalam konstitusi negara, yaitu UUD NKRI
1945, tujuan negara salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh
karena itu, pemerintah secara langsung turut andil dalam menyediakan ruang
pendidikan.
Perkembangan zaman selalu menimbulkan tantangan-tantangan, yang
sebagiannya sering tidak dapat diramalkan sebelumnya. Sebagai konsekuensi
logis pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru. Masalah yang
dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas, pertama karena sifat sasarannya
yaitu manusia sebagai makhluk yang unik, kedua karena usaha pendidikan harus
mengantisipasi ke hari depan yang tidak segenap seginya terjangkau oleh
kemampuan daya ramal manusia.
Pada dasarnya terdapat beberapa permasalahan pokok yang menjadi
kesulitan dalam sistem pendidikan di Indonesia, yaitu: (1) praktek pendidikan, (2)
pemerataan pendidikan, (3) mutu pendidikan, (4) efisiensi pendidikan, dan (5)
relevansi pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kesulitan-kesulitan dalam praktik pendidikan?
2. Apa saja faktor yang memengaruhi adanya kesulitan dalam praktik
pendidikan?
3. Bagaimana solusi yang dapat meminimalisir adanya kesulitan dalam praktik
pendidikan?

2
C. Tujuan
1. Untuk mendiskripsikan berbagai kesulitan dalam praktik pendidikan.
2. Untuk memaparkan beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya
kesulitan dalam praktik pendidikan.
3. Untuk mendiskripsikan solusi yang dapat mengurangi adanya kesulitan
dalam praktik pendidikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesulitan-Kesulitan dalam Praktik Pendidikan


Dalam kaitan pendidikan sebagai suatu sistem, maka permasalahan
pendidikan yang saat ini tengah berkembang dan masuk sebagai masalah
pendidikan nasional dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu faktor utama yang
mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Dengan adanya
kerusakan sarana dan prasarana ruang kelas dalam jumlah yang banyak, maka
proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung dengan baik dan efektif.1
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi
yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah,
buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar,
pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih
banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri. Data Balitbang
Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga
yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari
seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12 persen berkondisi
baik, 299.581 atau 34,62 persen mengalami kerusakan ringan dan sebanyak
201.237 atau 23,26 persen mengalami kerusakan berat. Jika kondisi MI
diperhitungkan angka kerusakannya lebiih tinggi karena kondisi MI lebih
buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs,
SMA, MA, dan SMK meskipun dengan presentase yang tidak sama.2

2. Kekuarangan Jumlah Tenaga Guru


Guru sebagai pilar penunjang terselenggaranya suatu sistem pendidikan,
merupakan salah satu komponen strategis yang juga perlu mendapatkan
perhatian oleh negara. Misalnya dalam hal penempatan guru, bahwa hingga
1
Fihris, Ilmu Pendidikan Islam: Teoritis – Praktis, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015), hlm 117
2
Amoes Neolaka dan Grace Neolaka, Landasan Pendidikan: Dasar Pengenalan Diri Sendiri
Menuju Perubahan Hidup, (Depok: Kencana, 2017), hlm 358-359

4
sekarang ini jumlah guru dirasakan oleh masyarakat maupun pemerintah
sendiri masih sangat kurang, terutama di daerah-daerah terpencil. Sebagai
contoh di daerah-daerah terpencil di semua kabupaten di Bali, bahwa kondisi
minimnya jumlah guru dibandingkan kebutuhan yang ada sudah sering
dilontarkan. Bukan hanya di tingkat daerah, tapi juga telah menjadi persoalan
nasional. Kurangnya jumlah guru ini jelas merupakan persoalan serius karena
guru adalah ujung tombak pendidikan. Kekuarangan tersebut membuat beban
guru semakin bertumbuk sehingga sangat berpotensi mengakibatkan
menurunnya kualitas pendidikan.3

3. Rendahnya Kualitas Guru


Keadaan guru di Indonesia juga sangat memprihatinkan. Kebanyakan guru
belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya
sebagaimana disebut dalam Pasal 39 UU No. 20/2003 yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian, dan
melakukan pengabdian masyarakat.4
Di antara permasalahan khusus pendidik dan tenaga kependidikan sebagai
berikut.:
a. Pendidik bukan berasal dari lulusan yang sesuai. Maksudnya terkadang
terdapat tenaga pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan jurusannya.
Contoh, pendidik yang merupakan lulusan matematika mengajar bahasa
Indonesia. Hal ini secara tidak langsung akan menjadi masalah
pendidikan di Indonesia.
b. Pendidik kurang menguasai dari 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh
pendidik maupun tenaga kependidikan sehingga hal ini menyebabkan
adanya masalah kualitas pendidik dan tenaga kependidikan yang kurang
baik. Kompetensi sebagaimana yang dimaksud adalah kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.
3
Fihris, Ilmu Pendidikan Islam: Teoritis – Praktis, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015), hlm 117-
118
4
Amoes Neolaka dan Grace Neolaka, Landasan Pendidikan: Dasar Pengenalan Diri Sendiri
Menuju Perubahan Hidup, (Depok: Kencana, 2017), hlm 359

