SYOK HEMORAGIK
Oleh :
Pembimbing :
dr. Agus Purwo Hidayat, Sp.An
KENDARI
2020
1
SYOK HEMORAGIK
A. PENDAHULUAN
kebutuhan oksigen jaringan tubuh. Syok terjadi akibat penurunan perfusi jaringan
vital atau menurunnya volume darah secara bermakna. Syok juga dapat terjadi akibat
dehidrasi jika kehilangan cairan tubuh lebih 20% BB (berat badan) atau kehilangan
terganggu).2
cairan tubuh. Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi
kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ,
disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang
tidak adekuat. Perdarahan adalah penyebab syok yang paling umum setelah trauma,
dan hampir semua penderita dengan trauma multiple ada komponen hipovolemia.3
Kehilangan darah dari luar yang akut akibat trauma tembus dan perdarahan
gastrointestinal yang berat merupakan dua penyebab yang paling sering pada syok
hemoragik. Syok hemoragik juga dapat merupakan akibat dari kehilangan darah yang
secepat mungkin dan pengganti cairan. Pada syok hemoragik terkontrol dimana
2
sumber perdarahan telah dihentikan, maka penggantian cairan bertujuan untuk
pembekuan, terapi cairan bertujuan untuk pemulihan denyut nadi radial, atau
pemulihan kesadaran.3
Tubuh orang dewasa terdiri dari: zat padat 40 % berat badan dan zat cair 60%
berat badan; zat cair terdiri dari: cairan intraselular 40 % berat badan dan cairan
Ada pula cairan limfe dan cairan transselular yang termasuk cairan
ekstraselular. Cairan transselular sekitar 1-3 % berat badan, meliputi sinovial, pleura,
membran semipermeabel.4
3
1. Cairan intraselular
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada orang
dewasa, sekitar dua pertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular
(sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70
kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan
cairan intraselular.4
2. Cairan ekstraselular
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif
cairan ekstraselular berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Pada bayi baru
lahir, sekitar setengah dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah
usia 1 tahun, jumlah cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari
volume total. Ini sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat
rata-rata 70 kg.4
4
a. Cairan Interstitial
11- 12 liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial.
Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi
b. Cairan Intravaskular
volume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6 liter, dimana
3 liter merupakan plasma, dan sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah
c. Cairan Transselular
sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari
ruang transselular.4
membran semipermeabel, yang terjadi apabila kadar total cairan di kedua sisi
osmolalitas. Pergerakan air ini dilawan oleh tekanan osmotik koloid. Tekanan
5
osmotik koloid atau tekanan onkotik sangat dipengaruhi oleh albumin. Apabila
kadar albumin rendah, maka tekanan onkotik rendah sehingga tekanan hidrostatik
intravaskular adalah tempat distribusi protein plasma dan koloid; juga tempat
distribusi K+, PO4– . Elektrolit terpenting di dalam cairan intraselular: K+ dan PO4-
sebagai osmol per liter larutan (osm/L). Osmolalitas adalah konsentrasi osmolar
suatu larutan bila dinyatakan sebagai osmol per kilogram air (osm/kg). Tonisitas
adalah 280 –300 mOsm/L. Larutan dikatakan isotonik, jika tonisitasnya sama
semipermeabel dari larutan dengan kadar rendah menuju larutan dengan kadar
tinggi sampai kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap
Membran semipermeabel dapat dilalui air (pelarut), tetapi tidak dapat dilalui zat
terlarut. 4
hidrostatik di dalam pembuluh darah akan mendorong air secara difusi masuk
konsentrasi. 4
6
Perpindahan air dan zat terlarut di bagian tubuh menggunakan mekanisme
transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energi;
mekanisme transpor aktif membutuhkan energi berkaitan dengan Na-K Pump yang
melalui membran sel dan pada saat yang bersamaan memompa ion kalium ke
Dewasa:
Air 30 – 35 ml/kg
Tabel 1. Rata-rata harian asupan dan kehilangan cairan pada orang dewasa. 4
7
C. DEFINISI
inadekuatnya hantaran oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel. Keadaan apapun yang
menyebabkan kurangnya oksigenasi sel, maka sel dan organ akan berada dalam
keadaan syok.5
D. EPIDEMIOLOGI
Syok hemoragik sebagian besar disebabkan oleh trauma. Sebanyak 50% kasus trauma
merupakan penyebab kematian ketiga terbesar pada individu berusia antara 1 sampai 44
tahun.6
E. ETIOLOGI
Penyebab trauma dapat terjadi oleh karena trauma tembus atau trauma benda
berikut: laserasi dan ruptur miokard, laserasi pembuluh darah besar, dan
perlukaan organ padat abdomen, fraktur pelvis dan femur, dan laserasi pada
tengkorak. 4,7
8
Kelainan pada pembuluh darah yang mengakibatkan banyak kehilangan darah
pada pasien dengan tes kehamilan negatif jarang terjadi, tetapi pernah dilaporkan.