5
c. Pendidik terkadang menjadikan mengajar hanya untuk menggugurkan
kewajiban sebagai pendidik, sehingga dia mengajar secara tidak
maksimal. Seharusnya pendidik memiliki kompetensi profesional, yang
mengharuskan pendidik wajib bertanggung jawab dengan tugas dan
pembinaan terhadap peserta didik.
d. Pendidik belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat.
Fenomena itu ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian
masalah pendidikan yang tidak tuntas, bahkan lebih berorientasi proyek.
Akibatnya, sering kali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat.
Mereka terus mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan
masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan
budaya,
e. Pendidik mengajar tidak sesuai dengan silabus sehingga target dari tujuan
pembelajaran tidak sepenuhnya tercapai. Hal ini tidak sesuai dengan
kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru.
f. Masih banyak pendidik yang belum memenuhi ketentuan sesuai dengan
PP Nomor 19 Tahun 2005 seperti pengajar di tingkat SD/MI minimal
berijazah S1/D4. Tetapi dalam kenyataan di masyarakat masih terdapat
pendidik yang belum berijazah D4 atau dengan kata lain masih D3.
g. Tenaga kependidikan biasanya masih berasal dari tenaga pendidik yang
merangkap tugas menjadi tenaga kependidikan seperti guru merangkap
menjadi tenaga administrasi atau tenaga perpustakaan.5

4. Mahalnya Biaya Pendidikan


Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk
menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk
mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman
Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat
miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah.
Orang miskin tidak boleh sekolah. Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini
dibutuhkan biaya Rp 500.000, sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada yang

5
Syafri dan Zelhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Kencana, 2017), hlm 183-184

6
memungut di atas satu juta. Masuk SLTP/SLTA dapat mencapai satu juta
sampai lima juta. Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas
dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis
Sekolah).
MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk
melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/ Dewan Pendidikan
yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha.
Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya,
setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok,
“sesuai keputusan Komite Sekolah”.
Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang
dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang
dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi
legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi
legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan
pendidikan rakyatnya. Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU
tentang Badan Hukum Pendidikan (BHP).
Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum
jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan
perubahan status itu pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung
jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang
sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan
Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya BHMN dan MBS adalah
beberapa contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri
berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan
Tinggi favorit.6

5. Pemerataan Pendidikan

6
Fihris, Ilmu Pendidikan Islam: Teoritis – Praktis, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015), hlm 118-
120

7
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memajukan bangsa
dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat menyediakan
kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara untuk
memperoleh pendidikan. Masalah pemerataan pendidikan adalah bagaimana
sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi
seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu
menjadi wadah bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang
pembangunan,
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga
negara khususnya anak usia sekolah tidak dapat ditampung di dalam sistem
atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang
tersedia.7
Pemerataan pendidikan di Indonesia masih sering dilihat sebagai
permasalahan dengan tiga tahap: (1) pemerataan akses untuk mendapatkan
pendidikan, terlepas dari kualitasnya; (2) peningkatan kualitas pendidikan,
terlepas dari pemerataannya; dan (3) pemerataan pendidikan berkualitas.8

B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Adanya Kesulitan dalam Praktik Pendidikan


Beberapa faktor yang mempengaruhi adanya kesulitan dalam praktik
pendidikan, yaitu:
1. Perkembangan IPTEK dan Seni
a. IP (Ilmu Pengetahuan)
Berkembangnya IP (science), apakah bidang sosial, ekonomi, hukum,
pertanian, dan sebagainya jelas akan membawa masalah dalam bidang
pendidikan, misalnya saja materi pengajaran yang terdapat dalam
kurikulum sudah harus diubah atau disesuaikan.

b. TEK (Teknologi)
7
Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan: Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Kalam Mulia,
2015), hlm 286
8
Amoes Neolaka dan Grace Neolaka, Landasan Pendidikan: Dasar Pengenalan Diri Sendiri
Menuju Perubahan Hidup, (Depok: Kencana, 2017), hlm 366

8
Perkembangan teknologi, misalnya teknologi baru yang digunakan
dalam suatu proses produksi akan menimbulkan kondisi ekonomi sosial
baru. Persyaratan kerja, kebutuhan tenaga kerja, sistem pelayanan, dan
lain-lain akan serba baru. Perkembangan seperti ini akan menimbulkan
masalah dalam sistem pendidikan. Sistem yang ada mungkin tidak sesuai
lagi dengan tuntutan perkembangan, oleh karenanya perlu ditanggulangi.9
c. Seni
Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia
seutuhnya, aktivitas kesenian mempunyai andil yang besar karena dapat
mengisi perkembangan domain afektif khususnya emosi yang positif dan
konstruktif serta keterampilan di samping dominan kognitif yang sudah
digarap melalui program atau bidang studi yang lain. Dengan
memperhatikan alasan di atas, maka sudah seyogyanya jika dunia seni
dikembangkan melalui sistem pendidikan secara terstruktur dan
terprogram. Pengembangan kualitas seni secara terprogram menuntut
tersedianya sarana pendidikan tersendiri di samping program-program
yang lain dalam sistem pendidikan. Disinilah timbulnya masalah
pendidikan kesenian yang mempunyai fungsi begitu penting tetapi di
sekolah-sekolah saat ini menduduki kelas dua. Baru terlayani setelah
program studi yang lain terpenuhi pelayanannya. Sebabnya di smaping
kesenian tidak termasuk UN, juga sarana penunjangnya umumnya tidak
tersedia secara memadai karena mahal.10

2. Laju Pertumbuhan Penduduk


Laju pertumbuhan penduduk yang pesat, akan menyebabkan
berkembangnya masalah pendidikan, misalnya masalah pemerataan. Dengan
pertumbuhan penduduk yang pesat, maka jumlah anak usia sekolah akan
semakin besar atau banyak. Jika daya tampung sekolah tidak bertambah,
maka sebagian dari mereka terpaksa antri atau tidak sekolah. Jika ditampung
juga (misalnya karena wajib belajar) maka rasio guru siswa akan semakin
besar. Hal ini menyebabkan munculnya masalah lain seperti masalah mutu.
9
Syafri dan Zelhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Kencana, 2017), hlm 185
10
Ramayulis, Op. cit., hlm 297

9
Penyebaran penduduk yang tidak merata di tanah air akan menimbulkan
masalah baru pula. Misalnya bagaimana merencanakan dan menyediakan
sarana pendidikan yang dapat melayani daerah padat (kota) dan daerah
terisolasi yang anak usia sekolahnya tidak seberapa orang (jarang).

3. Aspirasi Masyarakat
Kecenderungan aspirasi masyarakat semakin meningkat dari tahun ke
tahun sudah terlihat. Masyarakat sudah melihat bahwa pendidikan akan lebih
menjamin memperoleh pekerjaan yang layak dan menetap atau akan
meningkatkan status sosial mereka.
Peningkatan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan ini akan
mengakibatkan anak-anak (juga remaja dan dewasa) akan menyerbu dan
membanjiri sekolah (lembaga pendidikan). Kondisi seperti ini akan
menimbulkan berbagai masalah seperti sistem seleksi siswa atau mahasiswa
baru, rasio guru-siswa, waktu belajar, dan permasalah-permasalahan lain yang
saling terkait.

4. Keterbelakangan Budaya dan Sarana


Masyarakat kita yang umumnya berada di daerah terpencil, yang
ekonominya lemah, dan kurang terdidik akan mengalami keterbelakangan
budaya dan sarana kehidupan. Keadaan seperti ini sudah jelas akan
menimbulkan maslaah bagi pendidikan. Permasalahan antara lain bagaimana
menyandarkan mereka akan keterbelakangan atau ketinggalannya, bagaimana
cara menyediakan sarana kehidupan yang lebih baik, khususnya bagaimana
sistem pendidikan dapat menjangkau dan melibatkan mereka sehingga
mereka keluar dari keterbelakangan tersebut.11

C. Solusi yang Dapat Mengurangi Adanya Kesulitan dalam Praktik Pendidikan

11
Syafri dan Zelhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Kencana, 2017), hlm. 186-187.

10
Upaya penanggulangan (solusi) yang dapat mengurangi adanya kesulitan
dalam praktik pendidikan, yaitu:
1. Perubahan Kurikulum
Perubahan kurikulum ditujukan agar tercipta sistem pendidikan yang lebih
baik dari sebelumnya. Di Indonesia sendiri sudah dilakukan perubahan
kurikulum sebanyak 8 kali, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975,
kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum suplemen, kurikulum berbasis
kompetensi, kurikulum 2006 (KTSP), dan kurikulum 2013.
2. Pengelolaan Pendidikan
a. Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Pembaruan pendidik terihat antara lain pada peningkatan
kualifikasinya. Dewasa ini pendidik yang berstatus guru/dosen harus
keluaran pendidikan tinggi. Untuk menjadi guru di SD minimal harus
memiliki kualifikasi S-1 PGSD. Tenaga kependidikan non-guru, seperti
petugas/guru pembimbing terus diusahakan pengasdaan dan
pengangkatannya agar yang telah bertugas di sekolah semakin bertambah
jumlahnya. Tenaga non-guru lain, seperti pustakawan mendapat
pembaruan pula, misalnya keprofesionalan tenaga tersebut.
b. Dana
Kebutuhan dana untuk penyelenggaraan pendidikan kelihatannya
semakin meningkat, karena biaya pendidikan semakin mahal. Keadaan ini
logis saja, karena pembaruan-pembaruan butuh dana baru atau tambahan
terhadap alokasi dana sebelumnya.
c. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang didirikan dan
dikelola oleh masyarakat sebagai lembaga pendidikannya. Semula
berstatus swasta, kemudian ada yang dikelola oleh pemerintah dan
masyarakat. Sebagai contoh kursus mengetik (dahulu bond A dan B)
sekarang sudah disesuaikan dengan kebutuhan masa kini seperti kursus
komputer dan internet.