4,7
F. PATOFISIOLOGI
Telah diketahui dengan baik respons tubuh saat kehilangan volum sirkulasi.
Tubuh secara logis akan segera memindahkan volum sirkulasinya dari organ non vital
dan dengan demikian fungsi organ vital terjaga karena cukup menerima aliran darah.
Saat terjadi perdarahan akut, curah jantung dan denyut nadi akan turun akibat
rangsang ‘baroreseptor’ di aortik arch dan atrium. Volume sirkulasi turun, yang
denyut jantung meningkat, terjadi vasokonstriksi dan redistribusi darah dari organ-
organ nonvital, seperti di kulit, saluran cerna, dan ginjal. Secara bersamaan sistem
hormonal juga teraktivasi akibat perdarahan akut ini, dimana akan terjadi pelepasan
meretensi air di tubulus distalis ginjal. Kompleks Jukstamedula akan melepas renin,
9
dimana air dan natrium akan direabsorpsi kembali. Hiperglikemia sering terjadi saat
yang akan menghambat aktifitas dan produksi insulin sehingga gula darah meningkat.
Secara keseluruhan bagian tubuh yang lain juga akan melakukan perubahan spesifik
mengikuti kondisi tersebut. Terjadi proses autoregulasi yang luar biasa di otak dimana
pasokan aliran darah akan dipertahankan secara konstan melalui MAP (Mean Arterial
Pressure). Ginjal juga mentoleransi penurunan aliran darah sampai 90% dalam waktu
yang cepat dan pasokan aliran darah pada saluran cerna akan turun karena mekanisme
vasokonstriksi dari splanknik. Pada kondisi tubuh seperti ini pemberian resusitasi
awal dan tepat waktu bisa mencegah kerusakan organ tubuh tertentu akibat
G. KLASIFIKASI
10
Gejala klinis dari kehilangan volume ini adalah minimal. Bila tidak ada
komplikasi, akan terjadi takikardi minimal. Tidak ada perubahan yang berarti dari
tekanan darah, tekanan nadi, atau frekuensi pernafasan. Untuk penderita yang
dalam keadaan sehat, jumlah kehilangan darah ini tidak perlu diganti. Pengisian
dalam 24 jam. Namun, bila ada kehilangan cairan karena sebab lain, kehilangan
perifer. Tekanan sistolik hanya berubah sedikit pada syok yang dini karena itu
sistolik. Penemuan klinis yang lain yang akan ditemukan pada tingkat kehilangan
darah ini meliputi perubahan sistem syaraf sentral yang tidak jelas seperti cemas,
kardiovaskular besar, namun produksi urin hanya sedikit terpengaruh. Aliran air
kencing biasanya 20-30 ml/jam untuk orang dewasa. Kehilangan cairan tambahan
Akibat kehilangan darah sebanyak ini dapat sangat parah. Penderita hampir
selalu menunjukkan tanda klasik perfusi yang tidak adekuat, termasuk takikardi
11
dan takipnue yang jelas, perubahan penting dalam status mental, dan penurunan
tekanan darah sistolik. Dalam keadaan yang tidak berkomplikasi, inilah jumlah
atas respons penderita terhadap resusitasi cairan semula dan perfusi dan
gejalanya meliputi takikardi yang jelas, penurunan tekanan darah sistoluk yang
cukup besar, dan tekanan nadi yang sangat sempit. Produksi urin hampir tidak
ada, dan kesadaran jelas menurun. Pada kulit terlihat pucat dan teraba dingin.
Penderita ini sering kali memerlukan tranfusi cepat dan intervensi pembedahan
H. MANISFESTASI KLINIS
berkurang. Semakin banyak volume darah yang hilang, semakin berat gejala klinis
1. Takikardi
diketahui, cardiac ouput merupakan hasil perkalian antara stroke volume dengan
heart rate (CO = HR x SV). Pada keadaan syok hipovolemik, yang terjadi adalah
12
penurunan stroke volume, sehingga untuk tetap mempertahankan cardiac output,
maka kompensasi yang dilakukan adalah dengan meningkatkan heart rate. 4,5
meningkat, maka denyut nadi juga akan meningkat, namun lemah akibat volume
vaskuler yang menurun pada keadaan syok serta pengalihan vaskularisasi ke organ
3. Hipotensi
menyebabkan venous return menurun dan lama-kelamaan tekanan darah juga akan
Hal ini terjadi akibat penurunan perfusi oksigen ke otak. Pasien akan
terjadi penurunan aliran darah ke ginjal yang bermanifestasi klinis pada penurunan
6. Akral Dingin
Hal ini juga disebabkan oleh hal yang sama, yaitu peningkatan aliran darah
ke organ vital, dan penurunan aliran darah ke tempat lain yang berarti penurunan
perfusi ke kulit sehingga kulit teraba dingin, dan lembab, terutama daerah akral. 4,5
I. DIAGNOSIS
13
Anamnesis pada pasien syok hipovolemik terutama untuk menentukan
Kesadaran pasien umumnya normal, kecuali pada syok berat pasien menjadi apatis
atau kebingungan. Untuk diagnosis klinis syok, dapat ditemukan hipotensi dan tanda
klinis iskemi organ. Tanda klinis ini tidak sensitif pada kehilangan darah yang sedikit.
Sensitivitas ini dapat dinilai dengan menggunakan indeks syok, yaitu frekuensi
jantung dibagi dengan tekanan darah sistolik. Klinisi dapat menentukan syok bila
terdapat penurunan tekanan darah sistolik di bawah 90 mmHg atau penurunan tekanan
darah lebih dari 40 mmHg di bawah tekanan darah sebelum syok, dengan penurunan
tekanan nadi.7
Diagnosis klinis dari syok hipovolemik tidak sulit bila ditemukan hipotensi
dan kehilangan cairan yang terlihat seperti pada trauma (misalnya fraktur), perdarahan
saluran cerna dan paru, luka bakar dan diare. Perdarahan internal akibat ruptur
aneurisma aorta, trauma tumpul abdomen, dan hemotoraks sulit didiagnosa kecuali
dari anamnesis dan tanda fisik yang nyata, seperti redup pada perkusi dada, nyeri dan
perdarahan saluran cerna bagian atas, harus dicari tanda-tanda penyakit hati kronis,
seperti eritema palmar, spider nevi, dan hipertensi portal (asites), karena hal ini dapat
J. PENATALAKSANAAN
14
suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus
pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC. Jalan nafas (airway) harus
bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa endotrakeal. Pernafasan (breathing) harus
terjamin, kalau perlu dengan memberikan ventilasi buatan dan pemberian oksigen
100%. Defisit volume peredaran darah (circulation) pada syok hipovolemik harus
terlihat dan mengatasi nyeri yang hebat, yang juga bisa merupakan penyebab syok.
5,8,9,10
Posisi Tubuh
2. Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, jangan digerakkan
besar dan tekanan darah menjadi meningkat. Tetapi bila penderita menjadi
kakinya kembali.