3. Pembaruan Pendidikan

11
Pembaruan pendidikan adalah suatu perubahan yang baru dan kualitatif,
berbeda dari hal yang ada sebelumnya, serta sengaja diusahakan untuk
meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan.
Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud pembaruan di
bidang pendidikan adalah usaha mengadakan perubahan dengan tujuan yang
lebih baik. Contoh pembaruan pendidikan diantaranya, SD Pamong, SD
Kecil, SMP Terbuka, Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP),
Universitas Terbuka, Sekolah Unggul, dan Pendidikan Pesantren.

4. Inovasi dalam Pendekatan Pembelajaran


a. Belajar Tuntas
Belajar tuntas adalah suatu cara dalam proses belajar yang menuntut
siswa untuk menguasai materi pelajaran secara tuntas dengan hasil yang
memuaskan, sesuai dengan kemampuan siswa. Dengan demikian, ada
kemungkinan siswa dapat menamatkan sekolah lebih cepat dari waktu
yang telah ditentukan.
b. Cara Belajar Siswa Aktif
Cara belajar siswa aktif (CBSA) adalah suatu cara atau usaha
mempertinggi/ mengoptimalisasikan kegiatan siswa dalam proses belajar.
Dengan demikian, CBSA menuntut keaktifan belajar siswa yang optimal
sehingga dapat mencapai hasil yang optimal pula.
c. Keterampilan Proses
Keterampilan proses adalah suatu pendekatan yang mengacu kepada
bagaimana siwa belajar, dan apa yang ia pelajari. Pada dasarnya
keterampilan proses sama dengan CBSA, karena dalam pelaksanaan
menuntut siswa agar aktif. Namun ditekankan pada proses berpikir
sendiri dengan keterampilan masing-masing siswa. Yang paling penting
bagaimana proses untuk mencapai tujuan itu dilakukan oleh siswa
terlepas dari hasil yang diperoleh.12
BAB III
PENUTUP

12
Syafri dan Zelhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Kencana, 2017), hlm 190-218

12
A. Kesimpulan
Dalam suatu sistem pendidikan, dapat ditemukan beberapa
kesulitan dalam pelaksanaan praktiknya, di antaranya: (1) rendahnya
kualitas sarana fisik, (2) kekurangan jumlah tenaga guru, (3) rendahnya
kualitas guru, (4) mahalnya biaya pendidikan, dan (5) pemerataan
pendidikan.
Faktor-faktor yamg memengaruhi adanya kesulitan-kesulitan
dalam praktik pendidikan antara lain: (1) perkembangan IPTEK dan seni,
(2) laju pertumbuhan penduduk, (3) aspirasi masyarakat, dan (4)
keterbelakangan budaya dan sarana.
Kemudian di antara solusi yang dapat mengurangi adanya kesulitan
dalam praktik pendidikan yaitu (1) perubahan kurikulum, (2) pengelolaan
pendidikan, (3) pembaruan pendidikan, dan (4) inovasi dalam pendekatan
pembelajaran.

B. Saran
Demikian makalah ini dibuat. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada
khususnya. Makalah ini tentu terdapat banyak kesalahan dan kekurangan
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam penulisan.
Oleh karena itu, pembaca dapat mengkaji dari sumber-sumber yang lain
dan melakukan perbaikan terhadap makalh ini di kemudian hari.

13
DAFTAR PUSTAKA

Fihris. 2015. Ilmu Pendidikan Islam: Teoritis-Praktis. Semarang: Karya Abadi


Jaya

Neoalaka, Amos dan Grace Amalia Neolaka. 2017. Landasan Pendidikan: Dasar
Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup. Depok: Kencana

Ramayulis. 2015. Dasar-Dasar Kependidikan: Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan.


Jakarta: Kalam Mulia

Syafril dan Zelhendri Zen. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Depok: Kencana

14

Anda mungkin juga menyukai