Pertahankan Respirasi
(Gudel/oropharingeal airway)
15
3. Berikan oksigen 6 liter/menit
Pertahankan Sirkulasi
dilakukan selain pengkajian primary dan secondary survey, misalnya terapi atau
resusitasi cairan. 5
1. Primary Survey
respon penderita terhadap terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital,
Ada tiga hal utama dalam tahapan airway ini yaitu look, listen,
dan feel. Look atau melihat yaitu melihat ada tidaknya obstruksi jalan
respiration), kebiruan pada area kulit perifer pada kuku dan bibir
16
(sianosis), adanya sumbatan di hidung, posisi leher, keadaan mulut untuk
melihat ada tidaknya darah. Tahapan kedua yaitu listen atau mendengar,
yang didengar yaitu bunyi napas. Ada dua jenis suara napas yaitu suara
crowing/stridor, dan suara parau (laring) dan yang kedua yaitu suara napas
hilang berupa obstruksi total dan henti napas. Terakhir yaitu feel, pada
tahap ini merasakan aliran udara yang keluar dari lubang hidung pasien. 5
Breathing (Pernafasan) : 5
- Look (Melihat)
- Listen (Mendengar)
Suara nafas vesikuler atau tidak, terdapat suara nafas tambahan atau
tidak
- Feel
b) Circulation
17
c) Disability – Pemeriksaan Neurologi
Yang dikaji pada tahapan ini yaitu GCS (Glasgow Coma Scale),
tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan
sensorik.5
ubun-ubun sampai jari kaki untuk mencari ada atau tidaknya bagian yang
cedera. 5
produksi urin. 5
2. Secondary Survey
Pasang satu atau lebih jalur infus intravena nomor 18/16. Infus dengan
cepat larutan kristaloid atau kombinasi larutan kristaloid dan koloid sampai vena
(V. Jugularis) yang kolaps terisi. Bila telah jelas ada peningkatan isi nadi dan
tekanan darah, infus harus dilambatkan. Bahaya infus yang cepat adalah edema
paru, terutama pada pasien tua. Perhatian harus ditujukan agar jangan sampai
kecepatan infus : 5
a. Nadi
18
b. Tekanan darah
Bila tekanan darah < 90 mmHg pada pasien normotensi atau tekanan darah
transfusi cairan.
c. Produksi urin.
adanya hipovolemia.
Cairan diberikan sampai vena jelas terisi dan nadi jelas teraba. Bila volume
intravaskuler cukup, tekanan darah baik, produksi urin < 1/2 ml/kg/jam,
12 cm H2O), dan bila masih terdapat gejala umum pasien seperti gelisah, rasa
haus, sesak, pucat, dan ekstremitas dingin, menunjukkan masih perlu transfusi
cairan. 5
keseimbangan cairan maka input cairan harus sama untuk mengganti cairan yang
hilang. Cairan itu termasuk air dan elektrolit. Tiga tujuan penanganan
19
yang ideal adalah pendek dan diameternya lebar; diameter lebih penting
untuk resusitasi adalah kristaloid isotonik, seperti Ringer Laktat atau Saline
Normal. Bolus awal 1-2 liter pada orang dewasa (20 ml/kgBB pada pasien
anak), dan respon pasien dinilai. Jika tanda vital sudah kembali normal, pasien
diawasi agar tetap stabil dan darah pasien perlu dikirim untuk dicocokkan. Jika
darah yang cocok. Jika perbaikan yang terjadi tidak bermakna atau tidak ada,
digunakan patokan berat badan. Walau dapat bervariasi, volume darah orang
dewasa adalah kira-kira 7% dari berat badan. Dengan demikian laki-laki yang
berat 70 kg, mempunyai volume darah yang beredar kira-kira 5 liter. Bila
berdasarkan berat badan idealnya, karena bila kalkulasi didasarkan berat badan
70 ml/kg berat badan. Kehilangan sampai 10% EBV dapat ditolerir dengan
20
baik. Kehilangan 10% - 30% EBV memerlukan cairan lebih banyak dan lebih
cepat. Kehilangan lebih dari 30% - 50% EBV masih dapat ditunjang untuk
sementara dengan cairan saja sampai darah transfusi tersedia. Total volume
cairan yang dibutuhkan pada kehilangan lebih dari 10% EBV berkisar antara 2
infusi, cairan Ringer Laktat akan meresap keluar vaskular menuju interstitial.
Plasma/Intravascular Fluid (IVF) dan Interstitial Fluid (ISF). Ekspansi ISF ini
merupakan interstitial edema yang tidak berbahaya. Bahaya edema paru dan
edema otak dapat terjadi jika semula organ-organ tersebut telah terkena
trauma. 24 jam kemudian akan terjadi diuresis spontan. Jika keadaan terpaksa,
diberikan.7
Pada bayi dan anak yang dengan kadar hemoglobin normal, kehilangan
badan, maka cukup diberi cairan kristaloid atau koloid, sedangkan diatas 15%
untuk orang dewasa dengan kadar hemoglobin normal angka patokannya ialah
20%. Kehilangan darah sampai 20% ada gangguan faktor pembekuan. Cairan
jumlah darah yang hilang, sedangkan koloid diberikan dengan jumlah sama.8,9
21
Transfusi darah umumnya 50% diberikan pada saat perioperatif dengan
Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr/dL atau Ht < 30%. Pada orang tua,
3. Resusitasi Cairan.
konsentrat, sementara kehilangan darah > 60% maka perlu juga diberikan fresh
frozen plasma (setelah 1 jam pemberian konsentrasi eritrosit atau lebih cepat
jika fungsi hati terganggu). Tujuan utama terapi syok hipovolemik adalah
penting untuk kebutuhan cardiac output dan suplai oksigen ke jaringan. Syok
sering perlu dilakukan transfusi darah. Adapun indikasi transfusi darah atau
22
Tabel 2. Indikasi transfusi komponen darah. 5
carrying capacity
Platelets Thrombocytopenia with 6-10 units IV
bleeding
Fresh frozen plasma Coagulopaty 2-6 units IV
Crycoprecipitate Coagulopaty with fibrinogen 10-20 units IV
medis. Terapi cairan intravena atau infus merupakan salah satu aspek
dan darah. koloid merupakan cairan dengan tekanan osmotik yang lebih tinggi
volume plasma (seperti albumin, dextran, dan starch). Cairan kristaloid adalah
cairan yang mengandung air, elektrolit dan atau gula dengan berbagai
plasma. Sedangkan cairan koloid yaitu cairan yang Berat Molekulnya tinggi.
1. Cairan Hipotonik
23
seperti pada dehidrasi kronik dan pada kelainan keseimbangan elektrolit
cairan pada diabetes insipidus. Cairan ini tidak dapat digunakan sebagai
2. Cairan Isotonik
Cairan isotonik terdiri dari cairan garam faal (NaCl 0,9%), ringer
laktat dan plasmalyte. Ketiga jenis cairan ini efektif untuk meningkatkan isi
intravaskuler yang adekuat dan diperlukan jumlah cairan ini 4x lebih besar
koloid.5
3. Cairan Hipertonik
utama. Oleh karena itu pemberian natrium hipertonik akan menarik cairan
Cairan ini bermanfaat untuk luka bakar karena dapat mengurangi edema
pada luka bakar, edema perifer dan mengurangi jumlah cairan yang
24
mEq/L. Laktat pada larutan ini dimetabolisme didalam hati dan
Cairan ini diberikan pada dehidrasi berat karena diare murni dan
Ringer Asetat
Kalium 4 mEq/l, Kalsium 3mEq/l dan Asetat 28 mEq/l. Cairan ini lebih
25
gr/liter.9 Glukosa 5% digunakanpada keadaan gagal jantung sedangkan
ginjal akut dengan anuria dan gagal ginjal akut dengan oliguria. 5
NaCl 0,9%
Cairan fisiologis ini terdiri dari 154 mEq/L Natrium dan 154
5%.5
26
serum manusia dan albumin eksogen yang dimurnikan (Purified
pada jenis yang dibuat dari fraksi protein yangdimurnikan. Hal ini
27
dijumpai adalah adanya gangguan mekanisme pembekuan darah. Hal ini
dari beberapa ribu sampai jutaan Dalton. Ada 2 jenis dextran yaitu
40. Oleh karena itu dextran 70 lebih efektif sebagai volume ekspander
garam fisiologis atau glukosa 5%. Molekul kecil ini difiltrasi cepat oleh
dengue syok sindrom. Komplikasi antara lain payah ginjal akut, reaksi
Gelatin (MFG) 2.Urea Bridged Gelatin (UBG). Kedua cairan ini punya
28
baik pada kegawatan. Komplikasi yang sering terjadi adalah reaksi
anafilaksis.5
untuk diagnosis syok, dapat juga digunakan untuk menentukan respons penderita.
Pulihnya tekanan darah ke normal, tekanan nadi dan denyut nadi merupakan tanda
positif yang menandakan bahwa perfusi sedang kembali ke normal. Walaupun begitu,
pada status sistem saraf sentral dan peredaran kulit adalah bukti penting mengenai
ginjal. Produksi urin yang normal pada umumnya menandakan aliran darah ginjal
yang cukup, bila tidak dimodifikasi oleh pemberian obat diuretik. Sebab itu, keluaran
urin merupakan salah satu dari pemantauan utama resusitasi dan respons penderita.5
29
Dalam batas tertentu, produksi urin dapat digunakan sebagai pemantau aliran
urin sekitar 0,5 ml/kgBB/jam pada orang dewasa, 1 ml/kgBB/jam pada anak-anak dan
2 ml/kgBB/jam untuk bayi (di bawah umur 1 tahun). Bila kurang, atau makin
turunnya produksi urin dengan berat jenis yang naik, maka ini menandakan resusitasi
yang tidak cukup. Keadaan ini menuntut ditambahnya penggantian volume dan usaha
diagnostik.5
melakukan observasi terhadap respons penderita pada resusitasi awal dapat diketahui
penderita yang kehilangan darahnya lebih besar dari yang diperkirakan, dan
operasi. Dengan resusitasi di ruang operasi dapat dilakukan kontrol langsung terhadap
perdarahan oleh ahli bedah dan dilakukan pemulihan volume intravaskular secara
berlebihan pada orang yang status awalnya tidak seimbang jumlah kehilangan darah.
takikardi, takipneu, dan oliguri, dan jelas masih tetap kurang diresusitasi dan masih
menunjukkan tanda perfusi jaringan yang kurang memadai. Pola respons yang
potensial dapat dibahas dalam tiga kelompok: respons cepat, respons sementara,
30
a. Respons cepat
Penderita kelompok ini cepat memberi respons kepada bolus cairan awal
dan tetap hemodinamik normal setelah bolus cairan awal selesai dan cairan
ini biasanya kehilangan volume darah minimum. Untuk kelompok ini tidak ada
indikasi bolus cairan tambahan atau pemberian darah lebih lanjut. Jenis darahnya
diperlukan selama penilaian dan terapi awal, karena intervensi operatif mungkin
masih diperlukan.5
b. Respons sementara
resusitasi yang tidak cukup. Jumlah kehilangan darah pada kelompok ini adalah
antara 20 - 40% volume darah. Pemberian cairan pada kelompok ini harus
pasien tetap buruk dengan respons minimal atau tanpa respons, ini menandakan
perlunya operasi segera. Walaupun sangat jarang, namun harus tetap diwaspadai
kelompok ini.5
L. PROGNOSIS
31
Secara umum, pasien dengan derajat syok yang lebih ringan cenderung lebih
baik dibandingkan dengan syok yang lebih berat. Dalam kasus-kasus syok
medis segera. Orang tua yang mengalami syok lebih cenderung memiliki hasil yang
buruk.5
DAFTAR PUSTAKA
2. Laksana, E. 2015. Dehidrasi dan Syok. SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intesif
32
3. Piras, C. 2017. Hypovolemic Shock. Int Phys Med Rehab J, Vol 2(3):240‒242
shock and the epidemiology of preventable death from injury. AABB; 59:1423–1428
Aachen, Germany.
10. Chang, R, Holcomb, J, B. 2017. Optimal Fluids Therapy for Traumatic Hemorrhagic
33